Anda di halaman 1dari 63

BUKU PANDUAN UNTUK

PROVIDER

BCLS + AED

TIM MASTER OF TRAINER


BASIC CARDIAC LIFE SUPPORT
AUTOMATIC EXTERNAL DEFIBRILLATOR

PUSAT PELATIHAN MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN DAN


BENCANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

KATA PENGANTAR
Program pelatihan cardiopulmonary resucitation (CPR) untuk tenaga
kesehatan (healthcare worker) telah dilakukan sejak 50 tahun terakhir. Sedangkan
program pelatihan AED baru baru dimulai sejak pertengahan tahun 1980. Di
beberapa negara program pelatihan CPR+AED berbasis masyarakat sudah
menjadi hal biasa. Sedangkan di Indonesia sendiri, AED pertama kali
diperkenalkan kedalam ambulans baru beberapa tahun yang lalu. Baru-baru ini di
bandar udara dalam negeri sebagai area publik sudah menempatkan AED
sehingga setiap masyarakat dapat terlibat langsung dalam memberikan
pertolongan dalam rangka menyelamatkan jiwa jika terjadi henti jantung.
Penggunaan CPR dan AED telah terbukti mampu menyelamatkan jiwa bahkan
jika itu pun dilakukan oleh masyarakat.
Pada hari pertama pelatihan seorang peserta hanya diberikan waktu
selama 4 jam untuk kursus AED setelah sebelumnya menyelesaikan 8 jam sesi
kursus bantuan hidup dasar basic cardiac life support (BCLS). Program
penyegaran hanya dibutuhkan waktu paling lama 4 jam. Sekarang AED sudah
menjadi barang kebutuhan publik yang tersedia di tempat-tempat umum seperti
pusat perbelanjaan (mall), hotel, pusat konvension, sekolah-sekolah, perguruan
tinggi, gedung pemerintah, pesawat udara, bandar udara dan bahkan dibeberapa
perumahan karyawan perusahaan. Diharapkan lebih banyak lagi negara yang
mempopulerkan penggunaan AED. Kita memiliki waktu yang panjang untuk
mencapai akses dengan mudah dan cepat terhadap AED. Langkah untuk mencapai
hal tersebut telah ditetapkan.
Bagaimanapun, jika kita hanya memiliki AED tidak mampu
menyelematkan jiwa korban. Penggunaan awal dari AED yang dikombinasikan
dengan CPR dapat menyelamatkan lebih banyak kehidupan dibandingkan jika
dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa dikombinasi antara keduanya. Keterampilan
ini harus dilakukan dengan benar untuk mendapatkan efek maksimal. Penncapaian
kualitas yang prima memerlukan pelatihan yang baik dan instruktur-instruktur
yang berdedikasi dengan pemakaian produk yang terpercaya dalam mengajarkan
praktek keterampilan (skill) akan mampu diterapkan untuk menyelamatkan
kehidupan.
Sasaran dari buku panduan ini adalah untuk memberikan standarisasi isi
dari pelatihan CPR + AED sehingga semua provider dari skill ini memiliki
pemahaman yang sama ketika terjadi perbedaan pendapat satu sama lain tentang
pelatihan menyelamatkan hidup. Pada akhir dari pelatihan maka harus diberikan
sertifikat kompetensi dengan masa berlaku tertentu. Sertifikat yang diberikan
memiliki masa berlaku selama dua tahun dan setelah itu perlu dilakukan
resertifikasi kembali. Kami berharap buku panduan ini mampu memenuhi
kebutuhan dari para peserta latih dan penolongan hidup di masa depan.
Prof. Dr. V. Anantharaman
Leader
Makassar Disaster Medicine Program
Singapore Health Services

Prof. Dr. Idrus A. Paturusi


Rektor
Universitas Hasanuddin
Makassar, Indonesia

BAGIAN A
HENTI JANTUNG DAN KITA
1. PENDAHULUAN
Setiap tahun hampir 250.000 orang di Indonesia yang meninggal
akibat penyakit jantung. Dari jumlah tersebut, hampir seperduanya
mengalami henti jantung di luar lingkungan rumah sakit dan kurang dari 2%
yang selamat. Saat ini, diantara mereka yang mengalami serangan henti
jantung di luar rumah sakit lebih dari 10% dapat diselamatkan dan bertahan
hidup setelah tiba di rumah sakit. Namun, tidak ada data yang valid terkait hal
ini.
Berdasarkan statistik kesehatan nasional dari Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), penyakit kardiovaskular kontribusi untuk 30% dari total
kematian. Faktor yang berkontribusi terhadap penyakit jantung dan stroke
sama,
yaitu
rokok,
hipertensi,
diabetes
mellitus
dan
hiperkolesterolemia. Penyakit jantung merupakan penyebab terbesar kematian
di negara ini. Situasi ini tidak jauh berbeda di sebagian besar negara yang ada
di dunia. Sebagian besar penyakit yang mempengaruhi jantung dapat dicegah
melalui aktivitas dan olah raga yang teratur serta pengendalian faktor
risiko. Hal ini lebih dijelaskan lebih lanjut dalam Bab berikutnya dari
panduan ini. Ketika seseorang tidak nampak menderita gejala penyakit
jantung dan orang tersebut tiba-tiba collaps/mengalami henti jantung (apa
yang disebut henti jantung mendadak), proses penyelematan hidup dapat
ditingkatkan jika ditemukan sedini mungkin sejak mengalami kolaps serta
mendapatkan pertolongan bantuan hidup dasar yang cepat, seperti resusitasi
jantung paru serta penggunaan defibrillator eksternal otomatis (AED).
Kematian mendadak dapat dicegah, dengan tindakan yang
cepat. Tindakan penolongan yang diberikan selama beberapa menit pertama
dari sebuah kondisi darurat sangat penting untuk mempertahankan
kelangsungan hidup korban. Hal ini dapat dilakukan oleh salah satu dari kita,
dimanapun dan kapanpun. Semua yang diperlukan adalah dua tangan kita.
INGAT: CPR dapat menyelamatkan nyawa. Lakukan dengan
baik. Lakukan dengan benar. Dan korban akan mendapat kesempatan
hidup.

2. JANTUNG, PARU-PARU DAN SIRKULASI


Jantung adalah organ berotot yang
berada di dalam rongga dada kita,
sedikit serong ke kiri dari dari tulang
dada. Sisi kanan jantung menerima
darah dari semua bagian tubuh. Darah
ini awalnya memiliki kuantitas rendah
oksigen. Darah ini dipompa ke paruparu untuk mengambil oksigen. Darah
kemudian kembali ke jantung pada sisi
kiri. Jantung kemudian memompa darah
yang kaya oksigen ke seluruh bagian
tubuh, termasuk ke organ vital, yaitu otot jantung, otak dan ginjal. Arteri
koroner adalah pembuluh darah yang
mengirimkan darah yang kaya oksigen
ke otot-otot jantung.
Ada paru kanan dan paru-paru kiri.
Keduanya sama-sama penting. Udara
yang kita hirup memiliki kandungan
oksigen sebanyak 21% yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup
kita. Udara yang kita hembuskan saat
bernapas
mengandung
16%
oksigen. 5% telah diserap oleh paruparu untuk digunakan oleh organ vital
tubuh kita.
Tindakan pernapasan penting karena membawa oksigen, yang merupakan
elemen gizi kehidupan, dimana semua organ tubuh butuh oksigen untuk
bertahan hidup. Jika manusia tidak dapat bernapas dengan menghirup oksigen
21%, maka, setidaknya, kita harus mampu memberikan bantuan napas ke
korban dengan kandungan oksigen 16% dari paru-paru kita. Setiap oksigen
sangat penting bagi kelangsungan kehidupan kita.

3. FAKTOR RESIKO PADA HENTI JANTUNG


Setelah henti jantung terjadi, risiko kolaps cukup tinggi dalam
beberapa jam pertama dari onset serangan. Kita bisa meminimalkan risiko
henti jantung dengan mengontrol faktor utama yang berkontribusi. Faktor
yang berkontribusi terhadap henti jantung adalah :
a. Merokok - harus dihentikan sepenuhnya jika risiko ingin diturunkan.
b. Tekanan Darah Tinggi - beberapa orang cenderung mengalami
peningkatan tekanan darah tinggi karena berbagai sebab. Jika tekanan
darah tetap tinggi, stres pada jantung lebih besar sehingga lebih rentan
mengalami henti jantung. Pengendalian tekanan darah tinggi memerlukan
perubahan pola makan selain obat-obatan.
c. Menjaga kadar gula darah tetap terkontrol dengan baik, dengan kebiasaan
diet yang sehat, olahraga teratur, cairan dan obat-obatan akan
mengurangi risiko peningkatan penyakit jantung.
d. Komsumsi makanan berlemak dan berkolesterol tinggi meningkatkan
peluang dari penyempitan pembuluh darah koroner (pembuluh darah
yang memasok otot jantung) dan menyebabkan oklusi oleh penimbunan
lemak.
Beberapa keluarga lebih rentan terhadap penyakit jantung. Apabila
faktor risiko ini tidak dapat dikurangi secara keseluruhan, maka dengan
mengadopsi perilaku gaya hidup sehat dapat membantu untuk meminimalkan
risiko henti jantung.
4. APA YANG TERJADI PADA HENTI JANTUNG
Henti jantung biasanya terjadi
bila pembuluh darah yang
memasok
otot
jantung
mengalami oklusi/sumbatan oleh
endapan
kolesterol
dan
trombosis/pembekuan
darah. Bagian otot jantung yang
mengalami penyumbatan akan
terjadi
kematian
jaringan/infark. Dalam kondisi
inilah
seseorang mengalami
sebuah henti jantung.
Gejala Henti Jantung
Seseorang yang mengalami henti jantung gejalanya sebagai berikut:
Nyeri dada, sesak, atau rasa tertekan yang tidak nyaman
Biasanya terletak di bagian tengah dada di belakang tulang dada.
Dapat menyebar dari bahu, leher, rahang bawah, atau lengan dan sesekali
ke perut bagian atas.
Biasanya berlangsung lebih dari 20 menit.
Mungkin berhubungan dengan beberapa gejala berikut:

Berkeringat
Mual (perasaan ingin muntah)
sesak napas
Kelemahan atau pusing
Gejala-gejala ini dapat terjadi saat istirahat atau selama
aktivitas. kebanyakan pasien sering salah menilai gejala penyakit jantung dan
menganggap hanya gangguan pencernaan atau hanya kelelahan. Ketika
seseorang mengalami gejala tersebut, maka tindakan yang terbaik adalah
segera meminta bantuan dengan menghubungi ambulans gawat darurat
(telepon: 119) dan dibawa ke Instalasi Gawat Darurat rumah sakit terdekat
untuk dilakukan evaluasi segera (initial rapid assessment).
Jantung
kita
umumnya
berdenyut secara teratur. Kita dapat
mendeteksi sinyal listrik dari jantung
kita dengan EKG. Kita dapat melihat
bagaimana semua orang bergerak di
ER atau film lain dimana kita
melihat sinyal elektrik jantung secara
teratur "bip, bip, bip, bip, dan
sebagainya". Selama sinyal-sinyal ini
bergerak terus, bahkan dengan henti
jantung, itu berarti jantung berdenyut
secara efektif, bahkan dengan sedikit
ketidakteraturan
kadang-kadang
terjadi. Ketika jantung berhenti berdenyut maka kita menyebutnya henti
jantung.
Pada saat henti jantung (cardiac arrest), sinyal elektrik jantung
mengalami perubahan secara sangat signifikan. Pada sebagian besar orang
yang mengalami henti jantung, irama elektris jantung menjadi benar-benar
tidak terkoordinasi, tidak teratur
dan kacau seperti apa yang dapat
lihat pada grafik. Kondisi ini
disebut "Ventricular Fibrillation"
atau disingkat VF.
Otot jantung hanya bergetar tanpa
adanya
kontraksi
yang
terkoordinasi. Jika
tidak
ada
tindakan yang dilakukan pada
kasus ini selama beberapa menit
berikutnya, maka jantung akan
berhenti bergetar dan aktivitas
listrik jantung berhenti. Kadangkadang semua aktivitas listrik
berhenti segera dan jantung tidak berdenyut dan tentunya tidak ada
nadi. Untuk kedua kondisi ini, jantung berhenti memompa darah. Tindakan

yang diperlukan untuk VF adalah pemberian kejutan listrik dikombinasikan


dengan CPR. Asistol hanya memerlukan CPR. Setiap menit keterlambatan
dalam memulai CPR dan / atau penggunaan AED menurunkan kemungkinan
hidup sebesar 7% sampai 10%. Anda mungkin membayangkan bahwa dengan
keterlambatan 10 menit memulai CPR atau penggunaan AED, kemungkinan
kelangsungan hidup bisa sangat rendah, kurang dari 10%, seperti di beberapa
kota besar negara berkembang di dunia.
5. PENYEBAB UMUM LAINNYA KEMATIAN MENDADAK
Selain henti jantung, penyebab umum kematian mendadak meliputi:

Beberapa kasus kematian yang disebabkan oleh faktor tersebut dapat


dicegah jika tersedia bantuan yang segera, cepat dan tepat oleh seseorang
yang terlatih dalam CPR dan terdapat orang yang memiliki keterampilan
bantuan hidup dasar yang baik sampai tim medis darurat tiba dan mengambil
alih penanganan korban.
6. RANTAI PERTOLONGAN HIDUP (THE CHAIN OF SURVIVAL)
Siklus penting yang diperlukan dalam bantuan hidup dasar
diilustrasikan dalam "Chain of Survival". Ini adalah pendekatan yang baik
untuk pertolongan dan pengobatan korban henti jantung. Empat siklus yang
saling berhubungan dalam rantai ini adalah: Early Access, Early CPR, Early
Defibrilation dan Early Advanced Care.

Tahap Pertama: Pengenelan dan Access Awal


Pengenalan dan akses lebih awal mengacu pada memperpendek
interval waktu dari timbulnya henti jantung hingga kedatangan dari tim
terlatih gawat darurat. Akses awal dapat dicapai jika seseorang tidak panik
dan mampu untuk mengaktifkan proses perawatan darurat untuk dibawa ke
korban.
Kenali adanya tanda-tanda peringatan dini dari henti jantung berupa nyeri
dada, keringat dingin, sesak napas, mual atau muntah
Kenali henti jantung misalnya tidak sadar, tidak ada pernapasan
Panggilan cepat untuk tim ambulans darurat (dial 119)
Berikan prioritas jalan kepada ambulans sehingga mereka bisa mencapai
pasien dengan cepat
Berikan akses dan prioritas terhadap paramedis dalam penggunaan lift di
bangunan bertingkat tinggi
Tahap Kedua : Early CPR
Otak mulai mengalami kematian dalam beberapa menit setelah henti
jantung. CPR harus dimulai sesegera mungkin untuk menyuplai oksigen dan
aliran darah ke otak dan jantung itu sendiri dan untuk menghilangkan
kelebihan karbon dioksida dari paru-paru. CPR tidak selalu langsung dapat
memulihkan jantung. Namun setidaknya dapat mengejar waktu yang
dibutuhkan (golden period) untuk menjaga organ vital tetap hidup sampai
bantuan defenitif tiba.
Disinilah pentingnya setiap orang dilatih menggunakan keterampilan
CPR. Ini membutuhkan motivasi dan komitmen yang tinggi untuk belajar
bagaimana menyelamatkan hidup korban jika diperlukan. Orang akan selalu
memiliki ketakutan - ketakutan tidak melakukan hal yang benar,
kekhawatiran bahwa korban tidak dapat bertahan hidup setelah upaya
penolongan dan berbagai ketakutan lainnya. Ingat bahwa jika rasa takut
membuat kita tidak mencoba untuk membantu korban henti jantung, maka
korban pasti akan mati. Jika kita campur tangan dan melakukan yang terbaik
untuk memulihkan kehidupan korban, maka ia memiliki kesempatan hidup.
Hal ini juga sangat jelas hari ini bahwa tingkat kelangsungan hidup jauh lebih
tinggi pada pasien yang dilakukan CPR lebih awal oleh anggota masyarakat
sebelum kedatangan tim ambulans darurat, daripada tidak ada tindakan CPR
lebih awal.
Tahap Ketiga : Early Defibrilation
Prosedur ini sering dapat memulihkan kembali jantung jika dilakukan
lebih awal. Penelitian telah menunjukkan bahwa defibrilasi dini dapat
meningkatkan tingkat kelangsungan hidup untuk pasien henti jantung di luar
rumah sakit. Setiap kendaraan darurat yang mengangkut pasien henti jantung
harus dilengkapi dengan defibrillator. Defibrilasi yang efektif diberikan
dalam beberapa menit pertama setelah onset henti jantung. Jika dimulai
terlambat, jantung tidak akan merespon sengatan listrik yang diberikan oleh
defibrillator.

Defibrillator sekarang lebih mudah tersedia, lebih rendah biayanya,


lebih kecil dalam ukuran dan dapat digunakan oleh setiap masyarakat setelah
mengikuti pelatihan singkat. Defibrillator sederhana disebut Automated
External Defibrillator (AED). AED ini sudah semakin banyak tersedia di
berbagai tempat umum, seperti bandara, pusat perbelanjaan, pusat konvensi,
hotel, klub komunitas, sekolah dan perusahaan transportasi dan bahkan
daerah pemukiman. Untuk setiap menit keterlambatan dalam memberikan
defibrilasi terhadap korban, maka tingkat kelangsungan hidup mengalami
penurunan sebesar 7% -10.
Tahap Keempat : Early Advance Care
Bantuan hidup jantung lanjut (Advanced Cardiac Life Support)
bertujuan menstabilkan dan meresusitasi kondisi korban pada fase paling
kritis. Fase ini terdiri dari pengelolaan jalan napas lanjut dan pemberian obatobatan lanjut dan sering dilakukan di lingkungan rumah sakit. Jika tiga tahap
pertama yang disebutkan sebelumnya belum tersedia, sangat tidak mungkin
bantuan hidup lanjut akan memberikan banyak manfaat bagi pasien.
7. KEBUTUHAN UNTUK MEMBANTU
Semua orang harus menganggap sebagai sebuah kehormatan dan
merasa beruntung jika diberikan kesempatan untuk belajar dan memiliki
keterampilan bantuan hidup dasar. Kita harus menggunakan keterampilan
tersebut setiap kali diperlukan. Untuk menunjukkan bahwa kita memiliki
motivasi dan komitmen, maka setiap peserta pelatihan diminta berdiri dan
mengambil janji/ikrar sebelum memulai pelatihan/kursus. Adapun bunyi
janji/ikrar sebagai berikut:
Atas nama Allah SWT, Tuhan Yangmahakuasa demi menyelamatkan
kehidupan maka saya berikrar :
1. Saya akan bersungguh-sungguh dalam belajar CPR dan penggunaan
AED.
2. Saya akan siap selalu menggunakan keterampilan CPR dan AED untuk
menolong korban yang membutuhkan demi menyelamatkan kehidupan.
3. Merupakan sebuah kehormatan bagi saya untuk menyelamatkan sebuah
kehidupan.

a. Kita semua perlu berkomitmen untuk membantu ketika menghadapi


korban henti jantung. Tanpa motivasi orang bisa diajarkan keterampilan
tetapi tidak akan mungkin untuk menggunakannya. Banyak orang yang
sebelumnya telah belajar CPR dan bahkan pertolongan pertama, diamdiam mencoba untuk menghindari memberikan bantuan dengan
memberikan berbagai alasan, seperti harus terburu-buru untuk urusan janji
yang lain, tidak yakin apakah aku bisa melakukannya dengan benar, tidak
ingin menunjukkan bahwa saya akan berbeda dari orang lain yang hanya
menonton dan tidak ada intervensi.

b. Kami mendengar cerita dari orang-orang yang telah diselamatkan dari


seseorang yang telah mengikuti pelatihan CPR sebelumnya yang memiliki
keinginan untuk melakukan tindakan dalam keadaan darurat dengan
memberikan CPR pada orang yang mengalami henti jantung. Orangorang ini tahu CPR. Jika orang-orang ini selalu menghindari situasi
darurat karena rasa malu, takut atau tidak ingin terlibat, maka korban
tidak akan terselamatkan dan akan kehilangan nyawa. Namun, sebaliknya
ia selamat.
c. Kita harus mengatasi ketakutan kita sendiri dan rasa keengganan untuk
menolong. Ini hanya dapat dicapai jika kita berjanji pada diri sendiri dan
mau berkomitmen. Dengan berjanji pada diri sendiri sebagai sebuah
pengakuan komitmen, maka hal ini lebih memungkinkan bagi semua
peserta untuk lebih memperjantungkan pelajaran, bagaiamana harus
mengajar dan akan belajar lebih baik.
d. Janji ini akan mengingatkan tugas kita sebagai warga negara untuk
membantu satu sama lain, terutama anggota keluarga kita, tetangga kita,
kolega dan bahkan warga masyarakat lainnya yang bekerja mengatasi
keadaan darurat setiap hari.
BAGIAN B
CPR PADA ORANG DEWASA
1. PENTINGNYA CPR LEBIH AWAL
Perbedaan kelangsungan hidup dengan cadangan aliran oksigen
setelah henti jantung

Ketika henti jantung terjadi, jantung berhenti berdenyut dan darah


mengalir ke organ vital, yaitu. otot jantung, otak dan ginjal berhenti. Organorgan vital bergantung pada oksigen untuk kelangsungan hidup

mereka. Apabila sirkulasi berhenti maka organ-organ vital dalam tubuh kita
akan kekurangan oksigen. Organ vital kita hanya mampu mentolerir
kekurangan oksigen tersebut beberapa menit. Sekitar 4 menit pertama organ
vital kita terutama otot jantung dan otak, mulai mengalami
kerusakan. Beberapa kerusakan ini masih dapat dipulihkan jika oksigen
segera tersedia untuk organ-organ ini. Kemungkinan bertahan hidup menurun
sekitar 7-10% untuk setiap menit organ-organ vital kekurangan
oksigen. Keterlambatan suplai oksigen selama 4 menit kemungkinan
kelangsungan hidup sekitar 60-80%. Jika paramedis mampu mencapai pasien
dalam empat menit, memulai CPR dan memberikan oksigen, kemungkinan
korban dapat diselamatkan lebih besar, terlepas dari apakah hanya dilakukan
kompresi dada atau ventilasi atau melakukan keduanya secara bersamaan.
Setelah 6 menit, fungsi organ vital mulai tidak bisa dikompromikan
jika tidak ada tindakan CPR yang diberikan. Jika tindakan CPR diberikan
dengan atau tanpa oksigen akan memberi peluang hidup bagi pasien, hingga
tim ambulans gawat darurat tiba dan segera menyediakan oksigen dan
memperbaiki sistem sirkulasi. Kemungkinan bertahan hidup pada tahap ini
antara 40- 50% tergantung pada kualitas tim resusitasi ambulans, selamat atau
tidak sangat tergantung dari kualitas CPR yang diberikan, jelasnya lebih baik
jika CPR diberikan dari pada tidak ada.
Kematian organ vital menjadi signifikan setelah itu. Kegagalan untuk
memberikan oksigen ke organ-organ vital selama 10 menit akan cenderung
secara signifikan mengurangi kemungkinan hidup. Jika tindakan untuk
memulihkan fungsi sirkulasi dengan pemberian oksigen diberikan setelah itu,
kemungkinan bertahan hidup hanya sekitar 10 sampai 40%. Jika oksigen
tidak tersedia, kemungkinan hidup akan sangat rendah. Oleh karena itu
penting untuk memulai CPR secepat mungkin. Udara di atmosfir permukaan
laut mengandung sekitar 21% oksigen. Namun yang berhasil diserap tubuh
kita hanya sekitar 5% oksigen karena pada saat kita menghembuskan napas
udara yang kita keluarkan mengandung sekitar 16% oksigen. Ketika ventilasi
mouth to mouth dilakukan selama CPR, ada cukup oksigen yang
dihembuskan melalui napas buatan untuk menjaga korban tetap
hidup. Kompresi dada memberikan pijatan jantung antara tulang dada dan
tulang belakang dan dengan demikian membantu untuk mengalirkan darah
dan oksigen ke organ vital, terutama otak, jantung dan ginjal. Jika CPR
dilakukan dengan segera dan benar maka :
1) Dapat memulihkan fungsi jantung
2) Dapat mempertahankan fungsi sirkulasi sampai bantuan hidup lanjut ada.
3) ada kemungkinan lebih besar untuk fungsi mental normal.
Beberapa halaman berikutnya akan menuntun Anda langkah demi
langkah prosedur CPR atau resusitasi jantung paru, keterampilan dasar yang
diperlukan untuk menyelamatkan hidup korban yang mengalami henti
jantung. Langkah-langkah ini harus dipraktekkan berulang-ulang sampai
yakin bahwa kualitas dan keterampilan CPR benar-benar baik. Latihan secara
teratur memberikan satu keyakinan pada diri untuk memulai CPR segera dan

memberikan kualitas terbaik dalam memberikan pertolongan pertama


menyelamatkan hidup yang dapat diberikan dalam keadaan darurat.
2. CPR SATU PENOLONG
LANGKAH 1: Check for dangerous
(Cek tanda bahaya)
Sebelum menentukan bahwa
seseorang
memerlukan
Cardio
Pulmonary Resusitasi (CPR), periksa
untuk memastikan bahwa Anda berada
di lingkungan yang aman. Melihat
keadaan sekeliling untuk mengecek
keadaan yang tidak aman, seperti
adanya kabel listrik yang masih teraliri
energi, kebakaran, mungkin ledakan,
pekerjaan konstruksi, mesin berbahaya
atau kendaraan lalu lintas maupun gas
beracun. Periksa untuk memastikan
bahwa semuanya aman bagi Anda untuk memberikan pertolongan.
LANGKAH 2: Cek Respon
Sebelum mengkonfirmasi bahwa seseorang membutuhkan CPR,
periksa dulu apakah korban sadar, tidak sadar atau hanya tertidur. Tidak sadar
dapat dikarenakan berbagai penyebab:
a. Di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan
b. Sakit parah yang membutuhkan rawat inap mendesak
c. Henti jantung, yaitu jantung tidak berkontraksi/tidak memompa (henti
jantung) dan tidak bernapas.
Orang yang tidak ada respon nyatakan tidak sadar. Semua orang yang
tidak ada respon perlu evakuasi mendesak ke rumah sakit dengan ambulans.
Untuk menentukan kesadaran, lakukan dengan mengguncang bahu korban
dan memanggil "Halo! Halo! Pak! Pak!, Apa Anda baik-baik saja" Jika
tidak ada respon, tentukan bahwa korban tidak sadar. Lakukan latihan ini
dengan pasangan Anda. Tindakan selanjutnya adalah minta tolong pada orang
di sekitar kita dan mengaktifkan EMS (Emergency Medical Services).
LANGKAH 3: Harus minta bantuan dan mengaktifkan Layanan
Ambulans Gawat Darurat (EMS).
Ketika korban tidak ada respon, segera minta bantuan ambulans.
Segera minta bantuan seseorang untuk memanggil Ambulans Gawat
Darurat. Di Indonesia, ambulans gawat darurat sudah semakin siap untuk
menghadapi kondisi kedaruratan medis. Nomor panggilan darurat untuk
ambulans di Indonesia adalah 119. Bukan nomor 113 (Polisi), bukan juga
911 (merupakan nomor ambulans emergensi di Amerika Serikat). Bukan
nomor 112 (Eropa), atau 118 atau 108 (India). Panggil dengan suara

keras "Panggil Ambulans 119". Selain itu, ada peningkatan jumlah AED
(otomatis eksternal defibrillator atau mesin shock) yang saat ini sedang
digunakan di Ruang publik. Alat ini juga bisa menyelamatkan hidup. Oleh
karena itu, pada saat minta bantuan ambulans sekaligus menyerukan bawakan
AED. Katakanlah dengan keras: "Panggilkan Ambulans 119, bawakan
AED".

Jika seseorang telah datang untuk membantu, minta tolong kepadanya


untuk memanggil ambulans 119 dengan memberikan informasi :
- Lokasi korban, berikan nomor telepon Anda
- Apa yang terjadi (tidak sadar, henti jantung)
- Berapa orang yang dibutuhkan untuk membantu
- Katakan Anda butuh ambulan secepatnya
- Terima instruksi dari ambulans 119

LANGKAH 4: Atur Posisi Korban


Penilaian lebih lanjut dari korban yang tidak sadar dapat dilakukan
dengan baik jika korban diposisikan telentang (wajah menghadap
keatas). Balik badan korban
ke posisi terlentang dengan
jantung-jantung agar tidak
memperburuk setiap cedera
yang ada. Pada pasien
dengan trauma, waspadai
kemungkinan cedera tulang
belakang
yang
dapat
diperparah
dengan
penanganan yang ceroboh.
Untuk menghindari hal
tersebut balikkan badan
korban dengan tehnik log
roll (kepala, leher dan
tubuh secara barsamaan) pada posisi segaris (in line position).
Jika ada orang lain disekitar kita minta bantuannya untuk melakukan
secara bersama-sama dengan cepat dan tepat dengan tetap memperjantungkan
keselamatan korban. Lakukan dan praktekkan tehnik ini bersama dengan
teman secara bergantian sampai Anda merasa sudah familiar dengan langkahlangkah tersebut.
LANGKAH 5: Buka jalan napas
Dalam posisi telentang
pada korban yang tidak sadar,
kemungkinan
lidah
jatuh
kebelakang sangat beresiko dan
dapat menutup saluran napas
bagian atas. Maka upayakan
untuk membuka jalan napas agar
patensi jalan napas tetap terjaga.
Hal ini dapat dilakukan dengan
memiringkan kepala korban,
sambil melakukan head tilt
manuver.
Tempatkan
telapak
tangan Anda di dahi dan
mendorongnya
kebelakang
sambil memiringkan kepala. Satu tangan memegang dahi, dan dengan
menggunakan dua jari pertama tangan yang lainnya mengangkat dagu ke
atas. Tehnik ini disebut "Chin-Lift".
Manuver head tilt dan chin lift dilakukan secara bersama-sama, dan
akan membuka jalan napas korban dengan baik. Silahkan melatih langkah-

langkah tersebut bersama-sama dengan teman bergantian satu sama lain


sehingga semua peserta dapat merasakan dan melakukannya dengan baik.
LANGKAH 6: Cek Pernapasan
Tujuan dari Langkah 6 adalah untuk menentukan adanya henti
jantung. Dengan pasangan Anda sebagai korban berbaring terlentang, coba
berlutut di samping kepala
korban dan mendekatkan kepala
Anda dengan wajah korban dan
melihat ke arah dada.
Lihat (look) naik turunnya
dada, atau
Dengarkan (listen) suara
napas, atau
Rasakan (feel) hembusan
udara dari hidung dan
mulut
korban
menggunakan pipi Anda.
Jika salah satu dari
sensasi itu ada, korban masih
bernapas. Jika semua tidak ada
atau salah satu dari tiga sensasi
ini ada tapi kadang-kadang, maka itu bisa diduga bahwa korban tidak
bernafas dan mengalami henti jantung. Langkah ini harus dilakukan tidak
lebih dari 10 detik.
Jika yang melakukan adalah Tenaga Kesehatan maka lakukan cek
nadi. Ini hanya opsional untuk petugas kesehatan. Cek nadi tidak dianjurkan
untuk orang awam/masyarakat. Jika dilakukan oleh petugas kesehatan, cek
nadi dilakukan bersamaan dengan scan/pemeriksaan pernapasan dan tidak
lebih dari dari 10 detik.
Teknik untuk melakukan cek nadi karotis adalah sebagai berikut:
Mempertahankan posisi head tilt
Letakkan jari telunjuk dan jari tengah tepat diatas jakung (Pomp Adams)
Geser kedua jari sisi leher di dekat penolong 2cm (lokasi nadi karotis)
Tekan dengan lembut.
Rasakan denyut nadi selama 6-10 detik.
Jika pernapasan tidak ada, atau hanya megap-megap (gasping) atau
pulsasi nadi karotis tidak ada, nyatakan itu sebaga henti jantung. Korban akan
segera memerlukan Cardio Pulmonary Resusitasi (CPR). Lakukan prosedur
kompresi dada.

LANGKAH 7: Mencari Posisi Tangan Untuk Kompresi


Teknik kompresi dada dilakukan
secara berurut, berirama dengan
memberikan tekanan pada seperdua
bagian bawah sternum (tulang
dada). Cari posisi tangan yang benar
dan tepat untuk melakukan kompresi
dada.
Sementara
satu
tangan
mempertahankan
posisi
kepala
dengan heaad tilt manuver, tangan
lainnya
melakukan
pengukuran
lokasi kompresi dada dengan tehnik
meletakkan jari tengah dibawah
tulang rusuk korban menyusuri
hingga mencapai ujung prosesus
xsipoideus (ujung bawah tulang
dada).
Tempatkan jari telunjuk disamping
jari tengah.
Membuka pakaian korban tidak perlu
semuanya, cukup membebaskan area
dinding dada untuk menempatkan
posisi tangan yang benar. Penolong
mengambil posisis dengan berlutut
disamping korban tepat di atas dada
pasien. Lutut harus sejajar dengan dada
dan leher.
Tempatkan tumit telapak
tangan Anda yang lain di samping jari
telunjuk. Tumit telapak tangan Anda
sekarang berada pada bagian bawah
tulang dada. Jalin kedua jari-jari tangan
seperti yang ditunjukkan dan angkat
jari dari dinding dada.
Luruskan kedua siku pada
posisi mengunci. Posisi bahu Anda
langsung di atas dada korban. Gunakan
berat badan Anda untuk memberikan
tekanan kompresi dada minimal 5
cm. Dorong
keras
dengan
menggunakan beban berat badan,
dengan kecepatan 100 kali kompresi /

menit. Menghitung dengan suara keras sebagai berikut:


1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 3
LANGKAH 8: Lakukan ventilasi dengan Mouth-to-Mouth
Sekarang berikan bantuan napas (rescue breath) dengan teknik
sebagai berikut:
Buka jalan napas dengan teknik head-tilt chin-lift untuk menjaga
kepatenan jalan napas.
Jepit hidung korban dengan jari telunjuk dan ibu jari Anda.
Lingkari mulut korban dengan bibir Anda, jangan ada celah udara.
Berikan ventilasi 2 napas cepat dan pendek, masing-masing berlangsung 1
detik.
Lepaskan jepitan pada hidung setiap selesai memberikan ventilasi.
Volume napas harus berkisar antara
400-600 ml
Siklus 30 kompresi : 2 kali
ventilasi
harus
dilanjutkan
hingga:
1. AED telah terhubung ke pasien dan
meminta penolong untuk berhenti
melakukan CPR.
2. Tim medis ambulans tiba dan
mengambil alih tindakan perawatan
lebih lanjut dari pasien.
3. Kesadaran pasien sudah pulih yang
ditandai dengan adanya nadi dan
pernapasan.
Kualitas CPR yang baik yang dilakukan oleh orang awam adalah
kombinasi 30 kompresi dada bergantian
dengan ventilasi mouth to mouth sebanyak
2 kali.
Hal ini memberikan kesempatan
untuk
menyelamatkan
hidup. Jika,
penolong tidak dapat memberikan ventilasi
mouth to mouth karena alasan tertentu,
maka setidaknya lanjutkan pemberian
kompresi dada yang berkualitas (tekanan
yang keras dengan kedalaman lebih dari 5
cm, meminimalkan interupsi). Hal ini jauh
lebih baik daripada tidak melakukan CPR
sama sekali.

STANDAR KUALITAS KOMPRESI DADA


Untuk mendapatkan kualitas kompresi dada yang baik, maka
direkomndasikan untuk melakukan teknik berikut:
1. Posisi penolong harus vertikal di atas korban. Penolong memposisikan
diri disamping korban dengan berlutut dengan menempatkan tumpuan
tangan diatas dada korban 180 derajat dan bersiap untuk melakukan
penekanan pada bagian bawah tulang dada.
2. Kompresi dada minimal 100 kali per menit. Lakukan kompresi dengan
menghitung keras. Belajar melalui latihan teratur.
3. Kedalaman kompresi harus melebihi 5 cm. Untuk mencapai kedalaman
kompresi 5 cm, maka dorong tangan Anda setiap kompresi menggunakan
berat badan Anda.
4. Berikan kesempatan pada dada melakukan recoil sempurna selama
fase relaksasi setelah setiap kompresi dada.
RINGKASAN CPR DENGAN SATU PENOLONG PADA DEWASA

PERIKSA TANDA BAHAYA:


Aman penolong, Aman Korban dan
Aman Lingkungan

CEK RESPON:
Dengan Menepuk Bahu Korban
sambil memanggil: Pak, Pak,
Bangun Pak

Jika Tidak Sadar, Minta Bantuan,


Tolong, Panggilkan Ambulans 119,
Bawakan AED

BUKA JALAN NAPAS:


Head Tilt, Chin Lift

PERIKSA PERNAPASAN:
Lihat, Dengar, Rasakan (<10 Detik)

Tidak Ada Napas?

YA

CEK NADI KAROTIS


(Jika Penolong Tenaga Kesehatan)
Lakukan <10 detik

YA, TIDAK ADA NAPAS


KOMPRESI DADA :
bagian bawah Tulang Dada,
Kedalaman >5 cm, 100 per menit,
recoil dada sempurna

BUKA JALAN NAPAS:


Head tilt, Chin lift

VENTILASI 2 KALI :
1 detik per ventilasi, tidal volume
400-600 ml

LANJUTKAN HINGGA KORBAN


SADAR, ATAU ADA AED BERSAMA
TIM AMBULANS 119

JIKA TIDAK
ADA NADI

CPR DENGAN HANYA KOMPRESI DADA (CC-CPR)


a. Kompresi Dada-CPR (CC-CPR) mengacu pada praktek di mana hanya
kompresi dada minimal 100 per menit yang diberikan kepada korban
henti jantung. Ventilasi tidak diberikan.
b. CC-CPR dapat diberikan hanya dalam jangka waktu yang singkat,
biasanya untuk beberapa menit (3 atau 4 menit). Setelah penolong
kelelahan kualitas kompresi dada tidak maksimal. Hal ini dapat
mengakibatkan penekanan yang tidak maksimal saat melakukan
resusitasi. Sementara beberapa menit pertama, organ-organ vital mulai
mengalami kekurangan oksigen.
c. CC-CPR terutama berguna dalam komunitas/masyarakat yang memiliki
waktu tunggu kedatangan tim ambulans gawat darurat cepat (enam
menit). Dengan demikian, masyarakat hanya melakukan kompresi untuk
beberapa menit pertama sebelum tim ambulans gawat darurat mengambil
alih pertolongan. Tim ambulans gawat darurat mengambil alih
pertolongan dengan memberikan oksigen sambil melanjutkan kompresi
dada (CPR).
d. Dalam kondisi masyarakat dengan waktu tunggu kedatangan ambulans
gawat darurat yang lama, tingkat keselamatan hidup (survive) lebih buruk
dengan CC-CPR. Pada kondisi masyarakat seperti ini tingkat
keselamatan hidup lebih baik dengan CPR 30: 2. Waktu tanggap (respon
time) ambulans yang baik rata-rata 5 menit. Sedangkan di Indonesia
waktu tanggap ambulans lebih dari 15 menit setelah menerima
panggilan. Dalam situasi ini, CPR sebaiknya dilakukan dengan 30
kompresi : 2 ventilasi mouth to mouth untuk memberikan tingkat
keberhasilan yang lebih baik.
3. CPR-DENGAN 2 ORANG
1. Melakukan CPR untuk jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan
kelelahan terutama jika dilakukan hanya satu orang tanpa bantuan.
2. Setidaknya ada dua orang di lokasi kejadian yang mampu melakukan
CPR, itu jauh lebih baik dan sangat direkomendasikan.
3. CPR dengan terdiri dari satu penolong melakukan 30 kompresi dada dan
berhenti selama 3-5 detik untuk memberikan kesempatan penolong kedua
memberikan 2 kali ventilasi mouth to mouth. Hal ini berlanjut hingga
salah satu penolong merasa lelah, dan pada saat itu mereka bisa berganti
posisi untuk terus memberikan CPR 30: 2.
4. Direkomendasikan untuk melakukan CPR dengan 2 orang bila
memungkinkan.

BAGIAN C
SUMBATAN JALAN NAPAS PADA ORANG DEWASA
1. PENDAHULUAN, PENYEBAB, FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI
Obstruksi jalan napas total akan mengakibatkan kematian dalam
beberapa
menit,
jika
tidak
segera
ditolong. Obstruksi
jalan
napas
dapat
disebabkan baik dari faktor intrinsik (lidah dan
epiglotis) maupun ekstrinsik (benda asing).
a. Penyebab dari dalam (instrinsik)
Lidah bisa jatuh ke belakang tepatnya ke
faring dalam kondisi korban tidak sadar
pada posisi terlentang. Darah dari kepala
dan luka di wajah bisa mengalir ke dalam
saluran napas. Demikian halnya dengan
isi perut yang dimuntahkan bisa masuk ke
jalan napas dan menyebabkan sumbatan
jalan napas.
b. Penyebab dari luar (ekstrinsik)
Benda asing misalnya makanan, gigi palsu dan lain-lain.
c. Faktor yang berkontribusi
1) Potongan daging yang besar saat mengunyah.
2) Kadar alkohol yang tinggi dalam darah.
3) Gigi palsu
4) Bermain, menangis, tertawa dan berbicara pada saat mengunyah
makanan dalam mulut.
d. Pencegahan
1) Potong makanan menjadi potongan kecil. Mengunyah perlahan dan
menyeluruh, terutama jika memakai gigi palsu.
2) Hindari asupan alkohol yang berlebihan.
3) Hindari tertawa dan berbicara ketika mengunyah makanan dalam
mulut.
2. TANDA DAN GEJALA
Sumbatan jalan napas (FBAO) dapat terjadi parsial maupun total.
Batuk adalah pertahanan alami tubuh terhadap obstruksi jalan napas. Seorang
korban dengan obstruksi parsial (ringan) akan berupaya batuk untuk
mengeluarkan sumbatan benda asing pada jalan napas. Jika korban terdengar
mengi (bunyi napas mengi) atau batuk, ini berarti bahwa jalan napas
mengalami sumbatan parsial. Anjurkan korban untuk batuk agar benda asing
dalam mulut dapat terlempar keluar. Pada obstruksi jalan napas total, korban
tidak dapat berbicara, bernapas atau batuk dan kemungkinan mengalami
sianosis (kebiruan). Korban terlihat mencekik leher dengan tangannya. Tanda
ini merupakan tanda bahaya universal untuk kasus tersedak yang
membutuhkan tindakan segera.

Nilai Keparahan

Sumbatan Jalan Napas Parah (Severe)


(Tidak Dapat Batuk Efektif)

Sadar
Berikan 5 Abdominal Thrust

Sumbatan Jalan Napas Sedang


(Mild)
(Dapat Batuk Secara Efektif)

Anjurkan Batuk
Evaluasi terus ketidakmampuan batuk
hingga sumbatan jalan napas terbebas

Tidak Sadar
Mulai CPR

3. MEMBEBASKAN BENDA ASING PADA DEWASA


Teknik yang digunakan untuk membebaskan sumbatan jalan napas
oleh benda asing meliputi abdominal thrust, dan chest thrust bagi korban
hamil dan obesitas. Abdominal thrust yang direkomendasikan untuk
membebaskan benda asing orang dewasa (lebih dari 8 tahun) dan anak-anak
(1-8 tahun) yang sadar (concious). Memberikan tekanan dengan mendorong
diafragma keatas dapat meningkatkan tekanan udara dalam rongga dada dan
paru-paru yang akan mendorong benda asing keluar. Tindakan ini
menstimulasi batuk buatan yang bisa mengeluarkan benda asing dari jalan
napas. Pada korban yang obesitas atau hamil, teknik yang dilakukan adalah
chest thrust sebagai pengganti abdominal thrust.
KOMPLIKASI ABDOMINAL THRUST
Jika abdominal thrust dilakukan dengan tidak benar, maka komplikasi
yang dapat ditimbulkan adalah cidera pada organ-organ dalam abdominal
yang mengakibatkan laserasi atau pecahnya lambung, jantung dan limpa.

TEKNIK
UNTUK
MENGELUARKA
MENGGUNAKAN ABDOMINAL THRUST

BENDA

ASING

LANGKAH 1. MENILAI KONDISI KORBAN APAKAH TERSEDAK


Tanya korban: "Apakah Anda tersedak?"
Jika korban tersedak, korban tidak akan
dapat berbicara, bernapas atau batuk tapi
mungkin menganggukkan kepala nya.
Minta ijin dan Beritahu korban bahwa
Anda dapat membantu.
Catatan:
Jika korban mampu batuk, anjurkan korban
batuk sekeras mungkin. Jika batuk tidak
dapat mengeluarkan benda asing, lakukan
abdominal thrust.
LANGKAH 2. POSISI penolong
Jika korban berdiri, penolong berdiri di
belakang korban.
Jika korban sedang duduk, penolong
berlutut dan mengambil posisi di
belakang korban.
LANGKAH 3. LOKASI PENEMPATAN
Kepalan Tangan
Peluklah perut korban.
Cari pusar.
Menempatkan 2 jari di atas pusar dan di
bawah ujung Proses xifoideus.
Membuat kepalan tangan dengan cara
ibu jari melipat kedalam dan dikepal
dengan empat jari lainnya dan
meletakkannya diatas dua jari diatas
pusar.
Tempatkan sisi ibu jari tangan yang dikepal pada perut korban di garis
tengah tepat 2 jari diatas pusar.
LANGKAH 4. Abdominal thrust
Dorong
badan
korban
kedepan
menggunakan satu tangan, sambil
mempertahankan kepalan tangan yang
lainnya diatas pusar.
Pegang tangan Anda dengan tangan
lainnya
Berikan hentakan abdominal thrust cepat
kedalam dan ke atas dalam satu gerakan
ke perut korban.

Memberikan dorongan ke atas pada perut


dengan maksud
menghilangkan obstruksi sampai benda asing dikeluarkan atau korban
menjadi tidak sadar
Catatan:
Biasanya, prosedur ini akan memaksa mendorong benda asing keluar
dari jalan napas hingga jalan napas menjadi paten.
PEMBERIAN ABDOMINAL THRUST DENGAN SEORANG DIRI
Untuk mengeluarkan benda asing dari jalan napas sendiri, korban
membuat kepalan dengan satu tangan, dan menempatkannya pada 2 jari diatas
pusar di bawah prosesus xifoideus. Korban kemudian menggenggam kepalan
tangan dengan tangan lainnya, dan menekan ke dalam dan ke atas ke arah
diafragma dengan gerakan cepat.
Jika tidak berhasil, korban juga dapat menekan perut bagian atas
dengan menggunakan sandaran kursi, sisi meja atau teras pagar. Beberapa
hentakan abdominal thrust mungkin diperlukan untuk membersihkan jalan
napas.
MENGELUARKAN BENDA ASING PADA ORANG DEWASA
DALAM KONDISI KORBAN MASIH SADAR DENGAN CHEST
THRUST
Teknik ini digunakan sebagai alternatif bagi korban obesitas atau hamil.
LANGKAH 1. PENILAIAN
Tanya korban"Apakah Anda tersedak?": Jika tersedak, maka korban
tidak akan dapat berbicara, bernapas atau batuk tapi mungkin
menganggukkan kepalanya.
Memberitahu korban bahwa Anda bisa membantu.
LANGKAH 2. POSISI penolong
Jika korban berdiri, penolong berdiri di belakang korban.
Jika korban sedang duduk, penolong berlutut di belakang korban.
LANGKAH 3. LOKASI PENEMPATAN Kepalan Tangan
Tempatkan lengan Anda di bawah ketiak korban, melingkari dada
Membuat kepalan tangan dengan melipat ibu jari kedalam dan
ditutupi dengan jari lainnya.
Tempatkan kepalan tangan dengan posisi kepalan ibu jari di tengah
sternum korban (tulang dada)
LANGKAH 4. Chest Thrust
Pegang kepalan tangan Anda dengan tangan lain dan memberikan
dorongan/hentakan kedalam dada dengan cepat.

Berikan chest thrust dengan mendorong kedalam dada dengan cepat


supaya benda asing dapat terdorong keluar sampai atau korban
menjadi tidak sadar.

MENGELUARKAN BENDA ASING PADA ORANG DEWASA YANG


TIDAK SADAR
Jika korban menjadi tidak sadar, lanjutkan dengan langkah-langkah berikut.
LANGKAH 1. POSISI KORBAN
Baringkan korban dengan posisi penolong menyeret dari belakang hinga
berbaring pada tempat dengan permukaan datar.
LANGKAH 2. MENGAKTIFKAN BANTUAN AMBULANS GAWAT
DARURAT (119)
Penolong berteriak: "Tolong! Panggilkan Ambulans 119!
LANGKAH 3. MULAI 30 kompresi dada
Letakkan punggung telapak tangan pada dada lalu lakukan 30 kompresi dada
lokasi yang sama dan teknik yang digunakan untuk kompresi dada saat
melakukan CPR.
LANGKAH 4. Membuka jalan napas
Lakukan manuver head tilt-chin lift
untuk membuka jalan napas.
Buka mulut korban untuk memeriksa
benda asing apakah terlihat.
Jika benda asing terlihat, bebaskan jalan
napas dengan manuver chin lift dan
masukkan jari telunjuk ke dalam mulut
korban menyusuri bagian dalam pipi.
Gunakan tehnik sapuan jari untuk
mengeluarkan benda asing dari dalam
mulut.. Keluarkan benda asing dari
dalam mulut dengan jantung-jantung,
jangan memaksa agar benda asing tidak
terdorong semakin jauh kedalam
tenggorokan. Manuver ini dikenal
sebagai finger sweep manouver.
LANGKAH 5. CEK PERNAPASAN
Cek pernapasan dengan tehnik Lihat, Dengar & Rasakan:
Lihat pengembangan naik turunnya dada.
Dengarkan hembusan udara pernapasan.
Rasakan aliran udara dari mulut dan hidung korban di pipi Anda.

LANGKAH 6. VENTILASI MOUTH TO MOUTH


Jika tidak ada pernapasan spontan, berikan ventilasi satu kali dengan
mouth to mouth (ventilasi pertama).
Jika ada resistensi/tahanan (yaitu dada tidak mengembang),
kemungkinan jalan napas mungkin masih tersumbat. Reposisi kepala
korban dengan memiringkan kepala, lakukan manuver chin lift. Lihat
benda asing dalam mulut dan jika ditemukan lakukan sapuan jari. Jika
benda asing belum dapat dikeluarkan berikan ventilasi ke-2.
LANGKAH 7. Kompresi Dada
Jika ada resistensi/tahanan (yaitu dada tidak mengembang) lagi,
lakukan kembali kompresi dada sebanyak 30 kali dengan lokasi dan
teknik yang sama dalam CPR.
Kemudian dilanjutkan ke memiringkan kepala, manuver chin lift dan
memeriksa benda asing.
Ulangi langkah 4 sampai 7 sampai bantuan tiba dan mengambil alih
pertolongan atau pasien mulai bernapas, batuk, berbicara atau
bergerak.

Posisi Tangan Pada Dada

BAGIAN D
DEFIBRILATOR EKSTERNAL OTOMATIS (AED)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pentingnya Defibrilasi dini


Automated External defibrillator (AED)
Indikasi dan Penyusunan Casualty untuk AED Gunakan
Penempatan Defibrilasi Pads
Prosedur Defibrilasi
Pasca-Insiden Prosedur

1. Pentingnya Defibrilasi dini


Irama jantung pada awal serangan mendadak seperti irama listrik yang
kacau dan tidak teratur. Hal ini disebut sebagai "Ventrikel Fibrilasi"
atau VF. Jika irama ini tidak diubah segera, maka peluang untuk selamat dan
bertahan hidup menurun. Setiap satu menit keterlambatan setelah onset
serangan dari VF, tingkat kelangsungan hidup menurun sekitar 710%. Gambaran rekaman EKG irama listrik ini muncul seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah:

Pengobatan definitif untuk VF adalah kejutan listrik yang diberikan


melalui defibrilator, sebuah perangkat yang mampu memberikan energi listrik
untuk jantung bila ditempelkan pada pada kulit di atas dada. Jika irama ini
tidak segera diberikan kejut listrik, atau jika tidak ada tindakan CPR yang
harus dilakukan untuk korban tersebut, maka irama ini akan menjadi lebih
halus dan secara bertahap akan menjadi garis lurus yang disebut asistol
seperti pada gambar berikut:

Kondisi seperti ini jauh lebih sulit untuk meresusitasi korban yang
irama listrik jantungnya datar, yaitu jantung tidak memiliki aktivitas
listrik. Hal ini disebabkan jantung telah kehilangan oksigen untuk waktu
yang lebih lama dan telah mengalami kerusakan lebih lanjut yang sering
masih bisa diperbaiki. Kadang-kadang meskipun hanya dengan pemberian
CPR yang baik dapat memulihkan beberapa korban, yang jantungnya telah
kekurangan oksigen, dapat terselamatkan hidupnya kembali. Dalam beberapa
situasi, pasien yang mengalami VF dan segera diobati dapat terselamatkan
hidupnya dan pulih kembali. Pengalaman internasional dengan VF selama
bertahun-tahun telah menunjukkan lebih banyak nyawa yang terselamatkan

dari pemberian CPR seawal mungkin dikombinasikan dengan pemberian


defibrilasi sedini mungkin yang dilakukan sendiri.
Ada beberapa penelitian yang cukup valid saat ini yang menunjukkan
manfaat utama pemberian defibrilasi dini terhadap tingkat keberhasilan
bertahan hidup. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa perlu
menyediakan akses fasilitas defirbrilasi sedang dibuat dan meningkatkan
jumlah ketersediaan pada tempat-tempat umum. Perangkat yang dapat
memberikan defibrilasi/kejutan listrik yang dinamakan automatic exsternal
defibrillator (AED) sekarang lebih mudah didapatkan daripada sebelumnya.
Apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan penyelamatan kelangsungan hidup
adalah penggunaan awal dari alat tersebut (AED) dan diyakini bahwa
perangkat ini dapat menyelamatkan kehidupan.
Dampak Faktor Chain of Survival Pada Henti Jantung (Cardiac Arrest)

2. DEFIBRILLATOR EKSTERNAL OTOMATIS (AED)


Perangkat ini memberikan kejutan listrik untuk memulai memacu
kontraksi jantung. Alat ini ringan, perangkat portabel, sedikit lebih besar dari
ukuran telapak tangan. Alat ini dapat melakukan fungsi berikut:
Menganalisis irama listrik jantung

Menentukan apakah irama listrik jantung korban perlu kejutan


(shockable) atau tidak (non shockable).
Jika kejutan diperlukan maka secara otomatis alat ini mengisi dan
mengatur tingkat energinya. Jika kejutan tidak diperlukan, maka
perangkat tidak akan mengisi energi.
Menyarankan penolong melalui serangkaian konfirmasi suara, apakah
siap memberikan shock, periksa pasien, atau melanjutkan CPR.
Memberikan sinyal untuk membantu penolong dalam penghitungan
tempo dan irama yang benar saat kompresi dada.
Ada banyak jenis AED di pasaran. Alat ini mungkin terlihat berbeda
dan dalam berbagai bentuk dan ukuran. Namun, alat ini memiliki cara kerja
dengan prinsip dasar yang sama. Belajar untuk menggunakan AED
membantu memastikan bahwa penolong mampu menggunakan perangkat
segera pada saat CPR sedang berlangsung, sehingga meminimalkan
penundaan yang tidak perlu. Waktu sangat penting dalam mengelola henti
jantung. Setiap menit waktu yang kita gunakan dalam memberikan CPR dan
AED dapat meningkatkan peluang hidup korban.
Beberapa model AED

3. INDIKASI UNTUK PENGGUNAAN AN AED


AED harus dibawa ke setiap orang yang mengalami henti
jantung. Henti jantung dapat terjadi di rumah, di tempat kerja dan di tempat
umum. Sekali henti jantung diidentifikasi, AED harus dibawa saat CPR
dimulai dan berlangsung. Oleh karena itu, saat memanggil ambulans gawat
darurat
(119),
sekaligus
menyerukan
AED. Katakan
"Dapatkan AED". Semua pasien VF akan memerlukan penggunaan AED.

Untuk memungkinkan akses yang mudah dan cepat dalam mendapatkan


AED, disarankan agar perangkat ini tersedia ketika korban mengalami VF
dalam waktu tiga menit setelah diminta. Selain itu, AED harus mudah terlihat
dan diakses oleh semua pengguna. Alat ini tidak boleh disimpan di lemari
terkunci, tapi di daerah terbuka, dipasang di dinding, atau stand khusus AED
atau di counter. Lampiran 1 memberikan pedoman pelaksanaan program
AED pada setiap fasilitas umum di Indonesia.
PERSIAPAN PENGGUNAAN AED UNTUK KORBAN
a. Penolong pertama-tama harus memastikan bahwa korban dan lingkungan
aman untuk penggunaan AED. Untuk itu hindari hal berikut:
1) Permukaan logam: menghapus korban dari kontak dengan
permukaan logam. Hal ini dapat menghantarkan arus listrik kepada
penolong
2) Air: Keringat dan kelembaban adalah konduktor dan menimbulkan
bahaya bagi penolong. Hal ini dapat mengurangi adhesi bantalan
untuk dinding dada. Jika dada basah (korban berkeringat atau berada
di air), lap kering dengan handuk.
3) Gas: jika korban berada di ruangan dengan asap, keluarkan ke daerah
terbuka. Uap mungkin mudah terbakar dan meningkatkan potensi
bahaya kebakaran.
b. Buka pakaian korban pada area dada untuk memudahkan penempelan
pad AED. Jika diperlukan gunting pakaian korban. Seringkali lebih
mudah dengan melepaskan baju korban atau blus dan menempelkan pad
pada dinding dada korban, terutama pada pasien wanita. Setelah pad
ditempelkan, pakaian pasien dapat dipakai menutupi dinding dada
kembali. Tidak perlu untuk mengekspos dada untuk melakukan
defibrilasi.
c. Patch obat atau elektroda yang menempel pada dinding dada harus
dibuka karena mungkin tumpang tindih dengan pad defibrilasi. Hal ini
dapat berpotensi mengakibatkan luka bakar pada kulit.
d. Jika banyak bulu dada di area untuk penempelan pad, maka harus
dicukur. AED dilengkapi dengan alat cukur dan pisau untuk
mempercepat proses penempelan pad. Hal ini untuk memastikan pad
menempel dengan baik pada dada.
4. PENEMPATAN PADS DEFIBRILASI
a. Buka kemasan pad defibrilator dengan memasang kabel dan
konektor. Buka secara perlahan pelindung pad.
b. Pad defibrilasi memiliki gambar berwarna yang menginformasikan dan
menginstruksikan pengguna di mana pad ditempelkan.
c. Pad sebelah kanan ditempatkan tepat di sebelah kanan tulang dada, tepat
di bawah tulang selangka.
d. Pad sebelah kiri ditempatkan tepat di bawah dan di sebelah kiri puting
susu sebelah luar dinding dada kiri.

e. Tidak perlu melepaskan seluruh pakaian untuk menempatkan pad pada


dinding dada. Cukup mengangkat kemeja atau blus, menempatkan pad
pada posisi yang benar dan memastikan pad terpasang dengan
rapat. Kemudian menutupi payudara atau daerah puting dengan pakaian
pasien.
f. Penempelan pad defibrilasi pada dinding dada harus dilakukan dengan
cepat dan meminimalkan interupsi/jeda untuk kompresi dada.
g. Untuk korban dengan alat pacu jantung atau defibrillator jantung implan,
tempelkan pad setidaknya empat jari dari implan tersebut.
1. Buka kemasan berisi
pad AED dengan
kabel dan konektor

1 Pad ditempelkan
pada dada kanan
dibawah tulang
selangka

1 Pad ditempelkan
dibawah puting
sebelah kiri

2. Lepaskan pelindung pad

3. Ikuti gambar pada pad


untuk lokasi penempelan

4. Tempelkan pad dengan


kuat pada dada sesuai
petunjuk pada gambar
pad

5. Stand Clear pada saat


menganalisa irama
jantung
Meminimalkan interupsi/jeda CPR pada saat
menempelkan pad AED dan selama defibrilasi
Pasang AED ketika CPR sedang berlangsung
Lanjutkan tahapan CPR A B C
Buka kemasan AED
Persiapkan dada korban
Pasang Pad dada kanan dan dada kiri
Hidupkan AED, sambungkan konektor
Analisis irama jantung

6. Stand Clear saat


menekan tombol
Shock

5. PROSEDUR DEFIBRILASI
a. Buka tas AED dan persiapkan dada korban sambil terus melakukan CPR.
Jangan menunda CPR pada saat pemasangan pad defibrilasi.
b. Kemudian tekan tombol ON. Beberapa AED secara otomatis akan ON
ketika penutup AED terbuka.
c. Sambungkan konektor di salah satu ujung sambungan kabel AED.
d. AED awalnya akan menganalisis irama jantung. AED akan memberikan
suara seperti "ANALYSING HEART RHYTHM (Menganalisis Irama
Jantung). DO
NOT
TOUCH
THE
PATIENT
(JANGAN
MENYENTUH PASIEN)". Jika Anda mendengar ini, berhenti
CPR. Jangan menjauh dari pasien. Jangan biarkan orang lain menyentuh
pasien pada saat AED sedang menganalisis irama jantung. Angkat dan
jauhkan tangan dari korban lalu katakan dengan jelas "Stand Clear".
e. Jika korban memiliki irama shockable (yaitu VF), AED akan mengisi
energi secara otomatis. Pengisian dapat diindikasikan dengan bunyi
alarm dari AED dan berlangsung beberapa detik.
f. Sementara AED mengisi energi, penolong harus terus memberikan CPR.
g. Setelah AED terisi penuh, maka akan keluar perintah kepada penolong
"PRESS THE SHOCK BUTTON NOW TEKAN TOMBOL
SEKARANG". Penolong kemudian menyatakan dengan jelas "Stand
Clear", pastikan cepat bahwa tidak ada yang menyentuh pasien, dan
kemudian menekan tombol kejutan pada AED selama dua detik sebelum
melepaskannya.
h. Setelah pemberian shock/kejutan, segera posisikan tangan di dinding
dada dan mulai kompresi dada sebanyak 100 per menit. Lanjutkan siklus
CPR 30: 2 CPR selama minimal 1 menit sampai AED menyarankan :
ANALYSING HEART RHYTHM. DO NOT TOUCH THE
PATIENT.
i. Satu menit CPR adalah sekitar 3 siklus. Saat menggunakan AED,
penggunaan hitungan kompresi dada disesuikan dengan sistem pada
AED, jika tersedia. Ini akan membantu Anda waktu kompresi dada tepat
100 kali per menit.
j. Jika AED merekam irama yang non-shockable, ia akan meminta
penolong "SHOCK NOT ADVISED. CHECK THE PATIENT
KEJUTAN TIDAK DIBERITAHU. PERIKSA PASIEN ".
k. Jika pasien masih tidak bernapas, atau hanya gasping, teruskan CPR.
l. Jika bernapas secara normal atau sadar, berikan posisi pemulihan. Jangan
lepaskan AED dai pasien. Terus untuk memantau korban setiap beberapa
menit dengan melihat pernapasan dan respon pasien dan mendengarkan
hasil analisis irama jantung dari AED secara teratur.
m. Jika pasien masih tidak bernapas, lanjutkan CPR dan ikuti instruksi dari
AED hingga tim ambulans gawat darurat datang.
n. AED harus tetap terhubung ke pasien sampai korban diserahkan kepada
tim ambulans gawat darurat.

RINGKASAN PROTOKOL AED

VERIFIKASI ADANYA
HENTI JANTUNG
Cek Respon (Tidak Ada)
Call 119/Ambilkan AED
Cek Pernapasan (Tidak Ada)
Cek Nadi (Hanya untuk Tenaga
Kesehatan
Mulai CPR
Pasang AED

SHOCK ADVISED
(Kejutan Diberitahukan)

Tidak

Analisis

Ya

Cek Nadi dan Pernapasan

Tidak Ada

Ulangi CPR 30:2


selama 1 menit

Ada

Tekan untuk Kejutan

Ulangi CPR

Posisi pemulihan dan pantau nadi dan


pernapasan setiap 5 menit

Analisis

Pemeriksaan dan pemantauan NADI hanya dapat dilakukan oleh


TENAGA KESEHATAN TERLATIH. Masyarakat awam hanya perlu memeriksa
pernapasan selama pemantauan rutin kondisi pasien. Cek nadi adalah pemeriksaan
tambahan yang boleh dilakukan oleh petugas kesehatan. Tidak disarankan bentuk
evaluasi yang terlalu lama. Setiap cek nadi tidak boleh memperlama interupsi saat
kompresi dada jika CPR sedang berlangsung. Pemeriksaan nadi dan pernapasan
secara bersamaan tidak boleh lebih dari 10 detik.
TINDAKAN SETELAH PROSEDUR AED SELESAI
1. Ketika tim ambulans gawat darurat telah datang dan mengambil alih korban,
sampaikan kepada mereka tentang ringkasan peristiwa yang terjadi, terutama:
a. Waktu serangan (estimasi sebaik mungkin)
b. Jenis CPR yang telah dilakukan, CPR 30: 2 atau CPR-dengan hanya
kompresi dada
c. Apakah sudah menggunakan AED
d. Berapa banyak kejutan yang diberikan?
e. Riwayat kesehatan sebelumnya dan obat-obatan, jika diketahui.
f. Jika tersedia, memberikan dokumen yang berisi daftar peristiwa yang
dialami.
g. Membantu tim sampai korban dimuat ke dalam ambulans
2. Kabel defibrilasi dengan pad-nya yang terpasang pada korban terikut di
ambulans. Ini harus diganti. Menginformasikan kepada manajer keselamatan
dalam kasus perusahaan komersial atau tempat kerja, atau pusat komunitas
atau kantor manajemen perumahan lokal agar mereka dapat mengganti pad
AED dengan segera.
3. Selain itu, aksesoris lainnya di kotak AED akan perlu diganti. Hal ini
biasanya akan menjadi tanggung jawab pengelola fasilitas. Item yang harus
diganti meliputi:
a. Sebuah kita alat cukur
b. Handuk, jika digunakan
c. Sarung tangan, jika digunakan
4. Baterai AED harus selalu diperiksa ada kemungkinan harus diganti. Hubungi
vendor perangkat AED untuk saran penggantian.
5. Jika AED telah dikeluarkan dari kotak dengan kunci dalam jendela kaca tipis,
mungkin telah rusak untuk mengembalikan dan menyimpan kunci. Jendela ini
perlu diganti dan agar kunci dapat ditempatkan kembali.
6. Sebagian AED memiliki chip yang merekam urutan resusitasi. Dapatkan
vendor AED untuk mencetak catatan dari chip ini. Hal ini berguna untuk
tujuan audit jaminan mutu.
PERAWATAN AED
1. AED hampir bebas perawatan. Penggantian bagian AED yang telah
digunakan telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
2. Indikator baterai pada AED perlu diperiksa setiap hari untuk memastikan
baterai masih dapat berfungsi dengan baik. Setelah display baterai lemah,
langkah-langkah untuk mengganti baterai segera harus dilakukan.

BAGIAN E
ANAK RESUSITASI JANTUNG-PARU (CPR) PADA ANAK
1.
2.
3.
1.

Pendahuluan
Langkah-langkah CPR pada Anak
Posisi Pemulihan pada Anak
PENGANTAR
Kelompok usia anak-anak yang mengalami henti jantung jarang
disebabkan karena permasalahan utama pada jantung. Henti jantung biasanya
permasalahan sekunder dari kejadian lain, seperti trauma mayor atau penyakit
pernapasan. Oleh karena itu, tim penolong harus mendeteksi dan segera
mengobati tanda-tanda awal dari kegagalan pernapasan dan gangguan
sirkulasi untuk mencegah henti jantung.
Catatan:
Untuk anak di atas usia 8 tahun atau ukuran anak besar tetapi berusia di
bawah 8 tahun, kompresi dada dapat diberikan seperti CPR pada orang
dewasa.

2. LANGKAH-LANGKAH DALAM ANAK CPR


LANGKAH 1. CEK TANDA BAHAYA
Menilai situasi bahaya dengan cepat, untuk memastikan penolong
beroperasi dalam lingkungan yang aman.
LANGKAH 2. Periksa Kesadaran
Cek dan nilai kesadaran/respon anak
dengan
cepat. Penolong
harus
menepuk-nepuk atau mengguncang
bahu anak sambil memanggil dengan
suara
yang
keras
keras:
"Halo! Halo! Nak! Nak!Apa kau
baik-baik saja?"
Hindari guncangan yang terlalu
keras karena dapat menyebabkan
cedera.
Hindari gerakan yang tidak perlu
pada leher untuk mencegah cedera
pada leher dan kepala.
Jika
anak
tidak
merespon,
kemungkinan tidak sadar. Hal ini
mungkin karena:
1) Sumbatan jalan napas oleh lidah
yang terjatuh ke belakang,
makanan atau sekresi.
2) Henti napas.

3) Jantung yang telah berhenti berdenyut, biasanya karena masalah


pernapasan .
Jika anak tidak sadar, segera bertindak
.
LANGKAH 3. MENGAKTIFKAN LAYANAN AMBULANS GAWAT
DARURAT (EMS/119)
Jika penolong sendirian,
maka langsung melakukan
CPR sebanyak 5 siklus (2
menit) sebelum menghubungi
Call Center Ambulans Gawat
Darurat
119. Hal
ini
dilakukan
karena
henti
jantung pada anak biasanya
disebabkan karena maslah
pernapasan/gangguan
pernapasan.
Jika ada orang lain di sekitar
kita, minta tolong untuk
memanggil ambulans 119.
Saat memanggil layanan ambulans gawat darurat jelaskan:
1) Lokasi anak.
2) Nomor telepon Anda.
3) Apa yang terjadi (misalnya seorang anak tidak sadar).
4) Jumlah korban.
5) Ambulans dibutuhkan segera.
6) Tutup telepon jika operator telah memerintahkan.
LANGKAH 4. POSISI ANAK
Agar CPR efektif, maka anak harus berbaring telentang pada permukaan
datar. Jika tertelungkup atau miring maka usahakan membalikkan badan
anak dengan tehnik log roll (menggulung) ke arah punggung anak. Jaga
dengan hati-hati posisi kepala, leher saat membalikkan badan anak,
lakukan secara bersamaan.
LANGKAH 5. MEMBUKA Jalan Napas
Lakukan manuver head-tilt, chin-lift untuk membuka jalan napas. Jika
anak tidak ada respon, otot mengalami relaksasi penuh yang dapat
mengakibatkan lidah jatuh kebeakang dan menghalangi jalan napas. Jika
lidah terjatuh kebelakang dan menutupi tenggorokan dan jalan napas,
coba lakukan jaw thrust dengan menggerakkan rahang ke depan maka
lidah akan terangkat tenggorokan dan membuka jalan napas.
MELAKUKAN MANUVER HEAD TILT-CHIN LIFT
Tempatkan satu tangan di dahi anak dan jari-jari tangan lainnya di bawah
dagu.

Tekan kepala (dahi) ke belakang dengan telapak tangan Anda lalu angkat
rahang ke depan secara bersamaan dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah untuk membuka jalan napas.
Catatan:
- Jangan menekan ke dalam jaringan lunak di bawah dagu karena ini dapat
menghalangi jalan napas.
- Jangan melakukan sapuan jari tanpa melihat karena dapat mendorong
benda asing lebih jauh ke dalam saluran napas.
- Lakukan jaw thrust atau chin lift dengan hati-hati jika curiga ada cedera
kepala atau leher .
LANGKAH 6. CEK PERNAPASAN
NORMAL
Tempatkan telinga dan pipi Anda
dekat mulut dan hidung anak, lalu
nilai pernapasan (kuarang dari 10
detik) dengan cara:
1) Lihat naik turunnya dada.
2) Dengarkan suara hembusan
napas.
3) Rasakan aliran udara dari
mulut dan hidung anak pada pipi Anda.
Hal ini penting untuk mengenali pernapasan GASPING terengahengah yang berarti pernapasan tidak normal dan ini merupakan tanda
henti jantung. Berikan tindakan CPR segera jika anak tersebut terengahengah GASPING.
LANGKAH 7. CEK NADI
(Khusus untuk tenaga kesehatan, untuk orang awam langsung ke
Langkah 8)
Pertahankan posisi head tilt dengan
satu tangan, letakkan jari telunjuk
dan jari tengah tangan yang lainnya
tepat diatas jakung/tenggorokan.
Geser dua jari tadi ke sisi lateral ke
arah dekat dengan penolong (lokasi
yang tepat untuk memeriksa nadi
karotis).
Raba lalu tekan dengan lembut dan
rasakan denyut nadi karotis.
Pemeriksaan pernapasan dan denyut nadi tidak boleh lebih lebih dari 10
detik.
Jika nadi tidak teraba, lakukan kompresi dada.
Jika tidak yakin nadi teraba maka anggap henti jantung dan mulai berikan
kompressi dada.

LANGKAH 8. MENCARI POSISI TANGAN UNTUK KOMPRESI


DADA
Jika tidak ada pernapasan normal atau nadi (hanya untuk pelatihan tenaga
kesehatan) dalam waktu 10 detik, mulai kompresi dada.
Kompresi dada dilakukan secara berurutan, dengan tekanan yang
ritmik/berirama pada seperdua bagian bawah sternum (tulang
dada). Tindakan ini akan memacu aliran darah ke organ vital (jantung,
paru-paru dan otak) sebagai akibat peningkatan tekanan dalam dada.
Cara menentukan posisi tangan yang benar dan tepat saat melakukan
kompresi dada adalah:
1) Letakkan jari tengah dibawah tulang rusuk korban menyusuri hingga
mencapai ujung prosesus xsipoideus (ujung bawah tulang dada).
2) Tempatkan jari telunjuk disamping jari tengah Anda.
3) Tempatkan tumit telapak tangan Anda yang lain di samping jari
telunjuk. Tumit telapak tangan Anda sekarang berada pada bagian
bawah tulang dada.
LANGKAH 9. Memberikan KOMPRESI DADA
Tempatkan tumit telapak tangan Anda yang lain di samping jari
telunjuk. Tumit telapak tangan Anda sekarang berada pada bagian bawah
tulang dada.
Jalin kedua jari-jari tangan seperti yang ditunjukkan dan angkat jari dari
dinding dada.
Luruskan kedua siku pada posisi mengunci.
Posisi bahu penolong tegak lurus diatas dada anak.
Gunakan berat badan penolong saat melakukan kompresi dada anak
dengan kedalaman sekitar 5 cm sambil menghitung dengan suara yang
keras seperti berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 3
Lakukan kompresi dada minimal 100 kali per menit.
Rasio kompresi berbanding ventilasi adalah 30 : 2.
Lakukan selama 5 siklus 30 kompresi dan 2 ventilasi dalam waktu 2
menit.
TIPS SAAT MELAKUKAN KOMPRESI DADA
Untuk memberikan kompresi dada yang efektif, penolong harus
"menekan dengan keras dan cepat ".
Kompresi dada anak secara vertikal dengan kedalaman 1/3 diameter
anterior- posterior, dan menghitung dengan suara yang keras pada saat
kompresi dada.
Mencari posisi tangan yang benar untuk kompresi dada harus dilakukan
dengan cepat.
Pastikan dada melakukan gerakan recoil secara sempurna sebelum
memulai berikutnya kompresi.

Jangan mengangkat tumit tangan dari dada diantara setiap kompresi.


LANGKAH 10. BANTUAN NAPAS MOUTH TO MOUTH
Setelah 30 kompresi dada, buka jalan napas dan lakukan ventilasi mouth
to mouth dengan cara:
- Mempertahankan posisi kepala
tetap dalam manuver head tilt.
- Pencet hidung korban dengan ibu
jari dan jari telunjuk untuk
mencegah keluarnya udara dari
hidung saat blowing.
- Lingkari mulut anak dengan bibir
penolong tanpa ada celah lalu
berikan 2 kali bantuan napas.
- Lepaskan pencetan/jepitan hidung
setiap selesai memberikan bantuan napas, untuk memungkinkan paru
deflasi.
- Dada harus mengembang setiap kali diberikan bantuan napas.
- Durasi untuk setiap bantuan pernapasan adalah 1 detik.
- Jangan menunda kompresi selama lebih dari 6 detik untuk 2 kali bantuan
napas.
Catatan:
Terlalu besar volume udara mungkin menyebabkan udara masuk perut dan
mengakibatkan perut (lambung) distensi.
LANGKAH 11. EVALUASI
Jika ambulans gawat darurat belum diaktifkan sebelumnya, maka segera
hubungi ambulans gawat darurat dengan Call Centre 119 setelah
melakukan CPR 5 siklus.
Khusus untuk training tenaga kesehatan:
Cek nadi dilakukan setelah setiap 5 siklus CPR 30: 2.
Jika denyut nadi tidak ada atau penolong merasa tidak yakin dengan
perabaan denyut nadi, lanjutkan CPR 30: 2
Jika denyut nadi teraba, skan pernapasan.
Jika anak tidak bernapas, berikan bantuan napas 20 kali per menit (satu
kali pernapasan setiap 3 detik) sambil menghitung "2 seribu-, 3 seribu"
atau versi bahasa Inggris One a Thousand,... Two a
Thousand. Ulangi prosedur ini sampai Anda telah menyelesaikan 20
kali bantuan napas.
Jika nadi dan pernapasan ada, maka berikan posisi pemulihan atau posisi
mantap pada anak.
Evaluasi nadi dan pernapasan anak setiap 1 sampai 2 menit karena henti
jantung dapat terjadi kembali secara tiba-tiba.

Untuk Orang awam:


Lanjutkan CPR sampai bantuan tiba atau jika korban mulai bergerak.
3. POSISI PEMULIHAN (RECOVERY POSITION)
Posisi pemulihan diberikan pada anak
yang belum ada respon tapi sudah
bernapas dan nadi sudah teraba. Pada saat
anak belum ada respon pada posisi
berbaring telentang dengan kepala
menghadap keatas, jalan napas beresiko
mengalami sumbatan akibat lidah jatuh ke
belakang, atau karena lendir atau pun
akumulasi sisa muntahan. Hal ini dapat
dicegah dengan memberikan posisi miring
ke salah satu sisi badan anak sehingga
memudahkan aliran cairan dan sisa
muntahan dari dalam mulut. Jika tidak ada
tanda-tanda trauma, miringkan anak ke
sisi badannya dengan posisi pemulihan. Posisi pemulihan menjaga jalan
napas tetap terbuka. Langkah-langkah posisi pemulihan direkomendasikan
sebagai berikut:
LANGKAH 1. POSISIKAN ANAK
Tarik dan luruskan lengan yang dekat dengan penolong dan balik telapak
tangan menghadap ke atas lalu sisipkan kebawah paha anak.
Angkat lengan anak yang jauh dari penolong menyilang melewati dada
anak lalu tempelkan punggung telapak tangan pada pipi anak.
Lepaskan tangan Anda dari tangan anak yang berada di pipi,
mempertahankan posisi ini.
Dengan menggunakan tangan lainnya, tekuk lutut anak membentuk sudut
90 derajat, satu tangan menaahan pinggul anak lalu balik posisi anak
dengan gerakan menggulung (log roll) ke arah penolong.
LANGKAH 2. GULINGKAN ANAK KEARAH PENOLONG
Pegang lutut dan paha untuk menahan tubuh anak saat membalikkan
posisi anak ke arah Anda untuk mencegah bergulir terlalu jauh ke depan.

Posisi Mantap

LANGKAH 3. HASIL AKHIR POSISI MANTAP (RECOVERY


POSITION)
Pastikan bahwa kepala anak (pipi) berbaring di belakang telapak
tangannya.
Periksa lengan anak pada sisi lainnya apakah posisinya lurus sejajar
tubuhnya dengan telapak tangan menghadap ke atas.
Sebaiknya posisi kaki yang jauh dari penolong sebelum berbalik
membengkok di lutut dengan sudut 90 derajat.
Tetap bersama anak dan lakukan evaluasi denyut nadi dan pernapasan
setiap 1 sampai 2 menit.
BAGIAN F
SUMBATAN JALAN NAPAS OLEH BENDA ASING PADA ANAK
(FBAO)
1. PENGANTAR
Obstruksi jalan napas total merupakan
keadaan darurat yang akan mengakibatkan
kematian dalam beberapa menit jika tidak segera
ditangani. Insiden yang paling umum yang
menyebabkan tersedak pada anak-anak adalah
pada saat makan atau bermain.
PENCEGAHAN
Potong makanan menjadi potongan kecilkecil dan membimbing anak untuk
mengunyah makanan dengan perlahan
hingga hancur menyeluruh sebelum
menelan.
Mencegah anak berbicara atau tertawa ketika ada makanan di mulut.
Mencegah anak berjalan atau bermain sambil makan.
MENGENALI SUMBATAN JALAN NAPAS (CHOCKING)
Sumbatan jalan napas oleh benda asing
(FBAO) dapat terjadi sebagian atau sumbatan
total. Batuk adalah pertahanan alami tubuh
terhadap adanya sumbatan jalan napas.
Seorang anak dengan sumbatan jalan napas
sebagian (ringan) akan berupaya batuk untuk
mengeluarkan benda asing dari dalam
mulut. Jika anak mengi (Bunyi napas
melengking) atau batuk menandakan bahwa
anak mengalami sumbatan jalan napas
sebagian (parsial). Instruksikan anak batuk
untuk mengeluarkan benda asing dari dalam
mulutnya sendiri. Pada sumbatan jalan napas

total, anak tidak dapat berbicara, bernapas atau pun batuk dan kemungkinan
akan mengalami sianosis (kebiruan pada wajah). Anak akan terlihat mencekik
lehernya dengan ibu jari dan jari telunjuk. Inilah yang disebut tanda
Universal Chocking Sign pada orang yang tersedak yang membutuhkan
tindakan pertolongan yang segera.
2. MENGELUARKAN SUMBATAN BENDA ASING PADA ANAK
Teknik yang digunakan untuk membebaskan obstruksi jalan napas akibat
sumbatan benda asing adalah abdominal thrust.
MEMBEBASKAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS PADA ANAK
DENGAN ABDOMINAL THRUST
LANGKAH 1. PENILAIAN
Bertanya: "Apakah Anda tersedak?" Jika anak tersedak, anak tidak akan
berbicara, bernapas atau pun batuk tapi mungkin hanya menganggukkan
kepalanya.
Katakan kepada anak bahwa Anda bisa membantu.
Catatan:
Jika anak mampu batuk, instruksikan anak untuk batuk sekeras mungkin. Jika
dengan batuk tidak meringankan obstruksi jalan napas, lakukan abdominal
thrust. Menilai keparahan
Nilai Keparahan

Sumbatan Jalan Napas Parah


(Severe)
(Tidak Dapat Batuk Efektif)

Sadar
5 Abdominal Thrust

Tidak Sadar
Mulai CPR

Sumbatan Jalan Napas Sedang


(Mild)
(Dapat Batuk Secara Efektif)

Anjurkan Batuk
Evaluasi terus ketidakmampuan
batuk hingga sumbatan jalan
napas terbebas

LANGKAH 2: POSISI Penolong


Jika anak berdiri, penolong berdiri di belakang anak.
Jika anak sedang duduk, penolong mengambil posisi berlutut di
belakang anak.
LANGKAH 3: MENENTUKAN LETAK POSISI TANGAN
Peluklah perut anak dari belakang.
Cari pusar, lalu tempatkan 2 jari di atas
pusar jauh di bawah ujung prosesus
xifoideus.
Kepalkan tangan yang lainnya dengan
cara melipat ibu jari kedalam genggaman
empat jari lainnya pada telapak tangan.
Tempatkan sisi ibu jari dari kepalan
tangan pada perut anak 2 jari diatas
pusar.
LANGKAH 4. ABDOMINAL THRUST
Bungkukkan badan anak dengan mendorong kepala kedepan
mengunakan satu tangan, sementara kepalan tangan yang satu tetap
pada posisi 2 jari atas pusar.
Pegang tangan Anda dengan tangan lainnya.
Berikan dorongan ke arah atas pada perut dengan maksud
menghilangkan obstruksi sampai benda asing dikeluarkan atau korban
menjadi tidak sadar.
MEMBEBASKAN JALAN NAPAS DARI BENDA ASING PADA
ANAK YANG TIDAK SADAR
Jika anak menjadi tidak sadar, lanjutkan dengan
langkah-langkah berikut:
LANGKAH 1. POSISI ANAK
Atur posisi anak berbaring di tempat dengan
permukaan yang datar.
LANGKAH 2. MENGAKTIFKAN LAYANAN AMBULANS GAWAT
DARURAT
Penolong berteriak: "Tolong! Panggilkan Ambulans 119! "
LANGKAH 3. MULAI 30 KOMPRESI DADA
Cari letak posisi yang tepat untuk kompresi dada,.
Letakkan kepalan tangan pada lokasi yang telah kita tentukan (lokasi
penempatan kepalan tangan dan teknik kompresi sama dengan yang
digunakan untuk kompresi dada CPR)
Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali.

LANGKAH 4. MEMBUKA Jalan Napas


Lakukan manuver head tilt-chin lift
untuk membuka jalan napas.
Sambil mempertahankan posisi ekstensi
kepala, buka mulut korban dengan hatihati untuk memeriksa keberadaan benda
asing.
Jika benda asing terlihat, bebaskan jalan
napas dengan manuver chin lift dan
masukkan jari telunjuk ke dalam mulut
korban menyusuri bagian dalam pipi.
Gunakan tehnik sapuan jari untuk
mengeluarkan benda asing dari dalam
mulut. Keluarkan benda asing dari dalam
mulut dengan jantung-jantung, jangan
memaksa agar benda asing tidak
terdorong semakin jauh kedalam tenggorokan. Manuver ini dikenal
sebagai finger sweep manouver.
Catatan:
Jangan melakukan tehnik sapuan jari tanpa melihat benda asing ke dalam
rongga mulut. Tehnik sapuan jari tanpa melihat posisi benda asing dalam
mulut dapat mendorong benda asing lebih jauh ke dalam saluran napas.
LANGKAH 5. PERNAPASAN
Memeriksa pernapasan dengan teknik Lihat (look),
Dengar (listen) & Rasakan (feel):
- Lihat naik turunnya/pengembangan dada.
- Dengarkan hembusan
udara
selama
bernapas.
- Rasakan aliran udara dari mulut dan hidung
anak pada pipi Anda.
LANGKAH 6. BANTUAN NAPAS MOUTH TO MOUTH
Jika tidak ada pernapasan spontan, berikan ventilasi mouth to mouth 1
kali (ventilasi pertama).
Jika tidak ada pengembangan dada, hal ini menunjukkan bahwa
pernapasan tersumbat oleh benda asing. Ekstensikan kepala dengan
manuver head tilt-chin lift. Cari dan keluarkan benda asing dari dalam
mulut jika terlihat dengan teknik sapuan jari (finger sweep). Berikan
ventilasi yang ke-dua.

LANGKAH 7. KOMPRESI DADA


Jika pengembangan dada masih belum ada, lakukan kembali kompresi
dada sebanyak 30 kali pada lokasi
dan teknik yang sama pada saat
melakukan kompresi di CPR.
Buka jalan napas dengan manuver
head tilt chin lift, lihat benda
asingnya,
keluarkan
jika
memungkinkan.
Ulangi langkah 4 sampai 7 sampai
bantuan tiba dan mengambil alih
pertolongan, atau anak mulai bernapas, batuk, berbicara atau bergerak.
BAGIAN G
RESUSITASI JANTUNG PARU (CPR) PADA BAYI
1. Pengantar
Modul ini membahas penanganan dan perawatan bayi usia 0-1 tahun.
Bayi jarang mengalami henti jantung akibat masalah jantung sebagai
penyebab utama. Henti jantung pada bayi biasanya sebagai akibat sekunder
dari masalah kesehatan seperti trauma mayor atau penyakit gangguan
pernapasan. Oleh karena itu, penolong harus mendeteksi dan memberikan
pengobatan dengan segera adanya gangguan pernapasan dan kegagalan
sirkulasi untuk mencegah terjadinya henti jantung.

Langkah 1: Periksa tanda bahaya (DANGEROUS)


Cek dan nilai tanda bahaya, yakinkan penolong, korban dan lingkungan
aman.
Langkah 2: CEK RESPON
Tepuk bahu bayi atau tepuk telapak kaki bayi untuk menilai kesadaran.
Hindari mengguncang bayi dengan kekerasan karena dapat
mengakibatkan cedera.
Hindari gerakan yang tidak perlu di leher bayi untuk mencegah cedera
kepala dan leher.
Jika bayi tidak merespon, putuskan bahwa bayi tidak sadar.

Bayi tidak sadar mungkin disebabkan karena:


- Sumbatan jalan napas oleh lidah yang jatuh ke belakang, makanan
atau sekresi.
- Henti napas.
- Henti jantung biasanya disebabkan karena penyakit jantung.
Jika bayi tidak sadar, Maka segera bertindak.
Langkah 3: AKTIFKAN LAYANAN AMBULANS GAWAT DARURAT
(EMS)
Jika penolong sendirian, lakukan CPR sebanyak 5 siklus (2 menit)
sebelum memanggil ambulans gawat darurat "119". Hal ini karena bayi
yang mengalami henti jantung biasnya disebabkan karena masalah
pernapasan /gangguan pernapasan.
Jika ada orang lain di sekitar kita , minta tolong utntuk memanggil
ambulans gawat darurat, "119".
Ketika memanggil layanan ambulans gawat darurat (EMS), jelaskan:
- Lokasi bayi.
- Nomor telepon Anda.
- Apa yang terjadi (misalnya
bayi tidak sadar).
- Jumlah korban.
- Ambulans diperlukan segera
datang.
- Tutup pembicaraan setelah
diperintahkan oleh operator
119 tersebut.
Langkah 4: Posisi bayi
Agar CPR efektif, bayi harus
berbaring
telentang
pada
permukaan
datar. Jika
bayi
berbaring telungkup miring, maka
balik badan bayi dengan teknik log roll hingga posisi bayi
telentang. Hati-hati saat membalikkan badan bayi dengan menjaga
kepala, leher dan tubuh dari resiko cedera.
Langkah 5: Buka jalan napas
Ekstensikan kepala bayi dengan teknik head tilt-chin lift untuk
membuka jalan napas. Jika bayi tidak ada respon, otot mengalami
relaksasi sehingga dapat mengakibatkan lidah jatuh kebelakang dan
menutupi jalan napas. Apabila lidah jatuh ke belakang hingga
menutupi faring dan laring (jalan napas) angkat rahang ke depan
dengan teknik jaw thrust sehingga lidah terangkat dan membuka jalan
napa.

Cara Melakukan Manuver Head Tilt-Chind Lift


Tempatkan satu tangan di dahi bayi dan jari-jari tangan lainnya di
bawah dagu/rahang bawah.
Tekan dahi bayi ke belakang dengan hati-hati dengan satu tangan,
sambil mengangkat rahang bawah ke depan secara bersamaan untuk
membuka jalan napas.
Jangan terlalu over ekstensikan leher bayi.
Catatan:
1. Jangan terlalu menekan ke dalam jaringan lunak di bawah dagu
karena dapat menghalangi jalan napas.
2. Jangan melakukan sapuan jari tanpa melihat posisi benda asing dalam
mulut bayi karena dapat mendorong benda asing lebih jauh ke dalam
saluran napas.
3. Lakukan jaw thrust atau chin lift dengan hati-hati jika dicurigai
adanya cedera kepala atau leher.
Langkah 6: Cek Pernapasan
Dekatkan telinga dan pipi penolong pada mulut dan hidung bayi untuk
menilai pernapasan (tidak lebih dari 10 detik):
- Lihat untuk pengembangan dada.
- Dengarkan suara napas.
- Rasakan hembusan udara dari mulut dan hidung bayi pada
pipi penolong. Jika pernapasn ada, miringkan bayi ke salah
satu sisi badannya.
Langkah 7: Periksa nadi (khusus bagi tenaga kesehatan, untuk orang
awam langsung Langkah 8)
Satu tangan menjaga posisi kepala dalam keadaan ekstensi (head tilt),
tangan lainnya meraba nadi brakialis dengan menggunaklan jari
telunjuk dan jari tengah.
Tekan dengan lembut untuk merasakan denyutan nadi.
Pemeriksaan pernapasan dan nadi tidak boleh lebih dari 10 detik..
Jika tidak ada nadi, mulai kompresi dada.
Jika tidak yakin dengan adanya nadi, maka dianggap henti jantung
dan mulai kompresi dada.
Langkah 8: Cari letak posisi tangan untuk melakukan kompresi dada
Kompresi dada dilakukan secara berurutan, dengan tekanan yang
ritmik/berirama pada seperdua bagian bawah sternum (tulang
dada). Tindakan ini akan memacu aliran darah ke organ vital (jantung,
paru-paru dan otak) sebagai akibat peningkatan tekanan dalam dada.
Cara menentukan posisi tangan yang benar dan tepat saat melakukan
kompresi dada adalah:
- Membuat garis imajiner antara kedua puting dengan jari
telunjuk.

- Letakkan jari tengah dan jari manis pada tulang dada disebelah
jari telunjuk.
- Posisi jari tegak.
- Angkat jari telunjuk, dan lakukan kompresi dada dengan
menggunakan jari tengah dan jari manis.
Langkah 9: Lakukan kompresi dada
Berikan kompresi dada bayi dengan kedalaman tekanan lebih dari 4
cm atau 1/3 diameter anterior-posterior sambil menghitung dengan
suara keras seperti berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 3
Lakukan kompresi dada sebanyak 100 kali per menit.
Rasio kompresidada : ventilasi adalah 30 kompresi: 2 ventilasi.
Lakukan 5 siklus 30 kompresi dan 2 napas dalam waktu 2 menit.
Langkah 10: Setelah 30 kompresi dada, buka jalan napas dan berikan
bantuan napas 2 kali:
Menjaga posisi kepala dengan teknik head tilt-chin lift.
Gunakan face shild yang menutupi mulut dan hidung bayi.
Berikan 2 kali ventilasi mouth to mouth ke dalam mulut bayi dan
hidung secara bersamaan.
Dada harus mengembang pada saat dilakukan bantuan napas..
Durasi untuk setiap bantuan napas
yang diberikan adalah 1
detik. Jangan menunda kompresi dada lebih dari 6 detik saat
memberikan 2 kali bantuan napas.
Volume ventilasi adalah 30 ml.
Berikan kesempatan paru deflasi paru setiap kali diberikan bantuan
napas.
Catatan:
Volume udara yang terlalu banyak saat ventilasi diberikan mungkin
menyebabkan udara masuk perut dan mengakibatkan distensi abdomen.
Tips untuk kompresi dada yang tepat
Mencari posisi tangan yang benar untuk kompresi dada harus
dilakukan dengan cepat.
Berikan kesempatan dada melakukan recoil sebelum memulai
kompresi berikutnya.
Jangan mengangkat jari dari dada antara setiap kompresi.
Posisi kepala penolong agak rendah sepanjang siklus CPR (hingga
nadi teraba dan pernapasan ada).

Langkah 11: Evaluasi


Jika ambulans tidak diaktifkan sebelumnya, berikan CPR selama 5 siklus
sebelum menghubungi layanan ambulans gawat darurat 119.
Untuk Pelatihan Tenaga Kesehatan:
Periksa denyut nadi setelah setiap 5 siklus CPR 30: 2.
Jika denyut nadi tidak teraba atau Anda tidak yakin dengan adanya
denyut nadi, lanjutkan CPR 30: 2.
Jika denyut nadi teraba, periksa pernapasan.
Jika bayi tidak bernapas, berikan bantuan napas sebanyak 20 kali per
menit (satu napas setiap 3 detik) sambil menghitung 2-se-ribu, 3-seribu ".
Ulangi urutan sampai Anda telah menyelesaikan total 20 napas.
Jika nadi dan pernapasan ada, berikan posisi miring ke salah satu sisi
badan bayi.
Evaluasi denyut nadi pernapasan setiap 2 menit karena ini bisa
berhenti tiba-tiba.
Untuk orang awam:
Lanjutkan melakukan CPR sampai bantuan tiba atau korban mulai
bergerak.
2. Posisi Lateral Bayi
Posisi lateral (posisi miring) diberikan pada bayi yang tidak ada respon tapi
sudah ada pernapasan dan nadi teraba. Ketika bayi yang tidak ada respon
berbaring telentang bayi berisiko mengalami obstruksi/sumbatan jalan napas
oleh lidah, lendir atau muntahan. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan
posisi miring ke salah satu sisi badan anak sehingga memudahkan aliran
cairan dan sisa muntahan dari dalam mulut. Jika tidak ada tanda-tanda
trauma, miringkan anak ke sisi badannya dengan posisi pemulihan. Posisi
pemulihan menjaga jalan napas tetap terbuka. Langkah-langkah posisi
pemulihan direkomendasikan sebagai berikut::
Langkah 1: Posisi bayi
Tempatkan lengan bayi disamping badannya.
Luruskan kaki.
Langkah 2: Gendong dengan posisi miring ke arah penolong
Tahan/sokong kepala bayi dan leher dengan satu tangan.
Tempatkan tangan lainnya di pinggul bayi.
Balik/miringkan badan bayi dengan teknik log roll ke arah Anda.
Ganjal punggung bayi dengan bantal lembut atau gulungan selimut.
Pastikan kepala bayi tidak terlalu tertekuk (hyperekstensi).
Evaluasi denyut nadi dan pernapasan bayi setiap beberapa menit.

BAGIAN H
SUMBATAN JALAN NAPAS PADA BAYI (FBAO)
Pengantar
Obstruksi jalan napas total adalah merupakan keadaan gawat darurat yang akan
mengakibatkan kematian dalam beberapa menit, jika tidak segera
ditangani. Tersedak pada bayi paling sering terjadi selama makan atau bermain.
Dalam keadaan tersedak, kemungkinan bertahan hidup akan meningkat jika
penolong mampu memberikan penanganan ketika bayi masih sadar. Sumbatan
jalan napas pada bayi yang masih sadar dapat bebaskan dengan menggunakan
back blow dan chest thrust.
Kewaspadaan
Jangan memberikan susu secara berlebihan dan terus menerus. Biarkan
bayi istirahat diantara pemberian susu.
Periksa dot botol susu sebelum makan. Ukuran mungkin terlalu besar
untuk bayi.
Potong makanan menjadi potongan-potongan kecil dan memberi makan
bayi (jika dalam penyapihan)menggunakan sendok kecil setiap kali.
Mencegah bergerak (merangkak) atau bermain sambil makan.
Mengenali Tersedak
Sumbatan jalan napas pada bayi berkembang sangat tiba-tiba yang
ditandai dengan batuk, tersedak atau stridor (nada tinggi, suara bising atau
mengi).
Jika bayi mengalami penyakit infeksi (misalnya demam, hidung tersumbat,
suara serak), suspek epiglotitis dan bronkhitis.
Bawa segera bayi ke rumah sakit apabila back blow dan chest thrust tidak
meringankan obstruksi jalan napas.
MEMBEBASKAN SUMBATAN JALAN NAPAS Pada Bayi Yang Sadar
Langkah 1: Penilaian
Bayi sadar dan ada suara stridor.
Jika obstruksi semakin parah (obstruksi jalan napas total), maka kita akan
menemukan setidaknya salah satu dari tanda berikut:
- Kehilangan suara.
- Peningkatan kesulitan bernapas.
- Wajah bayi mungkin membiru.
Segera berusaha untuk meringankan obstruksi jalan napas.
Langkah 2: Tehnik Back Blow dan Chest Thrust
Menahan/menyokong kepala bayi dengan telapak tangan dan punggung
bayi berada di lengan penolong.
Berikan posisi "Sandwich" bayi dengan menggunakan tangan Anda yang
lain dengan cara:
- Menahan rahang bayi dengan ibu jari empat jari lainnya. Tempat
lengan anda di dada bayi.

- Sokong kepala dan badan bayi dalam


-

posisi segaris (in line position).


Membalikkan wajah bayi ke bawah
dengan posisi kepala lebih rendah
dari tubuh.
Melangkahkan satu kaki (sisi yang
sama
dengan
lengan
yang
menyokong kepala dan dada bayi)
maju
ke
depan
sambil
membengkokkan lutut dengan posisi
kaki menapak di lantai.
Menempatkan kepala bayi ke arah
bawah di atas sokongan lengan yang
menahan dada bayi.

Berikan tepukan pada punggung bayi (diantara tulang belikat)


menggunakan tumit telapak tangan lainnya sebanyak 5 kali.

Lepaskan tangan anda dari bagian belakang badan dan kepala bayi lalu
ganti dengan tangan lainnya yang melakukan posisi Sandwich.
Posisikan bayi dengan kepala lebih rendah dari badannya.

Baringkan bayi pada lengan Anda dan menempatkannya kembali di atas


paha Anda (pada posisi yang sama) untuk menyokong punggung bayi.
Menarik garis imajiner antara puting susu dengan menggunakan jari manis
(jari ke-empat).
Letakkan jari tengah dan telunjuk Anda ( jari ketiga dan kedua) di samping
jari manis ( jari keempat).
Angkat jari manis (keempat) dan berikan kompresi dada sebanyak 5 kali di
bagian bawah sternum (tulang dada) menggunakan lokasi dan teknik yang
sama seperti melakukan kompresi dada CPR.
Jika benda asing terlihat, keluarkan benda asing dengan menggunakan jari
kelingking.
Ulangi Langkah 2 (Back Blows dan Chest Thrust) sampai benda asing
dapat dikeluarkan atau bayi menjadi tidak sadar.
Bayi tidak PERNAH diberikan abdominal thrust (Heimlich Manuver).
Catatan:
Jangan menggoyangkan kaki saat melakukan back blow dan chest thrust
karena dapat menyebabkan kecelakaan pada penolong.
Setiap back blow dan chest thrust harus diberikan dengan kekuatan yang
cukup agar dapat mengeluarkan benda asing.
Posisi lain untuk menyokong bayi dengan Sumbatan Jalan Napas Oleh
Benda Asing

Duduk di Kursi

Berlutut di lantai
MENGELUARKAN BENDA ASING PADA BAYI YANG TIDAK SADAR
Jika bayi menjadi tidak sadar, lanjutkan dengan langkah-langkah berikut:
Langkah 1: Posisi bayi
Atur posisi bayi dengan posisi berbaring di tempat dan permukaan yang
datar.
Langkah 2: Aktifkan layanan ambulans gawat darurat 119 (EMS)
Mengaktifkan layanan ambulans gawat darurat dengan berusaha berteriak:
"Tolong! Panggilkan ambulans 119! "
Langkah 3: Mulai kompresi dada sebanyak 30 kali
Tentukan lokasi yang tepat dan lakukan 30 kompresi dada menggunakan
lokasi dan teknik yang sama untuk kompresi dada pada CPR bayi.
Langkah 4: Buka jalan napas
Lakukan manuver head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas.
Sementara ekstensi kepala, lalu buka mulut dengan lembut untuk melihat
benda asing dalam rongga mulut.
Jika benda asing dapat terlihat, sambil mempertahankan posisi head tiltchin lift untuk membuka jalan napas, masukkan jari kelingking tangan
Anda yang lain ke dalam mulut bayi menyusuri sepanjang bagian dalam
pipi.
Gunakan tindakan mengait/mencongkel untuk mengeluarkan benda asing
dari dalam mulut. Lakukan dengan hati-hati dan tidak memaksa agar
benda asing tidak terdorong lebih jauh ke dalam ke tenggorokan. Manuver
ini dikenal sebagai sapuan jari.
Catatan:
Jangan melakukan sapuan jari tanpa melihat benda asing dalam mulut. Sapuan jari
tanpa melihat posisi benda asingnya dapat mendorong benda asing lebih jauh ke
dalam saluran napas.

Langkah 5: Periksa Pernapasan


Memeriksa pernapasan spontan dilakukan dengan Lihat, Dengar
& Rasakan:
- Lihat naik turunnya dada/pengembangan dada.
- Dengarkan hembusan udara yang keluar selama pernapasan.
- Rasakan aliran udara dari mulut dan hidung bayi pada pipi Anda.
Langkah 6: Pernapasan Mouth to Mouth
Jika tidak ada pernapasan spontan, berikan ventilasi mouth to mouth 1 kali
(ventilasi pertama).
Jika ada tahanan (dada tidak mengembang), hal ini menunjukkan bahwa
jalan napas tersumbat. Reposisi kepala bayi dengan manuver head tilt-chin
lift. Lihat benda asing ke dalam mulut, jika terlihat berupaya
keluarkan. Berikan ventilasi ke-dua berikutnya.
Langkah 7: Kompresi dada
Jika masih ada tahanan (dada tidak mengembang), lakukan 30 kali
kompresi dada menggunakan lokasi dan teknik yang sama pada saat
kompresi dada CPR.
Lanjutkan kembali manuver head-tilt, chin-lift dan periksa benda asing ke
dalam mulut bayi.
Ulangi langkah 4 sampai 7 sampai ambulans gawat darurat tiba dan
mengambil alih penanganan atau bayi mulai bernapas, batuk, menangis
atau bergerak.
BAGIAN I
DEFIBRILASI PADA BAYI
1. Penggunaan AED Pada Bayi
Henti jantung pada anak di luar rumah sakit umumnya disebabkan
bukan karena masalah jantung dan mayoritas pasien mengalami irama nonshockable (asistol atau PEA).
Pemberian ventilasi dan oksigenasi yang baik adalah dua hal penting
dalam melakukan resusitasi pada anak. Namun demikian, fibrilasi ventrikel
dalam kasus henti jantung pada anak juga terjadi. Insiden kejadian henti
jantung pada anak yang terjadi di luar rumah sakit berupa irama shockablefibrilasi ventrikel (VF) atau ventrikel tachicardi (VT) tanpa nadi berkisar 519%. Namun, ini mungkin dianggap remeh sehingga AED tidak rutin
digunakan pada anak yang mengalami henti jantung diluar rumah
sakit. Anak-anak usia sekolah dan remaja dilaporkan memiliki insiden
kejadian henti jantung dengan irama shockable dibandingkan dengan bayi,
balita dan pra-sekolah.
Dilaporkan juga bahwa insiden kejadian irama shockable (VF atau VT
tanpa nadi) pada anak lebih tinggi terlihat dalam pasien rawat inap bahkan
untuk kelompok umur yang lebih muda.

2. Dosis Energi AED dan Mengenal Irama Jantung Pada Anak


Dosis energi optimal yang diperlukan untuk defibrilasi pada anak
tidak diketahui. Dosis awal energi yang diberikan pada anak adalah 4 J / kg
baik monophasic atau pun biphasic merupakan energi yang efektif untuk
mengobati VF atau VT tanpa nadi pada bayi dan anak-anak. Dosis yang
kurang dari 2J / kg mungkin kurang efektif daripada 4 J / kg. Dosis di atas 4 J
/ kg dan sampai 10 J / kg (tetapi tidak melebihi dosis dewasa) mungkin juga
aman dan efektif. Umumnya energi yang spesifik diberikan untuk anak
sebanyak 50-75 J. AED mampu secara akurat mengidentifikasi aritmia pada
anak-anak dan sangat tidak mungkin untuk menyarankan pemberian shock
tidak tepat.
3. Rekomendasi untuk penggunaan AED pada Anak
Komite Penghubung Internasional Untuk Resusitati (The International
Liaison Committee on Rescucitation) mendorong penggunaan AED seawal
mungkin pada anak-anak untuk menganalisis irama dan memberikan
defibrilasi pada kasus henti jantung dengan
irama shockable. Ketika dikenali lebih awal
dan diberikan tindakan dengan cepat, maka
pasien anak dengan VF atau VT tanpa nadi
akan memiliki tingkat kelangsungan hidup
lebih tinggi dibandingkan dengan irama
lainnya.
Sistem dosis rendah yang disarankan
pada anak adalah anak usia 1-8 tahun untuk
mengurangi dosis energi yang diberikan oleh
AED. Hal ini dapat diberikan baik melalui
sistem pad dan kabel khusus anak (pediatrik)
atau dengan AED yang memakai kunci tombol untuk memilih dosis yang
lebih kecil. Jika sistem dosis rendah khusus untuk anak tidak tersedia, maka
AED standar dapat digunakan. Defibrilator manual lebih disukai
penggunaannya untuk bayi berusia kurang dari 1 tahun. Jika salah satunya
tidak tersedia, maka AED dengan dosis yang lebih rendah dapat digunakan.
Bukti (Evidenbase) Penggunaan AED Pada Anak-Anak di Masyarakat
Akses masyarakat terhadap penggunaan AED berhubungan dengan
sangat signifikan terhadap kelangsungan hidup (survive) selama 1 bulan dan
hasil yang sangat menguntungkan fungsi neurologis.
Sebuah studi yang membandingkan penggunaan AED diantara siswa
kelas enam yang tidak terlatih dengan paramedis terlatih dan teknisi medis
darurat (EMT) dalam skenario henti jantung. Waktu rata-rata kedatangan
untuk melakukan defibrilasi ke tempat kejadian 90 detik untuk siswa kelas
enam dan 67 detik untuk paramedis dan teknisi medis darurat (EMT). Yang
lebih penting lagi, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok dalam penempatan pad yang tepat atau tindakan membersihkan
korban sebelum defibrilasi. Studi ini menunjukkan bahwa AED sangat mudah

digunakan dan tanpa dilakukan pelatihan pun dapat berhasil menggunakan


AED hanya dengan mengikuti petunjuk perangkat visual dan audionya. Studi
lain menunjukkan pada saat warga melakukan defibrilasi terhadap anak
dengan menggunakan AED dibandingkan penggunaan defibrillator manual
pada saat anak mengalami henti jantung. Hasilnya defibrilasi berhasil dicapai
oleh warga menggunakan AED dalam waktu rata-rata 60 detik, sedangkan
waktu rata-rata defibrilasi menggunakan defibrillator manual adalah 103
detik.
Ringkasan Penggunaan AED pada Anak
AED dapat digunakan dengan aman untuk anak-anak berusia satu tahun
atau lebih.
AED mampu mengidentifikasi secara akurat aritmia pada anakanak; khususnya, irama yang tidak mungkin untuk menyarankan
pemberian kejutan yang tidak tepat.
Anak-anak berusia 1-8 tahun sebaiknya menggunakan defibrillator dengan
pad pediatrik atau AED yang memiliki perangkat yang dapat menurunkan
energi ke 50-75 J (dianjurkan untuk anak-anak usia 1- 8 tahun).
Jika defibrilator yang dapat menurunkan energi atau mesin manual yang
dapat disesuaikan energinya tidak tersedia, maka AED dewasa dapat
dimodifikasi untuk digunakan pada anak-anak usia lebih dari satu tahun.
Untuk pasien anak berusia kurang dari satu tahun, kejadian henti jantung
dengan irama shockable sangat rendah kecuali ketika mereka menderita
penyakit jantung.
Dalam kasus henti jantung pada anak-anak, dengan membandingkan rasio
antara risiko dan manfaat mungkin lebih menguntungkan, dan penggunaan
AED dengan dosis energi yang dapat diturunkan harus dipertimbangkan.
LANGKAH-LANGKAH UNTUK PENGGUNAAN AED PADA ANAK
1. Persiapan awal sama dengan orang dewasa.
2. Lap kering bagian dada dan punggung hingga bersih dan kering.
3. Lepaskan pembungkus dan penutup pad defibrilasi anak.
4. Periksa petunjuk penempatan pad defibrilasi anak yang direkomendasikan
pada sampulnya.
PENEMPATAN PADS DEFIBRILASI UNTUK ANAK-ANAK
1. Pasang pad defibrilasi anak di depan (dada) dan belakang (anteriorposterior) seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

2. Atau penempatan pad defibrilasi anterior-anterior jika disarankan. Pastikan


bahwa kedua pad tidak saling bersentuhan atau setidaknya terpisah dengan
jarak 1-2 cm.
Jika pad-nya saling bersentuhan maka tempelkan satu pad di depan (pad
kanan pada pertengahan dada) dan satu pad dibelakang (pad kiri di bagian
belakang atas antara tulang belikat).
Ringkasan CPR + AED Pada Anak
Cek
Kesadaran

Jika Tidak Ada Respon atau Gerakan:

Beritahu seseorang untuk menghubungi Ambulans 119; Minta AED.

Jika penolong sendirian, menghubungi Ambulans 119 dan AED setelah 5


siklus/2 menit

Atur posisi pasien telentang pada tempat yang datar dan keras

BUKA JALAN NAPAS, CEK


PERNAPASAN

Jika TIDAK ADA NAPAS atau Hanya MEGAPMEGAP (GASPING)

BANTUAN NAPAS (RESCUE


BREATHING:

Berikan 1 Ventilasi setiap


3 detik

Cek Ulang Nadi Setiap 2


menit

TENAGA KESEHATAN ?

YA
BUKAN

CEK NADI, Kurang dari 10


detik

Jika Tidak Ada Nadi/Tidak


ada tanda-tanda HIDUP
Mulai 30 KOMPRESI: 2 Ventilasi

Tekan yang Keras dan Cepat (100-120x/menit),


Berikan waktu untuk recoil dada secara
sempurna,

Kurangi interupsi

Setelah Intubasi Pada Henti


Jantung:

Kompresi 100-120x/menit

Ventilasi 8-10x/menit
(Tanpa Sinkronisasi)

Bayi (<1 tahun): Lanjutkan CPR hingga Tim


Ambulans Tiba atau Korban Mulai Sadar
Anak (>1 tahun): Lanjutkan CPR, Pasang AED
dengan energi yang sesuai/Pad pediatri setelah
5 siklus/2 menit

Anak >1 tahun:


Cek irama jantung

Berikan 1 Kali Shock


Berikan CPR Segera setelah
Shock selama 5 siklus/2 menit

YA

Irama
Shockable?

TDK

Berikan CPR Segera 5 siklus/2


menit
Cek irama jantung setiap 5
siklus/2 menit
Lanjutkan hingga tim ambulans
tiba atau korban mulai sadar

TABEL RINGKASAN CPR RESCUE BREATHING AED - FBAO

BAGIAN J
LAMPIRAN
PROGRAM MANAJEMEN FASILITAS CPR + AED
Pengantar:
Berikut ini adalah pedoman operasional untuk digunakan oleh setiap fasilitas yang
menggunakan AED.
Pengawasan & Koordinasi:
1. Setiap fasilitas publik dengan program CPR + AED perlu memiliki
Koordinator Program. Peran koordinator program sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi jumlah AED yang diperlukan untuk setiap fasilitas
umum
b. Tentukan lokasi untuk masing-masing AED
c. Mengatur pembelian AED, meliputi kotak dan tanda lokasi penempatan
AED (Lampiran A)
d. Meminta seorang dokter jika ada, untuk menjelaskan pedoman
tatalaksana pengobatan dalam program AED.
e. Mengidentifikasi jumlah staf untuk dilatih menggunakan keterampilan
CPR + AED.
f. Memastikan dan mengidentifikasi seluruh staf yang memiliki
kemampuan/keterampilan CPR+AED untuk mendapatkan sertifikat pada
pusat pelatihan terakreditasi oleh otoritas kesehatan setempat
(Kementerian Kesehatan).
g. Melembagakan sistem pengembangan berkelanjutan untuk AED
h. Melembagakan program pengenalan CPR + AED untuk staf terlatih dan
orang-orang yang mau memanfaatkan keahlian mereka untuk
menyelamatkan nyawa.
i. Jika ada seorang praktisi medis (dokter/nurse), dapat menjelaskan
pedoman tatalaksana pengobatan dalam program AED. Praktisi medis
juga harus dilatih CPR dan penggunaan AED. Jika tidak ada praktisi
medis, maka pedoman tatalaksana pengobatan dan protokol pengobatan
dapat diminta dari Kepala Instalasi Gawat Darurat rumah sakit terdekat
atau dari Palang Merah Indonesia atau Pusat Pelatihan AED atau CPR +
AED. Menyiapkan
pedoman
pemberian
pengobatan/tatalaksana
pengobatan meliputi hal berikut:
1) Merekomendasikan protokol tatalaksana medis penggunaan CPR
dan AED di fasilitas publik.
2) Melakukan reiew/studi dokumentasi terhadap tindakan yang diambil
pada setiap kasus henti jantung di fasilitas publik, termasuk
penggunaan AED.
3) Melakukan review/evaluasi program CPR + AED setidaknya sekali
setahun dan ketika ada rekomendasi perubahan pedoman.

4) Menginformasikan kepada koordinator program atas temuan dan


rekomendasi hasil review.
Peran Responder Darurat Terlatih
1. Staf ini adalah mereka yang telah dilatih keterampilan CPR dan Penggunaan
AED.
2. Sertifikasi keterampilan ini hanya berlaku untuk jangka waktu dua tahun. Staf
yang telah dilatih memiliki tanggung jawab pribadi untuk melakukan resertifikasi ulang setidaknya sekali setiap dua tahun.
3. Sertifikasi ulang harus dari Pusat Pelatihan yang terakreditasi.
4. Responder terlatih memiliki tanggung jawab dan berkewajiban untuk
mendampingi dan memberikan pertolongan kepada orang yang mengalami
henti jantung dengan memberikan keterampilan CPR dan penggunaan AED,
jika diperlukan.
5. Responden terlatih harus menyerahkan korban ke Tim ambulans gawat
darurat 119 untuk dibawa ke rumah sakit guna mendapatkan perawatan yang
lebih lanjut.
Aktivasi Rencana Tanggap Darurat
1. Aktivasi Internal :
a. Ada orang yang memberitahukan keadaan darurat medis di fasilitas untuk
memanggil: Nomor Telp 119 dengan segera.
b. Setelah staf yang memberitahukan atau menerima informasi keadaan
darurat maka mereka akan melakukan hal berikut:
1) Panggil bantuan
2) Menilai dan mengkaji kebutuhan CPR
3) Mulai CPR jika diperlukan, dan minta bantuan AED dan Ambulans
Darurat Gawat Darurat 119.
4) Ketika menelepon 119, berikan informasi kepada operator sebagai
berikut:
a) Jenis keadaan darurat
b) Alamat fasilitas/kejadian
c) Lokasi keadaan darurat
d) Nomor telepon penelepon
e) Informasi lebih lanjut yang diminta oleh operator 119
c. Lanjutkan CPR dan Penggunaan AED sampai tim ambulans gawat
darurat tiba.
Lokasi AED di Fasilitas Umum
1. Jumlah kebutuhan AED akan ditentukan oleh Koordinator Program setelah
dikonsultasikan dengan pihak manajemen institusi. Jumlah AED di fasilitas
publik tergantung pada ukuran dan letaknya. Sebagai panduan umum,
fasilitas publik bertujuan memiliki AED agar bisa sampai ke sebagian besar
lokasi dimana staf atau pelanggan dalam waktu tiga menit setelah keadaan
darurat diaktivasi.

2. Setiap Fasilitas Publik dengan program CPR + AED harus menempatkan


AED pada lokasi yang mudah diakses/diketahui oleh staf dan anggota
masyarakat.
3. Setiap AED di Fasilitas umum harus mudah diakses oleh pengguna. Dapat
ditempatkan baik pada stand kabinet berdiri atau stand kabinet di dinding
pada permukaan yang mudah diakses. Kotak AED harus memiliki sirene /
cahaya di atasnya yang akan menyala saat kotak AED dibuka.
4. Fasilitas publik juga harus membuat tanda keberadaan AED yang terbuat dari
neon box berlampu tepat di atas AED yang menunjukkan lokasi AED. Hal ini
untuk memastikan bahwa AED terletak pada daerah yang mudah terlihat dan
mudah diakses. Tanda AED yang direkomendasikan untuk digunakan di
Indonesia seperti yang ditunjukkan pada Lampiran
Prosedur pasca kejadian
Langkah-langkah yang harus segera dilakukan setelah insiden adalah sebagai
berikut:
1. Kembalikan pad defibrilasi dengan pada tempatnya seperti sedia kala.
2. Kembalikan persediaan lain yang telah digunakan.
3. Periksa daya tahan baterai pada vendor AED.
4. Tutup kembali penutup AED dan memastikan bahwa daya baterai masih
memadai.
5. Ambil data korban dari AED jika memungkinkan dan berikan ke penyedia
layanan medis. Jika tidak, panggil vendor AED untuk mencetak data korban
dari AED dan menyerahkannya ke penyedia layanan medis.
Pemeliharaan dasar
Operator Fasilitas Publik harus membuat daftar prosedur perawatan AED:
1. Pemeliharaan harian, jika ada
2. Pemeliharaan bulanan, jika ada
3. Pemeliharaan tahunan, jika ada
PENEMPATAN TANDA KOTAK AED
1. Standar Penempatan Tanda AED :
Penempatan tanda keberadaan AED yang ditempel pada dinding
sebaiknya diletakkan di atas kotak AED seperti pada gambar berikut:

Tanda ini direkomendasikan untuk dipasang di atas Kotak AED

2. Tanda lampu yang menyala untuk AED di luar bangunan

Penempatan tanda di atas terdiri dari dua permukaan, setiap permukaan


memiliki ukuran panjang 22 cm dan lebar 16 cm dari masing-masing sudut.
Sisi bagian atas (cover) sebaiknya terbuat dari kayu atau metal. Tanda ini
terbuat dari material plastik warna putih atau kaca dengan tulisan yang jelas
AED berwarna hitam di atas tanda defibrilasi. Sebuah cahaya lampu
diletakkan tepat di belakang tanda AED menempel pada dindng sehingga
memberikan efek cahaya yang tembus memperjelas tulisan dan tanda AED
dalam kondisi gelap.
3. Penempatan AED Yang Disarankan di Gedung/ Fasilitas Publik

KABINET AED YANG DITEMPEL DI DINDING


Dilengkapi dengan Alarm, lampu tanda bahaya (Bliker) dan Kaca yang
mudah dipecahkan pada bagian pintu. Direkomendasikan untuk
ditempatkan pada ketinggian 1,2 sampai 2,0 meter. Setelah pintu dengan
kaca yang mudah dipecahkan dibuka dengan kunci, maka alarm dan
tanda bahayanya akan diaktifkan.

KABINET AED DENGAN STAND BERDIRI


Dilengkapi dengan Alarm, lampu tanda bahaya (Bliker) dan kaca yang
mudah dipecahkan pada bagian pintu. Alarm dan lampu tanda bahaya akan
diaktifkan jika kaca dipecahkan. Kotak P3K, APAR dan peralatan darurat
lainnya mungkin juga dapat ditempatkan pada stand berdiri.
TINDAKAN KEAMANAN PADA PELATIHAN CPR
Anjuran Dilakukan Sebelum Trainaing Dimulai sebagai Berikut:
1. Cuci tangan sebelum kontak dengan Manikin
2. Disinfeksi mulut dan hidung manikin setiap peserta selesai menggunakan
maniki dengan alkohol 70%.
3. Gunakan pelindung wajah sekali pakai bila memungkinkan.
4. Hapus lipstik sebelum sesi latihan.
5. Menginformasikan kepada staf atau sebelum pelatihan dimulai jika mereka
mengalami kondisi sebagi berikut:
a. Mengalami penyakit/lesi dermatologi di tangan, mulut atau sekitar mulut.
b. Diketahui seropositif HBsAg.
c. Ada masalah gangguan kesehatan.
d. Demam, menggigil atau nyeri badan tiga hari sebelumnya.
e. Telah disarankan oleh dokter untuk tidak beraktifitas berat.
6. Menjaga kuku agar tetap pendek untuk mencegah goresan pada manikin.
7. Memelihara peralatan pelatihan /manikins.
8. Mensterilkan masker wajah dan mengganti paru-paru buatan setiap selesai
sesi praktek.
Larangan Selama Mengikuti Training:
1. Tidak makan atau minum selama praktek skill (Skill Station) untuk
menghindari manikin dari kontaminasi partikel makanan.
2. Jangan menggunakan pulpen atau spidol untuk menandai/mencoret-coret
setiap area manikin.
3. Jangan mencoba memaksa untuk membuka mulut manikin melampaui 2,5
cm.

Anda mungkin juga menyukai