Gangguan Mental Organik
Gangguan Mental Organik
3 Votes
BAB I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Gangguan kognitif pada pasien akan mempengaruhi kemampuan berpikir rasional seseorang.
Respon kognitif yang ditimbulkan berbeda, tergantung pada bagian yang mengalami
gangguan. Perubahan dalam perilaku juga akan terjadi.
Pada kasus delirium akan terjadi gangguan pada proses berpikir,sedangkan pada demensia
akan mengalami respon kognitif yang mal-adaptif.
Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dikaji lebih lanjut
tentang Gangguan kognitif dan mental organic pada pasien.
Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara umum tentang
informasi penting pasien dengan gangguan kognitif, sehingga dapat membantu para praktisi
medis dalam penatalaksanaan penyakit gangguan kognitif yang diaplikasikan dalam hal :
Pengkajian
Penegakan diagnosa
Intervensi
Implementasi
Evaluasi.
Pemberian informasi yang maksimal dapat membantu pasien untuk menghadapi masalahnya
dan meminimalkan resiko yang akan terjadi.
GANGGUAN KOGNITIF DAN MENTAL ORGANIK
1.
I. Definisi :
Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan rasional,termasuk proses mengingat,
menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan1)
Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk
berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak .
II.
1.
Fungsi Otak :
Lobus Frontalis
Lobus Temporal
Secara umum berfungsi untuk :
Diskriminasi bunyi
Prilaku verbal
Bicara
1.
Lobus Parietal
Berfungsi untuk :
Diskriminasi waktu
Fungsi somatik
Fungsi motorik
1.
Lobus Oksipitalis
Berfungsi untuk :
Diskriminasi visual
Diskriminasi beberapa aspek memori
1.
Sisitim Limbik
Hal ini akan berpengaruh pada fungsi :
Perhatian
Flight of idea
Memori
Daya ingat
Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan
mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :
1.
Periodic
indecisiveness
keputusan
Memori baik
Orientasi penuh
-Pelupa
Persepsi akurat
Kadang-kadang bingung
Perhatian terfokus
Ragu
Koheren
Berfikir logis
Kadang-kadang
Kerusakan memori
Kerusakan penilaian
Disorientasi
Mispersepsi
Pikiran kacau
Mispersepsi
Perhatian tidak fokus
pikiran tidak
jernih
BAB II.
PENGKAJIAN KHUSUS.
yang logis
1.
II. 1 .Definisi
Gangguan kognitif dapat menyebabkan gangguan perilaku,antara lain dapat berupa delirium
maupun demensia. Pada kasus refrat ini saya akan membahas lebih dalam pada gangguan
kognitif yaitu delirium.
Delirium adalah suatu kondisi yang dikarakterisasi dengan adanya perubahan kognitif akut
(defisit memori,disorientasi,gangguan berbahasa) dan gangguaan pada sistem kesadaran
manusia. Delirium bukanlah suatu penyakit melainkan suatu sindrom dengan penyebab
multipel yang terdiri atas berbagai macam pasangan gejala akibat dari suatu penyakit dasar.
Delirium didefinisikan sebagai disfungsi cerebral yang reversible,akut dan bermanifestasi
klinis pada abnormalitas neuropsikiatri.
Delirium sering salah diintrepretasikan dengan demensia,depresi,mania, schizophrenia akut,
atau akibat usia tua, hal ini dapat terjadi karena gejala dan tanda dari delirium juga muncul
pada demensia,depresi,mania,psikosis dll. Kata delirium berasal dari bahasa latin yang
artinya lepas jalur. Sindrom ini pernah dilaporkan pada masa Hippocrates dan pada tahun
1813 Sutton mendeskripsikan sebagai delirium tremens,kemudian Wernicke menyebutnya
sebagai Encephalopathy Wernicke.3)
1.
II. 2. Patofisiologi
Berdasarkan pada bangkitan, terdapat 3 tipe delirium.3)
1.
Delirium hiperaktif : didapatkan pada pasien dengan gejala putus substansi antara
lain; alkohol,amfetamin,lysergic acid diethylamide atau LSD.
2.
Delirium hipoaktif : didapatkan pada pasien pada keadaan hepatic encephalopathy dan
hipercapnia.
3.
Delirium campuran : pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang hari mengantuk
tapi pada malam hari terjadi agitasi dan gangguan sikap.
Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya. Delirium
menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan structural dan fisiologik. Neuropatologi
dari delirium telah dipelajari pada pasien dengan hepatic encephalopathy dan pada pasien
dengan putus alcohol. Hipotesis utama yaitu gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel
dan abnormalitas dari multipel neurotransmiter.3)
1.
a. Asetilkolin
data studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah salah satu dari neurotransmiter yang
penting dari pathogenesis terjadinya delirium. Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa
obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan bingung,pada pasien dengan
transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejala ini. Pada pasien post operatif
delirium serum antikolinergik juga meningkat.
1.
b. Dopamine
Pada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dan dopaminergik. Pada delirium
muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik,pengobatan simptomatis muncul pada pemberian
obat antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat dopamine.
1.
c. Neurotransmitter lainnya
Serotonin ; terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan encephalopati hepatikum.
GABA (Gamma-Aminobutyric acid); pada pasien dengan hepatic encephalopati,peningkatan
inhibitor GABA juga ditemukan. Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatic
encephalopati,yang menyebabkan peningkatan pada asam amino glutamat dan glutamine
(kedua asam amino ini merupakan precursor GABA). Penurunan level GABA pada susunan
saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus benzodiazepine dan
alkohol.
1.
d. Mekanisme peradangan/inflamasi
Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti interleukin-1 dan interleukin-6,dapat
menyebabkan delirium. Mengikuti setelah terjadinya infeksi yang luas dan paparan
toksik,bahan pirogen endogen seperti interleukin-1 dilepaskan dari sel. Trauma kepala dan
iskemia, yang sering dihubungkan dengan delirium,terdapat hubungan respon otak yang
dimediasi oleh interleukin-1 dan interleukin 6.
1.
1.
f. Mekanisme struktural
Pada pembelajaran terhadap MRI terdapat data yang mendukung hipotesis bahwa jalur
anatomi tertentu memainkan peranan yang lebih penting daripada anatomi yang lainnya.
Formatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting dari bangkitan delirium. Jalur
tegmentum dorsal diproyeksikan dari formation retikularis mesensephalon ke tectum dan
thalamus adalah struktur yang terlibat pada delirium.
Kerusakan pada sawar darah otak juga dapat menyebabkan delirium,mekanismenya karena
dapat menyebabkan agen neuro toksik dan sel-sel peradangan (sitokin) untuk menembus
otak.
II. 3. DIAGNOSTIK
Kriteria diagnostik untuk delirium :4)
1.
Gangguan kesadaran
Penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar ,dengan penurunan kemampuan untuk
fokus,mempertahankan atau mengganti perhatian.
1.
2.
3.
Bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan laboratorium yang
mengindikasikan bahwa gangguan disebabkan oleh konsekuensi fisiologik langsung atau
akibat kondisi medis yang umum.
II. 4. Onset/ level fluktuasi dari kesadaran
Delirium ditandai dari perubahan mental akut dari pasien,perubahan fluktuatif pada kognitif
termasuk memori,berbahasa dan organisasi.4)
1.
Gangguan atensi
Pasien dengan delirium mengalami kesulitan untuk memperhatikan. Mereka mudah
melupakan instruksi dan mungkin dapat menanyakan instruksi dan pertanyaan untuk diulang
berkali-kali. Metode untuk mengidentifikasi gangguan atensi yaitu dengan menyuruh pasien
menghitung angka terbalik dari 100 dengan kelipatan 7.
1.
1.
Agitasi
Pasien dengan delirium dapat menjadi agitasi sebagai akibat dari disorientasi dan
kebingungan yang mereka alami. Sebagai contoh; pasien yang disorientasi menggangap
mereka dirumah meskipun ada dirumah sakit,sehingga staff rumah sakit dianggap sebagai
orang asing yang menerobos kerumahnya.
D. Apatis dan menarik diri terhadap sekitar/withdrawal.
Pasien dengan delirium dapat menampilkan apatis dan withdrawal. Mereka dapat terlihat
depresi,penurunan nafsu makan,penurunan motivasi dan gangguan pola tidur.
1.
Gangguan tidur.
Pada pasien delirium sering tidur pada waktu siang hari tapi bangun pada waktu malam hari.
Pola ini digabungkan dengan disorientasi,kebingungan dapat menimbulkan situasi yang
berbahaya pada pasien yang resikonya dapat jatuh dari tempat tidur,menarik kateter atau iv
dan pipa nasogastric.
1.
Delirium dapat menyebabkan emosi pasien yang labil seperti gelisah,sedih,menangis dan
kadang kadang gembira yang berlebih. Emosi ini dapat muncul bersamaan ketika seseorang
mengalami delirium.
G. Gangguan persepsi
Terjadi halusinasi visual dan auditori
H. Tanda tanda neurologis
Pada delirium dapat muncul tanda neurologis antara lain : tremor gait, asterixis
mioklonus,paratonia dari otot terutama leher,sulit untuk menulis dan membaca dan gangguan
visual.
II. 5. Gejala delirium
Gejala-gejala utama dari delirium :4)
Disorientasi
Ilusi
Halusinasi
Disfasia
Disarthria
Tremor
Onset
Delirium
Demensia
Biasanya tiba-tiba
Biasanya perlahan
biasanya lama danprogressif.
Paling banyak dijumpai
Lama
Stressor
Perilaku
Pikiran tidak teratur
-Gangguan penilaian dan
pengambilan keputusan
Afek labil
DELIRIUM MNEMONICS (suatu rangkaian kata yang dapat dipakai untuk membedakan
diagnosis delirium): 4)
I WATCH DEATH
Infection
HIV,sepsis,pneumonia
Withdrawal
Acute metabolic
infeksi,stroke,tumor, metastasis,vaskulitis,
Encephalitis, meningitis,sifilis
Hipoksia
Defisiensi
Endorinopati
hiper/hipoadenokortism,hiper/hipoglikemi,mix-
Udem, hiperparatiroidism.
Acute vaskuler
hipertensif encephalopati,stroke,arrhythmia,
Shock
Toxin atau obat
Bahaya
Heavy metals
Malnutrisi
Penyakit hati kronis
Pasien dengan hemodialisis
Penyakit Parkinson
Infeksi HIV
Status post stroke
II. 8. Penyebab /etiologi delirium
hampir semua penyakit medis,intoksikasi atau medikasi dapat menyebabkan delirium.
Seringkali delirium merupakan multifaktorial dalam etiologinya. Dibawah ini merupakan
multifaktorial etiologi :6)
1.
Hipoksia
2.
Hipoglikemia
3.
Hipertermia
4.
Antikolinergik delirium
5.
Perubahan structural :
1.
2.
3.
4.
Abses otak
Akibat metabolic
1.
2.
Hipoglikemia
3.
4.
5.
Keadaan hipoperfusi :
1.
Shock
2.
3.
Cardiac aritmia
4.
Anemia
Infeksi :
1.
2.
Ensephalitis
3.
4.
Septicemia
5.
Pneumonia
6.
Toksik :8)
1.
2.
Penyebab lainnya :
1.
Lingkungan yang tidak nyaman bagi pasien demensia menjadi pencetus delirium
2.
1.
2.
3.
4.
Test hati dan ginjal ; untuk mendiagnosa gagal ginjal atau hati
5.
6.
7.
HIV test
8.
9.
Sedimentasi urine
1.
CT Scan kepala
2.
1.
2.
3.
4.
Pada toksisitas atau gangguan metabolik didapatkan pola gelombang triphasic, pada
epilepsy didapatkan gelombang continuous discharge, pada lesi fokal didapatkan
gelombang delta.
Foto radiologi dada :9)
Digunakan untuk melihat apakah terdapat pneumonia atau CHF ( congestive heart failure).
Test lainnya antara lain :10)
1.
Pungksi lumbal, dilakukan apabila curiga terdapat infeksi susunan saraf pusat
2.
3.
1.
1. Neuroleptik (haloperidol,risperidone,olanzapine)
Haloperidol (haldol)
Suatu antipsikosis dengan potensi tinggi. Salah satu antipsikosis efektif untuk delirium.
DOSIS :
Dewasa :
1.
50 mg per iv (thiamilate)
* Libatkan keluarga
* Temani menjelang tidur
* Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur
* Hindari tidur diluar jam tidur
* Mandi sore dengan air hanngat
* Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti : kopi, dll
* Lakukan methode relaksasi seperti : napas dalam
Disorientasi :
* Ruangan yang terang
* Buat jam, kalender dalam ruangan
*Lakukan kunjungan sesering mungkin
* Orientasikan pada situasi linkumngan
* Beri nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada ruangan/ kamar
* Orientasikan pasien pada barang milik pribadinya ( kamar, tempat tidur,
lemari, photo keluarga, pakaian, sandal ,dll)
*Tempatkan alat-alat yang membantu orientasi massa
d. Pendidikan kesehatan
Mulai saat pasien bertanya tentang yang terjadi pada keadaan
sebelumnya
Seharusnya perawat harus harus tahu sebelumnya tentang :
* Masalah pasien
* Stressor
* Pengobatan
* Rencana perawatan
* Usaha pencegahan
* Rencana perawatan dirumah
Penjelasan diulang beberapa kali
Beri petunjuk lisan dan tertulis
Libatkan anggota keluarga agar dapat melanjutkan perawatan dirumah
dengan baik sesuai rencana yang telah ditentukan.
A Picture of ICU Delirium (foto deskripsi seorang pasien delirium di intensive care unit ) 14)
Tulisan untuk gambar diatas :
aku perlahan-lahan bangun pada ICU setelah operasi dan mencoba untuk membuka mataku
dan menggerakkan tangan kananku. Tetapi hey? Perasaan aneh apa yang terdapat pada
tanganku? Aku mengangkat kepalaku dan melihat beberapa mahluk kecil merayap pada
kasurku dan tanganku. Aku mencoba untuk berteriak kepada perawat : SUSTER,SUSTER!!
Tolong aku untuk bangun dari tempat tidur. Aku berjuang dan berjuang untuk memanggil
namun tidak satupun yang dating. Tidak ada seorang pun yang sepertinya mendengar
teriakanku, aku merasa sendiri. Akhirnya seseorang dating. Dia tertawa kepadaku dan saya
mencoba untuk melihatnya lebih dekat. Dia mendekat dan saya melihat sesuatu melingkar di
lehernya. Apa itu ? itu merayap dan makin besar dan membesar! Apa..apakah itu ular? Tidak,
itu tidak mungkin,tetapi saya dapat melihatnya bergerak! Ini tidak baik! Bagaimanakah saya
dapat keluar dari sini? Perawat berkata kepada seseorang yang tidak dapat saya lihat. Mereka
mentertawakan dan membuatku malu, apakah mereka mentertawakan saya ? saya harap
seseorang datang dan menolong saya untuk keluar dari tempat mengerikan ini. Sekarang saya
dapat melihat dengan siapakah perawat itu bicara. Apakah orang ini datang untuk menolong
saya? Saya mencoba melihatnya lebih dekat, dan kelihatanya dia berbulu dan aneh. Dia mirip
seperti seseorang.ataukah seekor hewan? Oh ,tidak dia membuka mulutnya dan mengaum
seperti singa! Saya sangat takut,apakah tidak ada seseorang pun yang dapat menolongku ?
.
Text disadur asli dari Peter Spronk MD, Netherlands
BAB III.
KESIMPULAN
Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannnya dengan
gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/ gejala yang
timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan, misalnya pada lobus
oksipitalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus frontalis maupun sistim limbik.
Pada delirium gangguan fungsi kognitif harus dapat diidentifikasi dengan gangguan psikiatri
yang lainnya, antara lain dengan demensia ,psikosis, depresi dikarenakan karena pada
delirium dan gangguan psikiatri lainnya terdapat gejala gejala yang hampir mirip.
Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang dilakukan
adalah : selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan
kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk
mencapai kesembuhan pasien.
Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting diketahui apa
penyebab terjadinya . Sehingga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk mengatasi
masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi
kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan keselamatan pasien.
Teknik teknik penatalaksanaan juga diharapkan dapat membantu untuk mendiagnosis secara
tepat dan akurat disamping itu penatalaksanaan yang baik dapat meliputi hasil antara lain,
Pasien dapat mencapai fungsi kognitif yang optimal,Menjaga keselamatan hidup,pemenuhan
kebutuhan bio-psiko-sosial disamping itu diperlukan juga untuk meliibatkan keluarga dalam
menyampaikan Pendidikan kesehatan mental.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Stuart, Gw. and Sundeen S.J (1995). Perbandingan Delirium, Depresi dan
Demensia.St.louis : Mosby year book
3.
4.
5.
6.
Inouye SK, van Dyck CH, Alessi CA, Balkin S, Siegal AP, Horwitz RI. Clarifying
confusion: the confusion assessment method. A new method for the detection of delirium.
Ann Intern Med 1990;113:941-8.
7.
www.aafp.org
8.
9.
Alsop DC, Fearing MA, Johnson K, Sperling R, Fong TG, Inouye SK. The role of
neuroimaging in elucidating delirium pathophysiology. J Gerontol A Biol Sci Med
Sci. Dec 2006;61(12):1287-93. [Medline].
10. Bergeron N, Dubois MJ, Dumont M, Dial S, Skrobik Y. Intensive Care Delirium
Screening Checklist: evaluation of a new screening tool. Intensive Care Med. 2001;27:859864.
11. Day JJ, Bayer AJ, McMahon M. Thiamine status, vitamin supplements and postoperative
confusion. Age Ageing. Jan 1988;17(1):29-34. [Medline].
12. Towsend, M.C (1993). Psychiatric Mental Health Nursing : Concept of
Care ,Philadelphia, 2nd, Davis Company
13. Wilson, H.S, and Kneils, C.R . (1992). Psychiatric Nursing . California : Addison Wesley
Nursing.
14. www.icudelirium.org