Anda di halaman 1dari 15

Difusi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Langsung ke: navigasi, cari

Difusi pada membran sel.


Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada
pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul
tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap
air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi
molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang
diam dari solid atau fluida.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu:[1]

Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak,
sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.

Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.

Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.

Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.

Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih
cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.[2]

Difusi dan biologi


Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan,
sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah satunya adalah difusi. Ada dua jenis difusi yang
dilakukan, yaitu difusi biasa dan difusi khusus.
Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydrophobic atau tidak
berpolar / berkutub. Molekul dapat langsung berdifusi ke dalam membran plasma yang terbuat
dari phospholipids. Difusi seperti ini tidak memerlukan energi atau ATP (Adenosine TriPhosphate).
Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydrophilic atau
berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein khusus yang memberikan jalur kepada
partikel-partikel tersebut ataupun membantu dalam perpindahan partikel. Hal ini dilakukan
karena partikel-partikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma dengan mudah. Proteinprotein yang turut campur dalam difusi khusus ini biasanya berfungsi untuk spesifik partikel.

Dalam dunia kedokteran Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan sebagai alat pemindai
yang dapat menghasilkan citra paling detil. Dalam MRI, digunakan Diffusion Weighted Imaging
(DWI) yang dapat memberikan informasi difusi molekul air di dalam suatu sel jaringan, sebagai
salah satu metode yang digunakan untuk mempelajari penyakit tumor otak. Parameter yang
umumnya digunakan adalah koefisien difusi atau apparent diffusion coefficient (ADC). Beberapa
studi menunjukkan nilai ADC yang semakin rendah untuk level tumor tinggi atau konsistensi
tumor yang semakin rendah.

Pengertian Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah atau
pelarut murni melalui membran semipermeabel menuju larutan yang memiliki konsentrasi lebih
tinggi hingga tercapai kesetimbangan laju pelarut. Pada proses osmosis, molekul-molekul pelarut
bermigrasi dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat hingga dicapai keadaan kesetimbangan
laju perpindahan pelarut di antara kedua medium itu. Osmosis adalah perpindahan air melalui
membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Osmosis
merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan
tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang
lebih encer.

Tekanan yang diterapkan untuk menghentikan proses osmosis dari larutan encer atau pelarut
murni ke dalam larutan yang lebih pekat dinamakan tekanan osmotik larutan, dilambangkan
dengan .
Untuk lebih jelas mengenai Pengertian osmosis, silahkan lihat gambar disamping (klik untuk
memperbesar).
Contoh-contoh

Osmosis

Beberapa proses osmosis yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari:


1. Jika kita merendam wortel ke dalam larutan garam 10 % maka sel-selnya akan kehilangan
rigiditas (kekakuannya). Hal ini disebabkan potensial air dalam sel wortel tersebut lebih tinggi
dibanding dengan potensial air pada larutan garam sehingga air dari dalam sel akan keluar ke
dalam larutan tersebut. Jika diamati dengan mikroskop maka vakuola sel-sel wortel tersebut
tidak tampak dan sitoplasma akan mengkerut dan membran sel akan terlepas dari dindingnya.
Peristiwa lepasnya plasma sel dari dinding sel ini disebut plasmolisis.
2. Penggunaan cairan infus yang harus isotonik dengan sel darah dalam tubuh, agar tidak terjadi
krenasi maupun plasmolisis. Ini juga cmerupakan contoh Osmosis.
3. Penyerapan air dan mineral dalam tanah oleh akar tanaman.
Akar mempunyai fungsi penyerapan dan penyimpanan. Tumbuhan memperoleh bahan-bahan
yang diperlukan untuk pertumbuhan melalui akarnya. Akar menyerap air dari lingkungan
sekitarnya secara osmosis. Akar juga menyerap menyerap mineral dari lingkungan sekitarnya
bersama dengan penyerapan air. Air masuk kedalam akar melalui rambut-rambut akar. Rambut

akar akan meningkatkan luas permukaan akar dan dapat meningkatkan jumlah air yang di serap
atau di ambil oleh tumbuhan. Air yang ada ditanah masuk karena adanya perbedaan konsentrasi
air dan akan masuk melalui akar dan akan melewati Epidermis korteks endodermis
perisikel xylem.
Penyerapan air oleh akar terjadi melalui mekanisme perbedaan tekanan antara sel-sel akar dan air
tanah. Ketika tekanan bagian dalam sel-sel akar lebih rendah dari tekanan di luar, tumbuhan
memasukkan air dari luar. Jadi, sel-sel akar mengambil air dari luar tidak setiap saat dan terus
menerus, melainkan hanya ketika sel-sel tersebut memerlukannya.
Itulah artikel mengenai pengertian osmosis dan contohnya jika ada pertanyaan silahkan
masukkan di kotak komentar.

Osmosis adalah perpindahan pelarut melalui membran selektif permiabel dari konsentari pelarut
yang tinggi ke konsentrasi pelarut yang rendah. Peristiwa osmosis dapat diaplikasikan dalam
dunia kedokteran seperti :
1

Penggunaan Cairan Infus


Ketika pasien tidak mampu lagi mengonsumsi minuman dan makanan maka dokter akan
memberikan nutrisi melalui infus. Dalam hal ini larutan nutrisi dimasukan langsung ke dalam
pembuluh darah. Larutan ini harus memiliki tekanan osmotik yang sama dengan tekanan
osmotik darah agar sel darah tidak mengalami krenasi atau hemolisis karena sangat
membahayakan jiwa pasien. Tekanan osmotik darah pada suhu 25 o C adalah 7,7 atm oleh
karena itu, jika pasien akan diberi larutan glukosa melalui infus,konsentrasi glukosa yang
digunakan harus berkadar 5,3%.
cairan infus dapat dibedakan menjadi :

Cairan hipotonik
Cairan hipotonik adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami

dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien

hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.


Cairan Isotonik
Cairan Isotonik adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati
serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya
pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat

(RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).


Cairan hipertonik.
Cairan hipertonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).

Hemodialisis (Cuci Darah)


Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan racun, cairan dan zat sisa yang tidak dibutuhkan tubuh
untuk dibuang lewat urin. Jika fungsi ginjal mengalami gangguan maka racun dan cairan akan
menumpuk didalam tubuh dan akan mengancam nyawa penderita. Untuk itulah pasien perlu
mengetahui gejala gagal ginjal, diantaranya adalah oliguria (urine sedikit), hipertensi, wajah dan
kaki bengkak, sesak nafas, anemia. Laboratorium menunjukkan kenaikan kadar ureum, creatinin
dan kalium darah.Pasien yang mengalami gagal ginjal kronis bisa ditolong untuk hidup lebih
lama dan lebih berkualitas dengan Hemodialisa (cuci darah) atau transplantasi ginjal. Tetapi
transplantasi sangat sulit dilakukan di Indonesia karena terbentur masalah hukum. Hemodialisa
merupakan pilihan utama saat ini. Dengan teknik yang baik, menggunakan mesin yang baik dan
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terampil serta professional merupakan kunci keberhasilan
dalam menolong pasien gagal ginjal yang menjalani cuci darah. Prinsip hemodialisa adalah
mengalirkan darah pasien ke ginjal pengganti (dializer) untuk dibersihkan melalui proses difusi,
osmosis dan ultrafiltrasi menggunakan bantuan sebuah mesin hemodialisa. Darah yang telah
bersih dan bebas dari racun dikembalikan lagi kedalam tubuh pasien. Proses ini berlangsung 4-5
jam. Dengan cuci darah yang teratur 2 kali seminggu, harapan hidup pasien dapat ditingkatkan.
Salah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita gagal ginjal dari tahun ke tahun di
dunia ini, salah satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini

penyakit tersebut.Di negara maju saja seperti Amerika Serikat, tingkat kesadaran masyarakatnya
terhadap deteksi dini penyakit gagal ginjal masih tinggi, begitu pun dengan di Indonesia, Selain
itu, banyaknya obat yang dijual bebas di pasaran saat ini, mengakibatkan penderita penyakit
gagal ginjal terus bertambah.

Peritonel Dialisis(Cuci Rongga Perut)


Pada peritoneal dialisis, yang berperan sebagai sebagai membran semipermeabel adalah
peritoneum (selaput perut). Cairan dialisat adalah cairan yang mempunyai komposit zat terlarut
yang mirip dengan plasma darah.
Cara kerja proses ialah dengan cara cairan dialisat dialirkan ke dalam rongga perut, dibiarkan
selama 30 menit di dalam rongga perut. Sehingga terjadi proses konveksi dan difusi, sehingga
sampah metabolism dan racun tubuh akan berpindah ke cairan dialisat. Kemudian cairan dialisat
dikeluarkan. Hal ini dilakukan berulang ulang sampai sampah metabolism dan racun tubuh
berkurang.
APD(automated peritonel dialysis) telah menjadi salah satu pilihan terapi pengganti ginjal yang
berkembang pesat, karena meningkatnya kebutuhan dosis peritoneal dialisis yang lebih tinggi
untuk memperbaiki kualitas hidup.
Berkembangnya metode ini sangat berkaitan dengan perkembangan baru mesin PD otomatik dan
kemajuan dalam peresapan dan monitoring terapi peritoneal dialisis. Perkembangan generasi
terbaru mesin PD dengan microchips dan komputer memungkinkan program yang makin
fleksibel. Dengan inovasi tersebut saat ini telah dimungkinkan memberikan jumlah volume
cairan secara individu, volume tidal yang bervariasi dan tambahan pertukaran pada siang hari,
tele-dialisis dan kontrol catatan dialisis yang diberikan. Data menunjukkan bahwa sekitar 26%
pasien PD diseluruh dunia mempergunakan APD.
Metode APD ini bisa dilakukan pad malam hari (nightly peritoneal dialysis = NPD) atau secara

terus menerus (countinuous cyclic peritoneal dialysis = CCPD).


Dari segi medis alasan memilih APD antara lain karena:
Gagal mencapai target klirens pada CAPD
Kegagalan ultra filtrasi karena cepatnya absorbsi glukosa
Komplikasi karena meningkatnya tekanan intra abdominal. Misalnya karena Hernia, bocornya
dialisat melewati diafragma, prolaps uterus dan back pain.

Kelebihan APD sehngga menjadi pilihan terapi bagi banyak pasien adalah:

Menawarkan tingkat kemandirian yang lebih tinggi


Bebas pada sieng hari, sehingga memberikan kualitas hidup yang lebih baik
Bagi dokter, dapat memberikan regimen dialisis yang sesuai dengan kebutuhan tiap pasien
secara individual.
Beberapa kepustakaan melaporkan bahwa tingkat ultrafiltrasi dan penarikan natrium lebih rendah
pada pasien APD dibandingkan dengan CAPD, juga fungsi ginjal sisa menurun lebih cepat pada
APD dibandingkan dengan CAPD, namun APD masih dapat dilakukan pada pasien yang sudah
anuri. Dibandingkan dengan CAPD angka kejadian peritonitis pada APD dilaporkan lebih
rendah.
APD dikatakan telah menjadi modalitas terapi pengganti ginjal yang berkembang pesat, seiring
dengan meningkatnya kebutuhan akan dosis dialisis peritoneal yang adekuat untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Saat ini Automated PD system baru ini untuk di Indonesia sedang di uji cobakan, diharapkan
tidak lama lagi pasien-pasien gagal ginjal di Indonesia dapat memanfaatkan APD system ini,
sehingga kualitas hidup penderita menjadi semakin baik.

Mikrofiltrasi
Mikrofiltrasi adalah proses membran dengan menggunakan tekanan sebagai gaya dorong,
menggunakan membran umumnya dengan ukuran pori berkisar antara 0,01 sampai 1 mu m.
Proses ini cocok untuk melakukan fraksionasi atau penyisihan makromolekul dari suspensi atau
emulsi. Hal yang paling membatasi mikrofiltrasi khususnya untuk umpan berupa suspensi adalah
apa yang disebut polarisasi konsentrasi dan fouling. kedua fenomena tersebut diasosiasikan
dengan penurunan flux terhadap waktu.
Microfiltrasi dapat dimanfaatkan dalam Transfer factor. Transfer Factor(TF) adalah informasi
imun yang dipindahkan dari satu individu ke individu lain. TF diperoleh dari kolostrum.
Kolostrum adalah cairan pra-susu yang dikeluarkan oleh induk mamalia dalam 6-48 jam pertama
setelah melahirkan. Dalam suatu penelitian menyebutkan bahwa setiap anak sapi yang baru lahir

dan tidak mendapatkan susu sapi dari induknya akan mati. Hal ini membuat para peneliti
berkeyakinan bahwa induk sapi mentrasferkan informasi system immune ke tubuh anak sapi,
dimana informasi system immnue tersebut ada di susu sapi. Hal ini juga yang terjadi pada setiap
unggas dimana unggas-unggas tersebut akan memberikan immune ke anaknya. Selain itu, sapi
mempunyai kolostrum lebih banyak dibanding dari manusia. TF juga bersifat not species
specific, yang berarti ia bisa ditransferkan ke sesama mamalia ; bisa ditransferkan ke manusia
walaupun sumbernya bukan dari manusia. Sapi juga lebih banyak mengenal virus, bakteri, jamur,
hama, debu, dsb ; dikarenakan lingkungan tinggal sapi lebih kotor dibanding dari manusia
sehingga sistem imunnya lebih kuat dibanding dengan manusia. Dikarenakan kolostrum yang
diperoleh didapat dari hewan maka Tf akan diproses dengan proses mikrofiltrasi khusus yang
dipatenkan. Kolostrum diambil dalam 24 48 jam pertama setelah induk sapi yang baru
melahirkan menyusui anak sapi yang baru lahir. Waktu itulah yang paling baik dalam
pengambilan kolostrum sebagai bahan pengekstrasian TF.
Kolostrum tersebut kemudian dipasteurisasi (menggunakan mesin mikrofiltrasi dan dikeringkan
menjadi bubuk. Proses selanjutnya adalah microbial testing dan bilogical assay pada bubuk
tersebut untuk memastikan kandungannya.

Terapi Atibiotik
Membran sel memegang peranan vital dalam sel. Ia merupakan pembatas osmotik bagi
bebasnya difusi antara lingkungan luar dan dalam sel. Ia mempengaruhi konsentrasi metabolit
dan bahan gizi di dalam sel dan merupakan tempat berlangsungnya pernafasan dan aktivitas
biosintetik tertentu. Beberapa antibiotika diketahui mampu merusak atau memperlemah satu atau
lebih dari fungsi-fungsi ini, yang akan menyebabkan gangguan-gangguan terhadap kehidupan
sel. Hanya beberapa saja dari antibiotika golongan ini yang dapat dipakai di klinik, karena
kebanyakan bersifat toksik.
Salah satu contohnya adalah penisilin, suatu antibiotik yang menghambat enzim transpeptidase
yang mengkatalisis dipeptida D-alanil D-alanin sehingga peptidoglikan di dinding sel bakteri
tidak terbentuk dengan sempurna. Bakteri akan rentan terhadap perbedaan tekanan osmotik
sehingga gampang pecah. Penisilin mengganggu pembentukan dinding sel terutama pada tahap
terakhir. Penggunaan penisilin ini dapat menyebabkan terbentuknya sferoplas yaitu kuman-

kuman tanpa dinding sel atau kuman berbentuk L.

Salep Bisul
Salep dibuat secara hipertonik agar dapat mengeluarkan bisul pada tubuh. Dengan demikian
bisul akan segera kempes.

2. Transpor Aktif
Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang
bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP. Transpor
aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan yang memiliki
konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di
dalam dan luar sel dapat mempengaruhi proses ini, misalnya ion K+, Na+dan Cl+. Peristiwa
transpor aktif dapat Anda lihat pada peristiwa masuknya glukosa ke dalam sel melewati
membran plasma dengan menggunakan energi yang berasal dari ATP. Contoh lain terjadi pada
darah di dalam tubuh kita, yaitu pengangkutan ion kalium (K) dan natrium (Na) yang terjadi
antara sel darah merah dan cairan ekstrasel (plasma darah). Kadar ion kalium pada sitoplasma sel
darah merah tiga puluh kali lebih besar daripada cairan plasma darah. Tetapi kadar ion natrium
plasma darah sebelas kali lebih besar daripada di dalam sel darah merah. Adanya pengangkutan
ion bertujuan agar dapat tercapai keseimbangan kadar ion di dalam sel. Mekanisme transpor ion
ini dapat terlihat pada Gambar

transfor aktif
Perbedaan utama antara transpor aktif, osmosis, dan difusi adalah energi yang dikeluarkan sel.
Pada osmosis dan difusi, sel tidak mengeluarkan energi apapun untuk memindahkan zat
melewati membran sel karena zat berpindah sesuai dengan gradien konsentrasi. Dengan kata
lain, difusi dan osmosis terjadi secara spontan. Transpor aktif merupakan mekanisme
pemindahan molekul atau zat tertentu melalui membran sel, berlawanan arah dengan gradien
konsentrasi. Oleh karena itu, harus ada energi tambahan dari sel yang digunakan untuk
membantu perpindahan tersebut. Energi tambahan yang digunakan dalam proses transpor aktif
berasal dari ATP yang dihasilkan oleh mitokondria melalui proses respirasi. Selain itu, pada
membran sel terdapat lapisan protein. Salah satu jenis protein yang terdapat di membran sel
tersebut adalah protein transpor. Protein transpor mengenali zat tertentu yang masuk atau keluar
sel. Zat yang dipindahkan dengan cara transpor aktif pada umumnya adalah zat yang memiliki
ukuran molekul cukup besar sehingga tidak mampu melewati membran sel. Sel mengimbangi
tekanan osmosis lingkungannya dengan cara menyerap atau mengeluarkan molekul-molekul
tertentu. Dengan demikian, terjadi aliran air masuk atau keluar sel. Kemampuan mengimbangi
tekanan osmosis dengan transpor aktif menjadi sangat penting untuk bertahan hidup. Pompa
natrium kalium merupakan contoh transpor aktif yang banyak ditemukan pada membran sel.
Perpindahan molekul ini menggunakan energi ATP untuk mengeluarkan natrium (Na+) keluar sel
dan bersama dengan itu memasukkan kalium (K+) ke dalam sel. Perhatikan gambar berikut.

Gambar 1.16 Proses transpor aktif Na+ dan K+.


Ion Na+ dan K+ dengan transpor aktif dapat melewati membran sel. (1) Ion Na+ terikat pada suatu
tempat di protein membran. (2) Ion Na+ tersusun dengan formasi tertentu untuk dilepaskan ke
luar sel. (3) Ion K+ dari luar diikat. (4) Hal ini merangsang membran sel untuk kembali ke bentuk
semula. (5) Ion K+ dilepaskan protein membran dan masuk ke dalam sel.
Peristiwa transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan eksositosis.
a. Endositosis
Endositosis merupakan peristiwa pembentukan kantong membran sel. Endositosis terjadi karena
ada transfer larutan atau partikel ke dalam sel. Peristiwa endositosis dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.
1)

Pinositosis

2) Fagositosis
b. Eksositosis
Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel. Proses ini dapat Anda lihat pada proses
kimia yang terjadi dalam tubuh kita, misalnya proses pengeluaran hormon tertentu. Semua proses
sekresi dalam tubuh merupakan proses eksositosis. Sel-sel yang mengeluarkan protein akan

berkumpul di dalam badan golgi. Kantong yang berisi protein akan bergerak ke arah permukaan
sel untuk mengosongkan isinya.
eristiwa transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan eksositosis.
a. Endositosis
Endositosis merupakan peristiwa pembentukan kantong membran sel. Endositosis terjadi
karena ada transfer larutan atau partikel ke dalam sel. Peristiwa endositosis dibedakan menjadi
dua, yaitu sebagai berikut.
1) Pinositosis
Pinositosis merupakan peristiwa masuknya sejumlah kecil medium kultur dengan membentuk
lekukan-lekukan membran sel. Peristiwa ini dapat terjadi bila konsentrasi protein dan ion tertentu
pada medium sekeliling sel sesuai dengan konsentrasi di dalam sel. Proses pinositosis dapat
diamati dengan mikroskop elektron.
Sel-sel yang melakukan proses pinositosis ini antara lain sel darah putih, epitel usus, makrofag
hati, dan lain-lain. Tahapan proses pinotosis adalah sebagai berikut.

Keterangan gambar:
1. Molekul-molekul medium kultur mendekati membran sitoplasma.
2. Molekul-molekul mulai melekat (menempel) pada plasma, hal ini terjadi karena adanya
konsentrasi yang sesuai antara protein dan ion tertentu pada medium sekeliling sel
dengan di dalam sel.
3. Mulai terbentuk invaginasi pada membran sitoplasma.

4.

Invaginasi semakin ke dalam sitoplasma.

5. Terbentuk kantong dalam sitoplasma dan saluran pinositik.


6. Kantong mulai lepas dari membran plasma dan membentuk gelembunggelembung
kantong.
7. Gelembung-gelembung kantong mulai mempersiapkan diri untuk melakukan
fragmentasi.
8. Gelembung pecah menjadi gelembung yang lebih kecil.

2) Fagositosis
Fagositosis merupakan peristiwa yang sama seperti pada pinositosis tetapi terjadi pada benda
padat yang ukurannya lebih besar. Fagositosis dapat diamati dengan mikroskop misalnya yang
terjadi pada Amoeba.
Tahap-tahap fagositosis dapat terlihat pada Gambar 1.19!

Keterangan gambar:
1. Sebuah sel Amoeba mendekati sel Paramaecium.
2. Amoeba membentuk kaki semu (pseudopodia) dan semakin mendekati Paramaecium.
3. Amoeba mengurung sel Paramaecium dengan kaki semu dan memasukkannya ke dalam
vakuola makanan.

4. Lisosom pada Amoeba mulai bergabung (fusi) dengan vakuola makanan untuk
mengeluarkan enzim pencernaan.

b. Eksositosis
Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel. Proses ini dapat Anda lihat pada
proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, misalnya proses pengeluaran hormon tertentu. Semua
proses sekresi dalam tubuh merupakan proses eksositosis. Sel-sel yang mengeluarkan protein
akan berkumpul di dalam badan golgi. Kantong yang berisi protein akan bergerak ke arah
permukaan sel untuk mengosongkan isinya.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran.
Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah
cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan
permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik
Adalah proses dimana cairan di dorong melelui suatu membrane atau sawar lain karena
adanya perbedan tekanan di kedua sisi.
Jumlah cairan yg di filtrasi dlm suatu interval tertentu setara dgn perbedaan tekanan, luas
permukaan membrane dan permeabilitas permukaan mebran.
Misalnya dinding kapiler yg memisahkan plasma dari cairan interstisium berbeda dan cairan
intraselkrn perbedaan tekanna diantar ke2 dnding sisi tsb mnyediakan filtrasi

Anda mungkin juga menyukai