Anda di halaman 1dari 105

1.

LAPORAN AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permasalahan pangan merupakan masalah pokok bagi penduduk negara di

seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada tahun 1984 Indonesia pernah


mengalami

masa

kejayaan

di

bidang

pangan

yaitu

tercapainya

swasembada pangan (beras). Namun masa-masa keemasan penyediaan

pangan tersebut telah menurun pada dekade akhir-akhir ini. Untuk


mengatasi kekurangan beras, maka pemerintah mengambil kebijakan
impor beras. Hal ini akan membawa dampak buruk terhadap laju
perkembangan pembangunan di sektor lainnya.

Dalam Deklarasi World Food Summit Tahun 1996 di Roma, negara-negara


peserta sepakat untuk menurunkan kerawanan pangan dunia hingga
separuhnya pada tahun 2015. Dari sini upaya untuk menurunkan

kerawanan pangan tingkat dunia sudah dimulai, salah satunya dalam


bentuk penentuan indikator-indikator rawan pangan itu sendiri.

(Mankiw 2006 dalam Jokolelono) menjelaskan bahwa ketahanan pangan

tidak dapat dipisahkan dari kelangkaan scarcity sebagai sumber daya,

sumber daya tersebut terletak pada pengelolaan dan keputusan untuk


melakukan pertukaran tradeoff yang mencakup kepada efisiensi dan
pemerataan. Yang dimaksud kedalam efisiensi adalah kondisi dalam
sebuah masyarakat yang memiliki manfaat yang maksimal yang dapat

diperoleh dari penggunaan seluruh sumber daya yang langka. Sedang


pemerataan equity berarti manfaat dari sumber daya tersebut
didistribusikan secara adil diantara anggota masyarakat.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

LAPORAN AKHIR

Menurut world food summit (FAO 1996) dimaksudkan bahwa konsep


ketahanan pangan terbagi atas tiga hal penting yakni mengenai :

Ketersediaan (food avaibility)

Jangkauan atau akses (access to sufficient food) serta tersedianya


kestabilan makanan (stability of food stock)

Pemanfaatan (utility of food, which is reality to cultural)

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 tahun 2004 pangan adalah

segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati, dan air baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman

bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku

pangan, dan bahan pangan lain yang digunakan dalam proses penyiapan
pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman

Ketahanan akan bahan pangan merupakan kebutuhan primer, sehingga

setiap negara berusaha untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya.

Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, dan akan terus bertambah
seiring berjalannya waktu, maka kebutuhan pangan akan semakin besar

dan akan terus bertambah. Menurut teori Malthus menyatakan bahwa


pertumbuhan penduduk mengikuti pertumbuhan deret ukur, sedangkan
kebutuhan pangan mengikuti perhitungan deret hitung. Maka susatu saat

nanti kedepan, pertambahan produksi pangan tidak mencukupi lagi


menyediakan kebutuhan pangan penduduk. Kondisi ini akan digambarkan
pada kurva berikut ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

LAPORAN AKHIR

Gambar 1.1

Produksi Pangan Kaitan dengan Waktu dan Jumlah Penduduk

Pertambahan jumlah penduduk yang mengakibatkan kebutuhan akan


pangan terus meningkat, sementara pertambahan jumlah produksi pangan

berjalan lambat bahkan mengalami penurunan. Pada saat produksi pangan


tidak cukup lagi menyediakan kebutuhan pangan penduduk maka terjadi

sebuah keadaan yang disebut overdemand, hingga mencapai kondisi paling


kritis yaitu pada titik Q saat produksi sebesar X2 pada saat waktu t.

Dibutuhkan kebijakan untuk mengajar ketertinggalan produksi pangan


dalam mengimbani permintaan kebutuhan panan. Sehingga mencapai

kembali titik keseimbangan pada titik E2 dengan produksi sebesar Y3 dan


pada waktu t3 bahkan mencapai surplus pada titik E2. Upaya pencukupan

penyediaan bahan pangan pokok, guna mewujudkan ketahanan pangan


nasional berdasarkan pada masing-masing lokasi menjadi komponen
ketahanan pangan nasional.

Ketahanan pangan haruslah memiliki 3 pilar yang kuat. Pilar-pilar tersebut

mencakup kepada produksi, konsumsi, serta pendistribusian yang baik.


PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

LAPORAN AKHIR

Yang kesemuanya terangkum oleh para penunjang pelaku kepentingan

yakni produsen, pengolah, pemasaran, serta konsumen. Kenyataan

dilapangan yang terjadi kadangkala membuat para petani tidak


mendapatkan haknya sepenuhnya. Masa pasca panen terkadang membuat

harga dipasaran tidak sesuai dengan jerih payah para petani sayur, untuk
itulah disini perlu adanya pengelolaan pemasaran yang baik agar kegiatan

produksi dapat saling menguntungkan antara sisi produsen dan sisi


konsumen.

Kota Padangsidimpuan terletak pada daerah dataran tinggi dengan

ketinggian 260-1.1000 mdpl dengan suhu udara 22.5-24.00C, sektor


pertanian merupakan sektor idola di Kota Padangsidimpuan, hal ini terlihat

dari peranannya terhadap pembentukan PDRB. Padi sebagai sumber


makanan utama penduduk Kota Padangsidimpuan dengan luas panen

sebesar 12.007 Ha dan produksi sebesar 67.234 ton gabah kering pada

tahun 2013. Kondisi ini pada prisipnya merupakan sinyal positif untuk
ketahanan pangan di Kota Padangsidimpuan itu sendiri.

Produksi komoditas padi baik padi sawah maupun padi bukan sawah
mengalami penurunan pada tahun ini. Hal ini juga dipengaruhi oleh luas
panen yang juga mengalami penurunan walaupun produktivitasnya
mengalami kenaikan, namun kenaikannya tidak terlalu signifikan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Luas Panen dan Produktivitas Padi di Kota Padangsidimpuan


Tahun

Produksi Padi

Luas Panen

Produktivitas

2012

71.850

12.878

55.7

2011
2013

59.657
67.239

10.798
12.007

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

55.2
55.9

LAPORAN AKHIR

Untuk mengatasi masalah penurunan produksi pangan tersebut perlu


adanya kebijakan meningkatkan produksi pangan melalui pengadaan lahan

abadi sawah, intensifikasi spesialisasi pertanian, penyediaan infrastruktur,


permodalan, penyuluhan, penelitian, dan pengembangan dan perubahan
kultur.

Permasalahan yang muncul juga perlu diungkap terkait daerah rawan


pangan di Kota Padangsidimpuan, khususnya untuk mengetahui penyebab

permasalahan rawan pangan di wilayah tersebut, dan untuk menentukan


suatu

daerah

dinyatakan

sebagai

daerah

rawan

pangan,

maka

diperlukanlah indikator yang menjustifikasi bahwa daerah tersebut

merupakan daerah rawan pangan. Dalam rangka melakukan upaya


antisipasi tersebut, maka pemerintah daerah perlu melakukan studi

Penyusunan Indikator dan Pemetaan daerah/wilayah rawan pangan di Kota


Padangsidimpuan.
1.2

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Indikator dan Pemetaan Daerah Rawan Pangan
adalah sebagai salah satu upaya untuk melihat bagaimana keadaan yang
sesungguhnya

kondisi

pertanian

Kota

Padangsidimpuan

dengan

menitikberatkan pada pengembangan dalam meningkatkan ketahanan

pangan. Selain itu juga maksud dari indikator dan pemetaan daerah rawan
pangan yakni :

a. Mengidentifikasi dan menentukan indikator-indikator yang dapat


digunakan untuk menentukan secara relevan dan tepat terhadap

wilayah rawan pangan dan wilayah tahan pangan di Kota


Padangsidimpuan

b. Memetakan wilayah di Kota Padangsidimpuan yang termasuk


dalam kategori rawan dan tidak tahan pangan.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

1.3

Sasaran

LAPORAN AKHIR

Adapun sasaran yang akan dicapai sebagai hasil dari Indikator dan
Pemetaan Daerah Rawan Pangan ini adalah sebagai berikut :

Sasaran Umum

Sasaran umum kegiatan Indikator dan Pemetaan Daerah Rawan

Pangan yakni tersusunnya peta rawan pangan dan tahan pangan di

Kota Padangsidimpuan, sasaran lainnya yakni teridentifikasinya

golongan penduduk yang rawan dan tahan pangan.


Sasaran Khusus

Berkaitan dengan tujuan pemetaan rawan pangan yang sudah diuraikan


dimuka, disini ada beberapa sasaran kegiatan yang hendak dicapai, yaitu:

a. Terpilihnya indikator rawan pangan yang tepat dan relevan bagi


wilayah-wilayah kecamatan di Kota Padangsidimpuan

b. Terpilihnya indikator rawan pangan yang tepat dan relevan bagi


penduduk di Kota Padangsidimpuan

c. Teridentifikasinya wilayah Kota Padangsidimpuan yang termasuk


dalam wilayah yang rawan pangan dan wilayah yang tahan pangan.

d. Teridentifikasinya golongan penduduk di Kota Padangsidimpuan


yang termasuk dalam rawan pangan dan tahan pangan

e. Tersusunnya peta ketahanan pangan untuk unit analisa tingkat


kecamatan di Kota Padangsidimpuan.

1.4

Landasan Hukum

Adapun landasan hukum mengenai Penyusun Indikator Dan Pemetaan


Rawan Pangan ini adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

b. Undang-Undang No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan


Pertanian Pangan Berkelanjutan

c. Undang-Undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

LAPORAN AKHIR

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 68 Tahun 2010


Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan
Ruang.

e. Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan


Kawasan Permukiman.

f. Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan


Tanah

g. Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.

h. Peraturan Pemerintah No 83 Tahun 2006 tentang Dewan


i.
j.

Ketahanan Pangan

Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sumber Daya Air

Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan


Kawasan Perkotaan

k. Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan


Penataan Ruang

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

LAPORAN AKHIR

BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA
PADANGSIDIMPUAN
2.1

Geografi dan Iklim Kota Padangsidimpuan

Kota Padangsidimpuan terletak 432 km dari Kota Medan Ibukota Provinsi

Sumatera Utara dengan wilayah yang dikelilingi oleh Kabupaten Tapanuli


Selatan. Posisi Kota Padangsidimpuan memiliki akses darat yang memadai

dan cukup strategis, karena berada pada jalur utama yang merupakan
penghubung antara berbagai pusat pertumbuhan di wilayah sumatera.

Letak astronomisnya antara 1008 dan 1028 Lintang Utara dan antara
99013 dan 99020 Bujur Timur.

Padangsidimpuan memiliki iklim yang sedang dengan suhu berkisar 22,50C

sampai dengan 240C. Kota ini terletak pada ketinggian 260 meter sampai
1.100 meter diatas permukaan laut. Untuk lebih jelas dapat dilihat melalui
tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Statistik Geografi dan Iklim Padangsidimpuan

Luas

Uraian

Letak Geografis

Satuan
Km2
LU

1008 - 1028

99013 -99020

0C

22.5 24.0

Kelurahan/Desa

79

Mdpl

Desa pesisir

Kelurahan/Desa

Desa bukan pesisir

146,85

BT

Ketinggian

Suhu udara

2013

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

260 -1.100
0

2.2

LAPORAN AKHIR

Realisasi APBD Padangsidimpuan (Milyar rupiah)

Realisasi pendapatan pemerintah daerah Kota Padangsidimpuan pada


tahun 2013 sebesar 625,78 milyar rupiah. Sementara dana yang digunakan

untuk belanja langsung dan belanja tidak langsung sebesar 614,90 milyar
rupiah.

Untuk pos pembiayaan pembangunan Pemerintah Kota Padangsdimpuan

pada tahun 2013 sebagian besar didominasi oleh DAU yakni sebesar 67.63
persen sementara PAD hanya menyumbang 5,60 persen. Peranan PAD ini

meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 4.38 persen.


Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 2.2 Realisasi APBD Padangsidimpuan (Milyar rupiah)

Anggaran

2011

2012

Pendapatan

477.21

540.47

Pembiayaan

15.29

20.43

Belanja
DAU
PAD

463.52
308.01
21.61

625.78

527.25

614.90

364.92

423.25

23.68

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

2.3

2013

27.37
35.02

Jumlah Penduduk Kota Padangsidimpuan

Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan tahun 2013 adalah sebesar


204.615 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 99.725 jiwa dan jumlah

penduduk perempuan sebesar 104.890 jiwa. Piramida penduduk Kota


Padangsidimpuan tahun 2013 menunjukkan terbanyak berada pada

kelompok usia 15-19 tahun. Pada kelompok usia 20-24 tahun, jumlah

penduduk jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok umur 15 19

tahun. Hal ini dimungkinkan karena pada kelompok usia ini banyak
penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan menengah atas sehingga

sebagian penduduk yang melanjutkan pendidikan tinggi maupun mencari


PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

LAPORAN AKHIR

pekerjaan keluar Kota Padangsidimpuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat


melalui gambar berikut ini :

Gambar 2.1
Piramida Penduduk Kota Padangsidimpuan

Kepadatan penduduk Kota Padangsidimpuan mengalami peningkatan dari


angka 1.354 jiwa per kilometer persegi pada tahun 2012 menjadi 1.393

jiwa per kilometer persegi pada tahun 2013. Sebanyak 69.94% penduduk
berusia 15 64 tahun, kelompok umur 0 14 tahun sebesar 31,92% dan

penduduk usia 65 tahun sebesar 3.14%. penduduk pada kelompok usia 15

64 tahun digolongkan sebagai penduduk usia produktif. Untuk lebih jelas


dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

10

Tabel 2.3 Indikator Kependudukan Padangsidimpuan


Uraian

2011

2012

LAPORAN AKHIR
2013

Jumlah penduduk (%)

193.32

196.51

204.62

Kepadatan

1.316

1.354

1.393

Jumlah RT (000)

43.59

Pertumbuhan penduduk
Sex ratio (%)

Rata-rata ART (Jiwa)

1.75

1.65

4,12

95.32

94.97

95.00

4.43

4.40

4.35

% penduduk menurut kelompok umur

45.15

47.05

0 -14

32.33

31.94

31.92

>65

3.17

3.12

3.14

15 54

64.5

64.94

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka

64.94

2.4 Ketenagakerjaan

Penduduk yang sedang bekerja dan sedang menganggur atau bisa

dikatakan Tingkat Partisipasi Tingkatan Angkatan Kerja (TPAK) Kota


Padangsidimpuan tahun 2013 mencapai 65.02 persen dari jumlah

penduduk usia kerja (usia 15 tahun ketas). Sementara 6.80 persen dari
penduduk

angkatan

kerja

merupakan

dibandingkan dengan tahun 2012.

pengangguran,

menurun

Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir sebelum tahun 2013 tingkat


pengangguran di Kota Padangsidimpun meningkat, sedangkan di tahun ini

tingkat pengangguran menrurun. Hal ini menunjukkan keberhasilan

pemerintah dalam menekan tingkat pengangguran. Untuk lebih jelas dapat


dilihat melalui tabel dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

11

Tabel 2.4 Ketenagakerjaan Kota Padangsidimpuan


TPAK (%)

Uraian

Tingkat Pengangguran Terbuka


(%)

Bekerja (%)
UMK (000)

2011

2012

LAPORAN AKHIR
2013

69.45

73.41

65.02

91.19

90.90

81.29

8.81

6.80

65.02

1.074

1.200

1.378

Pertanian

23.10

22.01

21.53

Perdagangan

30.88

33.03

32.61

Lainnya

17.11

14.20

16.55

% Penduduk bekerja menurut sektor lapangan usaha


Industri

Jasa-jasa

3.97

24.94

8.22

22.54

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

4.61
24.7

Upah minimum Kota Padangsidimpuan naik dari tahun 2012 sebesar Rp.
1.200.000 menjadi sebesar Rp. 1.378.000 pada tahun 2013. Dilihat dari
sektor lapangan kerja, sektor perdagangan merupakan sektor yang paling

banyak digeluti oleh masyarakat Kota Padngsidimpuan dimana presentase


penduduk yang bekerja di sektor ini sebesar 32,61 persen. Pada ururan

kedua dan ketiga diikuti berturut-turut sektor jasa-jasa dan sektor


pertanian. Pada tahun 2013 presentase penduduk yang bekerja dilapangan
usaha pertanian menurun menjadi 21.53 persen dimana sebelumnya
mencapai 22.01 persen.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

12

LAPORAN AKHIR

2.5 Pertanian

Sektor pertanian masih merupakan sektor idola di Kota Padangsidimpuan,


hal ini terlihat dari peranannya terhadap pembentukan PDRB, sektor
pertanian meiliki peranan cukup besar yaitu 15,66 persen. Produksi

komoditi padi baik padi sawah maupun padi bukan sawah mengalami
sedikit penurunan pada tahun ini, luas panen juga mengalami penurunan
pada tahun 2013.

Tabel 2.5 Pertanian Kota Padangsidimpuan

Padi

Produksi

Luas Panen (Ha)


Produsi (Ton)
Jagung

Luas Panen (Ha)

2011

10.789

59.657
291

Produksi (Ton)

586.42

Luas Panen (Ha)

322

Ubi Kayu

Produksi (Ton)
Kacang Tanah
Luas Panen

4850.00
122

produksi

174.91

Luas Panen

85

Ubi Jalar
produksi

Kacang Hijau

Luas Panen (Ha)


Produksi (Ton)

864.50
74

96.35

2012

2013

12.878

12.007

260

233

71.850

572.00

146.30

170

164

4836.50

2.310.13

89

104

100.36

604.60

85

70

1.042.95

240.49

87

58

93.96

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

67.238

62.64

13

LAPORAN AKHIR

Padi sebagai sumber makanan utama penduduk kota Padangsidimpuan

memiliki luas paling tinggi diantara tanaman pangan lainnya yaitu sebesar
12.007 Ha dengan produksi sebesar 67.238 ton gabah kering pada tahun
2013. Kondisi ini pada prinsipnya merupakan sinyal positif dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pangan di Kota Padangsidimpuan.

Tanaman pangan yang memiliki produksi cukup tinggi adalah ubi kayu yang
memiliki luas panen sebesar 164 Ha dengan produksi sebesar 2.310,13 ton
pada tahun 2013. Luas panen maupun produksi ubi kayu menurun
dibandingkan dengan tahun 2012.

Selain tanaman pangan Kota Padangsidimpuan juga memiliki komoditi


perkebunan seperti karet dan kelapa sawit.

2.6 Indeks Pembangunan Manusia Kota Padangsidimpuan

Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan

melihat perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM) yang

mencerminkan capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan

ekonomi. Dengan melihat perkembangan IPM setiap tahun, tampaknya


kemajuan yang dicapai Kota Padangsidimpuan dalam pembangunan

manusia semakin baik walaupun peningkatan tersebut tidak terlalu besar.


Peningkatan IPM dapat ditelusuri dan tingkat kemajuan yang dicapai Kota

Padangsidimpuan baik dibidang pendidikan, kesehatan maupun ekonomi


selama ini.

Tingkat kemiskinan Kota Padangsidimpuan walaupun tidak terlalu tinggi

namun tetap harus mendapat perhatian. Jika pada tahun 2011 angka
kemiskinan berada pada level 10.08 persen maka pada tahun 2013 angka

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

14

LAPORAN AKHIR

kemiskinan Kota Padangsidimpuan tahun 2013 berkisar 9,04 persen.

Tabel 2.6 Kemiskinan Padangsidimpuan

Uraian

2011

2012

2013

Garis kemiskinan (000 Rp)

282.57

318.11

300.28

Jumlah penduduk miskin (000 jiwa)

19.52

18.91

18.4

IPM

Penduduk miskin (%)

75.58
10.08

76.04
9.60

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

76.31
9.04

2.7 Laju Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indicator dalam perencanaan pembangunan

suatu daerah atau wilayah. Dengan inflasi dapat diukur persentase


kenaikan harga barang/jasa yang secara umum dikonsumsi oleh
masyarakat. Barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tujuh kelompok. Tingkat inflasi di Kota


Padangsidimpuan tahun 2013 mengalami peningkatan setelah tiga tahun
sebelumnya cenderung menurun. Pada tahun 2011 tingkat inflasi di Kota

Padangsidimpuan 4.66 persen sedangkan pada tahun 2012 sebesar 3.54


persen dan tahun 2013 sebesar 7.82 persen.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

15

Tabel 2.7 Laju Inflasi Menurut Kelompok Komoditi di Kota

LAPORAN AKHIR

Padangsidimpuan

Inflasi umum

Kelompok

Bahan makanan
Makanan

minuman,

2012

2013

3.59

0.06

10.81

4.66

3.54

7.82

rokok,

12.90

6.77

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan

2.50

6.53

6.32

Sandang

13.85

5.93

1.85

Pendidikan, rekreasi, dan olahraga

2.58

6.04

5.71

tembakau

jadi,

2011

bakar

Kesehatan

Transportasi, komunikasi, dan jasa


keuangan

-0.34
-4.11

3.56

-0.65

6.07

2.92

14.88

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

Ditinjau dari kelompok komoditi, inflasi terbesar pada tahun 2013 terjadi

pada kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan dan diikuti oleh
bahan makanan.
2.8

Pengeluaran Penduduk

Perkembangan kesejahteran penduduk salah satunya dapat diukur melalui

perkembangan tingkat pendapatan. Secara umum selama periode 2011-

2013 tingkat kesejahteraan penduduk Kota Padangsidimpuan mengalami

peningkatan yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya tingkat


pengeluaran per kapita sebagai pendekatan untuk perkiraan pendapatan.
Pengeluaran nominal per kapita penduduk bergeser dari 711 ribu rupiah
pada tahun 2011 menjadi 731 ribu rupiah pada tahun 2013.

Salah satu indikator pengeluran rumah tangga yang penting untuk dilihat

adalah pengeluaran makanan dan pengeluaran non-makanan rumah


PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

16

LAPORAN AKHIR

tangga. Semakin tinggi persentase pengeluaran non makanan maka dapat


diasumsikan tingkat kesejahteraan masyarakat semakin baik. Persentase

pengeluaran makanan dan non makanan di Kota Padangsidimpuan tidak


memiliki selisih terlalu besar sehingga dapat kita katakan bahwa tingkat
kesejahteraan masyarakat semakin baik.

Pada tahun 2013 persentase pengeluaran makanan penduduk kota

Padangsidimpuan mencapai 54.27%, meningkat jika dibanding dengan


kondisi tahun sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan angka tahun

2012 yang mencapai 54.27%, angka tahun 2012 tersebut mengalami


penurunan.

2.9 Pendapatan Regional

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai ukuran produktivitas

merupakan agregat dari seluruh nilai tambah barang dan jasa yang
dihasilkan dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam satu tahun. PDRB

Kota Padangsidimpuan sebagai salah satu kota di Sumatera Utara, pada

tahun 2014 memiliki besaran sebesar 3,96 triliun rupiah untuk PDRB atas
dasar harga berlaku dan sebesar 3,28 triliun rupiah jika dihitung dengan

harga konstan tahun 2010. Sementara PDRB perkapita atas harga berlaku

tahun 2014 sebesar 19,16 juta. Jika diamati PDRB Kota Padangsidimpuan
setiap tahun mengalami peningkatan, yang tentunya menggambarkan
adanya kegiatan perekonomian yang positif didaerah tersebut.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

17

LAPORAN AKHIR

Tabel 2.8 Perkembangan PDRB Kota Padangsidimpuan


Uraian
2011
2012
2013
Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB (miliar Rp)
2.246.36
3.574.73
3955.84
Atas Dasar Harga Konstan (2010)
PDRB (miliar Rp)
2.952.72
3.120.26
3.276,83
PDRB per kapita (ribu Rp)
16.265.74 17.596.48 19.156.98
Pertumbuhan Ekonomi (%)
5.90
5.67
5.02

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

18

BAB III
KAJIAN LITERATUR
3.1

LAPORAN AKHIR

Definisi dan Ruang Lingkup Ketahanan Pangan

Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) merupakan respon


dari deklarasi PBB tentang Hak Asazi Manusia (HAM) tahun 1948, bahwa

hak atas pangan adalah salah satu elemen utama untuk menjalani
kehidupan secara ideal. Dalam hal ini, kebutuhan pangan masyarakat

dilihat dalam konteks pendekatan hak (right-based), yang bermakna bahwa


pemerintah wajib untuk menghormati, melindungi dan memenuhi

kecukupan pangan tersebut. Menghormati berarti bahwa pemerintah tidak


boleh menghilangkan akses masyarakat terhadap pangan yang cukup.

Melindungi berarti bahwa pemerintah harus melindungi masyarakat dari


keadaan kehilangan akses tersebut. Pemerintah secara proaktif harus

menciptakan lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk dapat

mandiri, apabila masyarakat belum mampu melakukannya, maka


pemerintah harus menjamin ketersediaan pangannya.

Berdasarkan Konferensi Pangan Tingkat Tinggi tahun 1996 yang


diselenggarakan oleh FAO, definisi ketahanan pangan adalah food security

exists when all people, at all times, have physical and economic access to
sufficient, safe and nutritious food to meet their distary needs and food

preferences for an active and healthy life (Dewan Ketahanan Pangan,


PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

19

LAPORAN AKHIR

2011). Makna yang terkandung dalam definisi tersebut adalah setiap orang
pada setiap saat memiliki aksesibilitas secara fisik dan ekonomi terhadap

pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan agar dapat hidup
produktif dan sehat.

Indonesia kemudian mengadopsi rumusan ketahanan pangan tersebut dan


dituangkan ke dalam Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang

Pangan. Berdasarkan UU tersebut, ketahanan pangan didefinisikan sebagai


kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
merata dan terjangkau.

Ketahanan pangan terdiri dari tiga subsistem, yaitu: (1) Ketersediaan

pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk baik


jumlah maupun mutunya, serta aman, (2) Distribusi pangan, dimana

pasokan pangan dapat menjangkau ke seluruh wilayah sehingga harga


stabil dan terjangkau oleh rumah tangga, dan (3) konsumsi pangan, yaitu

setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu

mengelola konsumsi sesuai kaidah gizi dan kesehatan serta preferensinya


(Dewan Ketahanan Pangan, 2006). Lebih lanjut, Baliwati (2007)

menyatakan bahwa ketiga subsistem ketahanan pangan tersebut


berinteraksi membentuk sistem ketahanan pangan.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

20

3.2.

Kebijakan Ketahanan Pangan

LAPORAN AKHIR

Kebijakan merupakan penjabaran secara normatif komitmen pemerintah

dalam pembangunan sehingga menjadi acuan tindakan suatu organisasi


dalam mencapai tujuan (Martianto et al, 2007). Kebijakan terkait

pembangunan ketahanan pangan diperlukan sebagai fondasi atau pre-

condition bagi pemerintah untuk mampu menyediakan pangan dalam


jumlah yang cukup, bermutu dan aman, terutama dari produksi dalam
negeri dan mendistribusikannya secara merata ke berbagai wilayah
Indonesia dari waktu ke waktu dengan harga yang terjangkau secara
berkelanjutan (DKP, 2011).

Dokumen kebijakan terkait ketahanan pangan pada tingkat pusat tertuang

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20102014, Kebijakan SKPD Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014, serta
Rencana Strategis (Renstra) BKP dan Departemen terkait Ketahanan
Pangan. Adapun kebijakan ketahanan pangan di tingkat daerah tertuang

dalam RPJMD dan Renstra SKPD Propinsi/Kabupaten. Mengacu pada


RPJMN 2010-2014, arah kebijakan umum pembangunan ketahanan pangan

nasional 2010-2014 adalah untuk: (a)Meningkatkan ketersediaan dan


penanganan kerawanan pangan, (b)Meningkatkan sistem distribusi dan
stabilisasi harga pangan, dan (c)Meningkatkan pemenuhan kebutuhan
konsumsi dan kemanan pangan.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

21

LAPORAN AKHIR

Berdasarkan KUKP 2010-2014, terdapat 18 kebijakan ketahanan pangan,


yaitu: (1) menata pertanahan dan tata ruang wilayah, (2) antisipasi

perubahan iklim: adaptasi dan mitigasi, (3) Meningkatkan produksi

domestik: proteksi dan promosi, (4) Memperlancar sistem distribusi


pangan, (5) Mengembangkan cadangan pangan pemerintah daerah dan
masyarakat, (6) Menjaga keterjangkauan dan stabilitas harga pangan, (7)

Meningkatkan aksesibilitas atas pangan, (8) Menanganai kerawanan

pangan kronis dan transien, (9) Mempercepat penganekaragaman


konsumsi pangan, (10) Mendorong perilaku konsumsi pangan, (11)

Meningkatkan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan, (12)

Memfasilitasi pengembangan industri pangan UKM, (13) Peningkatan


peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan ketahanan
pangan, (14) Kebijakan makro dan perdagangan yang kondusif, (15)

Menguatkan kelembagaan ketahanan pangan dan koordinasi antar daerah,


(16) Meningkatkan peran pimpinan formal dan nonformal dalam
pembangunan ketahanan pangan, (17) Memfasilitasi penelitian dan

pengambangan, dan (18) Melaksanakan kerjasama internasional (DKP,


2011).

Program

peningkatan

ketahanan

pangan

disusun

untuk

mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem

ketahanan pangan baik di tingkat pemerintah maupun di tingkat

masyarakat. Program ketahanan pangan tahun 2011 berdasarkan


Peraturan Kepala

BKP

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

No

006/Kpts/OT.140./K/01/2011

yaitu (1)

22

LAPORAN AKHIR

Pengembangan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan, (2)


Pengembangan sistem distribusi dan stabilitas harga pangan, (3)

Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan


keamanan pangan, dan (4) Dukungan manajemen dan teknis lainnya pada
Badan Ketahanan Pangan.

3.3 Pengembangan Kawasan Agropolitan

Pengembangan kawasan agropolitan adalah model pengembangan

pertanian yang berupaya mempercepat pembangunan perdesaan berbasis

agribisnis agribisnis serta meningkatkan daya saing produk-produk


pertanian yang akan dihasilkan nantinya (Friedman 1976)

Sedangkan menurut (Pasaribu 2009 : 136) menyatakan bahwa program


pembangunan industri pertanian berbasis agribisnis yang melahirkan

konsep pengembangan agropolitan telah direalisasikan sejak tahun 2002.


Departemen Pertanian telah menetapkan 61 kawasan agropolitan yang
tersebar di beberapa Provinsi. Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah juga menyatakan bahwa pengembangan kawasan agropolitan

telah ada pada tahun 2002 di Kabupaten dan tahun 2003 terdapat lebih
dari 53 Kabupaten Kota yang telah menjadi agropolitan.

Wilayah dengan dataran tinggi baik dan dengan hasil pertanian yang baik
pula yang dapat menyumbangkan sektor pertanian untuk PDRB dianggap

sebagai wilayah yang layak sebagai pengembangan kawasan agropolitan.


Menurut Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah bahwa agropolitan
yang baik adalah yang memiliki sebagai berikut ;
1

Penetapan pusat agropolitan yang berfungsi sebagai :

a.

Pusat perdagangan dan transportasi pertanian (agricultural trade/

b.

Penyedia jasa pendukung pertanian (agricultural support services).

transport center).

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

23

c.

Pasar

d.

Pusat industri pertanian (agro-based industry).

e.
2

consumers market).

produk

non-pertanian

(non

agricultural

Penyedia pekerjaan non pertanian (non-agricultural employment)

Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai:


a.

Pusat produksi pertanian (agricultural production).

c.

Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-

b.

d.

konsumen

LAPORAN AKHIR

Intensifikasi pertanian (agricultural intensification).

barang dan jasa non pertanian (rural income and demand for nonagricultural goods and services).

Produksi tanaman siap jual dan diversifikasi pertanian (cash crop


production and agricultural diversification).

Penetapan Sektor Unggulan

a. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung


oleh sektor hilirnya.

b. Kegiatan agribisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat


yang paling besar (sesuai dengan kearifan lokal).

c. Mempunyai

skala

ekonomi

yang

dikembangkan dengan orientasi ekspor.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

memungkinkan

untuk

24

4.

LAPORAN AKHIR

Dukungan Sistem Infrastruktur

Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung


pengembangan kawasan agropolitan diantaranya : jaringan jalan, irigasi,
sumber sumber air, dan jaringan utilitas (listrik dan telekomunikasi).
5. Dukungan Sistem Kelembagaan
a. Dukungan

kelembagaan

pengelola

pengembangan

kawasan

agropolitan yang merupakan bagian dari Pemerintah Daerah dengan


fasilitasi Pemerintah Pusat.

b. Pengembangan

sistem

kelembagaan

pengembangan kawasan agropolitan.

3.4

insentif

dan

disinsentif

Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian menurut Mosher AT pada tahun 1974 dalam

bukunya Creating A Progressive Rural Structure mengatakan bahwa


untuk memajukan pertanian yang progresif harus memenuhi dua syarat
yakni :
a.

Syarat pokok yakni terdiri dari :

Tersedianya pasar untuk hasil tani

Adanya teknologi yang senantiasa berkelanjutan


Tersedianya sarana produksi padi
Adanya perangsang produksi
b.

Adanya sarana pengangkutan yang lancar


Syarat Pelancar yakni terdiri dari :
Pendidikan pembangunan
Kredit produksi

Kegiatan gotong royong petani

Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

25

3.5

Agenda Prioritas RPJPN 2005-2025

LAPORAN AKHIR

Dalam kerangka pencapaian visi jangka panjang, yakni Indonesia yang

mandiri, maju, adil dan makmur, RPJPN 2005-2025 mengamanatkan bahwa


RPJMN ke-3 periode 2015-2019 diarahkan untuk lebih memantapkan

pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan

keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam

yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas serta kemampuan


iptek.

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia

yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan


berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas

dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut


NAWACITA, yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan


memberikan rasa aman kepada seluruh warga.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola


pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

26

LAPORAN AKHIR

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem


dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit


bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial


Indonesia.

Nawacita pemerintahan tersebut memiliki hubungan yang erat dengan


pembangunan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah
misalnya saja :

1. Nawacita kesatu - Menghadirkan kembali negara untuk melindungi


bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga.

2. Nawacita kedua Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata


kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya.

3. Nawacita ketiga Membangun Indonesia dari pinggiran dengan

memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara


kesatuan. Pemerintah daerah harus mendukung agenda prioritas ini
melalui penyediaan data spasial yang dilaksanakan secara berkala.

4. Nawacita keempat - Memperkuat kehadiran negara dalam

melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas


korupsi, bermartabat, dan terpercaya. BPS menerapkan Wilayah
Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Bersih, Bebas dan Melayani

(WBBM), Strategi Nasional Program Pencegahan Korupsi (Stranas


PPK), penerapan zona integritas.
PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

27

LAPORAN AKHIR

5. Nawacita kelima Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.


Pemerintah daerah juga hendaknya mendukung agenda prioritas
melakukan

penelitian

kesejahteraan

rakyat

dan

kajian

seperti

yang

kajian

berkaitan

mengenai

dengan

konsumsi,

ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.

6. Nawacita keenam - Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya


saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju
dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Nawacita ketujuh Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan


menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik,

8. Nawacita kedelapan Melakukan revolusi karakter bangsa


9. Nawacita

kesembilan

Memperteguh ke-bhinneka-an dan

memperkuat restorasi sosial Indonesia, BPS mendukung agenda


prioritas melalui penyediaan data ketahanan sosial, seperti statistik

modal sosial, nilai kebangsaan, indeks demokrasi indonesia, dan


lain sebagainya

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

28

4.1

BAB Iv
METODE PENELITIAN

LAPORAN AKHIR

Pendekatan Penelitian

Penyusun indikator dan Pemetaan Rawan Pangan ini akan coba

merencanakan ketahanan pangan di Kota Padangsidimpuan khususnya


pertanian yakni beras yang akan dihubungkan dengan proyeksi jumlah
penduduk serta peran ketahanan pangan itu sendiri serta Penyusunan
Indikator dan Pemetaan Rawan Pangan
4.2

Lokasi Objek Penelitian

Lokasi objek penelitian difokuskan kepada Kota Padansidimpuan yang

merupakan penghasil pangan khususnya beras. dengan waktu pelaksanaan


pekerjaan secara teknis diselesaikan dalam waktu 90 (Sembilan puluh) hari
kalender sejak ditandatangani Surat Perintah Kerja (SPK), pada bulan
September sampai dengan bulan Desember 2015
4.3

jenis dan Sumber Data

Untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan Penyusun Indikator


Dan Pemetaan Rawan Pangan dapat menggunakan data primer dan data

skunder. Data sekunder diperoleh dari hasil studi kepustakaan maupun

publikasi resmi yang bersumber BPS, Dinas Pertanian, Badan Ketahanan

Pangan serta dinas-dinas yang terkait dengan pekerjaan ini dan juga data
primer mencakup kepada data yang diperoleh/diinformasikan secara
kualititatif dari beberapa SKPD.
4.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam pembuatan Penyusun Indikator


Dan Pemetaan Rawan Pangan menggunakan metode deskriptif, yakni
PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

29

LAPORAN AKHIR

metode analisis dengan menggunakan data secara sistematis, menganalisis


dan menginterpretasikan data dengan melalui gambaran-gambaran
sehingga mendapatkan kesimpulan. Proses analisis didukung dengan

kegiatan diskusi terbuka yang bersifat kritis yang dilakukan oleh tim
konsultan.

4.4.1 Formula Swasembada Beras

Dalam menentukan ketahanan pangan dalam hal ini beras dapat


menggunakan rumus sebagai berikut :

A = Q x jumlah penduduk
B = GKG X 62,74%

Keterangan :

A : Kebutuhan Beras

B : Jumlah produksi beras/tahun

Q : Konsumsi/kapita/tahun (10 kg/minggu x 12)

GKG : Gabah Kering Giling 62,74 persen merupakan angka konversi gabah
menjadi beras atau sering disebut juga dengan rendemen penggilingan
lapangan

Jika A < B maka dikatakan tahan pangan

Jika A > B maka dikatakan tidak tahan pangan


4.4.2 Proyeksi Penduduk

Jika berbicara mengenai ketahanan pangan khususnya beras maka

seringkali berhubungan dengan jumlah penduduk, untuk itu perlu proyeksi

jumlah penduduk yang erat kaitannya dengan ketahanan pangan di Kota


Paadangsidimpuan dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

Pn = P0 (1+r)n
PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

30

Ketengan :

LAPORAN AKHIR

Pn : penduduk pada tahun n

P0 : penduduk pada tahun awal


1 : angka konstanta

r : angka pertumbuhan penduduk (dalam persen)


n : jumlah rentang tahun awal hingga tahun n
4.4.3 Indikator Ketahanan Pangan

Dalam menghitung indikator ketahanan pangan di Kota Padangsidimpuan


dengan menggunakan metode scoring, indikator yang diukur mengikuti

ketetapan dari FAO yang dimodifikasi seperlunya oleh pihak konsultan


yakni sebagai berikut :

Produksi pangan

Fasilitas

Kependudukan

Untuk lebih jelas dapat dilihat melalui diagram alir berikut ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

31

LAPORAN AKHIR
PRODUKSI PANGAN
PRODUKSI PANGAN

KONSUMSI PANGAN
AKSES PANGAN
KEMISKINAN

KEPENDUDUKAN

GIZI
ANGKA HARAPAN HIDUP
KEMATIAN BAYI
JARAK KE PUSKESMAS

AKSES AIR BERSIH


FASILITAS

AKSES LISTRIK

Metode scoring tersebut di ukur dengan menggunakan matriks yakni :

Cukup rawan diberi score 1

Sangat tahan diberi score 3

Tahan pangan diberi score 2

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

32

5.1

LAPORAN AKHIR

BAB v
ANALISIS DATA

Kondisi Pangan Kota Padangsidimpuan

Makanan pokok Kota Padangsidimpuan adalah nasi, walaupun Kota


Padangsidimpuan memiliki surplus dalam umbi-umbian namun tetap saja

masyarakat Kota Padangsidimpuan tidak dapat mengganti nasi sebagai


makanan pokoknya. Sebagai Kota yang baru menuju kepada Kota dengan
sektor industry pengolahan, Kota Padangsidimpuan termasuk kepada Kota

yang masih memiliki surplus beras yang cukup baik. Jika dihitung dengan

menggunakan rumus pertanian swasembada beras maka pada tahun 2014


Kota Padangsidimpuan juga masih memiliki surplus beras

Tahun

Jumlah

Penduduk

2014

206,496

2012

198,809

2013
2011
2010

Tabel 5.1 Ketersediaan Beras di Kota Padangsidimpuan

204,615
193,322
191,531

Jumlah

Produksi

Jumlah

Produksi

(Ton)

33,799

260.8864094

120 kg/Thn

24,780

45,079

361.4006408

120 kg/Thn

23,857

Beras/Tahun

67,238.80

42,186

71,849.70
59,656.53
62,023.00

Konsumsi Per Kebutuhan

Kapita/Tahun Kapita/Tahun

Padi (Ton)
53,872.00

Produk Per

37,429
38,913

328.6112944
308.5863482
323.8274744

120 kg/Thn
120 kg/Thn
120 kg/Thn

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015 ( data diolah 2015)

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

24,554
23,199
22,984

33

LAPORAN AKHIR

50,000
45,000
40,000
35,000
30,000

Jumlah Produksi
Beras/Tahun

25,000

Kebutuhan (Ton)

20,000
15,000
10,000
5,000
-

Grafik 5.1 Perbandingan produksi beras/tahun dan kebutuhan beras

Dari grafik perbandingan kebutuhan beras dan produksi beras diatas dapat

diketahui bahwa kota Padangsidimpuan masih memiliki surplus beras.


Naman surplus beras dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami penurunan.

Pada tahun 2010 surplus beras sebesar 15,930 ton, pada tahun 2011

surplus beras sebesar 14,230 ton, pada tahun 2012 surplus beras sebesar
21,221 ton, pada tahun 2013 sebesar 17,632 ton, pada tahun 2014
mengalami penurunan menjadi 9,020 ton. Hal tersebut terjadi karena

adanya alih fungsi lahan, dan pertumbuhan penduduk yang semakin


meningkat (0,04%) selama empat tahun terakhir. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada grfik dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

34

LAPORAN AKHIR

Surplus Beras
21,221
15,930

17,632
14,230
9,020

Grafik 5.2 Surplus Beras

Tabel 5.2 Pertumbuhan Surplus Beras Tahun 2010-2014


Tahun

Surplus Beras

2011

14,230

2010
2012
2013
2014

Penurunan 2011/2010
Penurunan 2013/2012
Penurunan 2014/2013
Rata-rata penurunan

15,930
21,221
17,632
9,020
-0.11
-0.17
-0.49

-0.25%

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015 (data diolah 2015)

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

35

LAPORAN AKHIR

5.2 Kondisi Rawan Pangan di Kota Padangsidimpuan Berdasarkan


Kecamatan

Dari hasil scoring dengan menggunakan matriks sederhana dapat diketahui


bahwa daerah yang merupakan rawan pangan sesuai dengan indikator

pengukuran adalah Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu dan


Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru. Hasil scoring kedua kecamatan

tersebut adalah 21 dan 20, artinya adalah daerah yang difokuskan untuk
ketahanan pangan adalah Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu dan
Kecamatan Hutaimbaru dari segi 11 indikator rawan pangan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 5.3 Kondisi Rawan Pangan Kota Padangsidimpuan Menurut 4


INDIKATOR
RAWAN

Bagian 11 Indikator

PSP

PSP

PSP

PSP

ANGKOLA

TENGGARA

SELATAN

UTARA

Produksi

Sangat

Cukup

Cukup

Sangat

Konsumsi

Sangat

Cukup

Sangat

PANGAN

Pangan
Pangan

Akses Pangan
dan Mata

Tahan

Tahan

Tahan

Tahan

Cukup Rawan

Tahan

Tahan

Rawan

Cukup Rawan

Tahan

Cukup Rawan

Cukup Rawan

Tahan

Tahan

Rawan

Sangat

Sangat

Sangat

Sangat

Sangat

Sangat
Tahan

Tahan

Sangat

Sangat

Cukup

Sangat

Sangat

Kesehatan Gizi

Tahan

Kematian Bayi

Sangat Tahan

Rawan

Tahan

Hidup

Sangat Tahan

Tahan

Kemiskinan

Harapan

Tahan

Rawan

Tahan

Angka

BATUNADUA

Rawan

Pencaharian

Tahan

Tahan

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Tahan
Tahan
Tahan

Tahan

PSP

HUTAIMBARU

JULU

Tahan

Cukup

PSP

Tahan

Tahan

Cukup

Rawan
Cukup

Cukup Rawan

Tahan

36

INDIKATOR
RAWAN

PANGAN

PSP

TENGGARA

>5Km

Tahan

Bersih

Tahan

Akses Listrik

Tahan

Tertinggal

Tahan

Akses Air

Desa

PSP

PSP

ANGKOLA

SELATAN

UTARA

Tahan

Tahan

Rawan

Sangat

Sangat
Tahan

Cukup

Tahan

Tahan

Penduduk

Yang Tinggal

PSP

Tahan

BATUNADUA

Rawan

Tahan

Tahan

Tahan

Cukup Rawan

Tahan

Tahan

Sangat Tahan

Sangat Tahan

Tahan

Sangat Tahan

Sangat Tahan

Sangat

Sangat

Sangat

Sangat

Sangat

Tahan

Sumber : Data Primer dan Sekunder diolah 2015

Tahan
Tahan

PSP

HUTAIMBARU

JULU

Sangat
Tahan

PSP

LAPORAN AKHIR

Tabel 5.4 Matriks Rawan Pangan Kota Padangsidimpuan Menurut 4


Bagian 11 Indikator

INDIKATOR

RAWAN PANGAN

PSP

PSP

PSP

TENGGARA

SELATAN

UTARA

Mata Pencaharian

Kesehatan Gizi

Produksi Pangan

Konsumsi Pangan

Akses Pangan dan


Kemiskinan

Angka Harapan
Hidup

Kematian Bayi

Penduduk Yang
Tinggal >5Km

Akses Air Bersih

PSP

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

PSP

BATUNADUA

ANGKOLA

HUTAIMBARU

PSP

JULU
3

37

INDIKATOR

RAWAN PANGAN

PSP

PSP

PSP

TENGGARA

SELATAN

UTARA

Akses Listrik

Total

24

29

29

Desa Tertinggal

Sumber : Data Primer dan Sekunder diolah 2015

5.3

PSP

ANGKOLA

PSP

HUTAIMBARU

BATUNADUA

21

20

24

JULU

PSP

LAPORAN AKHIR

Luas Panen dan Produktivitas Padi Kota Padangsidimpuan

Luas panen dan produktivitas sangat diperlukan jika ingin menjadi Kota
Swasembada beras. Di Kota Padangsidimpuan yang terdiri dari enam
kecamatan yakni :

Kecamatan Paadangsidimpuan Tenggara

Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

Kecamatan Padangsidimpuan Selatan


Kecamatan Padangsidimpuan Utara

Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru

Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

Dari enam kecamatan tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan PSP


Batunadua dan Kecamatan PSP Hutaimbaru adalah Kecamatan yang

memiliki tingkat produktivitas tertinggi yakni 16.581dan 12.236 sementara


Kecamatan Angkola Julu walaupun memiliki luas panen sebesar 1.883
namun memiliki produktivitas padi 10.544,8 perbandingan dengan
Kecamatan PSP Hutaimbaru adalah 1.691,2. Untuk lebih jelas dapat dilihat
dari tabel dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

38

LAPORAN AKHIR

Tabel 5.5 Luas Panen dan Produktivitas

kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara

luas panen

produktivitas

289

1618.4

1540

Padangsidimpuan Selatan

8624

Padangsidimpuan Batunadua

2961

16581.6

Padangsidimpuan Hutaimbaru

2.185

12236

Padangsidimpuan Utara

762

PadangsidimpuanAngkola Julu

1.883

4267.2

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam angka 2015

10544.8

Perbandingan Luas Panen dan


Produktivitas
16581.6
12236
8624
1540

1618.4
289

2961

10544.8

4267.2
762

2.185

1.883

Grafik 5.3 Luas Panen dan Produktivitas

5.4

Kondisi Pangan Kota Padangsidimpuan Berdasarkan Kecamatan

Kondisi pangan Kota Padangsidimpuan berdasarkan kecamatan dapat

diketahui bahwa kecamatan yang memiliki kelebihan produksi beras adalah


kecamatan Padangsidimpuan Tenggara sebesar 1.451 ton pada tahun
2014, kecamatan yang mengalami kekurangan beras adalah kecamatan

Padangsidimpuan Selatan, hal itu disebabkan karena tingkat penduduk


yang tinggi (65.307 jiwa), kekurangan beras di kecamatan ini sebesar 6.828
ton, pada tahun 2014. Kecamatan yang memiliki kelebihan beras adalah
PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

39

LAPORAN AKHIR

kecamatan Padangsidimpuan Batunadua sebesar 7.923 ton pada tahun


2014, kecamatan yang mengalami kekurangan beras adalah kecamatan
Padangsidimpuan Utara sebesar 4.923 ton, pada tahun 2014. Hal ini

disebabkan karena tingginya jumlah penduduk. Berikutnya kecamatan


yang memiliki kelebihan beras adalah kecamatan Padangsidimpuan

Hutaimbaru sebesar 5.737 ton, pada tahun 2014. Kecamatan yang memiliki
kelebihan beras adalah kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu sebesar

5.653 ton, pada tahun 2014. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Tabel 5.6 Kondisi Pangan Kota Padangsidimpuan Berdasarkan


Kecamatan
No
1
2
3
4
5
6

Jumlah

Kecamatan (2014)

Jumlah

Penduduk

Produksi

Padangsidimpuan
Padangsidimpuan Selatan

Tenggara

Padangsidimpuan
Batunadua

Padangsidimpuan Utara
Padangsidimpuan
Hutaimbaru

PadangsidimpuanAngkola
Julu

Jumlah

Produksi

Produk Per

Konsumsi Per

Kebutuhan

Kapita/Tahun Kapita/Tahun

(Ton)

32,998

Padi

8,624.00

Beras/Tahun
5411

261.3491727

120 kg/Thn

3,960

65,307

1,616.40

1014

24.75079241

120 kg/Thn

7,837

67.37719672

120 kg/Thn

7,600

20,672

16,581.60

10403

63,333

4,267.20

2677

10,544.80

6616

16,166

8,020

12,236.00

7677

802.128483

756.8971916

1314.812968

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidmpuan dalam Angka 2015 (data diolah 2015)

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

120 kg/Thn

120 kg/Thn

2,481

1,940
962

120 kg/Thn

40

LAPORAN AKHIR
12000
10000
8000

Jumlah Produksi
Beras/Tahun

6000

Kebutuhan (Ton)

4000
2000
0

Grafik 5.4 Jumlah Produksi Beras dan Kebutuhan Beras per Kecamatan

5.5 Kondisi Sebaran Sawah Berdasarkan Kecamatan dan Sawah


Berkelanjutan Sesuai dengan Kondisi Existing dan Rencana Strategis
RTRW.

5.5.1 Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara adalah kecamatan yang memiliki


luas panen 1540 Ha, dan produktivitas 8.624. ada baiknya jika kecamatan
ini sebagai kecamatan yang memiliki sawah berkelanjutan, hal ini juga

sesuai dengan RTRW 2011-2020 kawasan Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara sebagai pertanian lahan basah karena kecamatan ini tidak


termasuk kedalam rencana perubahan guna lahan untuk kawasan strategis
perdagangan dan jasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui peta
kondisi existing dan peta pertanian sesuai dengan RTRW

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

41

LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Gambar 5.5 Sebaran sawah PSP Tenggara


42

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.6 Peta Pertanian PSP Tenggara

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

43

5.5.2 Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

LAPORAN AKHIR

Kecamatan Padangsidimpuan Selatan adalah kecamatan yang memiliki luas


panen 289 Ha, dan produktivitas 1.618,4. Kecamatan Padangsidimpuan

Selatan tidak direkomendasikan sebagai sawah yang berkelanjutan hal ini


disebabkan karena produksi padi setiap tahun semakin menurun, alasan
lainnya adalah Kecamatan Padangsidimpuan sebagai kecamatan yang lebih
bergerak di sektor perdagangan dan jasa, sehingga kemungkinan besar

lahan sawah telah menjadi permukiman penduduk. Didalam RTRW juga


kecamatan ini tidak direkomendasikan sebagai kecamatan yang memiliki
potensi sawah berkelanjutan, namun kecamatan ini masih berpotensi

menjadi lahan kering (perkebunan karet). Untuk lebih jelas dapat dilihat
melalui peta dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

44

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.7 Sebaran sawah PSP Selatan

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

45

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.8 Peta Pertanian PSP Selatan

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

46

LAPORAN AKHIR

5.5.3 Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua adalah kecamatan yang memiliki


luas

panen

2.961

Ha,

dan

produktivitas

16.581,6.

Kecamatan

Padangsidimpuan Batunadua tidak direkomendasikan sebagai sawah yang


berkelanjutan hal ini disebabkan karena kecamatan ini akan menjadi

kecamatan yang tumbuh pesat sebagai perdagangan dan industri karena

adanya pembangunan jalan lingkar luar. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari
peta dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

47

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.9 Sebaran sawah PSP Batunadua

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

48

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.10 Peta Pertanian PSP Batunadua

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

49

5.5.4 Kecamatan Padangsidimpuan Utara

LAPORAN AKHIR

Kecamatan Padangsidimpuan Utara adalah kecamatan yang memiliki luas


panen 762 Ha, dan produktivitas 4.267,2. Kecamatan Padangsidimpuan
Utara tidak direkomendasikan sebagai sawah yang berkelanjutan hal ini

disebabkan karena kecamatan menjadi kecamatan yang tumbuh pesat

sebagai pusat perdagangan dan aktivitas perekonomian lainnya. Untuk


lebih jelas dapat dilihat dari peta dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

50

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.11 Sebaran sawah PSP Utara

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

51

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.12 Peta Pertanian PSP Utara

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

52

LAPORAN AKHIR

5.5.5 Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru

Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru adalah kecamatan yang memiliki


luas

panen

2.185

Ha,

dan

produktivitas

12.236.

Kecamatan

Padangsidimpuan Hutaimbaru direkomendasikan sebagai sawah yang

berkelanjutan hal ini disebabkan karena dari segi produksi padi yang besar.
Untuk lebih jelas dapat dilihat dari peta dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

53

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.13 Sebaran sawah PSP Hutaimbaru

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

54

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.14 Peta Pertanian PSP Hutaimbaru

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

55

5.5.6 Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

LAPORAN AKHIR

Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu adalah kecamatan yang


memiliki luas panen 1.883 Ha, dan produktivitas 10.544,8. Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu direkomendasikan sebagai sawah yang


berkelanjutan hal ini disebabkan karena dari segi produksi padi yang besar,
dan sesuai dengan RTRW 2011-2030 yang menyatakan bahwa pertanian

lahan basah dan lahan kering cocok dikembangkan di Kecamatan Angkola


Julu, selain itu juga Kecamatan Angkola Julu cocok sebagai pertanian lahan
kering hortikultura. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari peta dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

56

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.15 Sebaran sawah PSP Angkola Julu

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

57

LAPORAN AKHIR

Gambar 5.16 Peta Pertanian PSP Angkola Julu

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

58

5.6

LAPORAN AKHIR

Jumlah Lahan Basah di Kota Padangsdimpuan Berdasarkan


Kecamatan

Jumlah lahan di Kota Padangsidimpuan mengalami penurunan setiap tahun

kecuali pada tahun 2014 Kecamatan Hutaimbaru penurunan dari 2013 ke


2014 ada sekitar 16.4 Ha (1.31%) dan Kecamatan Padangsidimpuan
Tenggara menurun 78 Ha (3.5%) dari tahun 2012 ke 2013/2014. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :
Tabel 5.7 Penggunaan Lahan Kering

Kecamatan

2011

Padangsidimpuan Tenggara

Jumlah lahan kering(Ha)


2012

2013

2014

1425

1425

2227

2227

2305

Padangsidimpuan Batunadua

2026.879

2016.679

2016.679

2016.679

Padangsidimpuan Hutaimbaru

1385.2

1385.2

1249

1265.4

8269.079

8258.879

8217.679

8234.079

Padangsidimpuan Selatan

1408

Padangsidimpuan Utara

337

PadangsidimpuanAngkola Julu

885

total keseluruhan

Pertumbuhan lahan kering

1408
337

885

-10.2

337

885

-41.2

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka2015 (data diolah 2015)

2305

337

885

16.4

2500
2000
1500
1000
500
0

Grafik 5.17 Penggunaan Lahan Kering Berdasarkan Kecamatan

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

59

5.7

LAPORAN AKHIR

Jumlah Lahan Basah di Kota Padangsdimpuan Berdasarkan


Kecamatan

Penggunaan

lahan

basah

di

Kota

Padangsidimpuan

berdasarkan

Kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Padangsidimpuan dapat diketahui

bahwa penggunaan lahan basah di Kecamatan Padangsidimpuan


Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan adalah 2 Kecamatan

dengan penurunan penggunaan lahan basah yang lumayan besar besar, hal

ini disebakan karena Kecamatan tersebut merupakan Kecamatan yang


memiliki penduduk yang lebih besar dan kemungkinan memiliki alih fungsi
lahan yang besar juga, akibatnya lahan yang dulu adalah sawah beralih

fungsi menjadi permukiman. Kecamatan Hutaimbaru juga mengalami

penurunan lahan basah, sebagai salah satu Kecamatan dengan produksi


padi terbesar di Kota Padangsidimpuan hal ini juga bisa disebabkan karena

alih fungsi lahan. Untuk lebih jelas mengenai penggunaan lahan basah
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

kecamatan

Tabel 5.8 Penggunaan lahan basah

Padangsidimpuan Tenggara
Padangsidimpuan Selatan

jumlah lahan basah(Ha)

2011

2012

2013

2014

173

173

156

156

464

464

464

464

Padangsidimpuan Batunadua

1065

1065

1065

1065

Padangsidimpuan Hutaimbaru

849

849

985.2

968.2

4940

5059.2

5042.2

Padangsidimpuan Utara

PadangsidimpuanAngkola Julu
Total Keseluruhan

Perumbuhan lahan basah

Rata-rata penurunan (2013-2014)

1072
1317
4940
0.006

1072
1317
0

1072
1317
0.2

1072
1317

-0.003

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015 (data diolah 2015)

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

60

6000

Jumlah Lahan Basah

LAPORAN AKHIR

5000
4000
3000
2000
1000
0

Gambar Grafik 5.18 Jumlah Lahan Basah

5.8 Jumlah Irigasi Berdasarkan Kecamatan


5.8.1 Kecamatan Padangsidimpuan Utara

Kecamatan Padangsidimpuan Utara merupakan Kecamatan dengan jumlah

penduduk yang cukup besar. Untuk itu Kecamatan ini tidak memiliki
panjang irigasi yang begitu banyak. Selain itu Kecamatan Padansidimpuan
Utara lebih banyak memiliki aktivitas perdagangan sehingga pertanian

tidak begitu baik di Kecamatan ini. Jenis irigasi di Kecamatan ini memiliki

jenis irigasi sederhana dari PU dan jenis irigasi no Pu/irigasi desa.


Kelurahan panyanggar dan Kelurahan Losung Batu sebagai Kelurahan yang

memiliki panjang irigasi yang terpanjang yakni (145.3) dan (122.5). untuk
lebih jelas dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

61

Tabel 5.9 Panjang Irigasi Kecamatan Padangsidimpuan Utara

Padangsidimpuan
Utara

Kelurahan penyanggar
Kelurahan Losung Batu
Kelurahan Bonan

Dolok

Teknis

Ayumi Julu

Sederhana/pu

pu/Irigasi

145.3

Kelurahan Batang

Ayumi Jae

Teknis
0
0
0

Kelurahan Tobat

Kelurahan Kayu Ombun

Kelurahan Tano Bato

Setengah

Kelurahan Batang

0
15
14

0
0
0

Perkecamatan
145.3
122.5
13
15
14

6.7

Kelurahan Timbangan

52.8

Total

6.7

Total

13

Hujan

69.7

desa

Tadah

Kelurahan Wek I

Kelurahan Sadabuan

Non

LAPORAN AKHIR

2
0

10

240

3.5

107

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015 (diolah)

5.5
5

10

347

160
140
120

setengah teknis

100

sederhana/pu

80

non pu/irigasi desa

60

tadah hujan

40
20
0

Gambar Grafik 5.19 Jumlah Irigasi Berdasarkan Jenis PSP Utara

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

62

LAPORAN AKHIR

5.8.2 Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

Kecamatan Padangsidimpuan Selatan merupakan Kecamatan kedua

dengan jumlah penduduk yang cukup besar. Untuk itu Kecamatan ini tidak
memiliki panjang irigasi yang begitu banyak. Selain itu Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan lebih banyak memiliki aktivitas perdagangan
sehingga pertanian tidak begitu baik di Kecamatan ini. Jenis irigasi di

Kecamatan ini memiliki jenis irigasi setengah teknis, sederhana dari PU dan
jenis irigasi no Pu/irigasi desa. Kelurahan Sidangkal dan Kelurahan
Sitamiang Baru sebagai Kelurahan yang memiliki panjang irigasi yang

terpanjang yakni (57) dan (156). untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik
dan tabel dibawah ini :

Tabel 5.10 Panjang Irigasi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

Padangsidimpuan
Selatan

Kelurahan Hanopan

Kelurahan Sidangkal
Kelurahan Aek
Tampang
Kelurahan Silandit

Kelurahan Sitamiang
Kelurahan Losung

Kelurahan P Matinggi
Lestari
Kelurahan Sitamiang
baru
Total

Teknis
0

Setengah Sederhana/pu
Teknis
0

Non
Pu/Irigasi
desa
15

Tadah
Hujan
0
0

15

15

10

25

0
0

15

0
0
0
0

25

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

27
5

10
0
5

93

5
8
4
5
33

Total
Perkecamatan
15
57
10
40
18
12
4

156
156

63

LAPORAN AKHIR
30
25
20
15
10
5
0

Gambar Grafik 5.20 Jumlah Irigasi Berdasarkan Jenis PSP Selatan

5.8.3 Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara merupakan Kecamatan yang masih

memiliki sawah yang cukup luas dan produktivitas walaupun tidak


sebanyak Kecamatan Hutaimbaru dan Kecamatan Batunadua. Di
Kecamatan ini irigasi cukup merata, desa-desa yang termasuk kedalam
desa yang memiliki irigasi yang baik yakni irigasi teknis adalah Desa Huta

Padang Pk, desa ini memiliki irigasi sebanyak 26 buah teknis, 16 setengah
teknis, dan 8 non irigasi pu/irigasi desa. Kelurahan Pijor Koling, Desa

Manunggang julu memiliki total 90 buah dan Desa Goti sebanyak 120 buah.
Total irigasi di Kecamatan ini adalah 736 buah irigasi. untuk lebih jelas
dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

64

LAPORAN AKHIR

Tabel 5.11 Panjang Irigasi Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Padangsidimpuan
Tenggara
Sihitang

Teknis
5

Setengah Sederhana/pu
teknis
3

40

Pal IV Pijor Koling

10

Sigulang

10

Salambue

Huta Koje Pijor


Huta Limbong

0
0

Huta Padang Plk

26

16

Goti

20

Pijor Koling
Managen

Manunggang Jae
Labuhan Rasoki

15

20

21

60

20

10

22

20

Huta Lombang

22

Labuhan Labo

50

41

17
0

350

134

Sumber : Data Sekunder, Kota padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

40

50

25

16

12

15

10

Perkecamatan

20

Total

15

Tarutung Baru

total

desa

Hujan

15

Perkebunan P.K

Pu/Irigasi

Tadah

60

Purbatua P Koling
Manunggang Julu

Non

80
23

20
50

90

120

48

50
41

17

20

90

44

50

203

736

65

LAPORAN AKHIR

90
80
70

teknis

60

setengah teknis

50

sederhana/pu

40

non pu/irigasi desa

30

tadah hujan

20
10
0

Gambar Grafik 5.21 Jumlah Irigasi Berdasarkan Jenis PSP Tenggara

5.8.4 Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu merupakan Kecamatan ketiga di


Kota Padangsidimpuan yang memiliki produktivitas padi. Jumlah irigasi

adalah sebanyak 885 buah. Jumlah irigasi yang paling banyak adalah Desa
Rimba Soping dan Desa Joring Natobang yakni adalah sebanyak 231 buah

dan 145 buah. Kecamatan ini juga berpotensi untuk terus dikembangkan
agar bisa memiliki produktivitas yang sama atau lebih tinggi dari 2
Kecamatan lainnya yakni Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dan
Kecamatan Batunadua. untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dan tabel
dibawah ini :

Tabel 5.12 Panjang Irigasi Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

Padangsidimpuan
Angkola Julu
Simatohir

Rimba soping
Mompang

Teknis
5

Setengah Sederhana/pu
Teknis

20

16

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

35

55

20

10

32

12

Non

pu/Irigasi
desa
35

112
65

Tadah
Hujan
20

12
2

Total

Perkecamatan
105

231
115

66

Padangsidimpuan
Angkola Julu

Teknis

Batu layan

Joring lombang

Joring natobang
Simasom

Pintu langit jae

Total keseluruhan

Setengah Sederhana/pu
Teknis

0
0

41

40
40

40

0
0

15

15

260

Non

pu/Irigasi
desa

LAPORAN AKHIR

Tadah
Hujan

Total

Perkecamatan

30

25

80

145

40

88

5
7

104

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam angka 2015

70

410

0
6

70

50
53
98

885

120
100
80

teknis

60

sederhana/pu

setengah teknis
non pu/irigasi desa

40

tadah hujan

20
0
Grafik 5.22 Jumlah Irigasi Berdasarkan Jenis PSP Angkola Julu

5.8.5 Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru

Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru merupakan Kecamatan dengan


produktivitas padi tertinggi setelah Kecamatan Batunadua dengan

banyaknya irigasi yakni 849 irigasi. Desa yang memiliki irigasi terbanyak

adalah Kelurahan Lubuk Raya dan Kelurahan Hutaimbaru yakni sebanyak


210 irigasi dan 170 irigasi, selain itu Kelurahan Lembah Lubuk Manik dan

Desa Sabungan Sipabangun juga memiliki irigasi sebanyak 150 irigasi dan
PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

67

LAPORAN AKHIR

112 irigasi. untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah
ini :

Tabel 5.13 Panjang Irigasi Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru

Padangsidimpuan
Hutaimbaru
Partihaman

Teknis
0

Saroha

Setengah
teknis
40

Non

Sederhana/pu

Pu/irigasi

desa

Tadah
Hujan
0

Total

Perkecamatan
40

Hutaimbaru

170

170

Sabungan Jae

56

56

Palopat Maria

Lembah Lubuk

Manik

Sabungan

Sipabangun
Singali

Huta Padang

36

150
112
22

0
0
0
0

20

210

total

849

33

Lubuk Raya
Tinjoman

0
0

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

0
0

36

150
112
22

33

210

849

20

250
200

teknis

150

setengah teknis

100

sederhana/pu

non pu/irigasi desa

50
0

Grafik 5.23 Jumlah Irigasi Berdasarkan Jenis PSP Hutaimbaru

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

68

LAPORAN AKHIR

5.8.6 Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua merupakan Kecamatan yang

mepunyai produksi padi paling tinggi diantara keenam kecamatan lainnya.


Desa/Kelurahan yang memiliki irigasi terpanjang antara lain adalah

Kelurahan Batunadua Jae, yaitu sebesar 185 m. Desa kedua yang memiliki
irigasi terpanjang adalah desa Pudun Jae, yaitu sepanjan 173 m. Desa

ketiga yang juga mempunyai irigasi terpanjang adalah desa Ujung Gurap ,
yaitu sepanjang 100 m. Desa Purwodadi memiliki panjang irigasi sepanjang

92 m. Batunadua Julu mempunyai panjang irigasi sepanjang 90 m. Untuk


lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :

Tabel 5.14 Panjang Irigasi Kecamatan Padangsidimpuan Batua Nadua

Padangsidimpuan
Batu nadua
Purwodadi

Gunung Hasatan

Teknis
18
50

Aek Bayur

Baruas

Aek Tuhul

Pudun Jae

Pudun Julu

Batunadua Jae

Batunadua Julu
Total

15

30

10

10

100

20
34

0
9

23

28

20

Simirik

59

Teknis

37

Aek Najaji

Bargot Topong

Pu/Irigasi

55

Batang Bahal

Sederhana/pu

Siloting

70
0

15

10

100

123

423

Tadah

Setengah

Ujung Gurap

Non

20

10
0

10
1
0

Total

Perkecamatan
92
30
54
60

40

43

20

173

10

65

7.5

0
0
0

40

149

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsadimpuan dalam angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

desa

Hujan

12

60

10

39.5

43

20

63

85

185

130

1078.5

20
20
15

253.5

15
15

20
45
90

69

LAPORAN AKHIR

120
100
80

teknis

60

sederhana/pu

setengah teknis
non pu/irigasi desa

40

tadah hujan

20
0
Grafik 5.24 Jumlah Irigasi Berdasarkan Jenis PSP Batunadua

5.9 Proyeksi Konsumsi Produksi Pangan Kota Padangsidimpuan


Proyeksi Konsumsi produksi pangan Kota Padangsidimpuan

setiap

tahunnya mengalami penurunan, hal tersebut dikarenakan jumlah

penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, serta adanya alih fungsi
lahan yang semakin bertambah, jumlah permukiman dari tahun ke tahun

semakin meningkat, walaupun demikian Kota Padangsidimpuan termasuk


kedalam Kota yang masih tinggi share pertaniannya, masih banyaknya
lahan sawah serta irigasi yang baik mengakibatkan ketahanan pangan Kota

Padangsidimpuan diperkirakan masih mampu menampung kebutuhan

beras penduduk sampai dengan pada tahun 2022. Pada tahun 2022 jumlah
kebutuhan beras yakni 26.833 ton, sedangkan produksinya 25.602 pada
tahun 2022 adalah sebanyak hal itu disebabkan oleh jumlah penduduk

yang meningkat dan alih fungsi lahan yang juga bertambah. untuk lebih
jelas dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

70

Tabel 5.15 Proyeksi Konsumsi Pangan Kota Padangsidimpuan


Tahun

Jumlah

Penduduk

2010

191,531

2012

198,809

2011
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021

193,322
204,615
206,496
208561
210647
212753
214881
217029
219200
221392

Jumlah

Produksi

Beras/Tahun

59,657

37,429

62,023
71,850
67,239
53,872

60,312
57,586
51,535
49,801
49,546
44,961
42,514

223606

40,806

2024

228100

35,006

2025
2026
2027
2028
2029
2030

225842
230381
232685
235012
237362
239735
242133

Produksi

Padi (Ton)

2022
2023

Jumlah

22,984

45,079

361.40

120 kg/Thn

23,857

42,186
33,799

37,840
36,129
32,333
31,245
31,085
28,208
26,673

20,105

308.59
328.61
260.89

289.18
273.38
242.23
231.76
228.29
205.11
192.03

120 kg/Thn
120 kg/Thn
120 kg/Thn

120 kg/Thn
120 kg/Thn
120 kg/Thn
120 kg/Thn
120 kg/Thn
120 kg/Thn
120 kg/Thn

25,602

182.49

120 kg/Thn

21,963

153.47

120 kg/Thn

20,667

22,747

19,056
17,345
15,800

1,427,151
1,261,376

168.34
142.98
130.53
117.63
106.09
94.88
83.03

23,199
24,554
24,780
25,027
25,278
25,530
25,786
26,044
26,304
26,567

26,833

120 kg/Thn

27,101

120 kg/Thn

27,646

120 kg/Thn
120 kg/Thn
120 kg/Thn

120 kg/Thn
120 kg/Thn

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015 (data diolah 2015)

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

(Ton)

120 kg/Thn

32,940

25,183

Kapita/Tahun Kapita/Tahun
323.83

23,853

27,646

Konsumsi Per Kebutuhan

38,913

38,019

30,373

Produk Per

LAPORAN AKHIR

27,372
27,922
28,201
28,483

28,768
29,056

71

LAPORAN AKHIR
PROYEKSI PRODUKSI BERAS

80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000

2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030

10,000

Grafik 5.25 Proyeksi Kebutuhan Pangan Kota Padangsidimpuan 2010-2030


300000
250000
200000
150000

Jumlah Penduduk
Tahun

100000
50000
0

Grafik 5.26 Proyeksi Penduduk Kota Padangsidimpuan 2010-2030

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

72

5.10

LAPORAN AKHIR

Proyeksi Penurunan Produksi Beras

Proyeksi laju jumlah produksi padi dari tahun ketahun akan mengalami
penurunan hal ini disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan misalnya saja di
Kecamatan Batunadua yang

banyak beralih fungsi dari lahan sawah

menjadi rumah makan dan juga pergudangan. Untuk lebih jelas penurunan

produksi padi di Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel dibawah


ini :

Tabel 5.16 Proyeksi Laju Jumlah Produksi Padi


TAHUN

LAJU JUMLAH PRODUKSI PADI

2022
2023
2024

-0.04
-0.07
-0.08

2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021

2025
2026
2027
2028
2029
2030

-0.04
0.20
-0.06
-0.20
0.12
-0.05
-0.11
-0.03
-0.01
-0.09
-0.05

-0.06
-0.08
-0.09
-0.09
-0.10
-0.12

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015 (data diolah 2015)

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

73

LAPORAN AKHIR

5.11 Potensi Palawija Kota Padangsidimpuan Sebagai Alternatif


Mengatasi Rawan Pangan 2022

5.11.1 Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara memiliki produksi palawija yakni


jagung, kacang tanah dan ketela pohon. Laju produksi jagung pada tahun

2012-2014 mengalami kenaikan sebesar 1 ton pada tahun 2013, dan tetap

pada tahun 2014. Produksi jagung terbesar ada di Kelurahan Pijor Koling

dan Pal. IV Pijor Koling lebih besar (47,25 ton) Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :

Tabel 5.17 Produksi Jagung Kec. PSP Tenggara


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Desa/Kelurahan
Sihitang
Pal IV Pijor Koling
Salambue
Sigulang
Huta Koje P. Koling
Huta Limbong
Huta Padang Pk
Pijor Koling
Goti
Manegen
Manunggang Jae
Labuhan Rasoki
PurbatuaPijor
Koling
Manunggang Julu
Tarutung Baru
Huta Lombang
Perkebunan P.
Koling
Labuhan Labo
Jumlah 2014
2013
2012

Luas Panen
(Ha)
6
8
2
0.5
7.5
7.5
2
8
1.6
5
2
1.5

Produksi (ton)
26
47.25
12
2.75
45
45
12
48
10.8
25
12
7.95

Rata-rata
Produksi
4.3
5.9
6
5.5
6
6
6
6
6.75
5
6
5.3

0
4
65
65
65

0
24
372
372
371

0
6
5.4
5.4
5.7

2
2.5
1
4

12
16.25
5.8
20

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

6
6.5
5.8
5

74

LAPORAN AKHIR
70
60
50
40
30
20
10
0

Rata-rata Produksi

Sihitang
Pal IV Pijor Koling
Salambue
Sigulang
Huta Koje P. Koling
Huta Limbong
Huta Padang Pk
Pijor Koling
Goti
Manegen
Manunggang Jae
Labuhan Rasoki
PurbatuaPijor Koling
Manunggang Julu
Tarutung Baru
Huta Lombang
Perkebunan P. Koling
Labuhan Labo

Produksi (ton)

Luas Panen (Ha)

Grafik 5.27 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Jagung PSP Tenggara

Selain jagung Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara juga memiliki


produksi kacang tanah sebesar 22 ton/tahun 2014, dengan produksi

terbesar adalah Desa Menegen 2.82 ton dan Desa Huta Lombang 2.25 ton.
Hal ini juga dijadikan makanan pengganti jika nanti terjadi kerawanan
pangan dari hasil proyeksi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

75

Tabel 5.18 Produksi Kacang Tanah PSP Tenggara


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Desa
Sihitang
Pal IV Pijor Koling
Salambue
Sigulang
Huta Koje P. Koling
Huta Limbong
Huta Padang Pk
Pijor Koling
Goti
Manegen
Manunggang Jae
Labuhan Rasoki
PurbatuaPijor
Koling
Manunggang Julu
Tarutung Baru
Huta Lombang
Perkebunan P.
Koling
Labuhan Labo
Jumlah 2014
2013
2012

LAPORAN AKHIR

Luas Panen
(Ha)
1
1
0
0.25
0
0
0.5
1
2
1.66
1
1.25

Produksi (ton)
1.3
1.2
0
0.375
0
0
0.75
1.4
2.4
2.82
1.8
2

Rata-rata
Produksi
1.3
1.2
0
1.5
0
0
1.5
1.4
1.2
1.7
1.8
1.6

0
1.5
14
14
1.5

0
2.55
22
22
22

0
1.7
1.1
1.1
14

0
0.5
1.25
1.5

0
0.7
2
2.25

Sumber : Data Sekunder,Kota Padangsidmpuan dalam Angka 2015

0
1.4
1.6
1.5

7
6
5
4
3
2

Rata-rata Produksi

Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

Grafik 5.28 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Kacang Tanah PSP Tenggara

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

76

LAPORAN AKHIR

Produksi ketela pohon juga sangat baik tumbuh di Kota Padangsidimpuan


Kecamatan PSP Tenggara, produksi ketela pohon pada tahun 2012 ke 2013
menurun sebanyak 27 ton, dapat diketahui Desa yang memiliki produksi
ketela pohon terbesar adalah Desa Pal IV Pijor Koling 625 ton, serta Desa
Salambue 100 ton pada tahun 2014. Ketela pohon juga termasuk kedalam
makanan cadangan yang dapat digantikan jika terjadi kerawanan pangan di
Kota Padangsidimpuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan
grafik dibawah ini :
Tabel 5.19 Produksi Ketela Pohon Kecamatan PSP Tenggara

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Desa/Kelurahan
Sihitang
Pal IV Pijor Koling
Salambue
Sigulang
Huta Koje P. Koling
Huta Limbong
Huta Padang Pk
Pijor Koling
Goti
Manegen
Manunggang Jae
Labuhan Rasoki
PurbatuaPijor Koling
Manunggang Julu
Tarutung Baru
Huta Lombang
Perkebunan P. Koling
Labuhan Labo
Jumlah 2014
2013
2012

Luas Panen
(Ha)
5
25
4
4
0.16
0
1
3
3
2.33
0.5
2
2
3.5
1.5
1
0
0
58
58
56

Produksi (ton)
45
625
100
80
2.88
0
20
60
42.3
58.25
0.9
36
50
63
30
20
0
0
1233
1233
1260

Sumber : Data sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Ratarata
Produksi
15
25
20
20
18
0
20
20
14
25
18
18
25
18
20
20
0
0
19.7
19.7
22.31

77

LAPORAN AKHIR

700
600
500
400
300
200

Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

Sihitang
Pal IV Pijor Koling
Salambue
Sigulang
Huta Koje P. Koling
Huta Limbong
Huta Padang Pk
Pijor Koling
Goti
Manegen
Manunggang Jae
Labuhan Rasoki
PurbatuaPijor Koling
Manunggang Julu
Tarutung Baru
Huta Lombang
Perkebunan P. Koling
Labuhan Labo

100

Rata-rata Produksi

Gambar Grafik 5.29 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Ketela Pohon PSP
Tenggara

5.11.2 Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

Kecamatan Padangsidimpuan Selatan memiliki produksi palawija yakni

jagung, kacang tanah dan ketela pohon. Laju produksi jagung pada tahun

2012-2014 mengalami kenaikan sebesar 2 ton pada tahun 2013, dan 2 ton
juga pada tahun 2014. Produksi jagung terbesar ada di Kelurahan P

Matingggi Lestari sebesar 2.32 ton dan Kelurahan Sidangkal 1.39 ton.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

78

Tabel 5.20 Produksi Jagung Kecamatan PSP Selatan


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kelurahan
Hanopan
Sidangkal
Wek IV
Ujung Pandang
Aek Tampang
Padang Matinggi
Silandit
Wek V
Sitamiang
Losung
P. Matinggi
Lestari
Sitamiang Baru
Jumlah
2012
2011
2010

11
12

Luas Panen
(Ha)
0
0.5
0
0.5
1.5
2.5
0.5
0
1
1
1
0.5
9
7
4
4

Produksi (ton)
0
1.39
0
0.93
0.46
0.46
0.46
0
0.46
0.46
2.32
0.46
7.4
7.4
7.4
7.4

Sumber : Data Sekunder,Kota Padangsidiimpuan dalam Angka 2014

LAPORAN AKHIR
Rata-rata
Produksi
0
2.78
0
1.86
0.92
0.18
0.92
0
0.92
0.92
2.32
0.92
1.3
1.3
1.85
1.85

2.5
2

1.5

Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

0.5

Rata-rata Produksi

Grafik 5.30 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Jagung PSP Selatan

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

79

LAPORAN AKHIR

Produksi kacang tanah juga sangat baik tumbuh di Kec. Psp Selatan,
produksi ke kacang tanah menurun dari tahun 2010 ke tahun 2014. Dapat
diketahui Desa yang memiliki produksi Kacang tanah terbesar adalah
Kelurahan Sidangkal yakni 1.41 ton, serta Kelurahan Ujung pandang dan
Sitamian Baru sebesar 0.7 ton pertahun 2014. Kacang tanah juga termasuk
kedalam makanan cadangan yang dapat digantikan jika terjadi kerawanan
pangan di Kota Padangsidimpuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabel dan grafik dibawah ini :
Tabel 5.21 Kacang Tanah Kecamatan PSP Selatan

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kelurahan
Hanopan
Sidangkal
Wek IV
Ujung Pandang
Aek Tampang
Padang Matinggi
Silandit
Wek V
Sitamiang
Losung
P. Matinggi
Lestari
Sitamiang Baru
Jumlah
2012
2011
2010

Luas Panen
(Ha)
0
0.5
0
0.25
0.25
1
0.93
0
0.25
0
0
0.25
3.43
3.43
6
6

Produksi (ton)
0
1.41
0
0.7
0.35
0.35
0.35
0
0.35
0
0
0.7
4.2
4.2
8.4
8.4

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Rata-rata
Produksi
0
2.82
0
2.8
1.4
0.35
0.38
0
1.4
0
0
2.8
1.7
1.7
1.41
1.41

80

LAPORAN AKHIR

2.5
2

1.5
1

0.5
0

Luas Panen (Ha)


Produksi (ton)

Rata-rata Produksi

Grafik 5.31 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Kacang Tanah PSP Selatan

Produksi ketela pohon juga sangat baik tumbuh di Kecamatan PSP Selatan,
produksi ketela pohon pada tahun 2012 ke 2013 mengalami kenaikan
sebanyak 29,61 ton, dapat diketahui Kelurahan yang memiliki produksi
ketela pohon terbesar adalah Kelurahan Padang Matinggi (118.51) dan
Kelurahan P Matinggi Lestari (44.44 ton). Ketela pohon juga termasuk
kedalam makanan cadangan yang dapat digantikan jika terjadi kerawanan
pangan di Kota Padangsidimpuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabel dan grafik dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

81

Tabel 5.22 Ketela Pohon Kecamatan PSP Selatan


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kelurahan
Hanopan
Sidangkal
Wek IV
Ujung Pandang
Aek Tampang
Padang Matinggi
Silandit
Wek V
Sitamiang
Losung
P. Matinggi
Lestari
Sitamiang Baru
Jumlah
2012
2011
2010

Luas Panen
(Ha)
0
1.5
0
0.75
0
7.5
4
0
0
0
3
0
16.75
16.75
13
13

Produksi (ton)
0
22.22
0
7.41
0
118.51
29.63
0
0
0
44.44
0
222.2
222.2
192.59
192.59

LAPORAN AKHIR
Rata-rata
Produksi
0
14.81
0
9.88
0
15.8
7.41
0
0
0

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

14.81
0
12.5
12.5
14.81
14.81

140
120
100
80
60
40
20
0

Luas Panen (Ha)


Produksi (ton)

Rata-rata Produksi

Gambar Grafik 5.32 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Ketela Pohon PSP
Selatan

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

82

LAPORAN AKHIR

Kecamatan Padangsidimpuan Selatan juga memiliki kelompok usaha tani


yakni sebanyak 30 kelompok, namun jumlah ini mengalami penurunan,
pada tahun 2012 kelompok usaha tani di Kecamatan Padangsidimpuan
Selatan sebanyak 48 kelompok. Untuk mengembangkan pertanian di Kota
Padangsidimpuan sebaiknya kelompok usaha tani tetap dikontrol oleh
Dinas terkait untuk menjaga keamanan pangan di Kota Padangsidimpuan
dari segi gizi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.23 Jumlah Usaha Tani Kecamatan PSP Selatan

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kelurahan

Hanopan
Sidangkal
Wek IV
Ujung Pandang
Aek Tampang
Padang Matinggi
Silandit
Wek V
Sitamiang
Losung
P. Matinggi
Lestari
Sitamiang Baru
Jumlah
2012
2011
2010

Jumlah
KelompokTani
5
2
1
3
5
2
3
0
2
2
1
4
30
48
25
25

Jumlah Anggota
115
90
25
40
125
50
65
0
60
45

28
110
753
753
655
655

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2014

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

83

LAPORAN AKHIR

5.11.3 Kecamatan Padangsidimpuan Utara

Kecamatan Padangsidimpuan Utara memiliki produksi palawija yakni

jagung, ketela pohon, ubi rambat. Laju produksi jagung pada tahun 20122014 tidak mengalami

kenaikan dan penurunan (tetap)

2012-2014,

jumlah produksi jagung terbesar ada di Kelurahan Batang Ayumi Julu yakni

sebesar 20 ton dan Kelurahan Panyanggar 11.55 ton. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :

Tabel 5.24 Jumlah Produksi Jagung Kecamatan PSP Utara


NO
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Desa
Wek IV
Wek III
Wek II
Wek I
Batang Ayumi
Julu
Batang Ayumi
Jae
Tobat
Tano Bato
Bonan Dolok
Sadabuan
Penyanggar
Losung Batu
Kantin
Bincar
Timbangan
Kayu Ombun
Jumlah 2014
2013
2012

Luas Panen
(Ha)
0
0
0
0

Produksi (ton)
0
0
0
0

Ratarata
Produksi
0
0
0
0

0
2
1
2
0
5
1
0
0
1
0
17
17
17

0
3.84
2.02
3.78
0
11.55
2.05
0
0
1.92
0
45.16
45.16
45.16

0
1.92
2.02
1.89
0
2.31
2.05
0
0
1.92
0
2.3
2.3
2.3

20

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalamAngka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

84

LAPORAN AKHIR

25
20
15
10

Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

Wek IV
Wek III
Wek II
Wek I
Batang Ayumi Julu
Batang Ayumi Jae
Tobat
Tano Bato
Bonan Dolok
Sadabuan
Penyanggar
Losung Batu
Kantin
Bincar
Timbangan
Kayu Ombun

Rata-rata Produksi

Grafik 5.33 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Jagung PSP Utara

Produksi ketela pohon juga sangat baik tumbuh di Kecamatan


Padangsidimpuan PSP Utara, dapat diketahui Kelurahan yang memiliki
produksi ketela pohon terbesar adalah Kelurahan Batang Ayumi Julu
memiliki produksi (30 ton) Ketela pohon juga termasuk kedalam makanan
cadangan yang dapat digantikan jika terjadi kerawanan pangan di Kota
Padangsidimpuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan grafik
dibawah ini :
Tabel 5.25 Jumlah Produksi Ketela Pohon Kecamatan PSP Utara

NO
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11
12

Kelurahan
Wek IV
Wek III
Wek II
Wek I
Batang Ayumi
Julu
Batang Ayumi
Jae
Tobat
Tano Bato
Bonan Dolok
Sadabuan
Penyanggar
Losung Batu

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Luas Panen
(Ha)
0
0
0
0

Produksi (ton)
0
0
0
0

Ratarata
Produksi
0
0
0
0

0
1
1
1
1
1
4

0
15
0
0
0
0
0

0
15
0
0
0
0
0

30

15

85

LAPORAN AKHIR

NO
13
14
15
16

Kelurahan
Kantin
Bincar
Timbangan
Kayu Ombun
Jumlah 2014
2013
2012

Luas Panen
(Ha)
0
0
1
0
12
12
12

Produksi (ton)
0
0
0
0
45
0
0

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

Ratarata
Produksi
0
0
0
0
15.0
15
0

35
30
25
20
15
10
5

Wek IV
Wek III
Wek II
Wek I
Batang Ayumi Julu
Batang Ayumi Jae
Tobat
Tano Bato
Bonan Dolok
Sadabuan
Penyanggar
Losung Batu
Kantin
Bincar
Timbangan
Kayu Ombun

Luas Panen (Ha)


Produksi (ton)

Rata-rata Produksi

Grafik 5.34 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Ketela Pohon PSP Utara

Produksi ubi rambat merupakan palawija yang dapat dijadikan produksi gizi
untuk mengatasi kerawanan di Kota Padangsidimpuan. Desa yang memiliki
produksi ubi rambat terbesar adalah Kelurahan Bonan Dolok 12 ton. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

86

LAPORAN AKHIR

Tabel 5.26 Jumlah Produksi Ubi Rambat Kecamatan PSP Utara


NO
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Desa
Wek IV
Wek III
Wek II
Wek I
Batang Ayumi
Julu
Batang Ayumi
Jae
Tobat
Tano Bato
Bonan Dolok
Sadabuan
Penyanggar
Losung Batu
Kantin
Bincar
Timbangan
Kayu Ombun
Jumlah 2014
2013
2012

Luas Panen
(Ha)
0
0
0
0

Produksi (ton)
0
0
0
0

Rata-rata
Produksi
0
0
0
0

0
1
1
2
1
2
1
0
0
1
0
10
10
10

0
6
6
12
0
0
0
0
0
0
0
30
0
0

0
6
6
6
0
0
0
0
0
0
0
6
15
0

Sumber : Data Sekunder, Kota PAdangsidimpuan dalam Angka 2015

14
12
10
8
6
4

Luas Panen (Ha)

Rata-rata Produksi

Produksi (ton)

Wek IV
Wek III
Wek II
Wek I
Batang Ayumi Julu
Batang Ayumi Jae
Tobat
Tano Bato
Bonan Dolok
Sadabuan
Penyanggar
Losung Batu
Kantin
Bincar
Timbangan
Kayu Ombun

Grafik 5.35 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Ubi Rambat PSP Utara

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

87

LAPORAN AKHIR

Kecamatan Padangsidimpuan Utara juga memiliki kelompok usaha tani


yakni sebanyak 24 kelompok Untuk mengembangkan pertanian di Kota
Padangsidimpuan sebaiknya kelompok usaha tani tetap dikontrol oleh
Dinas terkait untuk menjaga keamanan pangan di Kota Padangsidimpuan
dan sebaiknya Kecamatan ini melakukan hidroponik karena termasuk
kedalam kota yang memiliki tingkat penduduk yang tinggi. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.27 Jumlah Usaha Tani Kecamatan PSP Utara
NO
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Desa

Wek IV
Wek III
Wek II
Wek I
Batang Ayumi
Julu
Batang Ayumi
Jae
Tobat
Tano Bato
Bonan Dolok
Sadabuan
Penyanggar
Losung Batu
Kantin
Bincar
Timbangan
Kayu Ombun
Jumlah 2014
2013
2012

Jumlah
KelompokTani
0
0
1
1

Jumlah Anggota

1
1
1
2
1
5
5
0
0
2
2
24
24
24

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

0
0
19
18
75

49
22
35
39
19
229
133
0
0
45
35
718
718
718

88

LAPORAN AKHIR

5.11.4 Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru

Kecamatan Padangsidimpuan Utara memiliki produksi palawija yakni

jagung, kacang tanah, ketela pohon, ubi rambat. Laju produksi jagung
pada tahun 2011-2014 tidak mengalami kenaikan dan penurunan (tetap)

Tahun 2014, jumlah produksi jagung terbesar ada di Partihaman Saroha


sebesar 45.5 ton, dan Desa Sabungan Sipabangun 39 ton. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :

Tabel 5.28 Produksi Jagung Hutaimbaru


NO
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10

Desa/Kelurahan
Partihaman
Saroha
Hutaimbaru
Palopat Maria
Sabungan Jae
Lembah Lubuk
Manik
Sabungan
Sipabangun
Singali
Huta Padang
Lubuk Raya
Tinjoman
Jumlah
2013
2012
2011

Luas Panen
(Ha)

Produksi (ton)

Rata-rata
Produksi

30

7
7
5
5

6
3
4
5
5
52
52
52
52

45.5
42
34
35

39
21
32
35
32.5
346
346
346
346

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

6.5
6
6.8
7

6.5
7
8
7
6.5
6.7
6.7
6.7
6.7

89

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

LAPORAN AKHIR

Luas Panen (Ha)


Produksi (ton)

Rata-rata Produksi

Grafik 5.36 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Jagung PSP Hutaimbaru

Produksi kacang tanah juga sangat baik tumbuh di Kecamatan PSP


Hutaimbaru, produksi kacang tanah tidak mengalami kenaikan dan
penurunan dari tahun 2011-2014. Dapat diketahui Desa yang memiliki
produksi Kacang tanah terbesar adalah Desa Huta Padang (5.7 ton) dan
Desa Partihaman Saroha (4.75 ton), Kacang tanah juga termasuk kedalam
makanan cadangan yang dapat digantikan jika terjadi kerawanan pangan di
Kota Padangsidimpuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan
grafik dibawah ini :

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

90

LAPORAN AKHIR

Tabel 5.29 Produksi Kacang Tanah Kecamatan PSP Hutaimbaru


NO
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10

Desa/Kelurahan
Partihaman
Saroha
Hutaimbaru
Palopat Maria
Sabungan Jae
Lembah Lubuk
Manik
Sabungan
Sipabangun
Singali
Huta Padang
Lubuk Raya
Tinjoman
Jumlah
2013
2012
2011

Luas Panen
(Ha)

Produksi (ton)

Rata-rata
Produksi

2.25

3.6

1.6

2.5
2.5
1.5
2.25

2.75
2.5
3
1.5
2.75
23.5
23.5
23.5
23.5

4.75
4.5
3
5

4.68
4.5
5.7
3
5.5
44.23
44.23
44.23
44.23

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

1.9
1.8
2
2

1.7
1.8
1.9
2
2
1.87
1.87
1.87
1.87

6
5
4
3
2

Luas Panen (Ha)

Rata-rata Produksi

Produksi (ton)

Grafik 5.37 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Kacang Tanah PSP Hutaimbaru

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

91

LAPORAN AKHIR

Produksi ketela pohon juga sangat baik tumbuh di Kecamatan

Padangsidimpuan Hutaimbaru, dapat diketahui Desa/Kelurahan yang

memiliki produksi ketela pohon terbesar adalah Kel. Lembah Lubuk Manik
memiliki produksi (43 ton) Ketela pohon juga termasuk kedalam makanan
cadangan yang dapat digantikan jika terjadi kerawanan pangan di Kota

Padangsidimpuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan grafik
dibawah ini

Tabel 5.30 Produksi Ketela Pohon Kecamatan PSP Hutaimbaru


NO
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10

Desa
Partihaman
Saroha
Hutaimbaru
Palopat Maria
Sabungan Jae
Lembah Lubuk
Manik
Sabungan
Sipabangun
Singali
Huta Padang
Lubuk Raya
Tinjoman
Jumlah
2013
2012
2011

Luas Panen
(Ha)

Produksi (ton)

Rata-rata
Produksi

4.3

43

10

3
4
1.7
3
3
3
3
3
4
32
32
32
32

24
34
15.3
25.5
28.5
33
24
28.5
32
288
288
288
288

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

8
8.5
9
8.5
9.5
11
8
9.5
8
9
9
9
9

92

LAPORAN AKHIR

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Luas Panen (Ha)


Produksi (ton)

Rata-rata Produksi

Grafik 5.38 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Ketela pohon PSP Hutaimbaru

Produksi ubi rambat

juga sangat baik tumbuh di Kecamatan

Padangsidimpuan Hutaimbaru, dapat diketahui Desa/Kelurahan yang


memiliki produksi Ubi rambat adalah Kel. Hutaimbaru memiliki produksi

(16 ton) Ketela pohon juga termasuk kedalam makanan cadangan yang

dapat digantikan jika terjadi kerawanan pangan di Kota Padangsidimpuan.


Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :
Tabel 5.31 Produksi Ubi Rambat Hutaimbaru
NO
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10

Desa
Partihaman
Saroha
Hutaimbaru
Palopat Maria
Sabungan Jae
Lembah Lubuk
Manik
Sabungan
Sipabangun
Singali
Huta Padang
Lubuk Raya
Tinjoman
Jumlah

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Luas Panen
(Ha)

Produksi (ton)

Ratarata
Produksi

0.75

0.8
2
0.7
0.5

1.5
0.75
0
1
1
9

5.92
16
4.9
3.75
12
5.62
0
8
7.5
70

7.4
8
7
7.5
8
7.5
0
8
7.5
8

93

LAPORAN AKHIR

NO

Desa

2013
2012
2011

Luas Panen
(Ha)
9
9
9

Produksi (ton)
70
70
70

Sumber : Data Sekunder, Kota PAdangsidimpuan dalam Angka 2015

18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Ratarata
Produksi
8
8
8

Luas Panen (Ha)


Produksi (ton)

Rata-rata Produksi

Grafik 5.39 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Ubi Rambat PSP Hutaimbaru

Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru juga memiliki kelompok usaha


tani yakni sebanyak 56 kelompok Untuk mengembangkan pertanian di
Kota Padangsidimpuan sebaiknya kelompok usaha tani tetap dikontrol oleh
Dinas terkait untuk menjaga kemanan pangan di Kota Padangsidimpuan
dari segi gizi, kelompok usaha tani di Kecamatan PSP Hutaimbaru agar
tetap terus didukung, hal ini dikarenakan kecamatan ini merupakan
kecamatan yang sesuai dengan pengembangan pertanian berdasarkan
RTRW Kota Padangsidimpuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 5.32 Jumlah Kelompok Usaha Tani Kecamatan PSP Hutaimbaru
NO
1
2
3

Desa/Kelurahan

Partihaman
Saroha
Hutaimbaru
Palopat Maria

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Jumlah
KelompokTani

Jumlah Anggota

3
9
8

90
339
63
94

NO
4
5

6
7
8
9
10

Desa/Kelurahan

Sabungan jae
Lembah Lubuk
Manik
Sabungan
Sipabangun
Singali
Huta Padang
Lubuk Raya
Tinjoman
Jumlah
2013
2012
2011

Jumlah
KelompokTani
7

LAPORAN AKHIR

Jumlah Anggota

7
4
4
3
3
56
56
56
56

133
67

137
53
80
400
150
1512
1512
1512
1512

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

5.11.5 Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Juulu merupakan kecamatan yang


direkomendasikan sebgai Kecamatan yang termasuk kedalam hortikultura,
kecamatan memiliki produksi palawija yakni jagung, kacang tanah, ketela

pohon dan ubi rambat. Produksi jagung di kecamatan ini sebanyak 51 ton.
Dengan jumlah produksi terbesar adalah Desa Simatohir sebanyak 9 ton
dan Desa Jorong Natobang serta Pintu Langit Jae 9 ton serta Pintu Langit
Jae 9 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 5.33 Produksi Jagung Kecamatan PSP Angkola Julu

NO
1
2
3
4
5
6
7
8

Desa
Simatohir
Rimba Soping
Mompang
Batu Layan
Joring Lombang
Joring Natobang
Simasom
Pintu Langit Jae
Jumlah 2014
2013
2012

Luas Panen
(Ha)
3
2
2
1
2
3
1
3
17
17
17

Produksi (ton)
9
6
6
3
6
9
3
9
51
51
51

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Rata-rata
Produksi
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

95

LAPORAN AKHIR

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Luas Panen (Ha)


Produksi (ton)

Rata-rata Produksi

Grafik 5.40 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Jagung PSP Angkola Julu

Produksi kacang tanah di Kecamatan PSP Angkola Julu memiliki produksi


pertahun sebesar 1.5 ton, dengan produksi terbesar adalah Desa Pintu
Langit Jae yakni 0.5 ton dan Desa Rimba Soping 0.5 ton. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :
Tabel 5.34 Produksi Kacang Tanah

NO
1
2
3
4
5
6
7
8

Desa
Simatohir
Rimba Soping
Mompang
Batu Layan
Joring Lombang
Joring Natobang
Simasom
Pintu Langit Jae
Jumlah 2014
2013
2012

Luas Panen
(Ha)
0
1
0
0
0.5
0
0.5
1
3
3
3

Produksi (ton)
0
0.5
0
0
0.25
0
0.25
0.5
1.5
1.5
1.5

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Rata-rata
Produksi
0
0.5
0
0
0.5
0
0.5
0.5
2
2
2

96

LAPORAN AKHIR

1.2
1

0.8
0.6

Luas Panen (Ha)

0.4

Produksi (ton)

0.2

Rata-rata Produksi

Grafik 5.41 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Kacang Tanah PSP Angkola
Julu

Produksi ketela pohon di Kecamatan PSP Angkola Julu memiliki produksi


pertahun sebesar 28 ton, dengan produksi terbesar adalah Desa Pintu
Langit Jae yakni 6 ton dan Desa Joring Lombang 6 ton. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :
Tabel 5.35 Produksi Ketela Pohon Kecamatan PSP Angkola Julu

NO
1
2
3
4
5
6
7
8

Desa
Simatohir
Rimba Soping
Mompang
Batu Layan
Joring Lombang
Joring Natobang
Simasom
Pintu Langit Jae
Jumlah 2014
2013
2012

Luas Panen
(Ha)
1
1
2
1
3
2
1
3
14
14
14

Produksi (ton)
2
2
4
2
6
4
2
6
28
28
28

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Rata-rata
Produksi
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

97

LAPORAN AKHIR

7
6
5
4
3
2
1
0

Grafik 5.42 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Kacang Ketela Pohon PSP
Angkola Julu

Produksi ubi rambat di Kecamatan PSP Angkola Julu memiliki produksi


pertahun sebesar 4 ton, dengan produksi terbesar adalah Desa Mompang
yakni 1 ton dan Desa Joring Lombang 1 ton. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel dan grafik dibawah ini :
Tabel 5.36 Produksi Ubi Rambat

NO
1
2
3
4
5
6
7
8

Desa
Simatohir
Rimba Soping
Mompang
Batu Layan
Joring Lombang
Joring Natobang
Simasom
Pintu Langit Jae
Jumlah 2014
2013
2012

Luas Panen
(Ha)
0
0
1
0
1
0.5
0.5
1
4
4
4

Produksi (ton)
0
0
1
0
1
0.5
0.5
1
4
4
4

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

Ratarata
Produksi
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1

98

LAPORAN AKHIR

1.2
1

0.8
0.6

Luas Panen (Ha)

0.4

Produksi (ton)

0.2

Rata-rata Produksi

Grafik 5.43 luas panen, produksi dan Rata-rata Produksi Ubi Rambat PSP Angkola Julu

Kecamatan Padangsidimpuan Angkola julu memiliki kelompok usaha tani


yakni sebanyak 63 kelompok. Untuk mengembangkan pertanian di Kota
Padangsidimpuan sebaiknya kelompok usaha tani tetap dikontrol oleh
Dinas terkait untuk menjaga kemanan pangan di Kota Padangsidimpuan ,
kelompok usaha tani di KecamatanAngkola julu agar tetap terus didukung,
hal ini dikarenakan kecamatan ini merupakan kecamatan yang sesuai
dengan
pengembangan
pertanian
berdasarkan
RTRW
Kota
Padangsidimpuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.37 Jumlah Kelompok Usaha Tani Kecamatan PSP Angkola Julu
NO
1
2
3
4
5
6
7
8

Desa

Simatohir
Rimba Soping
Mompang
Batu Layan
Joring Lombang
Joring Natobang
Simasom
Pintu Langit Jae
Jumlah 2014
2013
2012

Jumlah
Kelompok Tani
8
8
8
7
8
8
8
8
63
63
63

Jumlah Anggota
114
266
235
196
273
237
241
357
1919
1919
1919

Sumber : Data Sekunder, Kota Padangsidimpuan dalam Angka 2015

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

99

LAPORAN AKHIR

BAB vI
STRATEGI KETAHANAN
PANGAN

Adapun strategi ketahanan pangan Kota Padangsidimpuan adalah sebagai


berikut :

6.1 Lokasi Pemusatan Potensi

Lokasi pemusatan potensi Kota Padangsidimpuan berdasarkan perda dari

RTRW dapat diketahui bahwa sesuai pasal 41 kawasan peruntukan


pertanian terdiri atas :

a. Pertanian lahan basah di areal persawahan yang terdapat di

Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru sesuai dengan RTRW

yakni Kecamatan Hutaimbaru memiliki lahan basah 500,18 Ha,

sementara Kecamatan PSP Batunadua 185,75 Ha. Kecamatan


Padangsidimpuan Tenggara, dan Kecamatan Angkola Julu (terutama
pada daerah irigasi (irigasi Paya Sordang di PSP Tenggara)

b. Pertanian lahan kering diarahkan pada bagian utara Kota


(Padangsidimpuan Hutaimbaru), tanaman hortikultura (Angkola

julu) dan perkebunan karet yang terdapat di Kecamatan


Padangsidimpuan Tenggara dan Padangsidimpuan Selatan

Lokasi pemusatan kawasan strategis ekonomi pada pasal 42 ayat


(1) huruf c yakni peruntukan Perkebunan yakni :

1) Kawasan agrowisata dan agropolitan (Desa Pintu Langit Jae, Joring


Lombang, Joring Natobang, Simasom Kecamatan Angkola Julu dan Huta

Padang, Lembah Lubuk Raya Kecamatan Hutaimbaru). Lokasinya yang


berada pada dataran tinggi dengan lahan yang subur sangat berpotensi
untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian hortikultura.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

100

6.2 Pengembangan Lokasi Pemusatan Potensi (Teori AT. Mosher)

LAPORAN AKHIR

Pengembangan lokasi pemusatan potensi haruslah bersifat progresif dari

hasil komoditas-komoditas pertanian dan didukung oleh pengembangan


pertanian

lainnya.

AT.

Mosher

mengatakan

bahwa

jika

ingin

mengembangan lokasi pemusatan potensi pertanian maka ada dua bagian


yang harus diperhatikan yakni sebagai berikut :
a.

Syarat pokok

Jika ingin mengembangkan pertanian yang baik dan berkelanjutan maka


harus memenuhi syarat pokok diantaranya adalah :

1)
2)

1)

Pasar

Pusat pasar hasil komoditas pertanian baik hasil sawah (padi), maupun
hasil dari hortikultura

Pusat pasar alat-alat pertanian (cangkul, sabit)


Sarana Produksi, berkaitan erat dengan

Perbaikan jalan usaha tani, dalam mengatasi ketahanan pangan di

Kota Padangsidimpuan maka sebaiknya jalan usaha tani difokuskan


kepada kecamatan-kecamatan yang memiliki produksi padi terbesar
yakni

Kecamatan

Padangsidimpuan
2)
3)
4)

1)

2)

Padangsidimpuan
Hutaimbaru,

Angkola

Kecamatan

Tenggara, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.

Julu,

Kecamatan

Padangsidimpuan

Balai benih utama tanaman pangan difokuskan pada satu kecamatan


saja

Balai benih penyuluh pertanian untuk masing-masing kecamatan


Pengadaan hand tractor, power tresher, corn seller
Teknologi, berkaitan erat dengan :
Percobaan

pengujian

cara-cara

bertani

yang

menguntungkan

sebaiknya bekerjasama dengan pihak universitas atau litbang misalnya


saja pertanian kota dengan cara hidroponik

Bekerjasama dengan jasa-jasa dinas penyuluhan pertanian tentang


penggunaan teknologi baru pertanian

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

101

b.

LAPORAN AKHIR

Syarat Pelancar

Syarat pelancar merupakan syarat pelengkap dari kegiatan pertanian, jika


ingin

mengembangkan

pertanian

yang

berkelanjutan

di

Kota

Padangsidimpuan maka syarat pelancar yang harus dilakukan adalah


sebagai berikut :

Kredit Produksi (Modal Usaha Pertanin)

Kredit produksi berupa pinjaman dari koperasi yang dikelola oleh


Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan Pasar dalam bentuk perkreditan
rakyat untuk pemenuhan biaya produksi seperti pupuk, biaya garapan,

pemeliharaan, bibit, dll

Perubahan Kultur/budaya

Sebagai daerah yang masih memiliki kekerabatan yang erat, Kota


Padangsdimpuan dapat melakukan kerjasama dan saling membantu

dalam proses penanaman padi hingga panen raya. Kegiatan gotong


royong yang dilakukan dalam proses menambah produksi dengan cara

saling membantu membersihkan irigasi sawah, dengan demikian maka


dipastikan produksi padi akan meningkat. Perubahan kultur juga dapat

dilakukan dengan cara pada hari tertentu nasi sebagai makanan pokok
diganti dengan ubi kayu. Perubahan kultur atau budaya ini juga dapat
dilakukan dengan cara pada saat pemerintah daerah mengadakan
rapat sebaiknya mengganti kue kotak dengan kue-kue tradisional hasil
dari pertanian Kota Padangsidimpuan seperti ubi kayu, ubi rambat dll
6.3 Strategi Peningkatan Produksi Pangan

Dalam meningkatkan produksi pangan dapat dilakukan dengan intensifikasi


dan diversifikasi

Intensifikasi pertanian merupakan suatu cara untuk meningkatkan

hasil pertanian dengan cara pemanfaatan teknologi yang tepat.


Intensifikasi pertanian dilakukan dengan penggunaan bibit unggul,

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

102

LAPORAN AKHIR

pupuk berimbang, pupuk organik serta proteksi pertanaman dalam

pengelolaan lahan pertanian

Diversifikasi produksi dan konsumsi pangan

Diversifikasi produksi pangan merupakan aspek yang sangat


penting dalam menjaga ketahanan pangan dan bermanfaat bagi

upaya peningkatan pendapatan petani. Ada dua bentuk diversifikasi


1)

dalam mendukung ketahanan pangan yakni :

Diversifikasi horizontal : mengembangkan usaha tani komoditas

unggulan, serta mengembangkan usaha tani komoditas lainnya


dengan cara pengoptimalan pemanfaatan sumber daya alam, modal,

2)

serta tenaga kerja


Diversifikasi

regional

mengembangkan

komoditas

unggulan

pertanian pada spesifik lokasi misalnya saja lahan kering dan lahan
basah. Lahan basah difokuskan pada Kecamatan Padangsidimpuan

Hutaimbaru, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, dan Kecamatan


Angkola Julu. Serta Pertanian lahan kering diarahkan pada bagian

Kecamatan Padangsdimpuan Hutaimbaru, Kecamatan Angkola Julu


(tanaman hortikultura)

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

103

BAB vIII
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI

LAPORAN AKHIR

7.1 Kesimpulan

Dari hasil Penyusunan Indikator dan Pemetaan Rawan Pangan di Kota


Padangsidimpuan ada beberapa kesimpulan diantaranya adalah :

1) Kota Padangsidimpuan saat ini merupakan Kota yang masih memiliki


surplus beras. Hal ini dikarenakan jumlah produksi masih melebihi
kebutuhan beras oleh penduduk Kota Padangsidimpuan

2) Produksi beras tertinggi berada pada 3 Kecamatan di Kota


Padangsidimpuan yakni Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua yakni

sebesar 16.581,60 ton, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru


sebesar 12.236 ton, dan Kecamatan PSP Angkola Julu 10.544,8 ton.

3) Berdasarkan hasil scoring dari matriks 4 faktor 11 indikator rawan

pangan (produksi, kependudukan, fasilitas, wilayah) dapat diketahui

bahwa score terendah yakni pada Kecamatan PSP Angkola Julu dan
Kecamatan PSP Hutaimbaru. Walaupun kedua kecamatan ini termasuk

kedalam kecamatan tahan pangan dari faktor produksi pangan namun

harus diperhatikan dari segi kependudukan (kemiskinan, gizi, angka

harapan bayi, kematian bayi, akses ke puskesmas) serta fasilitas (akses


air bersih dan akses listrik)

4) Ketahanan pangan Kota Padangsidimpuan mengalami kerawanan


pangan pada tahun 2022 dari hasil perhitungan swasembada beras.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

104

LAPORAN AKHIR

7.2 Saran

Dari hasil Penyusunan Indikator dan Pemetaan Rawan pangan di Kota


Padangsidimpuan ada beberapa saran diantaranya adalah :

1) Pertanian lahan basah di areal persawahan dapat dilakukan di


Kecamatan

Padangsidimpuan

Hutaimbaru,

Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara, dan Kecamatan Angkola Julu (terutama


pada daerah irigasi Paya Sordang yang terletak di PSP Tenggara).

2) Pertanian lahan kering dapat dilakukan di Kecamatan Padangsdimpuan


Hutaimbaru, Kecamatan Angkola julu sebagai tanaman hortikultura

3) Pengadaan lahan sawah berkelanjutan bisa dilakukan di Kota

Padangsidimpuan dengan cara tidak dilakukannya pengalihfungsian


lahan, serta penguatan teknologi pertanian yang sangat berkaitan erat

dengan pengadaan infrastruktur pertanian seperti perbaikan jalan


usaha tani dan irigasi, bibit, benih serta yang berkaitan dengan
infrastruktur pertanian lainnya

4) Secara berkelanjutan dilakukan studi yang berkaitan tentang pertanian


oleh Dinas Pertanian Kota Padangsidimpuan dan Badan Ketahanan
Pangan yang bekerjasama dengan pihak universitas atau litbang

5) Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Selatan dapat melakukan


pertanian hidrponik atau yang dikenal dengan pertanian kota, dan

dapat dilakukan juga untuk daerah yang memiliki permukiman serta


daerah terbangun lainnya.

6) Sebaiknya Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu dan Kecamatan


Hutaimbaru difokuskan untuk perbaikan indikator rawan pangan

seperti pengurangan kemiskinan, perhatian terhadap gizi, pengurangan

angka harapan bayi, dan pembangunan akses ke puskesmas yang lebih


dekat

7) Untuk faktor fasilitas sarana dan prasarana ketahanan pangan seperti

akses air bersih sebaiknya pemerintah daerah Kota Padangsidimpuan


mulai melakukan pengaliran air bersih ke semua Kecamatan.

PENYUSUNAN INDIKATOR DAN PEMETAAN RAWAN PANGAN

105

Anda mungkin juga menyukai