Anda di halaman 1dari 17

Pendahuluan

Telah diketahui bahwa secara histologis jaringan pulpa mempunyai fungsi


induktif, formatif, nutritif, defensif dan sensatif. Adapun pengertian dari masingmasing fungsi tersebut adalah:
-

Fungsi Induksif: yaitu pulpa berpartisipasi dalam induksi dan pengembangan


odontoblas dan dentin. Bila ini terbentuk maka menginduksi pembentukan
enamel.

Fungsi Formatif: yaitu fungsi odontoblas yang khusus dalam pembentukan


dentin

Fungsi Nutritif: yaitu mensuplai nutrisi dalam rangka pembentukan dentin


lewat tubulus dentin.

Fungsi Defensif: oleh odontoblas akan mempengaruhi dentin terhadap


rangsangan dan oleh sel-sel radang yang memiliki imunokompeten terhadap
respon radang dan imunologik

Fungsi Sensatif: yaitu melalui sistem saraf mengirim rangsangan ke SSP yang
manifestasinya berupa rasa nyeri.
Salah satu fungsi utama jaringan pulpa adalah formatif yang diperankan oleh

odontoblas untuk membentuk dentin primer, sekunder maupun dentin reparatif.


Dentin primer terbentuk di saat gigi dalam pertumbuhan, dentin sekunder terbentuk
setelah gigi erupsi, sedangkan dentin tersier atau reparatif dibentuk sebagai repons
terhadap rangsangan.
Jaringan pulpa mudah merespon dengan adanya rangsangan, baik rangsangan
fisis, kimia maupun bakteri. Jaringan pulpa membentuk dentin reparatif sebagai
respon, selain itu juga menimbulkan rasa nyeri yang merupakan sinyal sebagai tanda
bahwa jaringan pulpa dalam keadaan terancam. Oleh karena adanya hubungan timbal
balik antara jaringan pulpa dan periapikal, maka jaringan pulpa yang mengalami
keradangan dan tidak dirawat atau perawatannya kurang baik maka penyakit pulpa
dapat menjalar ke daerah periapikal.

Faktor-faktor penyebab penyakit pulpa


Faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit pulpa dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Fisis
A. Mekanis
1. Trauma
a. Kecelakaan (olah raga kontak)
b.

Prosedur gigi iatrogenik (pemasangan alat ortho pada gigi,

preparasi gigi atau


mahkota, dan lain-lain)
2.

Pemakaian patologik (atrisi, abrasi, dll)

3.

Retak melalui badan gigi (sindroma gigi retak)

4.

Perubahan barometrik (barodontalgia)

B. Termal
1.

Panas berasal dari preparasi kavitas pada kecepatan rendah

atau tinggi
2.

Panas eksotermik karena menjadi kerasnya (setting)

semen.
3.

Konduksi panas dan dingin melalui tumpatan yang dalam


tanpa suatu bahan dasar protektif

4.

Panas friksional (pergesekan) yang disebabkan oleh

pemolesan restorasi
C. Listrik (arus galavanik dari tumpatan metalik yang tidak sama)
2. Kimiawi
A. Asam fosfat, monomer akrilik, dll
B. Erosi (asam)
3. Bakterial

A. Toksin yang berhubungan dengan karies


B. Invasi langsung pulpa dari karies atau trauma
C. Kolonisasi mikrobial di dalam pulpa oleh mikro organisme bloodbone
(anakerosis)
Mekanisme Terjadinya Inflamasi Pulpa
Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya,
dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena
adanya jejas yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut
dapat berupa kuman beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor
fisik dan kimia (tanpa adanya kuman). Namun kebanyakan inflamasi pulpa
disebabkan oleh kuman dan merupakan kelanjutan proses karies, dimana karies
ini proses kerusakannya terhadap gigi dapat bersifat lokal dan agresif. Apabila
lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu yang lama
maka hal ini merupakan media kuman sehingga terjadi kerusakan di daerah
enamel yang nantinya akan terus berjalan mengenai dentin hingga ke pulpa.
Ada tiga bentuk pertahanan dalam menanggulangi proses karies yaitu:
1.

Penurunan permebilitas dentin

2.

Pembentukan dentin reparatif

3.

Reaksi inflamasi secara respons immunologik

Apabila pertahanan tersebut tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang


pulpa yang disebut pulpitis. Radang adalah merupakan reaksi pertahanan tubuh
dari pembuluh darah, syaraf dan cairan sel di jaringan yang mengalami trauma.
Klasifikasi Penyakit Pulpa

Kalsifikasi penyakit pulpa telah banyak dibuat dan beberapa kali mengalami
penyempurnaan, dengan tujuan untuk memudahkan dalam menentukan rencana
perawatan secara tepat sehingga didapatkan hasil perawatan yang optimal.
Klasifikasi Menurut Grossman (1988) sebagai berikut:
I. Pulpitis (inflamasi)
A. Reversibel
1. Dengan gejala/simtomatik (akut)
2. Tanpa gejala/asimtomatik (kronis)
B. Irreversibel
1. Akut
a. Luar biasa responsif terhadap dingin
b.

Luar biasa responsif terhadap panas

2. Kronis
a. Tanpa gejala dengan terbukanya pulpa
b.

Pulpitis hiperplastik

c. Resorpsi internal
II. Degenerasi pulpa
A.

Mengapur (kalsifikasi)/diagnosis radiografik

B.

Lain-lain (diagnosa histopatologik)

III. Nekrosis pulpa


Pada pembagian terdahulu klasifikasi Grossman (1981) masih didapatkan
adanya hiperemia pulpa sebelum infeksi menjalar lebih lanjut ke arah pulpitis,
tetapi hal ini telah diperbaharui oleh Grossman di tahun 1988 seperti klasifikasi
tersebut di atas.
Perlu diketahui bahwa pada kasus hiperemia pulpa didapatkan adanya jumlah
volume aliran darah ke pulpa yang cukup banyak tetapi belum terjadi radang,

sebenarnya pada keadaan ini sudah mengalami radang hal ini ditandai dengan
adanya perubahan pada pembuluh darah dengan terjadinya peningkatan
permiabilitas dan juga oleh peran mediator kimia. Sejak lapisan enamel
mengalami cedera sampai dentin, telah terjadi perubahan pada jaringan pulpa
berupa proses radang yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah.
Pengelompokkan penyakit pulpa menurut Walton (1998) agak sedikit berbeda,
yaitu sebagai berikut:
1. Pulpitis reversibel
2. Pulpitis Irreversibel
3. Pulpitis hiperplastik
4. Nekrosis pulpa
Pulpitis Reversibel
Definisi
Definisi pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai
sedang yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali
pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit biasanya
sebentar, yang dapat dihasilkan oleh karena jejas termal pada pulpa yang sedang
mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit ini akan hilang segera setelah
jejas dihilangkan. Pulpitis reversibel yang disebabkan oleh jejas ringan contohnya
erosi servikal atau atrisi oklusal, fraktur email.
Etiologi
Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai pulpa,
antara lain: trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang
terganggu; syok termal, seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan bur
yang tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi atau panas
yang berlebihan saat memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan alkohol atau

kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang dentinnya
terbuka, adanya bakteri dari karies.
Kadang-kadang setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang
sensitivitas ringan terhadap permukaan temperatur, terutama dingin. Hal ini dapat
berlangsung dua sampai tiga hari atau satu minggu, tetapi berangsur-angsur akan
hilang. Sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversibel. Rangsangan tersebut di
atas dapat menyebabkan hiperemia atau inflamasi ringan pada pulpa sehingga
menghasilkan dentin sekunder, bila rangsangan cukup ringan atau bila pulpa
cukup kuat untuk melindungi diri sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa
penyebab terjadinya pulpitis reversibel bisa karena trauma yaitu apa saja yang
dapat melukai pulpa. Seperti telah diterangkan di atas bahwa sejak lapisan terluar
gigi terluka sudah dapat menyebabkan perubahan pada pulpa.
Gejala
Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya
sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan atau minuman dingin daripada
panas, tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya
ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah
kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan berlangsung
lebih lama.
Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu
stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit
dapat datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat
disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah
karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik.
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi
ringan hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara
mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran
pembuluh darah dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis

kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel
inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan
makanan, terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila
rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.
Diagnosa
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah
rangsangan dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul
bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadangkadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika
karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu
kemudian tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.
Penatalaksanaan
Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan. Perawatan
periodik untuk mencegah perkembangan karies, penumpatan awal bila kavitas
meluas, desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan pernis
kavitas atau semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada preparasi
kavitas dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis lebih lanjut. Bila
dijumpai pulpitis reversibel, penghilangan stimulasi (jejas) biasanya sudah cukup,
begitu gejala telah reda, gigi harus dites vitalitasnya untuk memastikan bahwa

tidak terjadi nekrosis. Apabila rasa sakit tetap ada walaupun telah dilakukan
perawatan yang tepat, maka inflamasi pulpa dianggap sebagai pulpitis
irreversibel, yang perawatannya adalah eksterpasi, untuk kemudian dilakukan
pulpektomi.
Prognosa
Prognosa untuk pulpa adalah baik, bila iritasi diambil cukup dini, kalau tidak
kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis irreversibel.
Pulpitis Irreversibel
Definisi
Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu
stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi
yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan
oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa
sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah
stimulus/jejas termal dihilangkan.
Etiologi
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari
karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa
juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel
bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak
dilakukan perawatan dengan baik.
Gejala

Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu


paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit
biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi
secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh
pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah
parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada
tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya
suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang
menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang
terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat
pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak
seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam
pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak
tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau draenase
pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit dapat
kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan
yang bocor.
Diagnosa
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan
sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi
dan tekan kadang-kadang ada keluhan.

- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi
dinyatakan vital.
- Terapi: pulpektomi
Dengan pemeriksaan histopatologik terlihat tanda-tanda inflamasi kronis dan
akut. Terjadi perubahan berupa sel-sel nekrotik yang dapat menarik sel-sel radang
terutama leukosit polimorfonuklear dengan adanya kemotaksis dan terjadi radang
akut. Terjadi fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear pada daerah nekrosis dan
leukosit mati serta membentuk eksudat atau nanah. Tampak pula sel-sel radang
kronis seperti sel plasma, limfosit dan makrofag.
Penatalaksanaan
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan
penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden
(meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol. Pada gigi
posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa
koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang serupa
di atas pulpa radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat.
Pengambilan secara bedah harus dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi.
Prognosa
Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi
endodontik dan restorasi yang tepat.
Pulpitis Kronis Hiperplastik (Pulpa Polip)
Definisi
Pulpitis kronis hiperplastik atau pulpa polip adalah suatu inflamasi pulpa
produktif yang disebabkan oleh suatu pembukaan karies yang besar pada pulpa

10

muda. Pada pemeriksaan klinis terlihat adanya pertumbuhan jaringan granulasi


dalam kavitas yang besar. Gangguan ini ditandai oleh perkembangan jaringan
granulasi, kadang-kadang tertutup oleh epithelium dan disebabkan karena iritasi
tingkat rendah yang berlangsung lama.
Etiologi
Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif merupakan
penyebabnya. Untuk pengembangan pulpitis hiperplastik diperlukan suatu
kavitas besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat
rendah yang kronis misalnya tekanan dari pengunyahan.
Gejala
Pada pulpitis hiperplastik kronis tidak mempunyai gejala, kecuali selama
mastikasi

bila

tekanan

bolus

makanan

menyebabkan

rasa yang

tidak

menyenangkan.
Diagnosa
Pada polip ini dapat ditemukan melalui pemeriksaan klinik tetapi perlu
dipastikan melalui pemeriksaan radiologi untuk melihat tangkai dari polip, berasal
dari ruang pulpa,perforasi bifurkasi atau gingiva. Warna pulpa polip agak
kemerahan mudah berdarah dan sensitif bila disentuh. Sedangkan warna gingiva
polip lebih pucat dan biasanya timbul pada karies besar yang mengenai proksimal
(kavitas kelas II). Polip berasal dari perforasi bifurkasi terdiri dari jaringan ikat,
biasanya giginya sudah mati, kalau pada pulpa polip giginya masih hidup (vital).
Pada pemeriksaan histopatologi terlihat pertumbuhan jaringan granulasi
berupa pulpa polip yang permukaannya ditutup oleh lapisan epithelium skuamus
yang bertingkat-tingkat. Jaringan granulasi ini merupakan jaringan penghubung
vaskuler, berisi polimorfonuklear, limfosit dan sel plasma.

11

Penatalaksanaan
Usaha perawatan harus ditunjukkan pada pembuangan jaringan polipoid
diikuti oleh eksterpasi pulpa, jika masa pulpa hiperplastik telah diambil dengan
kuret periodontal atau eksavator sendok, perdarahan biasanya banyak dan dapat
dikendalikan dengan tekanan. Kemudian jaringan yang terdapat pada kamar pulpa
diambil seluruhnya, dan atau dressing formonukresol ditempatkan berkontak
dengan jaringan pulpa. Hal terbaik yang dapat dilakukan setelah pulpa polip
terambil adalah dengan pulpectomy yaitu prosedur pengambilan jaringan pulpa
secara menyeluruh dalam satu kali kunjungan (one visit).
Prognosis
Harapan bagi pulpa tidak baik, tetapi prognosis gigi baik setelah perawatan
endodontik dan restorasi yang memadai.
Resorpsi Internal
Definisi
Resorpsi internal adalah suatu proses idiopatik progresif resorptif yang
lambat atau cepat yang timbul pada dentin kamar pulpa atau saluran akar gigi.
Etiologi
Penyebab resorpsi internal masih belum diketahui secara pasti, namun
seringkali penderita mempunyai riwayat trauma. Ada yang beranggapan bahwa
resorpsi internal dapat terjadi sebagai akibat inflamasi pulpa.
Gejala
Resorpsi internal pada akar gigi adalah asimtomatik.

12

Diagnosa
Pada mahkota gigi, resorpsi internal dapat terlihat sebagai daerah yang
kemerah-merahan disebut bintik merah muda (pink spot). Daerah kemerahmerahan ini menggambarkan jaringan granulasi yang terlihat melalui daerah
mahkota yang teresorpsi.
Pada pemeriksaan histipatologi, tidak seperti karies, resorpsi internal
adalah hasil aktivitas osteoklastik. Ciri proses resorpsi adalah lakuna yang
mungkin terisi oleh jaringan osteoid. Jaringan osteoid dapat dianggap sebagai
usaha perbaikan. Adanya jaringan granulasi menyebabkan perdarahan banyak bila
pulpa diambil. Dijumpai sel-sel raksasa bernukleus banyak atau dentinoklas. Pulpa
biasanya menderita inflamasi kronis. Kadang-kadang terjadi metaplasia pulpa
yaitu transformasi ke jenis jaringan lain seperti tulang atau sementum.
Penatalaksanaan
Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus resorpsi internal adalah
eksterpasi pulpa untuk menghentikan proses resorpsi internalnya. Diindikasikan
perawatan endodontik rutin, tetapi obturasi kerusakan memerlukan suatu bahan
khusus, lebih diutamakan dengan cara guta-percha. Pada kebanyakan pasien,
resorpsi internal berkembang tanpa terlihat karena tidak menimbulkan rasa sakit,
sampai akar berlubang. Dalama kasus seperti ini, pasta kalsium hidroksida
dimampatkan pada saluran akar dan diperbaharui secara periodik sampai
kerusakan menjadi baik. Perbaikan selesai bila terjadi rintangan atau karies
mengapur, baru kemudian diisi dengan gutta-percha.
Prognosis
Prognosis adalah terbaik sebelum terjadi perforasi akar atau mahkota. Jika
telah terjadi perforasi akar-mahkota, prognosisnya berhati-hati dan tergantung

13

pada terbentuknya rintangan mengapur atau pembukaan ke perforasi yang


memungkinkan perbaikan secara bedah
Degenerasi Pulpa
Degenarasi pulpa ini jarang ditemukan namun perlu diikutkan pada suatu
deskripsi penyakit pulpa. Degenerasi pulpa pada umunya ditemui pada penderita
usia lanjut yang dapat disebabkan oleh iritasi ringan yang persisten. Kadangkadang dapat juga ditemukan pada penderita muda seperti pengapuran.
Degenerasi pulpa ini tidak perlu berhubungan dengan infeksi atau karies,
meskipun suatu kavitas atau tumpatan mungkin dijumpai pada gigi yang
terpengaruh. Tingkat awal degenerasi pulpa biasanya tidak menyebabkan gejala
klinis yang nyata. Gigi tidak berubah warna, dan pulpa bereaksi secara normal
tehadap tes listrik dan tes termal. Ada beberapa macam degenerasi pulpa yaitu
degenerasi kalsifik, degenerasi atrofik, degenerasi fibrous.
Degenerasi kalsifik ditandai dengan perubahan sebagian jaringan pulpa
digantikan oleh bahan mengapur, yaitu terbentuk batu pulpa (dentikel), yang
biasanya disebut sebagai pulpa stone. Kalsifikasi ini dapat terjadi baik di dalam
kamar pulpa. Bahan mengapur mempunyai struktur berlamina seperti kulit
bawang dan terletak tidak terikat di dalam kamar pulpa. Diduga bahwa batu pulpa
dijumpai pada lebih dari 60% gigi penderita usia lanjut. Pada beberapa pasien
batu pulpa terkadang menimbulkan rasa sakit yang menyebar (refered pain), dan
dicurigai sebagai fokus infeksi oleh beberapa klinisi.
Degenerasi atrofik, tidak ada diagnosis kliniknya, pada jenis degenerasi ini
sering terjadi pada penderita usia lanjut. Secara histopatologis dijumpai lebih
sedikit sel-sel skelat, dan cairan interselular meningkat. Jaringan pulpa kurang
sensitif daripada normal. Yang disebut atrofi retikuler adalah suatu artifiak
(artifact) dihasilkan oleh penundaan bahan fiksatif dalam mencapai pulpa.
Biasanya terlihat saluran akarnya sempit dan seringkali menyulitkan bila
dilakukan perawatan saluran akar.

14

Degenerasi fibrous, bentuk degenerasi pulpa ini ditandai dengan pergantian


elemen selular oleh jaringan penghubung fibrus. Dapat terlihat jelas pada saat
pengambilan jaringan pulpa berupa jaringan keras. Penyakit ini tidak
menyebabkan gejala khusus untuk membantu dalam diagnosa klinik.
Nekrosis Pulpa
Definisi
Nekrosis pulpa adalah

matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,

tergantung pada apakah sebagian atau seluruh pulpa yang terlibat. Nekrosis,
meskipun suatu inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatik yang pulpanya
rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi.
Klasifikasi
Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuefaksi (pengentalan dan
pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut mengendap
atau dirubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu bentuk nekrosis
koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti keju, yang terdiri atas
protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim
proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau
debris amorfus.
Etiologi
Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh jejas yang membahayakan pulpa seperti
bakteri, trauma dan iritasi kimiawi.
Gejala
Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan gejala
rasa sakit.

15

Diagnosa
Sering adanya perubahan warna pada gigi keabu-abuan/kecoklat-coklatan
adalah indikasi pertama bahwa pulpa mati.
Pada pemeriksaan histopatologis tampak debris seluler dan mikroorganisme
mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal
atau menunjukkan sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligamen periodontal.
Penatalaksanaan
Perawatan yang perlu dilakukan adalah preparasi dan obturasi saluran akar.
Prognosis
Prognosis bagi gigi baik, apabila dilakukan terapi endodontik yang tepat.

16

DAFTAR PUSTAKA
1.

Grossman

LI.

1998.

Endodontic

Practice.

8th

ed.

Philadelphia, London: Lea and Febiger.


2.

Walton and Torabinajed. 1996. Prinsip dan Praktik


Endodonsi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai