Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

DENGAN REAKSI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA SEKOLAH


DI RSUP DR. WAHIDDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
Evi Hudriyah Hukom1, Sri Wahyuni2, Junaidi3
1

STIKES Nani Hasanuddin Makassar


Nani Hasanuddin Makassar
3
Poltekkes Kemenkes Makassar

2STIKES

ABSTRAK
Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress pada
semua tingkatan usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari
petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga yang
mendampingi selama perawatan (Nursalam, 2008). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara dukungan keluarga dan lingkungan rumah sakit dengan reaksi hospitalisasi pada anak usia
sekolah di RSUP. Dr. Wahiddin Sudirohusodo. Penelitian ini merupakan jenis penelitianCross
Sectional Study, dengan jumlah sampel 14 responden yang di tentukan dengan teknik simple random
sampling dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Hasil penelitian yang di peroleh
menunjukan 57,1% menyatakan mendapat dukungan keluarga, tidak ada reaksi hospitalisasi
sedangkan yang menyatakan mendapat dukugan keluarga namun ada reaksi hospitalisasi sama
sekali tidak ada. Hasil uji statistik Chi Square menunjukan nilai p= (0,015) < (0,05). Responden
yang menyatakan lingkungan rumah sakit baik, tidak ada reaksi hospitalisasi sebanyak 50,0% dan
7,1% menyatakan lingkungan rumah sakit baik namun ada reaksi hospitalisasi. Hasil uji statistik Chi
Square menunjukan nilai p= (0,005) < (0,05). Dari hasil penelitian dan hasil uji statistik Chi Square
yang dilakukan, disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dan lingkungan rumah
sakit dengan reaksi hospitalisasi pada anak usia sekolah di RSUP. Dr. Wahiddin Sudirohusodo
Makassar.
Kata Kunci: Dukungan keluarga, Lingkungan Rumah Sakit, dan Reaksi Hospitalisasi.
PENDAHULUAN
Hospitalisasi merupakan perawatan
yang dilakukan dirumah sakit dan dapat
menimbulkan trauma dan stress pada klien
yang baru mengalami rawat inap di rumah
sakit. Hospitalisasi dapat diartikan juga
sebagai suatu keadaan yang memaksa
seseorang harus menjalani rawat inap dirumah
sakit untuk menjalani pengobatan maupun
terapi yang dikarenakan klien tersebut
mengalami sakit. Pengalaman hospitalisasi
dapat mengganggu psikologi seseorang
terlebih bila seseorang tersebut tidak dapat
beradaptasi dengan lingkungan barunya di
rumah sakit (Edy novriadi, 2012).
Penyakit dan hospitalisasi sering kali
menjadi krisis pertama yang harus dihadapi
anak. Anak-anak sangat rentan terhadap krisis
penyakit
dan hospitalisasi karena stress
akibat perubahan dari keadaan sehat biasa
dan rutinitas lingkungan dan anak memiliki
jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk
meyelesaikan stressor (kejadian-kejadian yang
menimbulkan stress). Stressor utama dari
hospitalisasi antara lain adalah perpisahan,

32

kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri.


Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut
dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka;
pengalaman mereka
sebelumnya dengan
penyakit,
perpisahan,
atau hospitalisasi;
keterampilang koping yang mereka miliki dan
dapatkan; keparahan diagnosis; dan sistem
pendukung yang ada (Wong, 2008).
Permasalahan yang pokok yang
sering dihadapi dalam dunia kesehatan adalah
tidak lain merupakan dampak yang akan
ditimbulkan oleh hospitalisasi atau disebut
juga reaksi hospitalisasi. Masalah yang dapat
ditimbulkan dari hospitalisasi biasanya berupa
cemas, rasa kehilangan, dan takut akan
tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah
sakit, jika masalah tersebut tidak diatasi maka
akan
mempengaruhi
perkembangan
psikososial, terutama pada anak-anak. (Edy
Novriadi, 2012).
Kecemasan pada anak usia sekolah
adalah kecemasan karena berpisah dengan
kelompok sosial dan keluarganya, mengalami
luka pada tubuh, dan rasa nyeri. Perubahan
citra diri, integritas dan kehilangan kontrol

Volume 3 Nomor 2 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

juga
dapat
menimbulkan
kecemasan.
Prevalensi kecemasan anak saat hospitalisasi
mencapai
75%.Kecemasan
merupakan
kejadian yang mudah terjadi atau menyebar,
namun tidak mudah diatasi karena faktor
penyebabnya yang tidakspesifik.Anak yang
cemas akan mengalami kelelahan karena
menangis terus,
tidak mau berinteraksi
dengan perawat,
rewel,
terus-terusan
merengek minta pulang,
menolak makan
sehingga
memperlambat
proses
penyembuhan, menurunnya semangat untuk
sembuh,
dan tidak kooperatif terhadap
perawatan (Febriana dan Madya, 2012).
Juga muncul ketakutan pada anak
yaitu ketakutan pada perawat dan dokter,
serta lingkungan yang asing bagi anak. Anak
merasa takut bila ada seorang perawat yang
datang menghampirinya, tidak perduli apa
yang perawat lakukan sekalipun tidak akan
menyakitinya. Mereka menganggap perawat
akan melukainya dengan membawa suntikan
atau peralatan yang lainnya. Anak berusaha
untuk
menolak
perawat,
tidak
mau
ditinggalkan orang tuanya, memegang erat
tangan orang tuanya, anak meminta pulang,
menangis sekuatnya dan memukuli perawat
serta anak berlari-lari (Supartini, 2004).
Dirawat dirumah sakit dapat membuat
anak usia sekolah menunjukkan berbagai
tanda permasalahan lain seperti depresi,
perasaan gugup yang mengarah pada
insomnia, mimpi buruk, dan ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi. Adanya kecemasan
memungkinkan anak akan bertambah panik
bahkan sampai stress sehingga anak sulit
diajak berperan dalam menjalani perawatan
pengobatan (Gunarsoh,
2005 didalam
Sumarlen, 2011).
Komitmen dalam mengatasi hal
tersebut baik secara individual maupun secara
sosial yaitu upaya meminimalisir dampak dari
hospitalisasi. Berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah melalui dunia pendidikan dan
penyuluhan kepada masyarakat, tetapi dari
berbagai upaya yang dilakukan pemerintah
tersebut
kenyataannya
belum
banyak
menjawab dari permasalahan yang dihadapi
(Putri Windari, 2009).
Populasi anak yang dirawat dirumah
sakit mengalami peningkatan yang sangat
dramatis.Presentase anak yang dirawat di
rumah sakit mengalami masalah yang lebih
serius dan kompleks dibandingkan kejadian
hospitalisasi
pada
tahun-tahun
sebelumnya.Mc.
Cherty
dan
Kozak
mengatakan hampir empat juta anak dalam
satu tahun mengalami hospitalisasi (Lawrence
J. cit Hikmawati,
2000). Rata-rata anak

Volume 3 Nomor 2 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

mendapat perawatan selama enam hari. Dan


waktu yang diperlukan untuk merawat klien
anak-anak 20-45% lebih banyak dari pada
waktu untuk merawat orang dewasa
(Lawrence J. cit Hikmawati, 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh
psikolog
dalam
30
tahun
terakhir,
menyebutkan bahwa 10-30% dari anak-anak
dengan hospitalisasi menderita gangguan
psikologi dan sebanyak 90% anak anak
merasa kecewa dan putus asa karena dirawat
di rumah sakit. The National Centre for Health
Statistic memperkirakan bahwa 3-5 juta anak
dibawah usia 15 tahun menjalani hospitalisasi
setiap tahun. Saat anak-anak dirawat di rumah
sakit, mereka cenderung merasa ditinggalkan
oleh keluarganya dan merasa didalam
lingkungan yang sangat asing (Severo 2009
dikutip dari Pradita 2009)
Pada penelitian yang dilakukan oleh
Irdawati di salah satu Rumah Sakit yang ada
di
Indonesia,
ada
hubungan
dukungankeluarga dengan tingkat kecemasan
anak usia prasekolah yang dirawat inap di
ruang perawatan anak.
Di Indonesia jumlah kunjungan pasien
anak untuk rawat inap di rumah sakit tahun
2010 adalah 1.699.934 sedangkan tahun 2011
sejumlah 1.204.612 (sumber: Bina Upaya
Kesehatan, kemenkes RI, 2012).
Di provinsi Sulawesi Selatan jumlah
kunjungan pasien anak untuk rawat inap yang
ada di rumah sakit di setiap daerah adalah 20,
49% (2008) kemudian menurun mnjadi 14%
(2009) dan cenderung tetap ditahun 2010 yaitu
14, 65% dan turun lagi ditahun 2011 menjadi
14, 53% (Sumber: LKP Gubernur Sul-Sel
2011).
Di RSUP Dr. Wahiddin Sudirohusodo
Makassar selama periode Agustus sampai
Oktober 2012 pasien anak yang dirawat inap
di kelas II berjumlah kurang lebih 417 anak.
Dan yang dirawat dikelas III sekitar 3065 anak.
Dimana pada bulan Agustus di kelas II
berjumlah 66 anak, kelas III berjumlah 824, di
bulan September terjadi peningkatan, di kelas
II berjumlah 139 anak dan dikelas III berjumlah
1116 anak. Hal yang sama terjadi pula pada
bulan oktober, yaitu meningkat menjadi 212
anak di kelas II dan di kelas III berjumlah 1125
anak (Rekam Medis).
Berdasarkan fenomena diatas maka
peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan
dukungan keluarga dan lingkungan rumah
sakit dengan reaksi hospitalisasi pada anak
usia sekolah di Rumah Sakit Wahiddin
Sudirohusodo Makassar.

33

BAHAN DAN METODE


Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian Analitik Observasional dengan
pendekatan Cross Sectional Study. Penelitian
dilakukan di ruang lontara empat anak atas
RSUP. Dr. Wahiddin Sudirohusodo Makassar
pada bulan Januari sampai bulan Februari
tahun 2013.
Populasinya adalah semua klien anak
usia sekolah yang didampingi oleh orang
tuanya yang dirawat di ruang perawatan anak
Rumah Sakit Wahiddin Sudirohusodo. Dari
data awal yang didapatkan, populasi dari
penelitian ini yaitu 212 orang.Jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 14 orang.
1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Klien yang sementara dirawat di ruang
perawatan anak Rumah Sakit Wahiddin
Sudirohusodo Makassar
b. Klien yang berumur 6 sampai 12 tahun
c. Klien yang didampingi orang tua
d. Orang tua klien dapat membaca dan
menulis
e. Bersedia diteliti
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Klien yang berumur kurang dari 6 tahun
b. Klien yang berumur lebih dari 12 tahun
c. Orang tua klien tidak dapat membaca dan
menulis
d. Klien yang tidak didampingi orang tuanya
e. Klien tidak bersedia diteliti
Pengumpulan Data
1. Data primer
Data
yang
diambil
dari
responden dengan menggunakan lembar
observasi dan kuesioner.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari instansi
terkait sehubungan denganpenelitian.
Pengolahan Data
1. Editing
Upaya untuk memeriksa kembali
kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah
data terkumpul.
2. Koding
Kegiatan pemberian kode numeric
atau angka terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori.Selanjutnya dibuat
daftar variable sesuai dengan yang ada
dalam instrument penelitian.Selanjutnya
untuk mempermudah pemasukan data,
maka dibuat formulir koding.Kemudian

34

hasil koding siap dimasukkan kedalam


computer.
3. Entry data
Kegiatan memasukkan data yang
telah dikumpulkan kedalam master table
atau database computer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana
atau bias juga dengan membuat table
kontigensi.
4. Processing adalah proses analisa data
yang telah terbentuk angka menggunakan
master tabel atau perangkat lunak
(software) computer.
5. Cleaning adalah memeriksa kembali data
yang telah di entri ke dalam komputer
memastikan kebenaran data
HASIL PENELITIAN
1. Hasil Analisis Univariat
Tabel 1. Data Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Usia pada Anak
Usia Sekolah di RSUP. Dr. Wahiddin
Sudirohusodo Makassar
Usia
Frekuensi
Persen
6-8
4
28,6
9-11
8
57,1
12
2
14,3
Total
14
100,0
Sumber : Data primer bulan Januari 2013

Pada tabel 1 dari 14 responden,


kelompok usia 9-11 tahun yakni sebanyak 8
responden (57,1%), kemudian kelompok
usia 6-8 tahun
sebanyak 4 responden
(28,6%) dan terendah adalahkelompok usia
12 tahun yaitu sebanyak 2 responden
(14,3%).
Tabel 2. Data Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Usia penjaga
Responden pada Anak Usia Sekolah Di
RSUP.
Dr.
Wahiddin
Sudirohusodo
Makassar
Usia
Frekuensi
Persen
17
32-41
42-46
54-58
Total

1
8
3
2
14

7,1
57,1
21,4
14,3
100,0

Sumber : Data primer bulan Januari 2013

Pada tabel 2 menunjukan bahwa


sebagian besar yang menjaga pasien
adalah kelompok usia 32-41 tahun yakni
sebanyak 8 orang (57,1%), kemudian
kelompok usia 42-46 tahun sebanyak 3
orang (21,4%), kelompok usia 54-58 tahun
sebanyak 2 orang (14,3%) dan yang
Volume 3 Nomor 2 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

terendah adalah kelompok


sebanyak 1 responden (7,1%)

usia

17

Tabel 3. Data Distribusi Frekuensi


Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
pada Anak Usia Sekolah Di RSUP. Dr.
Wahiddin Sudirohusodo Makassar
Jenis
Frekuensi
Persen
Kelamin
Laki-laki
10
71,4
Perempuan
4
28,6
Total
14
100,0
Sumber : Data primer bulan Januari 2013

Pada tabel 3 dari 14 responden yang


memiliki jenis kelamin terbanyak adalah lakilaki sebanyak 10 orang (71,4%) dan
Perempuan sebanyak 4 orang (28,6%).
Tabel 4. Data Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Penjaga Responden pada Anak Usia
Sekolah
Di
RSUP.
Dr.
Wahiddin
Sudirohusodo Makassar
Jenis
Frekuensi
Persen
Kelamin
Laki-laki
5
35,7
Perempuan
9
64,3
Total
14
100,0
Sumber : Data primer bulan Januari 2013

Pada tabel 4 dari 14 responden jumlah


jenis kelamin penjaga reponden terbanyak
adalah Perempuan yaitu sebanyak 9 orang
(64,3%) dan laki-laki sebanyak 5 orang
(35,7%).
Tabel 5. Data Distribusi Responden
Berdasarkan Dukungan Keluarga pada Anak
Usia Sekolah Di RSUP. Dr. Wahiddin
Sudirohusodo Makassar
Dukungan
Frekuensi
Persen
Keluarga
Mendukung
10
71,4
kurang
4
28,6
mendukung
Total
14
100,0
Sumber : Data primer bulan Januari 2013

Dari tabel 5 menunjukan bahwa


responden yang
mendapat dukungan
keluarga adalah sebanyak10 orang (71,4%),
dan yang kurang mendapat dukungan
keluarga adalah sebanyak 4 orang (28,6%)
Tabel 6. Data Distribusi Responden
Berdasarkan Lingkungan Rumah Sakit pada

Volume 3 Nomor 2 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

Anak Usia Sekolah Di RSUP. Dr. Wahiddin


Sudirohusodo Makassar
Lingkungan Rumah
Frekuensi Persen
Sakit
Baik
7
50,0
Kurang baik
7
50,0
Total
14
100,0
Sumber : Data primer bulan Januari 2013

Pada tabel 6 menunjukan bahwa


responden yang menyatakan lingkungan
rumah sakit baik adalah sebanyak7 orang
(50,0%), dan yang menyatakan lingkungan
rumah sakit kurang baik adalah juga
sebanyak 7 orang (50,0%).
Tabel 7. Data Distribusi Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Reaksi
Hospitalisasi pada Anak Usia Sekolah Di
RSUP.
Dr.
Wahiddin
Sudirohusodo
Makassar
Reaksi
Frekuensi
Persen
Hospitalisasi
Tidak ada
8
57,1
Ada
6
42,9
Total
14
100,0
Sumber : Data primer bulan Januari 2013

Pada tabel 7 diatas, responden yang


tidak
menunjukkan
adanya
reaksi
hospitalisasi (cemas, marah dan respon
terhadap nyeri berlebihan) yaitu sebanyak8
orang (52,1%),
dan Responden yang
menunjukkan adanya reaksi hospitalisasi
adalah sebanyak6 orang (42,9%).
2. Hasil Analisis Bivariat
Analisis
ini
dilakukan
untuk
mendapatkan
penggambaran
tentang
hubungan antara variabel independen
dengan varibel dependen. Adapun hasil
yang diperoleh sebagai berikut:
a. Hubungan dukungan keluarga dengan
reaksi hospitalisasi
Tabel 8. Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Reaksi Hospitalisasi pada Anak
Usia Sekolah Di RSUP. Dr. Wahiddin
Sudirohusodo Makassar
Dukungan Keluarga
Kurang
Mendukung
Total
Mendukung
N
%
N
% N
%
Tidak ada 8
57,1
0
0
8 57,1
Ada
2
14,3
4 28,6 6 42,9
Reaksi
Hospitali
sasi

Total

10

71,4
4 28,6 14 100,0
p = 0,015
Sumber : Data primer bulan Januari 2013

35

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa


dari 14 responden yang mendapat
dukungan keluarga dan tidak ada reaksi
hospitalisasi yaitu sebanyak 8 responden
(57,1%),
dan
responden
yang
mendapatdukungan keluarga namunada
reaksi hospitalisasi yaitu
sebanyak 2
responden (14,3%). Tidak ada responden
yang
kurang
mendapat
dukungan
keluarga dan tidak ada reaksi hospitalisasi
yang muncul, namun yang kurang
mendapat dukungan keluarga dan ada
reaksi hospitalisasi yang muncul yaitu
sebanyak 4 responden (28,6%).
Dari hasil analisis SPSS dengan
menggunakan uji statistik Chi-square
koreksi Fishers exact-test,diperoleh p=
(0,015) < (0,05) yang menunjukkan
penolakan terhadap hipotesis nol (H0) dan
penerimaan terhadap hipotesis alternatif
(Ha). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan dukungan keluarga dengan
reaksi hospitalisasi pada anak usia
sekolah di Rumah Sakit Umum Pendidikan
Dr. Wahiddin Sudirohusodo Makassar.
b. Hubungan lingkungan rumah sakit dengan
reaksi hospitalisasi
Tabel 9. Hubungan Lingkungan Rumah
Sakit dengan Reaksi Hospitalisasi pada
Anak Usia Sekolah
Di RSUP. Dr.
Wahiddin Sudirohusodo Makassar
Reaksi
Hospitalisa
si
Tidak ada
Ada
Total

Lingkungan Rumah Sakit


Kurang
Baik
Total
Baik
N
%
N
% N
%
7 50,0
1
7,1 8 57,1
0
0
6 42,9 6 42,9
7 50,0
7 50,0 14 100,0

p = 0,005
Sumber : Data primer bulan Januari 2013

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari


14
responden
yang
menyatakan
lingkungan rumah sakitbaik dan tidak ada
reaksi hospitalisasi sebanyak 7 responden
(50,0%), sedangkan responden yang
menyatakan lingkungan rumah sakit baik
tetapi ada reaksi hospitalisasi dalam
penelitian ini sama sekali tidak ada.
Responden yang menyatakan lingkungan
rumah sakit kurang baik tetapi tidak ada
reaksi hospitalisasi yaitu sebanyak 1
responden (7,1%),dan respondenyang
menyatakan lingkungan rumah sakit
kurangbaik dan ada reaksi hospitalisasi
yaitu sebanyak 6 responden (42,9%).
Dari hasil analisis SPSS dengan
menggunakan uji statistik Chi-square

36

koreksi Fishers exact-test,diperoleh p=


(0,005) < (0,05) yang menunjukkan
penolakan terhadap hipotesis nol (H0) dan
penerimaan terhadap hipotesis alternatif
(Ha). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan lingkungan rumah sakit
dengan reaksi hospitalisasi pada anak
usia sekolah di Rumah Sakit Umum
Pendidikan Dr. Wahiddin Sudirohusodo
Makassar.
PEMBAHASAN
1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Reaksi Hospitalisasi
Dukungan keluarga adalah sikap,
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya.Anggota keluarga dipandang
sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dalam
lingkungan
keluarga.Anggota
keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan
(Friedman, 1998).
Dukungan sosial keluarga adalah
sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial
berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap
siklus kehidupan. Namun demikian, dalam
semua tahap siklus kehidupan, dukungan
sosial keluarga membuat keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan
akal.Sebagai
akibatnya,
hal
ini
meningkatkan kesehatan dan adaptasi
keluarga (Friedman, 1998).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan bahwa dari 14 responden yang
mendapat dukungan keluarga dan tidak ada
reaksi hospitalisasi yaitu
sebanyak 8
responden (57,1%), dan responden yang
mendapatdukungan keluarga namunada
reaksi hospitalisasi yaitu
sebanyak 2
responden (14,3%). Sedangkan responden
yang kurangmendapat dukungan keluarga
dan tidak ada reaksi hospitalisasi yang
muncul tidak ditemukan dalam penelitian ini,
sebaliknya yang kurangmendapatdukungan
keluarga dan ada reaksi hospitalisasi yang
muncul yaitu sebanyak 4 responden
(28,6%).
Sesuai dengan hasil penelitian,
ditemukan hubungan dukungan keluarga
dengan reaksi hospitalisasi pada pasien
anak usia sekolah. Hal ini disebabkan
karena perawatan anak di rumah sakit
memaksa anak untuk berpisah dengan
lingkungan yang dicintainya salah satunya
adalah keluarga yang mengakibatkan
timbulnya kecemasan. Dukungan keluarga
yang didapatkan oleh seorang anak dapat
meminimalisir ketakutan berpisah yang
Volume 3 Nomor 2 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

dirasakan oleh anak sehingga semakin baik


dukungan keluarga yang didapatkan oleh
seorang anak dapat pula mengurangi
kecemasan yang ia rasakan.
Menurut Wong (2000) perpisahan
yang lama akan mengakibatkan timbulnya
serangkaian kelakuan emosional yang dapat
dikenali, yaitu; tahap protes: menangis kuatkuat, menjerit, memanggill orang tuanya
atau menggunakan tingkah laku agresif;
tahap putus asa: anak tidak aktif, menarik
diri, kurang minat main dll.; tahap menolak:
anak secara samar-samar menerima
perpisahan, dll.
Selain itu, orang tua
dapat
memberikan
asuhan
efekif
selama
hospitalisasi anak. Telah terbukti dalam
beberapa penelitian bahwa anak akan
merasa aman apabila berada disamping
orang tuannya (Supartini, 2004).
Rasa
aman yang dirasakan oleh anak, sudah pasti
mengurangi reaksi hospitalisasi yang di
rasakannya.
Pada penelitian serupa yaitu oleh
Erysa Herdiana dengan judulHubungan
Dukungan
Keluarga
dengan
Tingkat
Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah
Akibat Hospitalisasi Di Bangsal Ar-Rahman
RSU
PKU
Muhammadiyah
Bantul
Yogyakarta, hasil penelitiannya yaitu 0,034 >
0,05 yaitu berarti ada hubungan antara
dukungan
keluarga
dengan
tingkat
kecemasan anak usia prasekolah akibat
hospitalisasi di Bangsal Ar-Rahman RSU
PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.
Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
dukungan keluarga yang diberikan maka
semakin rendah kecemasan yang dialami
anak prasekolah.
Pada saat anak menjalani masa
perawatan, anak harus berpisah dari
lingkungannya yang lama, serta orang-orang
terdekat dengannya. Anak biasanya memiliki
hubungan yang sangat dekat dengan
ibunya, akibat perpisahan dengan ibu akan
meninggalkan rasa kehilangan pada anak
akan orang yang terdekat bagi dirinya dan
akan lingkungan yang dikenalnya, sehingga
pada akhirnya akan menimbulkan perasaan
tidak aman dan rasa cemas (Nursalam,
2008)
2. Hubungan Lingkungan Rumah Sakit dengan
Reaksi Hospitalisasi
Menurut WHO rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial
dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan
paripurna
(komprehensif),
penyembuhan
penyakit
(kuratif)
dan

Volume 3 Nomor 2 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

pencegahan penyakit (preventif) kepada


masyarakat.
Sakit dan hospitalisasi menimbulkan
krisis pada kehidupan anak. Di rumah sakit,
anak harus menghadapi lingkungan yang
asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal,
dan gangguan terhadap gaya hidup mereka.
Seringkali,
anak
harus
menghadapi
prosedur
yang
menimbulkan
nyeri,
kehilangan kemandirian dan berbagai hal
yang tidak diketahui (Wong, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan bahwa dari 14 responden yang
menyatakan lingkungan rumah sakitbaik dan
tidak ada reaksi hospitalisasi sebanyak 7
responden (50,0%), sedangkan responden
yang menyatakan lingkungan rumah sakit
baik tetapi ada reaksi hospitalisasi dalam
penelitian ini sama sekali tidak ada.
Responden yang menyatakan lingkungan
rumah sakit kurang baik tetapi tidak ada
reaksi hospitalisasi yaitu sebanyak 1
responden
(7,1%),dan
respondenyang
menyatakan
lingkungan
rumah
sakit
kurangbaik dan ada reaksi hospitalisasi
yaitu sebanyak 6 responden (42,9%).
Sesuai hasil penelitian, ditemukan
hubungan lingkungan rumah sakit dengan
reaksi hospitalisasi pada pasien anak usia
sekolah. Hal ini disebabkan karena anak
harus
kehilangan
lingkungan
kesehariannya.Dan
juga
anak-anak
biasanya takut terhadap dokter maupun
perawat dengan seragam putih, lingkungan
rumah sakit yang terdapat alat-alat
kesehatan dapat menambah ketakutan pada
pasien anak.Ketakutan tersebut dapat
menimbulkan reaksi hospitalisasi berupa
kecemasan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori, munculnya ketakutan pada anak yaitu
ketakutan pada perawat dan dokter, serta
lingkungan yang asing bagi anak. Anak
merasa takut bila ada seorang perawat yang
datang menghampirinya, tidak perduli apa
yang perawat lakukan sekalipun tidak akan
menyakitinya. Mereka menganggap perawat
akan
melukainya
dengan
membawa
suntikan atau peralatan yang lainnya. Anak
berusaha untuk menolak perawat, tidak
mau ditinggalkan orang tuanya, memegang
erat tangan orang tuanya, anak meminta
pulang, menangis sekuatnya dan memukuli
perawat serta anak berlari-lari (Supartini,
2004).
Anak-anak biasanya takut kepada
perawat ataupun dokter karena berpikir
bahwa
perawat
atau
dokter
akan
memberikan suntikan atau yang lainnya

37

yang
dianggapnya
akan
menyakiti
dirinya.Menurut Tjandra (2003) kecemasan
terjadi ketika seseorang merasa terancam
baik fisik maupun psikologisnya.Kecemasan
inilah yang dapat timbul pada anak-anak.
Lingkungan rumah sakit terutama
ruang rawat inap pasien anak apabila
terdapat lebih dari satu pasien pasti akan
mempengaruhi reaksi hospitalisasi yang
muncul.
Beberapa perubahan yang dialami
selama dirawat di rumah sakit, pada
akhirnya
dapat
menyebabkan
anak
mengalami stress emosi. Menurut penelitian
yang dilakukan di instalasi rawat inap badan
RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang,
dengan jumlah responden 68 orang
didapatkan hasil 43 orang atau 61,8%
menyatakan mengalami stress emosi
selama berada di rumah sakit, sedangkan
26 orang atau 32,8% menyatakan tidak
mengalami stress emosi akibat perawatan
yang dialaminya (Triyanto, 2006).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
teori perawatan anak di rumah sakit
merupakan pengalaman yang penih dengan
stress. Lingkungan rumah sakit merupakan
stress bagi anak dan orang tua baik
lingkungan fisik rumah sakit seperti
bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang
khas, pakaian putih petugas rumah sakit
maupun lingkungan sosial seperti sesama
pasien anak ataupun interaksi dan sikap
petugas kesehatan itu sendiri sehingga
perasaan takut, cemas, tegang, nyeri dan
perasaan tidak menyenangkan lainnya
sering dialami oleh anak (Supartini, 2004).
Teori lainnya yang mendukung hasil
penelitian ini yaitu umumnya anak yang
dirawat di rumah sakit takut pada dokter,
perawat dan petugas kesehatan lainnya
serta anak takut berpisah dengan orang tua
dan saudaranya (Ngastiyah, 2005).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan mengenai hubungan dukungan
keluarga dan lingkungan rumah sakit dengan
reaksi hospitalisasi pada anak usia sekolah di
Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Wahiddin
Sudirohusodo
Makassar,
maka
dapat
disimpulkan bahwa :
1. Ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan reaksi hospitalisasi pada anak usia

sekolah di Rumah Sakit Umum Pendidikan


Dr. Wahiddin Sudirohusodo Makassar.
2. Ada hubungan antara lingkungan rumah
sakit dengan reaksi hospitalisasi pada anak
usia sekolah di Rumah Sakit Umum
Pendidikan Dr. Wahiddin Sudirohusodo
Makassar.
SARAN
Dengan
memperhatikan
hasil
penelitian dan segala keterbatasan yang
dimiliki peneliti, maka peneliti mengajukan
beberapa saran :
1. Bagi Akademik
Diharapkan
kepada
institusi
pendidikan agar menjadikan skripsi ini
sebagai salah satu bahan referensi bacaan
mengenai hubungan dukungan keluarga dan
lingkungan rumah sakit dengan reaksi
hospitalisasi bagi
mahasiswa Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin
Makassar maupun dari kampus lain.
2. Bagi Rumah Sakit
a. Akan lebih baik apabila memisahkan
pasien yang membutuhkan bantuan
pernafasan, serta memisahkan alat-alat
medis seperti tabung oksigen sehingga
tidak memberi rasa takut pada pasien
anak yang lainnya.
b. Saran
bagi
perawat,
biasakan
memberikan penjelasan kepada keluarga
akan pentingnya dukungan keluarga
dalam kesembuhan pasien anak usia
sekolah.
c. Saran bagi perawat, agar melakukan
pendekatan kepada pasien anak usia
sekolah sehingga menimbulkan rasa
percaya kepada perawat, hal ini dapat
membantu pasien anak merasa nyaman
dengan lingkungan rumah sakit.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam upaya memperkaya ilmu
pengetahuan,
diharapkan
peneliti
selanjutnya perlu melakukan penelitian
dengan menggunakan metode yang lain
dan menggunakan sampel yang lebih
banyak agar hasil penelitiannya dapat lebih
obyektif.
4. Bagi calon perawat atau adik-adik agar
meningkatkan
pendidikannya
dan
memperbanyak
pengalaman
misalnya
mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, dan
workshop.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC: Jakarta.
Azwar. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

38

Volume 3 Nomor 2 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

Cut Faridayati. 2011. Gambaran tingkat stress pada anak usia sekolah selama hospitalisasi di Rumah Sakit Anak
dan Bunda Harapan Kita Jakarta. Skripsi Diterbitkan. Jakarta. Fakultas Kedokteran. Universitas Islam
Negeri.
Febriana Sartika Sari, Madya Sulisno. 2012. Hubungan Kecemasan Ibu dengan Kecemasan Anak Saat
Hospitalisasi Anak.Skripsi diterbitkan. Semarang. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Gunarsah, Singgih D. 2008.Psikologi Olahraga Prestasi. Gunung Mulia: Jakarta.
Hidayat A. A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta.
Muhammad Ikhsan. 2012.Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah pada
pasien pre operasi laparatomi di Rumah Sakit Umum Islam Faisal Makassar. Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Nani Hasanuddin Makassar.
Novriadi, Edy. 2012. Askep pada Klien Hospitalisasi (Online), (http://nersnovriadi.blogspot.com/2012/09/askeppada-klien-hospitalisasi.html, diakses 21 November 2012).
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman skripsi, Tesis, dan
Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Nursalam, Rekawati S. dan Sri Utami. 2008. Asuhan Keperwatan Bayi dan Anak.Salemba Medika: Jakarta.
Pradita Dwi Wijayanti. 2009. Faktor faktor yang Berhubungan dengan Regresi Anak Prasekolah Saat
Hospitalisasi di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta. Skripsi diterbitkan. Jakarta. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Uin Syarif Hidayatullah.
Putri Windari. 2009. Hubugan Pengalaman Hospitalisasi pada Anak Usia Todler dengan Tingkat Kecemasan
Akibat Perpisahan dengan Orang Tua di Ruang Anggrek Rumah Sakit Kepolisian Pusat R. S. Sukanto
Jakarta. Skripsi diterbitkan. Jakarta. Fakultas Kesehatan. Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Simamora, Bilson. 2008. Panduan riset perilaku konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Siregar, charles. J. P. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. EGC: Jakarta.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC: Jakarta.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC: Jakarta.
Suparyanto. 2012. Konsep Dukungan Keluarga (online), (http://dr.suparyanto.blogspot.com/2012/03/konsepdukungan-keluarga.html, diakses 21 November 2012).
Suparyanto. 2012. KonsepSikap (online), (http://dr.suparyanto.blogspot.com/2010/09/konsep-sikap.html, diakses
3 Desember 2012).
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Volume 2. EGC: Jakarta.
Yuliana. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Reaksi Hospitalisasi pada Anak Usia 6-12 tahun di
Ruang Perawatan Anak RSUD Daya Makssar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar. Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Nani Hasanuddin Makassar.
(http://digilib.fk.umy.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=yoptumyfkpp-gdl-erysaherdi-570).
Abstrak:
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah Akibat
Hospitalisasi di Bangsal Ar-Rahman Rsup Muhammadiyah Bantul Yogyakarta, 2012-10-20
ErysaHerdiana. Diakses tanggal 9 Februari 2013 pukul 20.31 WITA
(http://dinkes-sulsel.go.id).ProfilKesehatan Sulawesi Selatan.Diakestanggal 4 Desember 2012 pukul 21.30 WITA.
(http://Jovande.multiply.com/reviews/itemm, 04/08 Jovande. 2007 Kemampuan Sosial Anak. Diakses tanggal 4
Desember 2012 pukul 21.40 WITA.
(http://www.psychologymania.com/2012/08/pengertian-dukungan-keluarga.html).
Keluarga. Diakses tanggal 6 Februari 2013 pukul 13.56 WITA.

Volume 3 Nomor 2 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

Pengertian

Dukungan

39

Anda mungkin juga menyukai