Anda di halaman 1dari 15

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


2014
TUGAS ONLINE 4
RANTAI PENULARAN PENYAKIT POLIO DAN RIWAYAT ALAMIAH SERTA 5 LEVEL
PENCEGAHANNYA

1.

PENGERTIAN PENYAKIT POLIO


Poliomyelitis berasal dari kata Yunani, polio berarti abu-abu, yang myelon yang bersifat
saraf perifer, sering juga disebut paralis infatil. Poliomielitis atau sering disebut polio.
Sejarah penyakit ini diketahui dengan ditemukannya gambaran seorang anak yang
berjalan dengan tongkat dimana sebalah kiri mengecil pada lukisan artefak Mesir Kuno
tahun 1403-1365 sebelum masehi.
Polio adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanent. Polia adalah penyakit menular
yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak
antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Polio virus adalah virus RNA kecil
yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular.
Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam.
Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak
berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3
hingga 35 hari. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita
yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri
sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses
selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus.

1.

ETIOLOGI DAN SIFAT


Penyakit Polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus Enterovirus
dan family Picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoran(feses) atau sekret
tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus polio masuk melalui ludah sehingga
menyebabkan infeksi. Hal ini dapat terjadi dengan mudah bila tangan terkontaminasi
atau benda-benda yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut.
Virus polio masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang biak
ditenggorokan dan usus. Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian akan
dikeluarkan melalu tinja selama beberapa minggu kemudian. Sifat dari polio seperti
halnya yang lain yaitu stabil terhadap Ph asam selama 1-3 jam. Tidak aktif pada suhu
56 derjad celcius selama 30 menit. Virus polio berkembangbiak didalam sel yang
terinfeksi dan siklus yang sempurna berlangsung selama 6 jam. Virus tersebut dapat
hidup diair dan manusia, meskipun juga bisa terdapat pada sampah dan lalat.

1.

GEJALA PENYAKIT POLIO


Gejala Penyakit Polio ini ditandai dengan :

1.

Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72
jam.

2.

Demam ringan

3.

Sakit kepala

4.

Tidak enak badan

5.

Nyeri tenggorokan

6.

Tenggorokan tampak merah

7.

Muntah

8.

Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)

9.

Demam sedang

10.

Sakit kepala

11.

Kaku kuduk

12.

Muntah

13.

Diare

14.

Kelelahan yang luar biasa

15.

Rewel

16.

Nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut

17.

Kejang dan nyeri otot

18.

Nyeri leher

19.

Nyeri leher bagian depan

20.

Kaku kuduk

21.

Nyeri punggung

22.

Nyeri tungkai (otot betis)

23.

Ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri

24.

Kekakuan otot.

25.

Poliomielitis paralitik

26.

Demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya

27.

Sakit kepala

28.

Kaku kuduk dan punggung

29.

Kelemahan otot asimetrik

30.

Onsetnya cepat segera berkembang menjadi kelumpuhan

31.

Lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena

32.

Perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)

33.

Peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)

34.

Sulit untuk memulai proses berkemih

35.

Sembelit

36.

Perut kembung

37.

Gangguan menelan

38.

Nyeri otot

39.

Kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung

40.

Ngiler

41.

Gangguan pernafasan

42.

Rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi

43.

Refleks Babinski positif

1.

CARA PENULARAN
Cara cara penularan penyakit polio :
Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung . Transmisi langsung
melalui droplet dan orofaring serta feces penderita yang menyebar melalui jari yang
terkontaminasi pada peralatan makan, makanan , dan minuman. Sedangkan penularan

dengan tidak langsung melalui sumber air , air mandi dimana virus berada dalam air
buangan masuk ke sumber sumber air tersebut dikaeaan sanitasi yang rendah
(Wahyuhono,1989)
Gbr.1 Penularan dr droplet
Peralatan dan barang barang yang tercemar dapat berperan sebagai media penularan
. Belum ada bukti serangga dapat menularkan virus polio, sedangkan air dan limbah
jarang sekali dilaporkan sebagai sumber penularan. Kontaminasi virus melalui makanan
dan air yang dipakai bersama dalam suatu komunitas untuk semua keperluan sanitasi
dan makan-minum, menjadi ancaman utnuk terjadinya wabah.
Gbr.2 Limbah
Virus di tularkan infeksi droplet dari oral faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja
penderita infeksi. Penularan terutama terjadi langsung ke manusia melalui fekal-oral
(dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Fekaloral berarti miniman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja
penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Sementara itu, oral-oral adalah
penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya.
Factor yang mempengaruhi penyebaran virus adalah kepadatan penduduk, tingkat
higienis, kualitas air, dan fasilitas pengolahan limbah. Di area dengan sanitasi yang
bagus dan air minum yang tidak terkontaminasi, rute transmisi lainnya mungkin penting.

1.

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

2.

Pemeriksaan Laboratorium nya meliputi :


Pada pasien dengan kecurigaan suatu polio dapat dilakukan pemeriksaan spesimen
dari cairan cerbrospinal, feses dan lendir mukosa tenggorokan dan dilakukan kultur dari
virus. Dari pemeriksaan darah dapat dilakukan pemeriksaan antibodi immunoglobulin G
(IgG) akan didapatkan peningkatan hingga 4 kali angka normal. Pemeriksaan pada saat

fase akut dapat dilakukan dengan pemeriksaan antibodi immunoglobulin M (IgM) yang
akan didapatkan hasil yang positif.

2.

Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :

3.

Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit
polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang
jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan
kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji
oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut
bersifat ganas atau lemah.

1.

Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah
ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio
adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif
pada saat pasien tersebut sakit.

1.

Cerebrospinal Fluid ( CSF)


CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan jumlah sel darah
putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein
sebanyak 40-50 mg/100 ml.

1.

EPIDEMIOLOGI

A
1.

Epidemiologi Penyakit Polio


Distribusi Penyakit Polio Menurut Manusia

2.

Berdasarkan Umur : Umur yang paling rentan terinveksi virus polio adalah
kelompok umur kurang dari 5 tahun.

3.

Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak memnderita daripada wanita.

4.

Fisiologis : Anak dengan kekebalan yang rendah masih berisiko terhadap polio,
sekalipun tidak menderita kelumpuhan namun dapat terinveksi dan menjadi sumber
penularan polio.

5.

Pendidikan : Pendidikan masyarakat yang rendah mempengaruhi terhadap


tingkat pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya imunisasi. Sehingga anak-anak
yang terinveksi disinyalir akibat ketidakpahaman orang tua akan pentingnya imunisasi.

2.

Distribusi Penyakit Polio Menurut Tempat


Di Indonesia sebelum PD II, penyakit polio merupakan penyakit yang sporadic endemic,
epidemic pernah terjadi di pelbagai daerah seperti Biliton (1948) sampai ke Banda,
Balikpapan. Bandung (1951), Surabaya (1952), semarang (1954), Medan (1957), dan
endemic yang terakhir terjadi di tahun 1977 di bali selatan.
Pada tahun 2005, polio kembali mewabah. Secara nasional tercatat kasus polio sudah
mencapai 295 kasus di 41 kabupaten/kota di 10 provinsi yakni Banten, Jawa barat,
Lampung, Jawa tengah, Sumatera Utara, Jawa timur, Sumatera selatan, DKI Jakarta,
Riau dan Aceh. Dalam tahun yang sama yakni 2005, kasus polio terjadi di Sukabumi
(Jawa barat) dan dinyatakan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa).

3.

Distribusi Penyakit Polio Menurut Waktu

4.

Kejadian kasus polio terjadi dalam rentang waktu yang lama (tahun).

5.

Di daerah bermusim dingin sering terjadi enndemi di bulan Mei-Oktober, tetapi


kaksus sporadic tetap terjadi setiap saat.
B

Triad Epidemiologi

Triad epidemiologi merupakan kpnsep dasar epidemiologis yang memberikan


gambaran hubungan antara host, agent, dan environment dalam terjadinya penyakit
atau masalah kesehatan lainnya.
1.

Agent
Polio disebabkan oleh virus. Virus polio termasuk genus enterovirus. Terdapat tiga tipe
yaitu tipe 1,2, dan 3. Ketiga virus tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1
adalah tipe yang paling mudah di isolasi , diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang
diisolasi. Tipe yang sering menyebabkan wabah adalah tipe 1, sedangkan kasus yang
dihubungkan dengan vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3.

2.

Host
Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat kelumpuhan yang
bervariasi. Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang
peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun.
Resiko terjadinya polio:

Belum mendapatkan imunisasi polio

Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio

Kehamilan

Usia sangat lanjut atau sangat muda

Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatan


amandel atau pencabutan gigi)

Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat

melemahkan sistem kekebalan tubuh).


3.

Environment/ Lingkungan
Anak yang tinggal di daerah kumuh mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe virus
polio . Sedangkan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh hanya 53% anak
yang mempunyai antibodi terhadap ketiga virus polio. Status antibodi terhadap masingmasing tipe virus polio dari anak di Bekasi adalah 96% anak mempunyai antibodi
terhdap virus polio tipe-1, 96% anak mempunyai antibodi polio tipe-2 dan 76%
mempunyai antibodi polio tipe-3. Sedangkan anak di Jakarta yang mempunyai antibodi
terhadap masing-masing virus polio tipe-1, tipe-2 dan tipe-3 sebesar 96%,98% dan
56%. Dapat disimpulkan bahwa anak yang tinggal di daerah kumuh Herd Immunitynya
lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh.
C

Transmisi Polio

Respons pertama terhadap infeksi poliovirus biasanya bersifat infeksi asimptomatik,


yakni tidak menunjukkan gejala sakit apa pun. Sekitar 4 sampai 8 persen infeksi
poliovirus tidak menimbulkan gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan penyakit
minor (abortive poliomyelitis) berupa demam, lemah, mengantuk, sakit kepala, mual,
muntah, sembelit dan sakit tenggorokan. Setelah itu, pasien dapat sembuh dalam
beberapa hari. Namun, bila poliovirus menginfeksi sel yang menjadi sasaran utamanya,
yaitu susunan sel syaraf pusat di otak, terjadilah poliomyelitis nonparalitik (1 sampai 2
persen) dan poliomyelitis paralitik (0,1 sampai 1 persen). Pada kasus poliomyelitis
nonparalitik, yang berarti poliovirus telah mencapai selaput otak (meningitis aseptik),
penderita mengalami kejang otot, sakit punggung dan leher

1.

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKITT POLIO


A

Masa inkubasi dan Periode klinis

Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan
satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar

manusia melalui rute oro-fekal. Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila
keadaan higine sanitasinya baik sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan
oro-fekal. Makanan dan bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus, walaupun
jarang terjadi.
B

Masa laten dan Periode infeksi

Pada akhir inkubasi dan masa awal gejala, para penderita polio sangat poten untuk
menularkan penyakit. Setelah terpakjan dari penderita, virus polio dapat ditemukan
pada secret tenggorokan 36 jam kemudia dan masih bisa ditemukan sampai satu
minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu.
Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang. Gejala lain
yang bisa muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak di perut, demam ringan,
lemas, dan nyeri kepala ringan. Gejala klinis yang mengarahkan pada kecurigaan
serangan virus polio adalah adanya demam dan kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas
tanpa gangguan saraf perasa. Kelumpuhan biasanya terjadi pada tungkai bawah,
asimetris, dan dapat menetap selamanya yang bisa disertai gejala nyeri kepala dan
muntah. Biasanya terdapat kekakuan pada leher dan punggung setelah 24 jam.
Kelumpuhan sifatnya mendadak dan layuh, sehingga sering dihubungkan dengan
lumpuh layuh akut (AFP, acute flaccid paralysis), biasanya menyerang satu tungkai,
lemas sampai tidak ada gerakan. Otot bisa mengecil, reflex fisiologi dan reflex patologis
negative.

1.

RESERVOIR
Manusia satu-satunya dan sumber penularan biasanya , penderita tanpa gejala
(inaparent infection) terutama anak-anak. Belum pernah ditemukan adanya pembawa
virus liar yang berlangsung lama.

1.

KERENTANAN DAN KEKEBALAN

Semua orang rentan terhadap infeksi virus polio, namun kelumpuhan terjadi hanya
sekitar 1% dari infeksi. Sebagian dari penderita ini akan sembuh dan yang masih tetap
lumpuh berkisar antara 0,1% sampai 1% . Angka kelumpuhan pada orang-orang
dewasa non imun yang terinfeksi lebih tinggi dibandingkan dengan anak dan bayi yang
non imun.
Kekebalan spesifik yang terbentuk bertahan seumur hidup , baikk sebagai akibat infeksi
virus polio maupun innaparent. Srangan kedua jarang terjadi dan sebagai akibat infeksi
virus polio degan tipe yang berbeda. Bayi yang lahir dari ibu yang sudah di imunisasi
mendapat kekebalan pasif yang pendek. Resiko tinggi tertulari polio adalah kelompok
rentan seperti kelompok-kelompok yang menolak imunisasi, kelompok minoritas ,para
migrant musiman , anak-anak yang tidak terdaftar, kaum nomanden, pengungsi dan
masyarakat miskin perokotaan.

1.

CARA PENCEGAHAN DAN PENGAWASAN

2.

Cara Pencegahan
Word Health Assembly (WHA) pada tahun 1988 menetapkan dunia bebas polio pada
tahun 2005, dengan tahapan : (1) tahun 200 diharapkan tidak ada transmisi virus polio
liar lagi, (2) tahun 20054 diharapkan South East Asian Region Organization (SEARO)
terbentuk. SEARO adalah suatu sistem pembagian wilayah WHO yang meliputi wilayah
regional Asia Tenggara.
Pencegahan polio ialah dengan cara ERADIKASI POLIO. Sebenarnya upaya eradikasi
polio sudah berjalan sejak 1988-kurang lebih 17 tahun lalu. Saat itu, semua pihak
optimistis bisa memenuhi target eradikasi tahun 2005, bercermin dari keberhasilan
dunia membebaskan diri dari penyakit cacar. Dalam situs WHO disebutkan, lebih dari
200 negara ikut berpartisipasi dan melibatkan 200 juta sukarelawan dengan total
investasi 3 miliar dollar AS. Sejak diluncurkannya upaya eradikasi global itu, kasus polio
turun drastis di seluruh dunia. Kalau tahun 1988 masih terdapat 350.000 kasus polio,
akhir tahun 2003 cuma ditemukan 700 kasus.

Selain itu pencegahan nya dilakukan dengan imunisasi polio. Terdapat 2jenis vaksin
yang beredar dan yang umum diberikan di Indonesia adalah vaksin sabin (kuman yang
dilemahkan). Cara pemberiannya adalah melalui mulut. Dibeberapa negara dikenal pula
Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.
Penyakit polio dapat di cegah dengan imunisasi. Vaksinasi virus mati di berikan secara
suntikan. Sedangkan yang hidup melalui mulut dengan tetesan. Virus hidup yang di
lemahkan lebih efektif di bandingkan dengan virus yang mati. Selain pemberian
imunisasi maka peningkatan sanitasi lingkungan dan higienis perorangan sangat di
perlukan.
Untuk mencegah penyakit polio di antaranya dengan membiasakan pola hidup sehat,
sanitasi yang baik dan terus menjaga kualitas gizi sekaligus kebugaran kondisi
fisik.salah satu cara terbaik melindungi anak-anak dari penyakit polio. Yakni dengan
mencuci tangan dan alat-alat makan seperti piring, gelas, atau pun sendok dengan
sabun dan air yang tidak tercemar oleh virus polio.
Kemudian jika memasak air sebaiknya dimasak sampai mendidih sempurna, sebab
cara ini cukup efektif untuk membunuh virus polio. Sebab diketahui, virus polio liar hidup
dengan baik pada suhu 80C. Di luar tubuh manusia, bila terkena panas matahari,
virus polio hanya bertahan hidup selama 2 hari, tapi kalau di dalam cuaca lembab lebih
lama. Selain itu, imunisasi terhadap polio sampai lengkap pun dapat mencegah
penyakit ini.

Pemberian Imunisasi Polio:

Dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B dan DPT

Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT

Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali denga selang waktu kurang dari
satu bulan

Imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6tahun) dan
saat meninggalkan sekolah dasar (12tahun)

Diberikan dengan cara meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung
kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula
manis [9]

2.

Pengawasan penyakit Polio


Untuk mendeteksi penyebaran penyakit polio pemerintah juga akan menggalakan
imunisasi masal. Imunisasi diperlukan untuk membangkitkan kekebalan lokal di usus
melalui pemberian vaksin polio. Vaksin ini mengandung tiga jenis virus yaitu tipe 1, 2,
dan 3. Caranya, diteteskan ke mulut sebanyak dua tetes setiap kali pemberian atau
dikenal dengan Oral. Bila anak sudah mendapatkan imunisasi polio minimal empat kali,
hampir dapat dipastikan anak kebal terhadap polio. Bila belum diimunisasi, segera
berikan dosis pertama. Anak akan terlindung selama 100 hari, sehingga bila virus polio
masuk, tidak berbiak dan menyebabkan penyakit polio, lalu dilanjutkan sampai lengkap
Vaksin polio dibagi menjadi dua yaitu inactivated polio virus (IPV) yang diberikan secara
suntikan dan attenuated polio virus (OPV) yang diberikan tetesan dibawah lidah.
IPV merupakan vaksin yang pertama tersedia secara menyeluruh pada tahun 1950an.
Kelebihan dari IPV adalah berisi virus yang lemah, sehingga tidak berhubungan dengan
kejadian poliomielitis akibat pemberian vaksin. Formulasi yang lebih baik adalah
enhanced inactivated poliovirus vaccine (eIPV). Vaksin ini diberikan pada usia 2 bulan,
4 bulan, dan 6 12 bulan dan sebelum masuk sekolah (usia 4 tahun).
Pemberian OPV terutama sejak tahun 1960an. Immunisasi dengan cara ini
menyebabkan penurunan yang signifikan pada kasus-kasus poliomielitis di dunia.
Pemberian secara oral memberikan kelebihan dengan adanya pertahana tubuh
terhadap virus tersebut di mukosa saluran nafas dan pencernaan. Kerugian OPV adalah
dapat menyebabkan vaccine-associated paralytic poliomyelitis (VAPP). Pemberian
vaksin ini diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan pemberian booster setiap 4
tahun.
Varian OPV baru berupa monovalent oral poliovirus type 1 vaccine (mOPV1)
diperkenalkan pertama kali di India pada bulan April 2005. Dari penelitan didapatkan

bahwa varian baru ini 3 kali lebih efektif dan jauh lebih sedikit angka efek samping
dibandingkan pemberian OPV pertama, sehingga menjadi rekomendasi internasional
untuk menghilangkan poliovirus.

XI.

PENGOBATAN

Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakan
gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan stamina penderita. Peru diberikan
pelayanan fisioterapi untuk meminimalkan kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi
atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan
menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah pencegahan melalui
vaksinasi dan surveilans A I P.

Rehabilitasi
Dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur,
memungkinkan anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ
pernapasan terkena, alat pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan
atau kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif.

Prognosis
Penyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus kelumpuhan
mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian yang disebabkan oleh polio. Selain itu
karena belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polio. Pemberian
vaksin juga masih kurang efektif untuk mencegah polio, karena banyak orang yang telah
diberi vaksin polio tetapi masih terkena penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://enrisyu-publichealth.blogspot.com/
http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/polio.html
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs114/en/index.html
http://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition_3136.html
Permenkes No. 1501 Tahun 2010
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai