hendak ke lapangan! jawabku pada Pak Tua yang tiap hari hanya duduk diam di depan rumahnya dengan kursi goyang yang ia duduki. ini dari cucu saya! jawabnya, yang masih ku ingat saat aku bersilahturahmi ke rumahnya. Kursi goyang itu cucunya hadiahkan sebagai kado ulang padanya. Namun aku masih kurang percaya pada penjelasan gamblang pak tua tersebut. Dalam benakku terlintas juga kursi goyang tersebut ketika aku melihat surat kabar pagi ini. Ku mulai memikirkan sesat itu juga. mengapa tidak! pikirku. Aku mulai lagi menilik,membolak-balik surat kabar itu dan ternyata benar,bahwa kursi yang dimiliki pak tua itu adalah kursi goyang yang dicari-cari selama ini. Dalam surat kabar itu tertulis bahwa seorang kolektor barang antik mencari kursi goyang dan mau membelinya dengan harga yang fantastis. satu miliar! triakku dalam hati. Aku kemudian memikirkannya sejurus kemudian aku bertanya pada diriku, kenapa tak pernah ku tanya pada pak tua itu harga kursi goyang yang sangat kuno itu. Yang kini mengubah sosok yang dulu aktif,cekatan giat untuk melakukan beragam kesibukan seperti mengelolah kebun kini terdiam tak berdaya di buat kursi goyang itu. Satu malam ini aku akan membuat strategi bagaimanan hendak mengubbah sikap pak tua itu kepada sikap yang sesungguhnya yaitu membuat karya-karya yang dulu pernah membuat namanya tersohor di kampung ini. Ku ambil surat kabar itu dan ku masukkan ke saku tasku. Kemudian ku datangai rumah pak tua itu dengan senyum yang aku rasa dapat membangkitkan semangatnya. Salamkupun ia balas namun tidak seperti salamku, ia membalasnya dengan ala kadarnya saja, lemas. Niatkupun semakin bulat untuk menjual kursi goyang tersebut agar pak tua ini bisa menjadi orang yang giat lagi. Ini adalah kali kedua aku mengunjungi rumah pak tua itu. Kursi goyang itu dibuat dengan sangat kuno dan terbuat dari kayu yang cukup kuat untuk menopang badan sebesar tubuh pak tua itu, dan membuat rasa yang nyaman berujung kemalasan, itu terlihat dari wajah pak tua itu. Akupun kembali membuka percakapan yang sebenarnya ia sudah menanyaiku. Jon,gerangan apa yang membuatmu datang ke mari jon? sapanya di sela-sela hayalanku akan kursi goyang tersebut. ini saya ada hal yang harus ku tanya padamu! Ya meskipun usiannya 4 tahun lebih tua dariku tapi ia menolak untuk di panggil dengan sahutan Pak Tua, Bang, Kak, Lae atau yang lainnya. Waktu ia pindah ke kampung ini yaitu sejak 4 bulan yang lalu ia memberi tahuku bahwa ia akan lebih akrab jika ia disapa atau dipanggil denga sebutan namanya saja. Anton, itu namanya.
Apa itu? jawabnya dengan nada sedikit penasaran.
begini, kursi ini cukup kuat dan awet juga ya, bagai mana menurutmu?. Kataku sediki basa-basi menyampaikan pada pak tua itu. ya begitulah oh mengapa kamu tidak pernah ku lihat lagi ke lapangan, apa kamu tidak mau lagi latihan fisik bersama teman-teman kita yang lain? tanyaku yang sedikit menarik perhatiannya. Iapun terdiam dan sejurus kemudian iapun berdiri di depanku dengan tanpa adanya aba-aba. Iapun berkata. itu benar Jon, aku heran kenapa aku jadi malas-malasan seperti ini, padahal kita hidup itu harus berkarya dan memberi warna pada dunia, tempat kita berada! jelasnya. Akupun mulai menyusun kata dalam benakku, akankah ia mau menjual kursi goyang ini. aku lihat juga demikian Ton! 2 bulan yang lalu kau terlihat sangat semangat menjalani hidup ini, tapi akhir dua buan lalu juga setelahnya kanapa kamu hanya duduk diam di kursi ini! Paparku Disela-sela pembicaraan kami datanglah cucunya mengantarkan minuman dan setelah itu diapun pergi ke dapur lagi. silahkan diminum tehnya Jon! ya, terima kasih, kamipun mulai istirahat dari pembicaraan yang menguras tenaga kami itu dan kamipun fokus pada secangkir teh yang ada di depan kami pada saat ini. begini Ton, ku akui menurutku, kau ini sangat terlena dengan kursi ini. Kalau boleh tau berapa harga kursi goyang ini? tanyaku penuh ingin tahu. oh, harganya 500 ribu, Jon! Akupun mencoba menahan semangatku ya walaupun aku sudah tersedak ketika aku meminum teh itu, dan ku kumpulkan semangatku untuk memberi tahukan tujuanku datang ke rumahnya yang sebenarnya. Ku telan ludahku dan ku meminum sedikit lagi air tehnya kembali. benarkah itu? tanyaku kurang yakin ya, benar 500 ribu! tegasnya kalau begitu lihat ini! ku sodorkan surat kabar itu padanya. Ia pun merapikan kaca matanya dan mulai untuk membacanya dan iapun terkejut pada berita yang ia baca. wah, kenapa bisa seperti ini ya, kita bisa dapat rejeki banyak, Jon! katanya terheran-heran sembari membaca surat kabar itu. itulah kamupun hanya duduk,diam, saja terakhirnya kamu jadi dungu, karena kamu tak mau sedikitpun untuk membaca! ejekku. Tanpa hitungan menit, kamipun setuju bahwa kami sepakat akan menjual kursi goyang ini kepada pencinta barang antik itu. Dan juga dengan harapan sesudah di jualnya kursi antik itu, pak tua ini harus bergiat, terus berkarya lagi untuk rumahnya, terlebih kampungnya kembali. Aeknabara November 2014 Teguh Jiwada Saragih XII IPA-4 SMA N.1 Bilah Hulu