Anda di halaman 1dari 4

D

I
S
U
S
U
N
Oleh: Rizqina Putri
NIM: 1008151821

Protokol Provokasi Histamin


Latar Belakang
Histamin adalah zat yang muncul secara alami dalam tubuh, dimana berperanan dalam
pertahanan tubuh melawan protein asing. Pengaruhnya terhadap asma dijelaskan pada akhir
1920-an, ketika ditunjukkan serangan seperti asma yang tercetus suntikan histamin pada pasienpasien asma. Pada 1946, Curry menunjukkan bahwa histamin yang terhirup menyebabkan
penurunan kapasitas vital pasien-pasien asma. Setelah penemuan ini terdapat berbagai penelitian
yang menunjukkan bahwa sensitivitas pasien asma yang menghirup histamin berhubungan
dengan keparahan gejala-gejalanya dan dengan kebutuhan obat serta memberikan saran bahwa
sensitivitas ini dapat dipakai sebagai ukuran derajat keparahan asma.
Sejak 1970-an, tes inhalasi histamin telah diterima secara luas untuk penilaian asma dan
beberapa metode telah diterangkan dan distandarisasi.
Penyiapan Larutan Histamin
- Asam fosfat histamin, dalam bentuk kristal, bersifat sangat higroskopis dan sebaiknya disimpan
dengan pembekuan dalam kondisi kedap udara
- Paparan terhadap udara dan kelembaban, selama penyiapan larutan, harus diminimalisir.
- Larutan histamine dibuat dalam larutan saline (garam fisiologis) normal yg steril dengan
konsetrasi 5 g/100ml, 2,5 g/100ml, 0,62 g/100ml, dan 0,31 g/100ml. Larutan 5g/100 ml memiliki
batas waktu penggunaan hingga 3 bulan dan sebaiknya disimpan pada suhu dibawah 4 C saat
tidak dipakai.
- Larutan histamin disiapkan dari farmasi.

5 g asam fosfat histamin ditimbang dalam botol spesimen steril, kemudian


ditambahkan pada 100 ml saline normal yang steril. Botol lalu ditutup, dan
campurannya dikocok dengan kuat untuk memastikan bahwa seluruh serbuk telah
larut.

Pipet steril digunakan untuk menera 25 ml dari larutan tadi ke dalam botol
spesimen steril, yang kemudian ditambahkan 25 ml saline normal steril, sehingga
menghasilkan konsentrasi larutan 2,5 g/ 100 ml.

Larutan dengan konsentrasi 0,62 g/ 100 ml dibuat dengan menambahkan 5 ml


dari
larutan 5 g/ 100ml kedalam 35 ml saline steril di dalam botol steril.

Konsentrasi 0,31 g/ 100 ml dibuat dengan menambahkan 5 ml dari larutan 0,62


g/
100 ml kedalam 5 ml larutan saline steril pada botol spesimen steril.

Terakhir, seluruh larutan dipindahkan, melalui penyaring semprit minisart


terpisah
yang sekali pakai, ke dalam semprit luer lock steril 10 ml untuk penyimpanan.

Semprit diberi label dengan konsentrasi histamin dan tanggal penyiapan serta
disimpan
dalam kulkas yang terlindung dari cahaya.

Hanya satu semprit dari setiap larutan yang dibuka pada satu waktu. Tiap larutan yang
sudah tiga bulan sejak pembuatannya dibuang.

Nebuliser
Nebuliser plastik DeVilbiss no 45 yang dioperasikan tangan digunakan karena tidak mahal
dan mudah dibawa.
-

Nebuliser dibersihkan secara teratur dengan mencuci dalam air sabun yang hangat.

Jika bibir pasien menyentuh nebuliser , nebuliser disapu dengan kapas alkohol dan dicuci
dalam air sabun yang hangat, segera setelah penggunaan.

Prosedur Tes Inhalasi


Setelah pengukuran fungsi spirometri dasar, tes inhalasi mulai dengan dua puff larutan
saline. Inhalasi saline digunakan untuk mengajari pasien tentang teknik inhalasi dan
mengeksklusi kemungkinan respon tidak spesifik atas usaha inhalasi atau ekshalasi. Pasien
meniup hingga dibawah kapasitas residu fungsional, nebuliser diletakkan dekat dengan mulut
pasien sementara pasien menghirup melalui mulut hingga kapasitas paru-paru total dengan mulut
yang terbuka lebar. Pada awal inspirasi, operator memberikan satu remasan
kuat bulb dari nebuliser. Setelah satu tahanan napas ringan, 3-5 detik, pasien menghembuskan
hingga sedikit dibawah kapasitas residu fungsional dan prosedur diulangi dua kali.
Setiap puff diberikan secara terpisah, napas berturutan.

Tes inhalasi dilakukan sesuai dengan jadwal dosis yang diperlihatkan pada tabel 2. Dosis
dimasukkan sesuai dengan yang dijelaskan diatas. Masing-masing dosis sebaiknya diberikan
dalam rentang waktu 3 menit dari dosis sebelumnya dan fungsi spirometri diukur satu menit
setelah masing-masing dosis. Jika VEP1 yang terekam pertama kali telah cukup memuaskan dan
juga mencakup 100 ml dari pengukuran pasca saline, maka dosis berikutnya segera diberikan.
Jika VEP1 terlihat menurun, pengukuran diulangi hingga tercapainya dua nilai yang dapat
direproduksi dalam 100 ml dan yang tertinggi dari kedua nilai ini direkam. Pada beberapa
pasien-pasien asma, histamin dapat menyebabkan perubahan ukuran saluran udara dari napas ke
napas, sehingga nilai yang mampu reproduksi untuk VEP1 bisa jadi bukanlah nilai yang tertinggi
dicapai. Lebih baik nilai mampu reproduksi yang direkam daripada nilai yang tertinggi.
Provokasi dihentikan apabila volume ekspirasi paksa (VEP1) turun hingga 20 % atau
lebih dari nilai pasca saline atau ketika dosis tertinggi telah diberikan. Apabila VEP1 turun
hingga lebih dari 10 % pada dosis terakhir suatu aerosol bronchodilator, biasanya 200 ug
salbutamol, diberikan untuk membantu pemulihan dan responnya dinilai 10 menit kemudian.
Pasien sebaiknya tidak meninggalkan tempat provokasi hingga bronkokonstriksi telah kembali
dan VEP1 telah kembali 90% nilai garis dasar.

Tindak Pencegahan Keselamatan


Tes ini memiliki tingkat keamanan yang sangat baik. Sejak penggunaannya di tahun 1980, telah
dilakukan lebih dari 15.000 tes, sebagai uji diagnosis rutin, penelitian uji klinis dan studi
epidemiologi pada dewasa dan anak, tanpa satupun laporan efek samping yang bermakna.
Walaupun demikian, beberapa tindakan pencegahan keselamatan dianjurkan. Aerosol
bronkodilator, lebih dipilih yang menggunakan alat pengatur jarak, harus tersedia untuk
penggunaan segera oleh setiap operator. Sebagai tambahan, tabung oksigen atau sumber oksigen
lainnya, dengan sungkup wajah nebuliser dan larutan bronkodilator, harus tersedia di ruangan
yang sama dimana tes inhalasi dikerjakan. Akses yang cepat pada dokter, perawat atau staf
lainnya yang bisa memberikan pertolongan pertama haruslah tersedia bila dibutuhkan.
Efek samping
Histamin, ketika diberikan dalam dosis tertinggi 7,8 mol, pada sebagian kecil pasien (3-5%)
menimbulkan suara serak yang bisa bertahan hingga 1-2 jam sebelum hilang dengan sendirinya.
Histamin tidak diketahui dapat mengakibatkan suatu penundaan dalam peningkatan gejala atau
pada derajat keparahan asma ketika respons segeranya telah hilang.

Anda mungkin juga menyukai