1.
1.
1.
1.
Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72
jam.
2.
Demam ringan
3.
Sakit kepala
4.
5.
Nyeri tenggorokan
6.
7.
Muntah
8.
9.
Demam sedang
10.
Sakit kepala
11.
Kaku kuduk
12.
Muntah
13.
Diare
14.
15.
Rewel
16.
17.
18.
Nyeri leher
19.
20.
Kaku kuduk
21.
Nyeri punggung
22.
23.
24.
Kekakuan otot.
25.
Poliomielitis paralitik
26.
27.
Sakit kepala
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Sembelit
36.
Perut kembung
37.
Gangguan menelan
38.
Nyeri otot
39.
40.
Ngiler
41.
Gangguan pernafasan
42.
43.
1.
CARA PENULARAN
Cara cara penularan penyakit polio :
Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung . Transmisi langsung
melalui droplet dan orofaring serta feces penderita yang menyebar melalui jari yang
terkontaminasi pada peralatan makan, makanan , dan minuman. Sedangkan penularan
dengan tidak langsung melalui sumber air , air mandi dimana virus berada dalam air
buangan masuk ke sumber sumber air tersebut dikaeaan sanitasi yang rendah
(Wahyuhono,1989)
Gbr.1 Penularan dr droplet
Peralatan dan barang barang yang tercemar dapat berperan sebagai media penularan
. Belum ada bukti serangga dapat menularkan virus polio, sedangkan air dan limbah
jarang sekali dilaporkan sebagai sumber penularan. Kontaminasi virus melalui makanan
dan air yang dipakai bersama dalam suatu komunitas untuk semua keperluan sanitasi
dan makan-minum, menjadi ancaman utnuk terjadinya wabah.
Gbr.2 Limbah
Virus di tularkan infeksi droplet dari oral faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja
penderita infeksi. Penularan terutama terjadi langsung ke manusia melalui fekal-oral
(dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Fekaloral berarti miniman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja
penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Sementara itu, oral-oral adalah
penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya.
Factor yang mempengaruhi penyebaran virus adalah kepadatan penduduk, tingkat
higienis, kualitas air, dan fasilitas pengolahan limbah. Di area dengan sanitasi yang
bagus dan air minum yang tidak terkontaminasi, rute transmisi lainnya mungkin penting.
1.
2.
fase akut dapat dilakukan dengan pemeriksaan antibodi immunoglobulin M (IgM) yang
akan didapatkan hasil yang positif.
2.
3.
Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit
polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang
jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan
kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji
oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut
bersifat ganas atau lemah.
1.
Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah
ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio
adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif
pada saat pasien tersebut sakit.
1.
1.
EPIDEMIOLOGI
A
1.
2.
Berdasarkan Umur : Umur yang paling rentan terinveksi virus polio adalah
kelompok umur kurang dari 5 tahun.
3.
4.
Fisiologis : Anak dengan kekebalan yang rendah masih berisiko terhadap polio,
sekalipun tidak menderita kelumpuhan namun dapat terinveksi dan menjadi sumber
penularan polio.
5.
2.
3.
4.
Kejadian kasus polio terjadi dalam rentang waktu yang lama (tahun).
5.
Triad Epidemiologi
Agent
Polio disebabkan oleh virus. Virus polio termasuk genus enterovirus. Terdapat tiga tipe
yaitu tipe 1,2, dan 3. Ketiga virus tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1
adalah tipe yang paling mudah di isolasi , diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang
diisolasi. Tipe yang sering menyebabkan wabah adalah tipe 1, sedangkan kasus yang
dihubungkan dengan vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3.
2.
Host
Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat kelumpuhan yang
bervariasi. Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang
peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun.
Resiko terjadinya polio:
Kehamilan
Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat
Environment/ Lingkungan
Anak yang tinggal di daerah kumuh mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe virus
polio . Sedangkan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh hanya 53% anak
yang mempunyai antibodi terhadap ketiga virus polio. Status antibodi terhadap masingmasing tipe virus polio dari anak di Bekasi adalah 96% anak mempunyai antibodi
terhdap virus polio tipe-1, 96% anak mempunyai antibodi polio tipe-2 dan 76%
mempunyai antibodi polio tipe-3. Sedangkan anak di Jakarta yang mempunyai antibodi
terhadap masing-masing virus polio tipe-1, tipe-2 dan tipe-3 sebesar 96%,98% dan
56%. Dapat disimpulkan bahwa anak yang tinggal di daerah kumuh Herd Immunitynya
lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh.
C
Transmisi Polio
1.
Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan
satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar
manusia melalui rute oro-fekal. Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila
keadaan higine sanitasinya baik sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan
oro-fekal. Makanan dan bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus, walaupun
jarang terjadi.
B
Pada akhir inkubasi dan masa awal gejala, para penderita polio sangat poten untuk
menularkan penyakit. Setelah terpakjan dari penderita, virus polio dapat ditemukan
pada secret tenggorokan 36 jam kemudia dan masih bisa ditemukan sampai satu
minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu.
Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang. Gejala lain
yang bisa muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak di perut, demam ringan,
lemas, dan nyeri kepala ringan. Gejala klinis yang mengarahkan pada kecurigaan
serangan virus polio adalah adanya demam dan kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas
tanpa gangguan saraf perasa. Kelumpuhan biasanya terjadi pada tungkai bawah,
asimetris, dan dapat menetap selamanya yang bisa disertai gejala nyeri kepala dan
muntah. Biasanya terdapat kekakuan pada leher dan punggung setelah 24 jam.
Kelumpuhan sifatnya mendadak dan layuh, sehingga sering dihubungkan dengan
lumpuh layuh akut (AFP, acute flaccid paralysis), biasanya menyerang satu tungkai,
lemas sampai tidak ada gerakan. Otot bisa mengecil, reflex fisiologi dan reflex patologis
negative.
1.
RESERVOIR
Manusia satu-satunya dan sumber penularan biasanya , penderita tanpa gejala
(inaparent infection) terutama anak-anak. Belum pernah ditemukan adanya pembawa
virus liar yang berlangsung lama.
1.
Semua orang rentan terhadap infeksi virus polio, namun kelumpuhan terjadi hanya
sekitar 1% dari infeksi. Sebagian dari penderita ini akan sembuh dan yang masih tetap
lumpuh berkisar antara 0,1% sampai 1% . Angka kelumpuhan pada orang-orang
dewasa non imun yang terinfeksi lebih tinggi dibandingkan dengan anak dan bayi yang
non imun.
Kekebalan spesifik yang terbentuk bertahan seumur hidup , baikk sebagai akibat infeksi
virus polio maupun innaparent. Srangan kedua jarang terjadi dan sebagai akibat infeksi
virus polio degan tipe yang berbeda. Bayi yang lahir dari ibu yang sudah di imunisasi
mendapat kekebalan pasif yang pendek. Resiko tinggi tertulari polio adalah kelompok
rentan seperti kelompok-kelompok yang menolak imunisasi, kelompok minoritas ,para
migrant musiman , anak-anak yang tidak terdaftar, kaum nomanden, pengungsi dan
masyarakat miskin perokotaan.
1.
2.
Cara Pencegahan
Word Health Assembly (WHA) pada tahun 1988 menetapkan dunia bebas polio pada
tahun 2005, dengan tahapan : (1) tahun 200 diharapkan tidak ada transmisi virus polio
liar lagi, (2) tahun 20054 diharapkan South East Asian Region Organization (SEARO)
terbentuk. SEARO adalah suatu sistem pembagian wilayah WHO yang meliputi wilayah
regional Asia Tenggara.
Pencegahan polio ialah dengan cara ERADIKASI POLIO. Sebenarnya upaya eradikasi
polio sudah berjalan sejak 1988-kurang lebih 17 tahun lalu. Saat itu, semua pihak
optimistis bisa memenuhi target eradikasi tahun 2005, bercermin dari keberhasilan
dunia membebaskan diri dari penyakit cacar. Dalam situs WHO disebutkan, lebih dari
200 negara ikut berpartisipasi dan melibatkan 200 juta sukarelawan dengan total
investasi 3 miliar dollar AS. Sejak diluncurkannya upaya eradikasi global itu, kasus polio
turun drastis di seluruh dunia. Kalau tahun 1988 masih terdapat 350.000 kasus polio,
akhir tahun 2003 cuma ditemukan 700 kasus.
Selain itu pencegahan nya dilakukan dengan imunisasi polio. Terdapat 2jenis vaksin
yang beredar dan yang umum diberikan di Indonesia adalah vaksin sabin (kuman yang
dilemahkan). Cara pemberiannya adalah melalui mulut. Dibeberapa negara dikenal pula
Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.
Penyakit polio dapat di cegah dengan imunisasi. Vaksinasi virus mati di berikan secara
suntikan. Sedangkan yang hidup melalui mulut dengan tetesan. Virus hidup yang di
lemahkan lebih efektif di bandingkan dengan virus yang mati. Selain pemberian
imunisasi maka peningkatan sanitasi lingkungan dan higienis perorangan sangat di
perlukan.
Untuk mencegah penyakit polio di antaranya dengan membiasakan pola hidup sehat,
sanitasi yang baik dan terus menjaga kualitas gizi sekaligus kebugaran kondisi
fisik.salah satu cara terbaik melindungi anak-anak dari penyakit polio. Yakni dengan
mencuci tangan dan alat-alat makan seperti piring, gelas, atau pun sendok dengan
sabun dan air yang tidak tercemar oleh virus polio.
Kemudian jika memasak air sebaiknya dimasak sampai mendidih sempurna, sebab
cara ini cukup efektif untuk membunuh virus polio. Sebab diketahui, virus polio liar hidup
dengan baik pada suhu 80C. Di luar tubuh manusia, bila terkena panas matahari,
virus polio hanya bertahan hidup selama 2 hari, tapi kalau di dalam cuaca lembab lebih
lama. Selain itu, imunisasi terhadap polio sampai lengkap pun dapat mencegah
penyakit ini.
Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali denga selang waktu kurang dari
satu bulan
Imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6tahun) dan
saat meninggalkan sekolah dasar (12tahun)
Diberikan dengan cara meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung
kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula
manis [9]
2.
bahwa varian baru ini 3 kali lebih efektif dan jauh lebih sedikit angka efek samping
dibandingkan pemberian OPV pertama, sehingga menjadi rekomendasi internasional
untuk menghilangkan poliovirus.
XI.
PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakan
gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan stamina penderita. Peru diberikan
pelayanan fisioterapi untuk meminimalkan kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi
atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan
menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah pencegahan melalui
vaksinasi dan surveilans A I P.
Rehabilitasi
Dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur,
memungkinkan anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ
pernapasan terkena, alat pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan
atau kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif.
Prognosis
Penyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus kelumpuhan
mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian yang disebabkan oleh polio. Selain itu
karena belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polio. Pemberian
vaksin juga masih kurang efektif untuk mencegah polio, karena banyak orang yang telah
diberi vaksin polio tetapi masih terkena penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://enrisyu-publichealth.blogspot.com/
http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/polio.html
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs114/en/index.html
http://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition_3136.html
Permenkes No. 1501 Tahun 2010
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga