Anda di halaman 1dari 11

Interpretasi Foto Udara

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat berkembang,
sehingga mendorong manusia untuk terus belajar agar dapat bersaing dalam persaingan global.
Interpretasi peta dan foto udara merupakan salah satu ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dewasa ini semakin berkembang dan keberadaanya sering dimanfaatkan dalam kepentingan sipil
atau militer, dan perkembangan ini sangat membantu dalam kehidupan manusia, dengan
demikian teknik teknik dalam interpretasi peta dan foto udara ini terus berkembang dan
diadakan perbaikanperbaikan dalam aplikasinya agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
manusia.
Fotogametri merupakan suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh data-data tentang
objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses perekaman, pengukuran dan
penafsiran citra fotografik. Produk dari fotogametri adalah Peta Foto, Peta Garis dan Mosaik.
Peta ini umunya dipergunakan untuk berbagai kegiatan perencanaan dan desin seperti jalan raya,
jalan kereta api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan telepon, bendungan,
pelabuhan, pembangunan perkotaan dan sebagainya.

1.2

Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui manfaat dari fotogametri dalam pembuatan peta


2. Untuk mengetahui manfaat dari produk fotogametri diantaranya peta foto, peta garis dan mosaik
3.

Untuk mengetahui dan memperoleh informasi tentang penggolongan mosaik dalam teknik
pemetaan

1.3

Manfaat Makalah
Secara umum manfaat yang diperoleh dari aplikasi pemanfaatan mosaik dalam teknik
pemetan ini adalah agar dapat menerapkan dan memanfaatkan suatu ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mempermudah dalam kehidupan manusia.
Manfaat khusus dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengaplikasikan pemanfaatan mosaik dalam teknik pemetaan


2.

Dapat memperoleh informasi tentang lokasi yang dipetakan dan hasilnya dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan umum
BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Interpretasi Peta Topografi dan Foto Udara


Estes dan Simonett mengatakan bahwa interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto
udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya
objek tersebut. Penglaman sangat menentukan hasil interpretasi, karena persepsi pengenalan
objek bagi orang-orang yang berpenglaman biasanya. Misalkan pada citra A dianggap sebuah
permukiman, maka pada citra B atau citra C pun tetap bisa dikenal sebagai pemukiman
walaupun agak sedikit berbeda dengan penampakannya. Ada tiga hal penting yang diperlukan
dalam proses interpretasi yaitu deteksi, interpretasi dan analisis. Deteksi citra merupakan
pengamatan tentang adanya suatu objek, misalkan pendeteksian objek disebuah daerah dekat
perairan. Identifikasi atau pengenalan merupakan upaya untuk mencirikan objek yang telah di
deteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup, misalnya mengidentifikasi suatu objek
berkota-kotak sebagai tambak di sekitar perairan karena objek tersebut ekat dengan laut.
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra yang dapat
dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat stereoskop. Ada tiga ciri utama
yang dapat dikenali yaitu:

1.

Ciri spektral yaitu ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan
obyek. Ciri spektral dinyatakan dengan rona dan warna. Rona atau tone adalah tingkat kegelapan
atau kecerahan obyek pada citra. Adapun faktor yang mempengaruhi rona adalah:

Karakteristik objek (permukaan kasar atau halus)

Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan)

Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup dan

Keadaan cuaca (cerah/mendung)

Letak objek (pada lintang rendah atau tinggi)

Waktu pemotretan (penyinaran pada bulan Juni atau Desember)

gelap)

2. Ciri Spasial
Untuk mengenali objek di muka bumi maka diperlukan pengetahuan berbagai unsur yang
membantu dalam pengenalan tersebut. Ciri spasial adalah ciri yang terkait dengan ruang yang
meliputi:

Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Biasa dinyatakan; kasar, sedang dan halus.
Misalnya hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus.

Bentuk adalah gambar yang mudah dikenali. Contoh; Gedung sekolah pada umumnya berbentuk
huruf I, L dan U atau persegi panjang, Gunung api misalnya berbentuk kerucut.

Ukuran adalah ciri obyek berupa jarak, luas, tinggi lereng dan volume. Ukuran obyek pada citra
berupa skala. Contoh; Lapangan olah raga sepak bola d icirikan oleh bentuk (segi empat) dan
ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 100 m).

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai banyak obyek bentukkan manusia
dan beberapa obyek alamiah. Contoh; pola aliran sungai menandai struktur biologis. Pola aliran
trellis menandai struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur,
yaitu ukuran rumah yang jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun
kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dengan hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang
teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Contoh; Permukiman pada
umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan. Juga
persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya.

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Bayangan
juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting dari beberapa obyek yang justru dengan
adanya bayangan menjadi lebih jelas. Contoh; lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya
bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Foto-foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan obyek yang tergambar
dengan jelas.

Asosiasi adalah keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya. Contoh; Stasiun
kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang).
3. Ciri temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada saat perekaman, misalnya;
rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedang pada musim kemarau tampak
gelap.Penilaian atas fungsi obyek dan kaitan antar obyek dengan cara menginterpretasi
dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke arah teorisasi dan
akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini interpretasi
dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat
tergantung pada kemampuan menafsir citra.
Menurut Prof. Dr. Sutanto, pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua kegiatan utama,
yaitu perekaman data dari citra dan penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu. Perekaman
data dari citra berupa pengenalan obyek dan unsur yang tergambar pada citra serta penyajiannya
ke dalam bentuk tabel, grafik atau peta tematik. Urutan kegiatan dimulai dari:

a.

Menguraikan atau memisahkan obyek yang rona atau warnanya berbeda;


b. Ditarik garis batas/delineasi bagi obyek yang rona dan warnanya sama;
c.

Obyek yang sudah dikenali, diklasifikasi sesuai dengan tujuan interpretasinya

d. Setiap obyek dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan unsur temporalnya;


e.

Digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara;

f.

Untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya dilakukan pengecekan medan (lapangan);

g. Interpretasi akhir adalah pengkajian atas pola atau susunan keruangan (obyek); dan
h. Dipergunakan sesuai tujuannya
Sedangkan analisis merupakan pengklasifikasian berdasarkan proses induksi dan deduksi,
sebagai penambahan informasi bahwa tambak tersebut adalah tambak udang dan di
klasifikasikan sebagai daerah pertambakan udang.

Foto udara merupakan hasil pemotretan sebagian kecil permukaan bumi menggunakan
kamera udara yang di pasang diatas pesawat terbang. Dalam setiap kali pemotretan, luas daerah
yang tercakup sangat sempit dibandingkan luas daerah yang akan dipotret. Agar seluruh daerah
tertutupi foto udara, maka pemotretan dilakukan secara periodik dan terencana sehingga dapat
menghasilkan foto yang baik dan dapat diolah untuk keperluan pemetaan. Untuk itu dibuat jalur
terbang sedemikian rupa sehingga terbentuk beberapa jalur terbang yang berarah sama dengan
arah memanjangnya daerah pemetaan. Jarak tiap jalur harus dihitung secara cermat dan teliti
sehingga seluruh daerah akan tertutupi foto udara. Untuk dapat menghubungkan satu foto dengan
foto lainnya yang bersebelahan, dalam setiap foto harus terdapat daerah pertampalan. Daerah
yang pertampalan ini adalah daerah yang terpotret dua atau tiga kali, sehingga dua pertampalan
yang bersesuaian dihimpitkan detail fotografinya akan bersambungan. Walaupun pertampalan
tersebut diperlukan dalam prosese pemetaan, tetapi luas derah pertampalan tersebut perlu
diperhatikan, sehingga tidak menimbulkan kerugian. Secara ekonomis, luas daerah pertampalan
yang baik untuk pemetaan adalah 60% untuk pertampalan daerah overlap atau dalam satu daerah
terbang dan 25% untuk pertampalan daerah sidelap atau antar daerah terbang. Dengan
pertampalan 60% diharapkan akan terjadi pengikat yang kuat antara dua foto dalam jalur terbang
yang sama, serta akan terbentuk bayangan foto tiga dimensi. Bayangan tiga dimensi ini
merupakan syarat mutlak untuk melakukan pemetaan fotogametris, terutama untuk daerahdaerah yang bergunung. Pertampalan 25% dimaksudkan untuk mengikat foto-foto yang terdapat
dalam setiap dua jalur terbang yang berdampingan
.
2.2

Fotogametri
Fotogametri merupakan suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh data-data tentang
objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses perekaman, pengukuran dan
penafsiran citra fotografik. Citra fotografik adalah foto udara yang diperoleh dari pemotretan
foto udara yang menggunakan pesawat terbang atau wahana terbang lainnya. Hasil dari proses
fotogametri adalah berupa peta foto atau peta garis dan mosaik. Peta ini umunya dipergunakan
untuk berbagai kegiatan perencanaan dan desin seperti jalan raya, jalan kereta api, jembatan,
jalur pipa, tanggul, jaringan listrik, jaringan telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan
perkotaan dan sebagainya.
Alat pengamat citra

Alat pengamat citra dibedakan menjadi dua macam, yaitu:


1) Alat pengamat nonstereoskopik, alat ini terdapat dalam bentuk yang paling sederhana berupa
lensa pembesar sampai bentuk yang lebili rumit.
2) Alat pengamat stereoskopik, alat ini berupa stereoskopik yang dapat digunakan untuk pengamatan
tiga dimensi atas citra yang bertampakan.
Fotogametri merupakan suatu seni pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi
yang dapat di percaya tentang suatu objek fisik dan keadaan sekitarnya melalui proses
perekaman, pengamatan atau pengukuran dan interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar
gelombang elektromagnetik. Produk dari fotogametri ini adalah peta foto(photomap), peta garis
(linemap) dan mosaik foto.
2.2.1

Peta Foto
Kenampakan permukaan bumi dalam bentuk citra (sekumpulan informasi yang berasal dari
sensor, perolehan tidak secara kontak langsung dengan objek permukaan bumi di tempat
pengamatan), bayangan permukaan bumi diperoleh melalui foto udara, radar serta sensor
airborne lainnya dan citra satelit. Pada peta foto ini hasinya berupa format raster dalam ukuran
pixel. Contoh dari peta foto adalah citra satelit dan foto udara. Peta foto di dapat dari survei
udara yaitu melakukan pemotretan foto udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogametris
tertentu. Sebagai gambaran dalam terdapat jenis foto udara berdasarkan sudut pengambilannya,
yaitu:
Foto udara vertikal, adalah foto yang pada saat pengambilan objeknya sumbu kamera sejajar
dengan arah gravitasi.

Foto udara oblique (miring)


Foto udara high oblique (miring sekali) adalah apabila pada foto miring tersebut harizontal

2.2.2

Peta Garis
Kenampakan permukaan bumi pada peta disajikan oleh garis (baik hitam putih maupun warna)
dan area yang dilengkapi oleh teks sebagai tambahan informasi. Unsur yang terdapat
dipermukaan bumi disajikan oleh simbol atau batas. Dengan kata lain peta garis adalah peta yang
memilki jarak dan arah. Pada peta garis ini hasilnya berupa format vektor. Contoh dari peta garis
adalah peta dasar, peta pendaftaran dan peta penatagunaan tanah.

2.2.3

Mosaik Foto
Mosaik adalah hasil penggabungan beberapa liputan citra dengan luasan kecil menjadi satu
liputan citra menjadi luas yang lebih besar. Mosaik dapat memberikan gambaran yang lebih
menyeluruh tentang lokasi yang diamati. Mosaik ini dapat dibedakan kedalam beberapa tipe,
yaitu:
1. Mosaik-mosaik terkontrol (controlled mosaics), mosaik-mosaik ini memenuhi sifat-sifat khusus
sehubungan dengan ketelitian dalam pemetaan tertentu dan dapat digunakan sebagai peta untuk
mendapatkan jarak dan luas.
2.

Mosaik tidak terkontrol. Mosaik ini adalah rangkuman foto-foto tanpa hubungan skala atau
ukuran mereka tidak dapat dipakai untuk pengukuran.

3. Mosaik-mosaik semikontrol. Mosaik-mosaik ini hanya memenuhi spesifikasi yang kasar untuk
ketelitian.
a. Mosaik-mosaik yang terkontrol sepenuhnya. Diperoleh jika mendapat kemungkinan untuk
membuat bagan slotted templet normal dengan foto-foto udara dari permukaan yang datar, bagan
mana disesuaikan antara titik-titik dan kontrol permukaan.
Dalam hal yang demikian akan diperoleh sembilan titik-titik yang telah diketahui pada tiaptiap foto. Setelah menggambarkan koordinat-koordinat dari titik-titik ini pada lembar yang
terpisah pada skala yang dibutuhkan untuk mosaik terakhir, gambar negatif semula dapat
ditegakkan. Ini berarti bahwa dengan pemakaian alat mekanik optik, yang disebut rectified (alat
penegak), gamabr-gambar dari titik yang diketahui tadi yang di tandai pada gambar negatif,
dapat dibuat berhimpit dengan titik pada lembaran yang terdahulu. Dengan menggantikan
lembaran tersebut dengan emulsi foto pada bahan yang tidak menyusut, akan diperoleh sebuah
gambr positif yang merupakan proyeksi vertikal yang murni dari permukaan dengan skala
mosaik. Dengan cara ini pengaruh perbedaan skala antara gambar-gambar negatif dan pengaruh
ujung (tip) dan kemirinagn dari sumbu optik dari kamera fotografik dapat dihilangkan dnagn
positif-positif yang diluruskan ini terbentuklah mosaik tadi. Pada lembaran dasar koordinatkoordinat yang sama dipetakan, yang mana digunkan untuk prosedur pelurusan.

Hasilnya ialah bahwa masing-masing foto udara terbentuk tepat dalam posisinya. Pada foto
mosaik yang demikian suatu sistem koordinat grid benar-benar memenuhi syarat. Dalam hal ini
kita memperoleh peta foto (photo map). Grid pada peta foto ini dengan sendirinya merupakan
grid yang sama digunakan untuk memetakan titik-titik kontrol. Jelas bahwa dengan sistem yang
demikian sekalipun, tidak ada mosaik terkontrol yang baik dengan keserasian yang baik pula
antara gambar-gambarnya, yang dapat dibuat dari foto-foto udara dari permukaan yang
bergunung-gunung atau berbukit-bukit. Perbaikan kecil dapat diperoleh dengan memakai bagian
tengah saja daripada tiap-tiap gambar, dimana untuk permukaan datar penegakan (pelurusan)
hanya dapat diterima untuk foto udara kedua.
Untuk mosaik-mosaik yang terkontrol penuh, menyederhanakan penegakan (rektifikasi)
dalam hal mana mengalami penyusutan untuk mempersamakan skala dari semua foto udara.
Untuk permukaan yang berbukit atau bergunung-gunung, satu-satu metode yang diterima untuk
mosaik-mosaik yang tepat yang memenuhi spesifikasi peta-peta normal pada saat ini adalah
pemakaina arthophotoscope yang kompleks itu, yang mengaruhi pergeseran relief dan
kemiringan. Suatu mosaik yang terdiri dari beberapa orhtophoto dengan memakai grid
membentuk sebuah peta (orhto) foto. Nampaknya mosaik-mosaik dan peta-peta foto yang dibuat
dari foto-foto udara di reduksi dari perspektif sentral ke sebuah proyeksi vertikal, menjadi
semakin populer.
Namun demikian, akibatnya adalah mosaik-mosaik dan peta-peta semacam itu hanya dapat
dibuat dalam lembag-lembaga yang bergerak dalam bidang fotogametri yang khusus yang
dilengkapi dengan alat-alat untuk pekerjaan semacam ini. Akan tetapi jelas bahwa dalam hal-hal
dimana tidak tedapat peta-peta skala menengah yang baik dari permukaan yang berbukit,
prosedur ini memakan waktu yang lebih sedikit daripada produksi peta fotografi yang dibuat
secara klasik dari foto udara yang sama. Kadang-kadang ciri-ciri digambar pada peta foto, seperti
misalnya jalan raya, jalan kereta api dan sebagainya. Dalam banyak hal, peta-peta foto semacam
itu dapat seluruhnya menggantikan peta topografi.
b. Mosaik-mosaik yang tidak terkontrol dibuat dari kombinasi foto uadara tanpa perubaha skala
dan hanya memakai gambar dari fotografi untuk penyesuaian. Pergeseran relief akan
menimbulakan perubahan bentuk (deformasi) pada mosaik dan bahkan menimbulkan
ketidaksinambungan pada beberapa tempat. Walaupun pergeseran relief dapat dikurangi dengan

memakai kamera-kamera yang berjarak fokus panjang, kita ketahui bahwa hampir untuk semua
survei sumber-sumber alam, kamera-kamera denagn sudut-sudut besar mempunyai keuntungankeuntungan. Tinggi terbanyang yang lebih rendah dan rasipo tinggi basis yang lebih baik, yang
memungkinkan pembedaan yang lebih tepat dari perbedaan-perbedaan ketinggian, semuanya
merupakan keuntungan-keuntungan yang mengimbangi kesulitan-kesulitan yang diakibatkan
oleh ketidak serasian mosaik-mosaik.
Kemera dengan jarak-jarak fokus yang panjang hanya dipakai dalam hal-hal tertentu,
misalnya pada survei-survei kehutanan skala besar, karena pemandangan pada permukaan yang
terdapat di bawah pohon-pohon. Mosaik-mosaik yang tidak terkontrol yang kualitas cukup baik,
hanya dapat diperoleh dalam keadaan dimana permukaan hampir selurunya datar, dengan syarat
bahwa skala daripada rangkaian foto-foto tadi adalah sama pada seluruh permukaan daripada
mosaik-mosaik tersebut.
c.

Jika persyaratan ini tidak dipenuhi, mungkin perlu dibuatka semacam mosaik semi kontrol.

Ini berarti bahwa dalam satu dan hal lain posisi relatif dari titk utama dari tiap-tiap foto udara
terhadap foto-foto di sisinya harus diketahui. Dalam hal dimana permukaan tidak datar,
diharapkan beberapa metode trianggulasi radial, terutama template slot (slotted template),
bahkan jika tidak ada titik kontrol permukaan yang diketahui. Hasilnya adalah bahwa dalam
sembarang sistem koordinat yang dipakai untuk bagan templet slot dan pada skala foto yang
diperkirakan, koordinat-koordinat dari semua titik utama dan enam titik yang lain pada tiap fotio
diketahui.
Dengan memakai posisi-posisi ini perpindahan relief akan menghasilkan ketidak cocokan
akan tetapi hal ini lebih baik daripada memakia kecocokan sebagai petunjuk untuk merangkaikan
mosaik tersebut. Juga menguntungkan bahkan posisi relatif, misal saja penyimpanganpenyimpangan geologis dari suatu sifat yang terbatas dengan orang spesialis, sementara mencatat
ciri-cirinya dapat denagn mudah menilai dengan jalan memasukkan nilai perkiraan dari
pergeseran relief. Akan tetapi kita harus menyadari suatu mosaik yang baik dari permukaan
bukit, adalah tidak mungkin tanpa pemakaian perlengkapan yang kompleks seperti
orthophotascope.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Interpretasi merupakan teknik yang dinilai praktis dan efektif untuk menganalisis suatu data

atau fenomena yang akan menghasilkan data informatif yang akurat dan dapat dipercaya. Ada
tiga hal penting yang diperlukan dalam proses interpretasi yaitu deteksi, interpretasi dan analisis.
Deteksi citra merupakan pengamatan tentang adanya suatu objek, misalkan pendeteksian objek
disebuah daerah dekat perairan. Identifikasi atau pengenalan merupakan upaya untuk mencirikan
objek yang telah di deteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup, misalnya
mengidentifikasi suatu objek berkota-kotak sebagai tambak di sekitar perairan karena objek
tersebut ekat dengan laut. Sedangkan analisis merupakan pengklasifikasian berdasarkan proses
induksi dan deduksi, sebagai penambahan informasi bahwa tambak tersebut adalah tambak
udang dan di klasifikasikan sebagai daerah pertambakan udang.
Fotogametri merupakan suatu seni pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi
yang dapat di percaya tentang suatu objek fisik dan keadaan sekitarnya melalui proses
perekaman, pengamatan atau pengukuran dan interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar
gelombang elektromagnetik. Produk dari fotogametri ini adalah peta foto(photomap) adalah
Kenampakan permukaan bumi dalam bentuk citra (sekumpulan informasi yang berasal dari
sensor, perolehan tidak secara kontak langsung dengan objek permukaan bumi di tempat
pengamatan), bayangan permukaan bumi diperoleh melalui foto udara, radar serta sensor
airborne lainnya dan citra satelit . Peta garis (linemap) adalah Kenampakan permukaan bumi
pada peta disajikan oleh garis (baik hitam putih maupun warna) dan area yang dilengkapi oleh
teks sebagai tambahan informasi. Dan mosaik foto adalah Mosaik adalah hasil penggabungan
beberapa liputan citra dengan luasan kecil menjadi satu liputan citra menjadi luas yang lebih
besar.

3.2

Saran

Kegiatan pemetaan dengan menggunakan mosaik merupakan produk dari fotogametri yang
berfungsi memetakan suatu wilayah, maka sudah seharusnya para mahasiswa khususnya
mahasiswa dari jurusan yang berhubungan dengan pengukuran dan pemetaan, lebih dapat
memanfaatkan teknologi untuk menghasilkan karya (peta) terbaru terutama pemetaan wilayah
yang belum pernah dipetakan.

Anda mungkin juga menyukai