PROVIDER
BCLS + AED
KATA PENGANTAR
Program pelatihan cardiopulmonary resucitation (CPR) untuk tenaga
kesehatan (healthcare worker) telah dilakukan sejak 50 tahun terakhir. Sedangkan
program pelatihan AED baru baru dimulai sejak pertengahan tahun 1980. Di
beberapa negara program pelatihan CPR+AED berbasis masyarakat sudah
menjadi hal biasa. Sedangkan di Indonesia sendiri, AED pertama kali
diperkenalkan kedalam ambulans baru beberapa tahun yang lalu. Baru-baru ini di
bandar udara dalam negeri sebagai area publik sudah menempatkan AED
sehingga setiap masyarakat dapat terlibat langsung dalam memberikan
pertolongan dalam rangka menyelamatkan jiwa jika terjadi henti jantung.
Penggunaan CPR dan AED telah terbukti mampu menyelamatkan jiwa bahkan
jika itu pun dilakukan oleh masyarakat.
Pada hari pertama pelatihan seorang peserta hanya diberikan waktu
selama 4 jam untuk kursus AED setelah sebelumnya menyelesaikan 8 jam sesi
kursus bantuan hidup dasar basic cardiac life support (BCLS). Program
penyegaran hanya dibutuhkan waktu paling lama 4 jam. Sekarang AED sudah
menjadi barang kebutuhan publik yang tersedia di tempat-tempat umum seperti
pusat perbelanjaan (mall), hotel, pusat konvension, sekolah-sekolah, perguruan
tinggi, gedung pemerintah, pesawat udara, bandar udara dan bahkan dibeberapa
perumahan karyawan perusahaan. Diharapkan lebih banyak lagi negara yang
mempopulerkan penggunaan AED. Kita memiliki waktu yang panjang untuk
mencapai akses dengan mudah dan cepat terhadap AED. Langkah untuk mencapai
hal tersebut telah ditetapkan.
Bagaimanapun, jika kita hanya memiliki AED tidak mampu
menyelematkan jiwa korban. Penggunaan awal dari AED yang dikombinasikan
dengan CPR dapat menyelamatkan lebih banyak kehidupan dibandingkan jika
dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa dikombinasi antara keduanya. Keterampilan
ini harus dilakukan dengan benar untuk mendapatkan efek maksimal. Penncapaian
kualitas yang prima memerlukan pelatihan yang baik dan instruktur-instruktur
yang berdedikasi dengan pemakaian produk yang terpercaya dalam mengajarkan
praktek keterampilan (skill) akan mampu diterapkan untuk menyelamatkan
kehidupan.
Sasaran dari buku panduan ini adalah untuk memberikan standarisasi isi
dari pelatihan CPR + AED sehingga semua provider dari skill ini memiliki
pemahaman yang sama ketika terjadi perbedaan pendapat satu sama lain tentang
pelatihan menyelamatkan hidup. Pada akhir dari pelatihan maka harus diberikan
sertifikat kompetensi dengan masa berlaku tertentu. Sertifikat yang diberikan
memiliki masa berlaku selama dua tahun dan setelah itu perlu dilakukan
resertifikasi kembali. Kami berharap buku panduan ini mampu memenuhi
kebutuhan dari para peserta latih dan penolongan hidup di masa depan.
Prof. Dr. V. Anantharaman
Leader
Makassar Disaster Medicine Program
Singapore Health Services
BAGIAN A
HENTI JANTUNG DAN KITA
1. PENDAHULUAN
Setiap tahun hampir 250.000 orang di Indonesia yang meninggal
akibat penyakit jantung. Dari jumlah tersebut, hampir seperduanya
mengalami henti jantung di luar lingkungan rumah sakit dan kurang dari 2%
yang selamat. Saat ini, diantara mereka yang mengalami serangan henti
jantung di luar rumah sakit lebih dari 10% dapat diselamatkan dan bertahan
hidup setelah tiba di rumah sakit. Namun, tidak ada data yang valid terkait hal
ini.
Berdasarkan statistik kesehatan nasional dari Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), penyakit kardiovaskular kontribusi untuk 30% dari total
kematian. Faktor yang berkontribusi terhadap penyakit jantung dan stroke
sama,
yaitu
rokok,
hipertensi,
diabetes
mellitus
dan
hiperkolesterolemia. Penyakit jantung merupakan penyebab terbesar kematian
di negara ini. Situasi ini tidak jauh berbeda di sebagian besar negara yang ada
di dunia. Sebagian besar penyakit yang mempengaruhi jantung dapat dicegah
melalui aktivitas dan olah raga yang teratur serta pengendalian faktor
risiko. Hal ini lebih dijelaskan lebih lanjut dalam Bab berikutnya dari
panduan ini. Ketika seseorang tidak nampak menderita gejala penyakit
jantung dan orang tersebut tiba-tiba collaps/mengalami henti jantung (apa
yang disebut henti jantung mendadak), proses penyelematan hidup dapat
ditingkatkan jika ditemukan sedini mungkin sejak mengalami kolaps serta
mendapatkan pertolongan bantuan hidup dasar yang cepat, seperti resusitasi
jantung paru serta penggunaan defibrillator eksternal otomatis (AED).
Kematian mendadak dapat dicegah, dengan tindakan yang
cepat. Tindakan penolongan yang diberikan selama beberapa menit pertama
dari sebuah kondisi darurat sangat penting untuk mempertahankan
kelangsungan hidup korban. Hal ini dapat dilakukan oleh salah satu dari kita,
dimanapun dan kapanpun. Semua yang diperlukan adalah dua tangan kita.
INGAT: CPR dapat menyelamatkan nyawa. Lakukan dengan
baik. Lakukan dengan benar. Dan korban akan mendapat kesempatan
hidup.
Berkeringat
Mual (perasaan ingin muntah)
sesak napas
Kelemahan atau pusing
Gejala-gejala ini dapat terjadi saat istirahat atau selama
aktivitas. kebanyakan pasien sering salah menilai gejala penyakit jantung dan
menganggap hanya gangguan pencernaan atau hanya kelelahan. Ketika
seseorang mengalami gejala tersebut, maka tindakan yang terbaik adalah
segera meminta bantuan dengan menghubungi ambulans gawat darurat
(telepon: 119) dan dibawa ke Instalasi Gawat Darurat rumah sakit terdekat
untuk dilakukan evaluasi segera (initial rapid assessment).
Jantung
kita
umumnya
berdenyut secara teratur. Kita dapat
mendeteksi sinyal listrik dari jantung
kita dengan EKG. Kita dapat melihat
bagaimana semua orang bergerak di
ER atau film lain dimana kita
melihat sinyal elektrik jantung secara
teratur "bip, bip, bip, bip, dan
sebagainya". Selama sinyal-sinyal ini
bergerak terus, bahkan dengan henti
jantung, itu berarti jantung berdenyut
secara efektif, bahkan dengan sedikit
ketidakteraturan
kadang-kadang
terjadi. Ketika jantung berhenti berdenyut maka kita menyebutnya henti
jantung.
Pada saat henti jantung (cardiac arrest), sinyal elektrik jantung
mengalami perubahan secara sangat signifikan. Pada sebagian besar orang
yang mengalami henti jantung, irama elektris jantung menjadi benar-benar
tidak terkoordinasi, tidak teratur
dan kacau seperti apa yang dapat
lihat pada grafik. Kondisi ini
disebut "Ventricular Fibrillation"
atau disingkat VF.
Otot jantung hanya bergetar tanpa
adanya
kontraksi
yang
terkoordinasi. Jika
tidak
ada
tindakan yang dilakukan pada
kasus ini selama beberapa menit
berikutnya, maka jantung akan
berhenti bergetar dan aktivitas
listrik jantung berhenti. Kadangkadang semua aktivitas listrik
berhenti segera dan jantung tidak berdenyut dan tentunya tidak ada
nadi. Untuk kedua kondisi ini, jantung berhenti memompa darah. Tindakan
mereka. Apabila sirkulasi berhenti maka organ-organ vital dalam tubuh kita
akan kekurangan oksigen. Organ vital kita hanya mampu mentolerir
kekurangan oksigen tersebut beberapa menit. Sekitar 4 menit pertama organ
vital kita terutama otot jantung dan otak, mulai mengalami
kerusakan. Beberapa kerusakan ini masih dapat dipulihkan jika oksigen
segera tersedia untuk organ-organ ini. Kemungkinan bertahan hidup menurun
sekitar 7-10% untuk setiap menit organ-organ vital kekurangan
oksigen. Keterlambatan suplai oksigen selama 4 menit kemungkinan
kelangsungan hidup sekitar 60-80%. Jika paramedis mampu mencapai pasien
dalam empat menit, memulai CPR dan memberikan oksigen, kemungkinan
korban dapat diselamatkan lebih besar, terlepas dari apakah hanya dilakukan
kompresi dada atau ventilasi atau melakukan keduanya secara bersamaan.
Setelah 6 menit, fungsi organ vital mulai tidak bisa dikompromikan
jika tidak ada tindakan CPR yang diberikan. Jika tindakan CPR diberikan
dengan atau tanpa oksigen akan memberi peluang hidup bagi pasien, hingga
tim ambulans gawat darurat tiba dan segera menyediakan oksigen dan
memperbaiki sistem sirkulasi. Kemungkinan bertahan hidup pada tahap ini
antara 40- 50% tergantung pada kualitas tim resusitasi ambulans, selamat atau
tidak sangat tergantung dari kualitas CPR yang diberikan, jelasnya lebih baik
jika CPR diberikan dari pada tidak ada.
Kematian organ vital menjadi signifikan setelah itu. Kegagalan untuk
memberikan oksigen ke organ-organ vital selama 10 menit akan cenderung
secara signifikan mengurangi kemungkinan hidup. Jika tindakan untuk
memulihkan fungsi sirkulasi dengan pemberian oksigen diberikan setelah itu,
kemungkinan bertahan hidup hanya sekitar 10 sampai 40%. Jika oksigen
tidak tersedia, kemungkinan hidup akan sangat rendah. Oleh karena itu
penting untuk memulai CPR secepat mungkin. Udara di atmosfir permukaan
laut mengandung sekitar 21% oksigen. Namun yang berhasil diserap tubuh
kita hanya sekitar 5% oksigen karena pada saat kita menghembuskan napas
udara yang kita keluarkan mengandung sekitar 16% oksigen. Ketika ventilasi
mouth to mouth dilakukan selama CPR, ada cukup oksigen yang
dihembuskan melalui napas buatan untuk menjaga korban tetap
hidup. Kompresi dada memberikan pijatan jantung antara tulang dada dan
tulang belakang dan dengan demikian membantu untuk mengalirkan darah
dan oksigen ke organ vital, terutama otak, jantung dan ginjal. Jika CPR
dilakukan dengan segera dan benar maka :
1) Dapat memulihkan fungsi jantung
2) Dapat mempertahankan fungsi sirkulasi sampai bantuan hidup lanjut ada.
3) ada kemungkinan lebih besar untuk fungsi mental normal.
Beberapa halaman berikutnya akan menuntun Anda langkah demi
langkah prosedur CPR atau resusitasi jantung paru, keterampilan dasar yang
diperlukan untuk menyelamatkan hidup korban yang mengalami henti
jantung. Langkah-langkah ini harus dipraktekkan berulang-ulang sampai
yakin bahwa kualitas dan keterampilan CPR benar-benar baik. Latihan secara
teratur memberikan satu keyakinan pada diri untuk memulai CPR segera dan
keras "Panggil Ambulans 119". Selain itu, ada peningkatan jumlah AED
(otomatis eksternal defibrillator atau mesin shock) yang saat ini sedang
digunakan di Ruang publik. Alat ini juga bisa menyelamatkan hidup. Oleh
karena itu, pada saat minta bantuan ambulans sekaligus menyerukan bawakan
AED. Katakanlah dengan keras: "Panggilkan Ambulans 119, bawakan
AED".
CEK RESPON:
Dengan Menepuk Bahu Korban
sambil memanggil: Pak, Pak,
Bangun Pak
PERIKSA PERNAPASAN:
Lihat, Dengar, Rasakan (<10 Detik)
YA
VENTILASI 2 KALI :
1 detik per ventilasi, tidal volume
400-600 ml
JIKA TIDAK
ADA NADI
BAGIAN C
SUMBATAN JALAN NAPAS PADA ORANG DEWASA
1. PENDAHULUAN, PENYEBAB, FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI
Obstruksi jalan napas total akan mengakibatkan kematian dalam
beberapa
menit,
jika
tidak
segera
ditolong. Obstruksi
jalan
napas
dapat
disebabkan baik dari faktor intrinsik (lidah dan
epiglotis) maupun ekstrinsik (benda asing).
a. Penyebab dari dalam (instrinsik)
Lidah bisa jatuh ke belakang tepatnya ke
faring dalam kondisi korban tidak sadar
pada posisi terlentang. Darah dari kepala
dan luka di wajah bisa mengalir ke dalam
saluran napas. Demikian halnya dengan
isi perut yang dimuntahkan bisa masuk ke
jalan napas dan menyebabkan sumbatan
jalan napas.
b. Penyebab dari luar (ekstrinsik)
Benda asing misalnya makanan, gigi palsu dan lain-lain.
c. Faktor yang berkontribusi
1) Potongan daging yang besar saat mengunyah.
2) Kadar alkohol yang tinggi dalam darah.
3) Gigi palsu
4) Bermain, menangis, tertawa dan berbicara pada saat mengunyah
makanan dalam mulut.
d. Pencegahan
1) Potong makanan menjadi potongan kecil. Mengunyah perlahan dan
menyeluruh, terutama jika memakai gigi palsu.
2) Hindari asupan alkohol yang berlebihan.
3) Hindari tertawa dan berbicara ketika mengunyah makanan dalam
mulut.
2. TANDA DAN GEJALA
Sumbatan jalan napas (FBAO) dapat terjadi parsial maupun total.
Batuk adalah pertahanan alami tubuh terhadap obstruksi jalan napas. Seorang
korban dengan obstruksi parsial (ringan) akan berupaya batuk untuk
mengeluarkan sumbatan benda asing pada jalan napas. Jika korban terdengar
mengi (bunyi napas mengi) atau batuk, ini berarti bahwa jalan napas
mengalami sumbatan parsial. Anjurkan korban untuk batuk agar benda asing
dalam mulut dapat terlempar keluar. Pada obstruksi jalan napas total, korban
tidak dapat berbicara, bernapas atau batuk dan kemungkinan mengalami
sianosis (kebiruan). Korban terlihat mencekik leher dengan tangannya. Tanda
ini merupakan tanda bahaya universal untuk kasus tersedak yang
membutuhkan tindakan segera.
Nilai Keparahan
Sadar
Berikan 5 Abdominal Thrust
Anjurkan Batuk
Evaluasi terus ketidakmampuan batuk
hingga sumbatan jalan napas terbebas
Tidak Sadar
Mulai CPR
TEKNIK
UNTUK
MENGELUARKA
MENGGUNAKAN ABDOMINAL THRUST
BENDA
ASING
BAGIAN D
DEFIBRILATOR EKSTERNAL OTOMATIS (AED)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kondisi seperti ini jauh lebih sulit untuk meresusitasi korban yang
irama listrik jantungnya datar, yaitu jantung tidak memiliki aktivitas
listrik. Hal ini disebabkan jantung telah kehilangan oksigen untuk waktu
yang lebih lama dan telah mengalami kerusakan lebih lanjut yang sering
masih bisa diperbaiki. Kadang-kadang meskipun hanya dengan pemberian
CPR yang baik dapat memulihkan beberapa korban, yang jantungnya telah
kekurangan oksigen, dapat terselamatkan hidupnya kembali. Dalam beberapa
situasi, pasien yang mengalami VF dan segera diobati dapat terselamatkan
hidupnya dan pulih kembali. Pengalaman internasional dengan VF selama
bertahun-tahun telah menunjukkan lebih banyak nyawa yang terselamatkan
1 Pad ditempelkan
pada dada kanan
dibawah tulang
selangka
1 Pad ditempelkan
dibawah puting
sebelah kiri
5. PROSEDUR DEFIBRILASI
a. Buka tas AED dan persiapkan dada korban sambil terus melakukan CPR.
Jangan menunda CPR pada saat pemasangan pad defibrilasi.
b. Kemudian tekan tombol ON. Beberapa AED secara otomatis akan ON
ketika penutup AED terbuka.
c. Sambungkan konektor di salah satu ujung sambungan kabel AED.
d. AED awalnya akan menganalisis irama jantung. AED akan memberikan
suara seperti "ANALYSING HEART RHYTHM (Menganalisis Irama
Jantung). DO
NOT
TOUCH
THE
PATIENT
(JANGAN
MENYENTUH PASIEN)". Jika Anda mendengar ini, berhenti
CPR. Jangan menjauh dari pasien. Jangan biarkan orang lain menyentuh
pasien pada saat AED sedang menganalisis irama jantung. Angkat dan
jauhkan tangan dari korban lalu katakan dengan jelas "Stand Clear".
e. Jika korban memiliki irama shockable (yaitu VF), AED akan mengisi
energi secara otomatis. Pengisian dapat diindikasikan dengan bunyi
alarm dari AED dan berlangsung beberapa detik.
f. Sementara AED mengisi energi, penolong harus terus memberikan CPR.
g. Setelah AED terisi penuh, maka akan keluar perintah kepada penolong
"PRESS THE SHOCK BUTTON NOW TEKAN TOMBOL
SEKARANG". Penolong kemudian menyatakan dengan jelas "Stand
Clear", pastikan cepat bahwa tidak ada yang menyentuh pasien, dan
kemudian menekan tombol kejutan pada AED selama dua detik sebelum
melepaskannya.
h. Setelah pemberian shock/kejutan, segera posisikan tangan di dinding
dada dan mulai kompresi dada sebanyak 100 per menit. Lanjutkan siklus
CPR 30: 2 CPR selama minimal 1 menit sampai AED menyarankan :
ANALYSING HEART RHYTHM. DO NOT TOUCH THE
PATIENT.
i. Satu menit CPR adalah sekitar 3 siklus. Saat menggunakan AED,
penggunaan hitungan kompresi dada disesuikan dengan sistem pada
AED, jika tersedia. Ini akan membantu Anda waktu kompresi dada tepat
100 kali per menit.
j. Jika AED merekam irama yang non-shockable, ia akan meminta
penolong "SHOCK NOT ADVISED. CHECK THE PATIENT
KEJUTAN TIDAK DIBERITAHU. PERIKSA PASIEN ".
k. Jika pasien masih tidak bernapas, atau hanya gasping, teruskan CPR.
l. Jika bernapas secara normal atau sadar, berikan posisi pemulihan. Jangan
lepaskan AED dai pasien. Terus untuk memantau korban setiap beberapa
menit dengan melihat pernapasan dan respon pasien dan mendengarkan
hasil analisis irama jantung dari AED secara teratur.
m. Jika pasien masih tidak bernapas, lanjutkan CPR dan ikuti instruksi dari
AED hingga tim ambulans gawat darurat datang.
n. AED harus tetap terhubung ke pasien sampai korban diserahkan kepada
tim ambulans gawat darurat.
VERIFIKASI ADANYA
HENTI JANTUNG
Cek Respon (Tidak Ada)
Call 119/Ambilkan AED
Cek Pernapasan (Tidak Ada)
Cek Nadi (Hanya untuk Tenaga
Kesehatan
Mulai CPR
Pasang AED
SHOCK ADVISED
(Kejutan Diberitahukan)
Tidak
Analisis
Ya
Tidak Ada
Ada
Ulangi CPR
Analisis
BAGIAN E
ANAK RESUSITASI JANTUNG-PARU (CPR) PADA ANAK
1.
2.
3.
1.
Pendahuluan
Langkah-langkah CPR pada Anak
Posisi Pemulihan pada Anak
PENGANTAR
Kelompok usia anak-anak yang mengalami henti jantung jarang
disebabkan karena permasalahan utama pada jantung. Henti jantung biasanya
permasalahan sekunder dari kejadian lain, seperti trauma mayor atau penyakit
pernapasan. Oleh karena itu, tim penolong harus mendeteksi dan segera
mengobati tanda-tanda awal dari kegagalan pernapasan dan gangguan
sirkulasi untuk mencegah henti jantung.
Catatan:
Untuk anak di atas usia 8 tahun atau ukuran anak besar tetapi berusia di
bawah 8 tahun, kompresi dada dapat diberikan seperti CPR pada orang
dewasa.
Tekan kepala (dahi) ke belakang dengan telapak tangan Anda lalu angkat
rahang ke depan secara bersamaan dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah untuk membuka jalan napas.
Catatan:
- Jangan menekan ke dalam jaringan lunak di bawah dagu karena ini dapat
menghalangi jalan napas.
- Jangan melakukan sapuan jari tanpa melihat karena dapat mendorong
benda asing lebih jauh ke dalam saluran napas.
- Lakukan jaw thrust atau chin lift dengan hati-hati jika curiga ada cedera
kepala atau leher .
LANGKAH 6. CEK PERNAPASAN
NORMAL
Tempatkan telinga dan pipi Anda
dekat mulut dan hidung anak, lalu
nilai pernapasan (kuarang dari 10
detik) dengan cara:
1) Lihat naik turunnya dada.
2) Dengarkan suara hembusan
napas.
3) Rasakan aliran udara dari
mulut dan hidung anak pada pipi Anda.
Hal ini penting untuk mengenali pernapasan GASPING terengahengah yang berarti pernapasan tidak normal dan ini merupakan tanda
henti jantung. Berikan tindakan CPR segera jika anak tersebut terengahengah GASPING.
LANGKAH 7. CEK NADI
(Khusus untuk tenaga kesehatan, untuk orang awam langsung ke
Langkah 8)
Pertahankan posisi head tilt dengan
satu tangan, letakkan jari telunjuk
dan jari tengah tangan yang lainnya
tepat diatas jakung/tenggorokan.
Geser dua jari tadi ke sisi lateral ke
arah dekat dengan penolong (lokasi
yang tepat untuk memeriksa nadi
karotis).
Raba lalu tekan dengan lembut dan
rasakan denyut nadi karotis.
Pemeriksaan pernapasan dan denyut nadi tidak boleh lebih lebih dari 10
detik.
Jika nadi tidak teraba, lakukan kompresi dada.
Jika tidak yakin nadi teraba maka anggap henti jantung dan mulai berikan
kompressi dada.
Posisi Mantap
total, anak tidak dapat berbicara, bernapas atau pun batuk dan kemungkinan
akan mengalami sianosis (kebiruan pada wajah). Anak akan terlihat mencekik
lehernya dengan ibu jari dan jari telunjuk. Inilah yang disebut tanda
Universal Chocking Sign pada orang yang tersedak yang membutuhkan
tindakan pertolongan yang segera.
2. MENGELUARKAN SUMBATAN BENDA ASING PADA ANAK
Teknik yang digunakan untuk membebaskan obstruksi jalan napas akibat
sumbatan benda asing adalah abdominal thrust.
MEMBEBASKAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS PADA ANAK
DENGAN ABDOMINAL THRUST
LANGKAH 1. PENILAIAN
Bertanya: "Apakah Anda tersedak?" Jika anak tersedak, anak tidak akan
berbicara, bernapas atau pun batuk tapi mungkin hanya menganggukkan
kepalanya.
Katakan kepada anak bahwa Anda bisa membantu.
Catatan:
Jika anak mampu batuk, instruksikan anak untuk batuk sekeras mungkin. Jika
dengan batuk tidak meringankan obstruksi jalan napas, lakukan abdominal
thrust. Menilai keparahan
Nilai Keparahan
Sadar
5 Abdominal Thrust
Tidak Sadar
Mulai CPR
Anjurkan Batuk
Evaluasi terus ketidakmampuan
batuk hingga sumbatan jalan
napas terbebas
- Letakkan jari tengah dan jari manis pada tulang dada disebelah
jari telunjuk.
- Posisi jari tegak.
- Angkat jari telunjuk, dan lakukan kompresi dada dengan
menggunakan jari tengah dan jari manis.
Langkah 9: Lakukan kompresi dada
Berikan kompresi dada bayi dengan kedalaman tekanan lebih dari 4
cm atau 1/3 diameter anterior-posterior sambil menghitung dengan
suara keras seperti berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 3
Lakukan kompresi dada sebanyak 100 kali per menit.
Rasio kompresidada : ventilasi adalah 30 kompresi: 2 ventilasi.
Lakukan 5 siklus 30 kompresi dan 2 napas dalam waktu 2 menit.
Langkah 10: Setelah 30 kompresi dada, buka jalan napas dan berikan
bantuan napas 2 kali:
Menjaga posisi kepala dengan teknik head tilt-chin lift.
Gunakan face shild yang menutupi mulut dan hidung bayi.
Berikan 2 kali ventilasi mouth to mouth ke dalam mulut bayi dan
hidung secara bersamaan.
Dada harus mengembang pada saat dilakukan bantuan napas..
Durasi untuk setiap bantuan napas
yang diberikan adalah 1
detik. Jangan menunda kompresi dada lebih dari 6 detik saat
memberikan 2 kali bantuan napas.
Volume ventilasi adalah 30 ml.
Berikan kesempatan paru deflasi paru setiap kali diberikan bantuan
napas.
Catatan:
Volume udara yang terlalu banyak saat ventilasi diberikan mungkin
menyebabkan udara masuk perut dan mengakibatkan distensi abdomen.
Tips untuk kompresi dada yang tepat
Mencari posisi tangan yang benar untuk kompresi dada harus
dilakukan dengan cepat.
Berikan kesempatan dada melakukan recoil sebelum memulai
kompresi berikutnya.
Jangan mengangkat jari dari dada antara setiap kompresi.
Posisi kepala penolong agak rendah sepanjang siklus CPR (hingga
nadi teraba dan pernapasan ada).
BAGIAN H
SUMBATAN JALAN NAPAS PADA BAYI (FBAO)
Pengantar
Obstruksi jalan napas total adalah merupakan keadaan gawat darurat yang akan
mengakibatkan kematian dalam beberapa menit, jika tidak segera
ditangani. Tersedak pada bayi paling sering terjadi selama makan atau bermain.
Dalam keadaan tersedak, kemungkinan bertahan hidup akan meningkat jika
penolong mampu memberikan penanganan ketika bayi masih sadar. Sumbatan
jalan napas pada bayi yang masih sadar dapat bebaskan dengan menggunakan
back blow dan chest thrust.
Kewaspadaan
Jangan memberikan susu secara berlebihan dan terus menerus. Biarkan
bayi istirahat diantara pemberian susu.
Periksa dot botol susu sebelum makan. Ukuran mungkin terlalu besar
untuk bayi.
Potong makanan menjadi potongan-potongan kecil dan memberi makan
bayi (jika dalam penyapihan)menggunakan sendok kecil setiap kali.
Mencegah bergerak (merangkak) atau bermain sambil makan.
Mengenali Tersedak
Sumbatan jalan napas pada bayi berkembang sangat tiba-tiba yang
ditandai dengan batuk, tersedak atau stridor (nada tinggi, suara bising atau
mengi).
Jika bayi mengalami penyakit infeksi (misalnya demam, hidung tersumbat,
suara serak), suspek epiglotitis dan bronkhitis.
Bawa segera bayi ke rumah sakit apabila back blow dan chest thrust tidak
meringankan obstruksi jalan napas.
MEMBEBASKAN SUMBATAN JALAN NAPAS Pada Bayi Yang Sadar
Langkah 1: Penilaian
Bayi sadar dan ada suara stridor.
Jika obstruksi semakin parah (obstruksi jalan napas total), maka kita akan
menemukan setidaknya salah satu dari tanda berikut:
- Kehilangan suara.
- Peningkatan kesulitan bernapas.
- Wajah bayi mungkin membiru.
Segera berusaha untuk meringankan obstruksi jalan napas.
Langkah 2: Tehnik Back Blow dan Chest Thrust
Menahan/menyokong kepala bayi dengan telapak tangan dan punggung
bayi berada di lengan penolong.
Berikan posisi "Sandwich" bayi dengan menggunakan tangan Anda yang
lain dengan cara:
- Menahan rahang bayi dengan ibu jari empat jari lainnya. Tempat
lengan anda di dada bayi.
Lepaskan tangan anda dari bagian belakang badan dan kepala bayi lalu
ganti dengan tangan lainnya yang melakukan posisi Sandwich.
Posisikan bayi dengan kepala lebih rendah dari badannya.
Duduk di Kursi
Berlutut di lantai
MENGELUARKAN BENDA ASING PADA BAYI YANG TIDAK SADAR
Jika bayi menjadi tidak sadar, lanjutkan dengan langkah-langkah berikut:
Langkah 1: Posisi bayi
Atur posisi bayi dengan posisi berbaring di tempat dan permukaan yang
datar.
Langkah 2: Aktifkan layanan ambulans gawat darurat 119 (EMS)
Mengaktifkan layanan ambulans gawat darurat dengan berusaha berteriak:
"Tolong! Panggilkan ambulans 119! "
Langkah 3: Mulai kompresi dada sebanyak 30 kali
Tentukan lokasi yang tepat dan lakukan 30 kompresi dada menggunakan
lokasi dan teknik yang sama untuk kompresi dada pada CPR bayi.
Langkah 4: Buka jalan napas
Lakukan manuver head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas.
Sementara ekstensi kepala, lalu buka mulut dengan lembut untuk melihat
benda asing dalam rongga mulut.
Jika benda asing dapat terlihat, sambil mempertahankan posisi head tiltchin lift untuk membuka jalan napas, masukkan jari kelingking tangan
Anda yang lain ke dalam mulut bayi menyusuri sepanjang bagian dalam
pipi.
Gunakan tindakan mengait/mencongkel untuk mengeluarkan benda asing
dari dalam mulut. Lakukan dengan hati-hati dan tidak memaksa agar
benda asing tidak terdorong lebih jauh ke dalam ke tenggorokan. Manuver
ini dikenal sebagai sapuan jari.
Catatan:
Jangan melakukan sapuan jari tanpa melihat benda asing dalam mulut. Sapuan jari
tanpa melihat posisi benda asingnya dapat mendorong benda asing lebih jauh ke
dalam saluran napas.
Atur posisi pasien telentang pada tempat yang datar dan keras
TENAGA KESEHATAN ?
YA
BUKAN
Kurangi interupsi
Kompresi 100-120x/menit
Ventilasi 8-10x/menit
(Tanpa Sinkronisasi)
YA
Irama
Shockable?
TDK
BAGIAN J
LAMPIRAN
PROGRAM MANAJEMEN FASILITAS CPR + AED
Pengantar:
Berikut ini adalah pedoman operasional untuk digunakan oleh setiap fasilitas yang
menggunakan AED.
Pengawasan & Koordinasi:
1. Setiap fasilitas publik dengan program CPR + AED perlu memiliki
Koordinator Program. Peran koordinator program sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi jumlah AED yang diperlukan untuk setiap fasilitas
umum
b. Tentukan lokasi untuk masing-masing AED
c. Mengatur pembelian AED, meliputi kotak dan tanda lokasi penempatan
AED (Lampiran A)
d. Meminta seorang dokter jika ada, untuk menjelaskan pedoman
tatalaksana pengobatan dalam program AED.
e. Mengidentifikasi jumlah staf untuk dilatih menggunakan keterampilan
CPR + AED.
f. Memastikan dan mengidentifikasi seluruh staf yang memiliki
kemampuan/keterampilan CPR+AED untuk mendapatkan sertifikat pada
pusat pelatihan terakreditasi oleh otoritas kesehatan setempat
(Kementerian Kesehatan).
g. Melembagakan sistem pengembangan berkelanjutan untuk AED
h. Melembagakan program pengenalan CPR + AED untuk staf terlatih dan
orang-orang yang mau memanfaatkan keahlian mereka untuk
menyelamatkan nyawa.
i. Jika ada seorang praktisi medis (dokter/nurse), dapat menjelaskan
pedoman tatalaksana pengobatan dalam program AED. Praktisi medis
juga harus dilatih CPR dan penggunaan AED. Jika tidak ada praktisi
medis, maka pedoman tatalaksana pengobatan dan protokol pengobatan
dapat diminta dari Kepala Instalasi Gawat Darurat rumah sakit terdekat
atau dari Palang Merah Indonesia atau Pusat Pelatihan AED atau CPR +
AED. Menyiapkan
pedoman
pemberian
pengobatan/tatalaksana
pengobatan meliputi hal berikut:
1) Merekomendasikan protokol tatalaksana medis penggunaan CPR
dan AED di fasilitas publik.
2) Melakukan reiew/studi dokumentasi terhadap tindakan yang diambil
pada setiap kasus henti jantung di fasilitas publik, termasuk
penggunaan AED.
3) Melakukan review/evaluasi program CPR + AED setidaknya sekali
setahun dan ketika ada rekomendasi perubahan pedoman.