Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Pendahuluan
Moluskum kontagiosum merupakan infeksi virus pada kulit yang umum terjadi pada

anak-anak. Infeksi yang terjadi berupa papul (benjolan licin dan sewarna kulit), tidak nyeri
dan dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu setahun. Moluskum
kontaginosum virus (MCV) diklasifikasikan dalam keluarga poxvirus dalam genus tertentu,
molluscipox memiliki gambaran antara orthopox dan parapox kelompok. Menginfeksi
manusia, menyebabkan papula kulit yang khas tidak dapat tumbuh dalam kultur jaringan atau
telur, dan meskipun tidak mudah menular ke hewan coba, tetapi terbukti menghasilkan
perubahan yang khas pada kulit manusia dan tikus yang immunoincompetent. (1)
Moluskum kontangiosum adalah kelainan kulit berupa papul miliar yang disebabkan
oleh virus pox, terutama pada anak- anak.(2) Penyakit ini mudah menular, namun hanya
menyerang kulit tidak menyerang organ-organ dalam. Cara penularan yang biasa terjadi
adalah lewat kontak langsung maupun kontak dengan benda lain yang terkontaminasi. (1)
Moluskum kontangiosum dapat ditemukan diseluruh dunia, dengan kejadian paling
tinggi di negara tropis. Walaupun biasanya terjadi pada anak-anak, penyakit ini dapat
menyerang dewasa. Pada anak-anak, biasanya menyerang kulit diwajah, punggung, kaki dan
tangan, sedangkan pada dewasa dapat menyerang daerah genital (kemaluan). Penyakit ini
menyebar dengan cepat pada suatu komunitas yang padat, higienis kurang dan kurang
mampu.(1)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus pox, klinis

berupa papul-papul milier, pada permukaannya terdapat lekukan (delle), berisi massa yang
mengandung bahan moluskum.(1,3)
2.2

Epidemiologi
Insiden tertinggi moluskum kontangiosum terjadi di iklim tropis dan hangat di seluruh

dunia. Terdapat sekitar 5-8% dari seluruh populasi. Tiga kelompok besar yang terkena antara
lain anak-anak, dewasa dengan seksual aktif dan orang dengan sistem imun yang menurun,
hingga 20% dari orang-orang dengan HIV aktif juga terkena moluskum kontangiosum. (1)
Transmisinya melalui kontak kulit dan autoinokulasi. Moluskum dapat dengan mudah
menular dari kontak langsung antar kulit, terutama bila kulit basah. Kolam renang dan
handuk dapat menjadi sumber penularan. (1,4)
Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga pada dewasa. (3) Pola
penyakit ini tergantung kelompok beresiko. Lesi pada anak-anak biasanya menyeluruh dan
sedikitnya lebih dari 100. Lokasi sekitar dermatitis biasanya menjadi pencetus terjadinya lesi.
Lesi terjadi dimuka, badan dan ekstremitas. Penyebaran pada genital terjadi 10% dari kasus
anak-anak. Ketika moluskum mengenai genital, kemungkinan prilaku penyimpangan seksual
harus dipertimbangkan. Walaupun biasanya terjadi pada anak-anak, penyakit ini dapat
menyerang dewasa. Penyakit ini menyebar dengan cepat pada komunitas padat dan higenitas
kurang. (1)
Jika pada orang dewasa digolongkan dalam Penyakit akibat Hubungan Seksual (PHS).
(3)

Lesi biasanya lebih sedikit, dan daerah yang sering terkena adalah pada abdomen bawah,

paha atas dan genital. (1,4)


2.3

Etiologi
Secara etiologi

disebabkan oleh Molluscum Contagiosum Virus (MCV), yang

merupakan bagian dari virus pox. MCV ini terdiri dari 4 tipe yaitu, MCV 1, MCV 2, MCV 3,
dan MCV 4. Yang terbanyak adalah MCV 1. Pada anak-anak biasanya disebabkan oleh MCV
1, sedangkan pada penderita HIV disebabkan oleh MCV 2. Virus ini masuk masuk ke kulit
lewat kelenjar rambut dan mudah menular lewat kontak langsung. Bila papul digaruk, virus
2

ini dapat menyebar ke kulit sekitarnya. Daerah lipatan kulit sembab, seperti di ketiak, dapat
mempercepat penyebaran virus.(1,5)
2.4

Patogenesis
Patogenesis dari penyakit ini sebenarnya tidak jelas. MCV merupakan bagian dari Pox

virus, bereplikasi di sel keratin dalam sitoplasma. Sel yang terinfeksi mengalami turn over
lebih tinggi daripada yang normal. MCV menyebabkan gangguan migrasi sel Langerhans ke
lapisan epidermis sehingga pada lapisan spinosum tidak didapatkan sel Langerhans. (1,5)
Virus berreplikasi dengan sitoplasma di sel epitel dan menginfeksi sel dengan kedua
rantai baseline.

Gen dari MCV dapat menyebabkan ketidakseimbangan respon imun,

termasuk diantaranya (1) homolog dengan MHC klas 1, yang akan berinteraksi dengan sel
APC (Antigen Presenting Cell), (2) homolog kemokin yang dapat menghambat inflamasi, (3)
homolog glutat peroksidase yang dapat melindungi virus dari kerusakan oksidatif dari
peroksidase.(5)
2.5

Gejala Klinis
Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu. (1,2,3) Kelainan kulit dimulai

dengan papul berwarna putih seperti mutiara atau merah seperti daging (flesh colored) yang
kemudian membesar, berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat lekukan (delle).
Jika di pijat akan tampak keluar masa yang berwarna putih seperti nasi, yang merupakan ciri
khas untuk moluskum kontangiosum. Ukuran dari papul ini bervariasi biasanya antara 2-6
mm, kadang bisa mencapai 3cm (giant molluscum). Biasanya asimptomatis. (1)
Lokalisasi penyakit ini pada anak-anak adalah didaerah muka, leher, ketiak, badan dan
ekstremitas, sedangkan pada orang dewasa didaerah perigenital dan perianal.

(1,2,3)

Lesi bisa

bergerombol atau tersusun seperti garis. (1,5)


Papul ini dapat meradang secara spontan ataupun karena trauma akibat garukan. Papul
yang meradang memberikan gambaran benjolan yang merah, dan hangat. Orang dengan
sistem imun yang lemah merupakan kelompok resiko tinggi terkena moluskum
kontangiosum. Lesinya mungkin terlihat berbeda, lebih besar dan lebih sulit untuk diobati. (1)

Gambar : moluskum kontangiosum (4)


2.6

Diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang dengan pewarnaan Giemsa atau Wright untuk melihat adanya gambaran typical
oval molluscum bodies. Pada pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat ditemukan
badan moluskum (Henderson-Peterson bodies) yang mengandung partikel virus. (1)
2.7

Diagnosis Banding
Moluskum kontagiosum harus dibedakan dengan veruka, akne, milia.(1)

DIAGNOSIS
BANDING

Definisi

Moluskum

Veruka

Akne

Milia

Kontangiosum
penyakit yang

Kelainan kulit

Suatu

Kelainan kulit

disebabkan oleh

berupa hiperplasi

keradangan

akibat retensi

virus pox, klinis

epidermis(2)

kronis dari

keringat,

berupa papul-papul

folikel

ditandai

milier, pada

polisebasea

dengan adanya

permukaannya

yang ditandai

vesikel milier(3)

terdapat lekukan

dengan adanya

(delle), berisi

komedo, papule,

massa yang

kista dan pustula

mengandung bahan

pada daerah-

moluskum.(1,3)

daerah

Molluscum

Human papilloma

predileksi (6)
Multifaktor,

Retensi

Contagiosum Virus

virus(2)

penyebab pasti

keringat(1)

Etiologi

Predileksi

(MCV), yang

belum

merupakan bagian

diketahui(1)

dari virus pox. (1)


Anak-anak

ekstremitas,

muka, bahu,

wajah, dan di

didaerah muka,

muka, leher,

dada bagian

badan setelah

atas, dan

banyak

punggung

berkeringat,

bagian atas(1)

biasanya pada

leher, ketiak, badan mukosa mulut


dan hidung(1)

dan ekstremitas,
sedangkan dewasa
didaerah

bagian badan

perigenital dan

yang menutupi

perianal. (1,2,3)
Gejala klinis Gejala klinis:

Gejal klinis :

Gejala klinis :

pakaian(1)

Gejala

biasanya

biasanya tidak

keluhan

:miliaria

asimptomatis(1)

nyeri kecuali jika

umumnya

kristalina

Effloresensi :

lokasinya

adalah

dan profunda

papul berwarna

disekeliling dan

kosmetik(1)

umumnya

putih seperti

dibawah kuku (1)

Effloresensi :

tidak gatal

Effloresensi : Lesi

Lesi bisa

sedangkan

merah seperti

berbentuk plakat,

berbentuk

miliaria

daging (flesh

permukaan

komedo, papul,

rubra sangat

colored) yang

kasar, terdapat

pustul, nodul,

gatal dan

kemudian

juga fenomena

dan kista pada

pedih(3)

membesar,

koebner(1)

tempat

mutiara atau

Effloresensi :

berbentuk kubah

predileksinya.

Lesi

yang kemudian

Sebum yang

berbentuk

ditengahnya

menyumbat

vesikel

terdapat lekukan

folikel tampak

milier(1)

(delle). Jika di

sebagai massa

pijat akan tampak

padat seperti

keluar masa yang

lilin atau massa


5

berwarna putih

lebih lunak

seperti nasi, yang

seperti nasinya

merupakan ciri

yang ujungnya

khas untuk

kadang

moluskum

berwarna

kontangiosum.

hitam. (1)

Ukuran dari
papul ini
bervariasi
biasanya antara
2-6 mm, kadang
bisa mencapai
3cm (giant
Diagnosis

molluscum). (1)
Anamnesis

Anamnesis

Anamnesis

Anamnesis

Gejala klinis

Gejala klinis

Gejala klinis

Gejala klinis

Pemeriksaan

histopatologi(1)

Tidak

Histopatologi

penunjang

diperlukan

(pewarnaan

pemeriksaan

Giemsa/ Wright &

laboratorium (6)

(1)

histopatologis) (1)
2.8

Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum.

Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain dapat
digunakan elektrokauterisasi atau badan beku dengan CO2, N2 dan sebagainya. Pada orang
dewasa harus dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya.(1,3)
Pada anak-anak lebih baik diberikan trichloroacetic acid 50% untuk lesi putih
beberapa detik sampai beberapa menit, sedangkan untuk krusta sampai 10 hari. Bisa juga
diberikan Duofilm (Lactic acid dan Salicylic acid) untuk lesi putih selama 2-5 hari dan untuk
krusta 7-14 hari. (1)
Walaupun penyakit ini tidak gatal, pada beberapa orang dapat timbul dermatitis di
sekitar papul sehingga dapat menimbulkan rasa gatal. Pengobatan untuk gatal dapat

menggunakan krim atau salep hidrokortison (kortikosteroid). Namun, krim ini hanya
dioleskan di daerah dermatitis dan tidak pada papul moluskum kontagiosum. (1)
Larutan KOH 10% diaplikasikan 2 kali sehari pada lesi dengan menggunakan lidi
kapas. Pemberian terapi dihentikan bila didapatkan respon inflamasi atau timbul ulkus pada
daerah lesi. Perbaikan lesi didapatkan setelah kurang lebih setelah 30 hari penggunaan terapi.
Efek samping berupa pembentukan jaringan parut hipertropik serta hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi pada daerah lesi. Sebuah studi merekomendasikan penggunaan larutan KOH
5% yang memiliki efeksamping minimal dalam pengobatan moluskum kontaginosum pada
anak-anak. (1)
2.9

Prognosis
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif. (1)

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1

Identitas Pasien
Nama

: An. Oddy Zeus

Jenis Kelamin

: Laki - laki
7

Umur

: 10 tahun

Alamat

: Wisma Lidah Kulon XI/33 Surabaya

Agama

: islam

Suku Bangsa

: Jawa

Pendidikan

: SD

Pendidikan orang tua : Ibu (S1), ayah (S1)


Pekerjaan orang tua
3.2

: Ibu (IRT), ayah (Swasta)

Anamnesis
Keluhan Utama

: binti - bintil

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSU Haji Surabaya dengan keluhan
bintil-bintil di dada kiri, yang dirasakan sejak kurang lebih dua bulan ini. Pada
awalnya bintil muncul hanya sebanyak 3-4 saja, semakin lama semakin banyak. Bintil
tidak berisi air tapi keras seperti nasi, tidak ada nyeri, tidak ada gatal dan tidak ada
panas badan. Bintil muncul tanpa diketahui penyebabnya. Pasien memiliki hobi
berenang, dan sering menunda mandi sampai di rumah. Pasien mengaku tidak
bersentuhan dengan orang yang sakit seperti ini. Bintil-bintil tersebut hanya dibiarkan
saja belum pernah diobati karena merasa tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Influenza disangkal
Batuk disangkal
Sakit tenggorokan disangkal
Alergi makanan dan obat-obatan (-)
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini
Alergi disangkal
Riwayat Sosial :
Penderita mandi 2 kali sehari.

Teman-teman pasien tidak ada yang sakit seperti ini.


Makan terkadang sehari 1x kadang sehari 2x
Pasien suka bermain di halaman rumah dan kadang bermain di kolam ikan bersama
teman-temannya
Pasien hobi berenang seminggu 4x dan mengaku sering menunda mandi hingga
sampai di rumah.
Pasien jarang cuci tangan dan cuci kaki
3.3

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Kepala

: Lihat status dermatologis

Leher

: dalam batas normal

Thorak

: Lihat status dermatologis

Aksila

: pembesaran KGB (-)

Abdomen

: dalam batas normal

Ekstremitas atas

: dalam batas normal

Ekstremitas bawah

: dalam batas normal

Status Dermatologis :
Regio : thorax
Effloresensi : terdapat papul-papul multipel berbatas tegas dengan ukuran
bervariasi dari 0,1- 0,4cm, permukaan licin, di tengah terdapat lekukan dan
umbilikasi. Kulit sekitarnya normal dan tidak eritematus.

3.4

Resume
Anak, laki-laki, 10 tahun

bintil-bintil di wajah dan dada, yang dirasakan sejak kurang lebih dua bulan ini.
Pada awalnya hanya berjumlah 3-4 saja, semakin lama semakin banyak. Bintil
9

tidak berisi air , tidak ada nyeri, tidak ada gatal dan tidak ada panas badan. Bintil
muncul tanpa diketahui penyebabnya. Pasien hobi berenang dan sering menunda
mandi sampai di rumah.

Makan terkadang sehari 1x kadang sehari 2x

Pasien suka bermain di halaman rumah dan kadang bermain di kolam ikan
bersama teman-temannya

Pasien jarang cuci tangan dan cuci kaki

Status dermatologis :
Regio : thorax
Effloresensi : terdapat papul-papul multipel berbatas tegas dengan ukuran
bervariasi dari 0,1- 0,4cm, permukaan licin, di tengah terdapat lekukan dan
umbilikasi. Kulit sekitarnya normal dan tidak eritematus.
3.5

Diagnosis
Moluskum Kontangiosum

3.6

Diagnosis Banding
-

3.7

Planning
1. Diagnosa : pewarnaan Giemsa atau Wright
2. Terapi:

Mengeluarkan massa (moluskum kontangiosum)

Topikal : Gentamisin cream 10 gr

3. Monitoring
Keluhan dan gejala klinis
4. Edukasi

3.8

Mandi teratur 2-3 kali sehari


Untuk perawatan luka, setelah mandi cukup dilap dengan handuk bersih dan

kering, setelah itu dioleskan krim


Tidak pinjam meminjam barang pribadi seperti handuk & baju
Hindari kontak langsung dengan orang lain

Prognosis
Baik apabila isi papul dibersihkan.
10

3.9

Foto Kasus

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1

Identitas
11

Pada kasus pasien dengan identitas An. Oddy Zeus, laki laki, umur 10 tahun. Hal ini
sesuai dengan pustaka yang menyatakan penyakit ini terutama menyerang anak dan kadangkadang juga pada dewasa. (3)
4.2

Anamnesa
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSU Haji Surabaya dengan keluhan bintil-

bintil di dada, yang dirasakan sejak kurang lebih dua bulan ini. Pada awalnya bintil muncul
di dada , semakin lama semakin banyak. Bintil tidak berisi air tapi keras seperti nasi, tidak
ada nyeri, tidak ada gatal dan tidak ada panas badan.
Anamnesa tersebut sesuai dengan pustaka yang menyatakan kelainan kulit dimulai
dengan papul berwarna putih seperti mutiara atau merah seperti daging (flesh colored) yang
kemudian membesar, berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat lekukan (delle).
Jika di pijat akan tampak keluar masa yang berwarna putih seperti nasi, yang merupakan ciri
khas untuk moluskum kontangiosum. Ukuran dari papul ini bervariasi biasanya antara 2-6
mm, kadang bisa mencapai 3cm (giant molluscum). Biasanya asimptomatis.

(1)

Lokalisasi

penyakit ini pada anak-anak adalah didaerah muka, leher, ketiak, badan dan ekstremitas,
sedangkan pada orang dewasa didaerah perigenital dan perianal. (1,2,3)
Dari riwayat penyakit sosial didapatkan bahwa pasien suka bermain di halaman rumah
dan kadang bermain di kolam ikan bersama teman-temannya, pasien hobi berenang 4x
seminggu dan sering lupa mandi, pasien jarang cuci tangan dan cuci kaki dan tinggal
dilingkungan padat penduduk. Hal tersebut sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa
penyakit ini menyebar dengan cepat pada suatu komunitas yang padat, higienis kurang dan
kurang mampu.(1)
4.3

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien pasien dalam kondisi dengan keadaan umum baik dan

kesadaran komposmentis. Status generalnya dalam batas normal. Pada status dermatologis
tampak pada regio thorax terdapat papul-papul multipel berbatas tegas dengan ukuran
bervariasi dari 0,1- 0,4cm, permukaan licin, di tengah terdapat lekukan dan umbilikasi. Kulit
sekitarnya normal dan tidak eritematus.
Pada pustaka menyatakan bahwa kelainan kulit dimulai dengan papul berwarna putih
seperti mutiara atau merah seperti daging (flesh colored) yang kemudian membesar,
berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika di pijat akan
tampak keluar masa yang berwarna putih seperti nasi, yang merupakan ciri khas untuk
12

moluskum kontangiosum. Ukuran dari papul ini bervariasi biasanya antara 2-6 mm, kadang
bisa mencapai 3cm (giant molluscum).

(1)

Lokalisasi penyakit ini pada anak-anak adalah

didaerah muka, leher, ketiak, badan dan ekstremitas, sedangkan pada orang dewasa didaerah
perigenital dan perianal. (1,2,3)
4.4

Diagnosis dan diagnosis banding


Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dapat diambil diagnosis moluskum kontangiosum.

Pada kasus ini tidak diambil diagnosis banding karena dari anamnesis, pemeriksaan fisik
sudah menunjukkan diagnosis moluskum kontangiosum.
4.5

Penatalaksanaan
Terapi dilakukan dengan mengeluarkan massa (moluskum kontangiosum). Dari

pustaka menyatakan bahwa Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang


mengandung badan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik,
atau kuret. Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau badan beku dengan CO 2, N2 dan
sebagainya. Pada orang dewasa harus dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya.(1,3)
Untuk terapi non medikamentosa pasien kita sarankan untuk Mandi teratur 2-3 kali
sehari. Uuntuk perawatan luka, setelah mandi cukup dilap dengan handuk bersih dan kering,
setelah itu dioleskan krim. Tidak pinjam meminjam barang pribadi seperti handuk & baju.
Hindari kontak langsung dengan orang lain

BAB V
KESIMPULAN

13

Dilaporkan bahwa terdapat pasien dengan diagnosis moluskum kontangiosum pada


An.Oddy Zeus berusia 10 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dengan keluhan
terdapat bintil-bintil di dada, yang dirasakan sejak kurang lebih dua bulan ini. Pada awalnya
bintil berjumlah 3-4 saja , semakin lama semakin banyak. Bintil tidak berisi air tapi keras
seperti nasi, tidak ada nyeri, tidak ada gatal dan tidak ada panas badan. pasien suka bermain
di halaman rumah dan kadang bermain di kolam ikan bersama teman-temannya, hobi
berenang 4x seminggu dan jarang mandi, pasien jarang cuci tangan dan cuci kaki dan tinggal
dilingkungan padat penduduk.
Dari pemeriksaan fisik tampak pada regio thorax terdapat papul-papul multipel
berbatas tegas dengan ukuran bervariasi dari 0,1- 0,4cm, permukaan licin, di tengah terdapat
lekukan dan umbilikasi. Kulit sekitarnya normal dan tidak eritematus
Dalam penatalaksanaan medikamnetosa dilakukan dengan mengeluarkan massa
(moluskum kontangiosum). Untuk terapi non medikamentosa pasien kita sarankan untuk
mandi teratur 2-3 kali sehari. Untuk perawatan luka, setelah mandi cukup dilap dengan
handuk bersih dan kering, setelah itu dioleskan krim. Tidak pinjam meminjam barang pribadi
seperti handuk & baju. Hindari kontak langsung dengan orang lain
Prognosa pada pasien ini baik, jika apabila isi papul dibersihkan

DAFTAR PUSTAKA
14

Abdullah, Benny. Dermatologi-Pengetahuan dasar dan Kasus di Rumah Sakit. Airlangga


University Press, Surabaya. 2009. Hal 166-169

Murtiastutik D, Ervianti E, Agusni I,Suyoso S. Impetigo. In : Atlas Penyakit Kulit dan


Kelamin. Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2 rded. Surabaya: Fakultas
Kedokteran UNAIR; 2011.p.21-22.

Kuswadji. Dalam : Adhi D, Mochtar H, Siti A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi keenam. Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2010. Hal 114 115

James, William D. Berger, Timothy. Elston, DM. Molluscum Contagiosum .in:Andrews


Diseases of The Skin Clinical Dermatology. 10th edition. Saunders Elsevier. USA. 2006.
p: 387-389

Wolff, Klaus et al. Molluscum Contagiosum. In : Fitzpatricks Dermatology in General


Medicine. 7th ed. New York : Mc-Graw -Hill Company ; 2008. p. 1911-1913

Suyoso S, Martodiharjo S, Sukanto H. Impetigo. In : Pedoman Diagnosis dan Terapi


Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3rded. Surabaya: Fakultas Kedokteran
UNAIR; 2005.p.115-118.

Hanson, Daniel & Dayna G. Diven. Molluscum Contaginuosum Dermatology. Online


Journal. 2009, 9:1-11.

15

Anda mungkin juga menyukai