Nikkita
CASE REPORT
Identitas
Nama
: Tn. A
Jenis Kelamin : L
Usia
: 28 tahun
Agama
: Islam
Status Marital : Belum menikah
Anamnesa
(15 April 2015 pada pukul 19.15)
Keluhan utama : Nyeri perut seluruh area
Os datang diantar keluarga dengan keluhan nyeri perut sejak 1 hari
SMRS. Nyeri dirasakan di seluruh area perut. Nyeri terasa lebih
hebat ketika bergerak.
Awalnya nyeri terasa di perut bagian kanan bawah, muncul tiba-tiba
dan terasa terus-menerus sejak 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti
diremas-remas dan ditusuk-tusuk.
Keluhan nyeri disertai dengan mual dan nafsu makan berkurang. Os
menyangkal adanya keluhan muntah, lemas, demam, ataupun menggigil.
Tidak ada gangguan defekasi dan tidak ada gangguan berkemih.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis, GCS 15
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah (TD) : 120/80 mmHg
Nadi (N) : 98 x/menit
Suhu (S) : 36,9 C
Respiratory Rate (RR) : 18 x/menit
Kepala
Mata :
Telinga
Hidung
Mulut :
Leher :
Thorax
: normocephal
konjungtiva tidak anemik, sklera tidak icteric
: sekret (-)
: sekret (-)
mukosa basah dan lidah tidak kotor
pembesaran KGB (-)
: simetris
Inspeksi : datar
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising Usus (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+) di seluruh regio abdomen, defans muskular (+) diseluruh area abdomen
PUNGGUNG: ketok CVA -/EKSTREMITAS: acral hangat, CRT 2 detik, edema (-), sianosis (-)
DIAGNOSIS KERJA
Laki-laki 28 th,dengan Acute
Abdomen e.c. Susp Peritonitis e.c.
Susp Appendisitis Perforasi
TATALAKSANA
Foto thorax AP
Foto abdomen polos 3 posisi
Cek hematologi rutin, BT, CT, kimia darah
EKG
Pro Laparotomi Eksploratif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab Rutin:
Hb 15.2 gr/dl (normal)
Leukosit 12.200 gr/dl (leukositosis)
HT 45.8% (normal)
Thrombosit 190.000 (normal)
16 April 2015
Diagnosa pre operasi :
Acute Abdomen e.c. Susp Peritonitis e.c. Susp
Appendisitis Perforasi
Jenis pembedahan:
Laparotomi Eksploratif
Diagnosa post operasi:
Appendisitis Perforasi
SUBJECTIVE
Pasien tidak mengeluhkan sakit pada luka
postop
Pasien sudah flatus sesaat setelah operasi
selesai. Pasien juga mengkonfirmasi telah BAB.
Pasien menyangkal mual, muntah maupun
sesak. Namun pasien merasa demam malam
sebelum pemeriksaan.
OBJECTIVE
Kesadaran: tampak sakit ringan, composmentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah (TD): 120/80 mmHg
Nadi (N): 84 kali per menit
Suhu (S): 36,5 C
Respiratory Rate (RR): 18 kali per menit
Kepala: normocephal
Mata: konjungtiva tidak anemik, sklera tidak
icteric
Telinga: sekret (-)
Hidung: sekret (-), terpasang NGT pada nostril
kanan yang sudah tidak berproduksi
Mulut: mukosa basah dan lidah tidak kotor
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris
Jantung: Bunyi Jantung I dan II
reguler,
gallop (-), murmur (-)
Paru-paru: vesiculer +/+, ronchi -/-,
wheezing -/-
PLANNING:
NGT dicabut
Medikamentosa:
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Ketorolac 2 x 30 mg IV
Omeprazole 2 x 40 mg IV
Metronidazole 2 x 500 mg IV
APPENDISITIS
PERFORASI
ABDOMEN
GAWAT ABDOMEN
NYERI PERUT
JENIS:
1. Nyeri viseral
2. Nyeri parietal
NYERI PERUT
SIFAT
1. Nyeri alih (Referred pain)
Sebagai contoh:
diafragma dan area di
sekitar bahu dipersarafi
oleh serabut C4
2. Nyeri pindah (Shifting
pain)
Etiologi
Etiologi
APPENDIKS
APPENDISITIS AKUT
DEFINISI
Inflamasi lapisan dalam appendiks
EPIDEMIOLOGI
- Insidensi di negara maju lebih banyak dibandingkan
negara berkembang
- Insidensi tertinggi pada kelompok usia 20-30 tahun
FAKTOR RESIKO
1. kebiasaan makan rendah serat
2. Konstipasi
Etiologi:
1. fecalith *paling sering
2. hipertrofi jaringan limfoid
3. inspissated barium dari pemeriksaan
xray sebelumnya
4. tumor
5. biji sayuran atau buah-buahan
6. parasit intestine, seperti cacing askaris
MANIFESTASI KLINIS
Gejala
1. Nyeri berpindah
2. Anorexia (penurunan nafsu makan)
3. Muntah, akibat stimulasi neural dan
ileus
4. Obstipasi atau diare sebelum nyeri perut
Tanda
1. Vital sign normal
2. Posisi pasien: terlentang dengan
mengangkat paha dan bergerak secara
perlahan
3. RLQ pain
4. punctum maksimum di atau dekat
Mc.Burney point
5. nyeri lepas (+)
6. Hiperesthesia kutaneous pada area
sebelah kanan yang disuplai oleh T10,
T11, dan T12
7. Voluntary guarding muscular resistance
8. Psoas sign (+)
9. Obturator sign (+)
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Mild leukositosis: 10.000-18.000/mm 2, jika lebih
mengindikasikan adanya perforasi atau abses
Moderate PMN predominate
Urinalisis
untuk mengeleminasi kemungkinan infeksi
saluran kemih
Keterangan:
9-10: hampir pasti appendisitis operasi
7-8: kecenderungan appendisitis
5-6: cocok dengan appendisitis tapi tidak bersifat
diagnostik CT
scan
0-4 cenderung bukan appendisitis tetapi tidak menutup
kemungkinan
Imaging
Chest xray: untuk mengeleminasi reffered pain dari proses pneumonic di
lobus kanan bawah
Barium enema: jika appendiks terisi eliminasi appendisitis, namun tidak
berlaku sebaliknya
USG
Appendiks normal: loop bowel yang buntu dan tidak berperistalsis berasal
dari cecum, diameter 5 mm
Appendisitis: adanya appendicolith, penebalan dinding appendiks, dan
adanya periappendiceal fluid
CT scan
Appendisits: dilatasi appendiks 5cm dan dindingnya menebal, adanya
fecalith, adanya bukti inflamasi dengan penebalan mesoappendiks
DIAGNOSIS BANDING
Gastroenteritis
Limfadenitis Mesenterika
Kelainan Ovulasi
Infeksi Panggul
Kehamilan Ektopik
Kista Ovarium Terpuntir
Urolithiasis Pielum/Ureter Kanan
KOMPLIKASI - RUPTUR
APPENDIKS
Appendektomi
Kecurigaan ruptur:
Demam > 39 C
WBC > 18.000/mm2
Localized rebound tenderness pada contained rupture. proses
walling-off gagal peritonitis generalisata
Tanda iritasi peritoneum
Rovsing sign (nyeri di RLQ saat LLQ ditekan)
Involuntary guarding muscular resistance
Nyeri saat berjalan dan batuk
TATALAKSANA
Setelah diagnosis dapat ditegakan, pasien disiapkan untuk
operasi.
Hidrasi yang adekuat
koreksi gangguan elektrolit
monitoring kondisi cardiac, pulmonary, dan renal
Preoperatif antibiotik untuk menurunkan komplikasi
infeksius pada appendisitis; pada uncomplicated
appendisitis, antibiotik diberikan selama 24 jam,
sedangkan pada appendisitis perforasi, antibiotik diberikan
sampai pasien afebril dan WBC normal
Open Appendektomi
insisi Mc. Burney (oblik) atau RockyDavis (transverse) pada RLQ
*jika diagnosis diragukan, lakukan insisi
lower midline, lalu eksplorasi rongga
peritoneal
lakukan ligasi atau ligasi dan inversi appendiceal stump
*hal ini dilakukan jika appendiceal stump masih viabel dan base cecum
tidak terlibat proses inflamasi, lakukan ligasi dengan nonabsorbable
suture
Laparoscopy
Kelebihan:
Infeksi luka postop lebih minimal
Nyeri postoperatif lebih minimal
Rawat inap lebih singkat, walaupun perbedaannya kurang dari 1 hari
Cepat kembali ke aktifitas
Persiapan:
1. General anesthesia
2. Pemasangan NGT dan Urinary catether
3. Pneumoperitoneum
potong appendiks dan keluarkan dari melalui trocar
evaluasi hemostasis
irigasi RLQ
keluarkan trocar
TERIMA KASIH