TESIS
DAVERIUS MAARANG
0806424264
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
DEPOK
JULI 2011
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar magister teknik
DAVERIUS MAARANG
0806424264
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
DEPOK
JULI 2011
ii
Universitas Indonesia
Nama
: Daverius Maarang
NPM
: 0806424264
Tanda Tangan
Tanggal
: Juli 2011
iii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
: Daverius Maarang
NPM
: 0806424264
Program Studi
: Teknik Elektro
Judul Tesis
: Rancang
Bangun
LNA
untuk
Automatic
Dependent
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
Penguji
Penguji
Penguji
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: Juli 2010
iv
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Teknik
Program Studi Teknik Elektro pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi penulis
untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
(1) Ir. Gunawan Wibisono, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga,
Firmansyah
S.T
yang
telah
memberikan
semangat
dalam
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
Universitas Indonesia
Nama
: Daverius Maarang
NPM
: 0806424264
: Teknik Elektro
Fakultas
: Teknik
Jenis Karya
: Tesis
ini
Universitas
mengalihmediakan/formatkan,
Indonesia
mengelola
dalam
berhak
bentuk
menyimpan,
pangkalan
data
(Daverius Maarang)
vi
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama
: Daverius Maarang
Rancang
Bangun
LNA
untuk
Automatic
Dependent
ADS-B merupakan salah satu peralatan yang menjadi pelengkap peralatan radar
yang bekerja pada frekuensi 1090 MHz agar dapat menjangkau daerah yang sulit
karena letak geografis. Salah satu modul penyusun sistem peralatan ADS-B yaitu
low noise amplifier (LNA). Untuk aplikasi radar ADS-B diperlukan LNA yang
memiliki gain dan kestabilan yang tinggi dengan NF dan return loss yang rendah.
Untuk memperoleh hal tersebut maka pada penelitian ini dirancang LNA
menggunakan transistor FET-NE3210S01 dengan bias DC, VDS = 2 V dan ID =
10 mA agar memperoleh gain yang tinggi dengan noise figure rendah. Sementara
itu, digunakan dual-stub pada rangkaian matching impedansinya untuk
menurunkan nilai return loss dan VSWR. Hasil perancangan rangkaian LNA
dengan single-stub matching memiliki keluaran gain (S21) = 17,081 dB, input
koefisien pantul (S11) = 21.144 dB, noise figure = 1.954 dB, VSWR = 1,192 dan
stability factor (K) = 1,7. Sementara itu, hasil perancangan rangkaian LNA
dengan multi-stub matching memiliki keluaran lebih baik, yaitu gain (S21) =
20,59 dB, input koefisien pantul (S11) = 62,120 dB, noise figure = 0.787 dB,
VSWR = 1,002 dan stability factor (K) = 1,17. Hasil perancangan dan simulasi
rangkaian LNA dengan single-stub matching memiliki keluaran gain (S21) = 3,3
dB, input koefisien pantul (S11) = 6.3 dB, VSWR = 2.6.Sementara itu, hasil
pengukuran rangkaian LNA dengan dual-stub matching memiliki keluaran lebih
baik, yaitu gain (S21) = 5,97 dB, input koefisien pantul (S11) = 15.2 dB, VSWR =
1.5. Terlihat bahwa LNA dengan dual-stub matching memiliki hasil keluaran yang
lebih baik, peningkatan gain dikarenakan penggunaan dual-stub matching
sehingga terjadi penurunan koefisien pantul dan VSWR.
vii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Nama
: Daverius Maarang
Rancang
Bangun
LNA
untuk
Automatic
Dependent
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
ii
iii
iv
ABSTRAK ......
vi
ABSTRACT ....
vii
viii
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN ..
2.1.1 Radar ..
11
13
14
15
17
viii
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
Universitas Indonesia
18
18
19
19
20
21
23
24
24
23
31
24
33
33
34
34
36
38
40
35
36
40
35
47
47
48
49
51
52
53
54
ix
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
Universitas Indonesia
DAFTAR - LAMPIRAN
....................
54
54
64
Lampiran 3 Rangkaian 2 ..
65
x
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
Universitas Indonesia
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 3.1
34
Tabel 3.2
35
Tabel 3.3
38
Tabel 3.4
39
Tabel 3.5
42
xi
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
Universitas Indonesia
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
10
Gambar 3.1
33
Gambar 3.2
34
Gambar 3.3
32
Gambar 3.4
Pemeriksaan DC bias ..
36
Gambar 3.5
37
Gambar 3.6
41
Gambar 3.7
43
Gambar 3.8
44
Gambar 3.9
45
Gambar 4.1
47
Gambar 4.2
48
Gambar 4.3
48
Gambar 4.4
49
Gambar 4.5
50
Gambar 4.7
51
Gambar 4.7
51
Gambar 4.7
51
xii
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem otomasi pemanduan lalu lintas udara Air Traffic Control (ATC)
diruang udara Jakarta dikenal dengan istilah Jakarta Automated Air Traffic
Control System (JAATS) yang terpasang di Bandara Soekarno Hatta. Pada sistem
ATC inputanberasal dari peralatan pengamatan sensor yang berupa : Primary
Surveillance Radar (PSR), Secondary Surveillance Radar(SSR), Mono Pulse SSR
(MSSR), Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B), Automatic
Dependent Surveillance-Contract (ADS-C), dan Multilateration (MLAT). ADS-B
merupakan salah satu peralatan yang menjadi pelengkap peralatan radar agar
dapat menjangkau daerah yang sulit karena letak geografis. ADS-B adalah
perangkat penerima (receiver) yang bekerja pada frekuensi 1090 MHz [1].
Universitas Indonesia
LNA digunakan untuk menguatkan sinyal dengan nilai noise yang tetap
kecil. Beberapa pertimbangan utama dalam desain LNA diantaranya stabilitas
(K), gain, bandwidth (BW), noise figure (NF), bias DC, return loss dan voltage
standing wave ratio (VSWR). Semua faktor tersebut sangat berkaitan dengan
komponen transistor yang digunakan [3][4]. Semetara itu, nilai return loss dan
VSWR dapat ditekan dengam mengoptimasi matching impedansinya[4][5]. Nilai
return loss dan VSWR menjadi sangat penting karena sinyal radar yang diterima
memiliki power yang kecil [2][6].
Beberapa perancangan LNA yang telah ada diantaranya dilakukan oleh Che
Halim [7], yang merancang LNA pada frekuensi 5-6 GHz, dengan nilai
input/output return loss < - 10dB. Gain = 17 dB and NF = 1,16 dB. LNA ini
menggunakan rangkaian matching berupa komponen lumped.
Sementara itu, Mashury Wahab [8], merancang sebuah LNA FM-CW
RADAR yang bekerja pada frekuensi 9.370 9.430 MHz menggunakan singlestub matching. Gain yang dihasilkan sebesar 17.5 dB dengan noise figure 2 dB
dan K > 1. Akan tetapi rangkaian LNA yang dihasilkan memiliki nilai return loss
dan VSWR yang tinggi.
Perancangan yang dilakukan oleh Norhapizin [9], membahas tentang LNA
untuk aplikasi wireless yang menggunakan teknologi 0.15 m GaAS pHEMT.
LNA dirancang dengan memanfaatkan topologi cascode yang menggunakan
teknik feedback untuk stabilitas yang lebih baik. LNA ini diaplikasikan pada
frekensi 2,4 GHz dengan supply voltage 3 V dan menghasilkan gain 23 dB, dan
return loss sebesar 12 dB.
Dari berbagai penelitian dengan berbagai metode yang diusulkan [7][8][9],
terlihat bahwa nilai gain dan NF sangat dipengaruhi oleh jenis transistor dan DC
bias yang digunakan, dan nilai VSWR juga return loss dipengaruhi oleh matching
impedansinya.
Untuk aplikasi radar ADS-B diperlukan LNA yang memiliki gain dan
kestabilan yang tinggi dengan NF dan return loss yang rendah [1][5]. Untuk
memperoleh hal tersebut maka pada penelitian ini dirancang LNA menggunakan
transistor FET-NE3210S01 dengan bias DC, VDS = 12 V dan ID = 10 mA agar
memperoleh gain yang tinggi dengan NF rendah [6]. Sementara itu, digunakan
Universitas Indonesia
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang sebuah LNA
Batasan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam tesis ini berkisar tentang perancangan
LNA yang berbasis mikrostrip pada frekuensi 1090 MHz untuk aplikasi pada
radar ADS-B.
1.4
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini disusun sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang, tujuan, batasan masalah sistematika
penulisan.
BAB 2 LOW NOISE AMPLIFIER
Menjelaskan tentang DC Superimpose dan bias DC, parameter dan
kestabilan, rangkaian impedance matching, mikrostrip, performansi LNA,
dan evaluasi performasi secara statistikal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
LOW NOISE AMPLIFIER ADS-B
2.1
2.1.1
Radar
Radio Detection and Ranging (Radar) menggunakan gelombang radio
Universitas Indonesia
2.1.2
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
umumnya. Informasi ini juga dapat dipancarkan untuk pesawat yang dilengkapi
ADS-B dan akan terlihat dalam cockpit traffic display. Inilah yang disebut sebagai
ADS-B In seperti terlihat pada Gambar 2.3.
2.2
Sistem ADS-B
Pada Gambar 2.4 terlihat salah satu modul penyusun sistem peralatan ADS-B
yang bernama Antenna Amplifier Unit (AAU), modul ini berisikan antena, band pass
filter (BPF) dan low noise amplifier (LNA).
Sistem AAU terdiri dari antena, BPF, dan LNA. Memiliki frekuensi kerja
sebesar 1090 MHz dengan bandwidth 20 MHz [2]. Sistem ini dibuat guna
mendukung receiver pada ADS-B.
LNA digunakan untuk menguatkan sinyal dengan nilai noise yang tetap
kecil. Beberapa pertimbangan utama dalam desain LNA diantaranya stabilitas (K),
gain, bandwidth (BW), noise figure (NF), bias DC, return loss dan VSWR. Nilai
Universitas Indonesia
return loss dan VSWR menjadi sangat penting karena sinyal radar yang diterima
memiliki power yang kecil [2].
Untuk aplikasi radar ADS-B diperlukan LNA yang memiliki gain dan
kestabilan yang tinggi dengan NF dan return loss yang rendah [1][5].
2.3
DC Bias
Rangkaian penguat (amplifier) dapat melipatgandakan sinyal input AC
2.3.1
2.3.2
apabila diberikan rangkaian bias. Konfigurasi self bias tidak memerlukan dual
sumber DC sehingga nilai tegangan pada gate dikontrol oleh resistor Rs.
Untuk analisis DC, kapasitor dapat dimisalkan sebagai rangkaian opencircuit. Dan Resistor RG diganti sebagai short circuit yang sama dengan IG = 0 A
untuk memperjelas analisanya terlihat seperti Gambar 2.5.
Universitas Indonesia
10
Arus yang melewati RS merupakan arus IS, dengan nilai IS=ID dan nilai
VRS= ID RS
Karena merupakan close loop seperti Gambar 2.6, maka
(2.1)
Universitas Indonesia
11
(2.2)
Sehingga persamaan umumnya adalah :
VDS = VDD ID( RS+RD)
(2.3)
VS= ID RS
(2.4)
VG= 0 V
(2.5)
(2.6)
2.3.3
yaitu small signal analisis. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.7 dan rangkaian
equivalentnya terlihat pada Gambar 2.8.
Universitas Indonesia
12
RD
(2.7)
Av = - gmRD
(2.9)
Tanda negatif berhubungan dengan nilai phase relation yang memiliki
perbedaan sebesar 180 antara Vi and Vo.
Universitas Indonesia
13
2.4
Scattering parameter
S-parameter merupakan suatu relasi atau hubungan antara tegangan
b1
S11
S12 a1
b2
S 21
S 22
a2
............................(2.8)
(2.9)
di mana :
Ei = Tegangan datang dalam volt
Er = Tegangan pantul dalam volt
Universitas Indonesia
14
Dari persamaan (2.10), parameter S11, S12, S21, dan S22 merepresentasikan
koefisien refleksi dan transmisi yang disebut Scattering-parameter pada rangkaian
two-port. Bentuk matriks dari parameter ini adalah : [9]
S11
S12
S 21
S 22
(2.10)
(2.11)
di mana :
S11 = Koefisien refleksi masukan
S22 = Koefisien refleksi keluaran
S12 = Gain transmisi mundur
S21 = Gain transmisi maju
2.4.1
Kestabilan
Single stage microwave transistor dapat dimodelkan seperti rangakaian
pada Gambar 2.11 di mana matching network digunakan pada dua sisi transistor
untuk mentransformasikan impedansi input dan output Zo menjadi impedansi
sumber ZS dan beban ZL.
atau
. Karena
dan
tergantung pada
Universitas Indonesia
15
rangkaian matching sumber dan beban, maka kestabilan amplifier juga akan
tergantung kepada
1.
dan
dan
dan
(2.12)
Delta / determinan S-parameter :
2.4.2
penting karena hal tersebut menentukan apakah suatu sistem tersebut layak
digunakan. Di dalam rangkaian two-port, osilasi mungkin terjadi apabila koefisien
masukan maupun keluaran lebih besar dari satu yang akan mengakibatkan
hambatan negatif pada port. Ketidakstabilan ditandai dengan : [2] |IN| > 1 atau
|OUT| > 1, di mana pada kasus unilateral |S11| > 1 atau |S22| > 1
Syarat kestabilan adalah :
Universitas Indonesia
16
S12 S 21
1 S 22
S11
IN
1 ....... (2.13)
L
L
dan
OUT
S12 S 21
1 S11
S 22
1 ...... (2.14)
Persamaan 2.11 dan 2.12 direpresentasikan dalam circle pada Smith chart
yang disebut stability circle. Gambar 2.12 mengilustrasikan stability circle pada
beban.
S11
S11S 22
S 22
2 S12 S 21
(2.15)
S12 S 21
(2.16)
Syarat yang harus dipenuhi agar sistem stabil adalah nilai K > 1 dan <1.
Universitas Indonesia
17
2.5
Gain
Perbandingan antara sinyal keluaran sistem terhadap sinyal masukan
sistem disebut Available Power Gain yaitu Perbandingan antara daya yang
tersedia dari rangkaian terhadap daya dari sumber disebut available power gain.
2
GA
......... (2.15)
out
S11
2
S
............
di mana
out
S 21 1
S12 S 21
1 S11
S 22
S
S
GTU
S
2
1 S11
S 21
2
L
1 S 22
.................. (2.16)
Dari persamaan 2.22, dapat dibuat istilah baru untuk tiap bagian dari GTU.
GS
GO
GL
S
2
1 S11
S 21
Gain transistor...........
(2.18)
2
L
1 S 22
Sehingga :
GTU
Universitas Indonesia
18
2.6
Return loss
Kondisi ketika beban tidak sesuai (mismatch) menyebabkan tidak semua
daya yang berasal dari sumber dikirim ke beban. Kerugian ini disebut return loss.
Return loss pada masukan (input return loss) mengindikasikan terjadinya
mismatch antara impedansi masukan LNA dengan impedansi karakteristik saluran
transmisi. Return loss pada masukan dapat dihitung dari S-parameter S11. [1]
Input return loss = - S11 (dB) = - 20 log |S11| ....... (2.21)
Begitu juga untuk return loss pada keluaran (output) dapat dihitung dari
S-parameter S22. [1]
Output return loss = - S22 (dB) = - 20 log |S22| ......... (2.22)
2.7
wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran transmisi ada
dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V0+) dan
tegangan yang direfleksikan (V0-) [8]. Perbandingan antara tegangan yang
direfleksikan dengan tegangan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi
tegangan () [8]:
(2.23)
di mana ZL adalah impedansi beban (load) dan Z0 adalah impedansi saluran
lossless. Koefisien refleksi tegangan () memiliki nilai kompleks, yang
merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa
kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari adalah nol, maka:
a) = 1 :
singkat,
b) = 0
sempurna,
Universitas Indonesia
19
(2.24)
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 ( S = 1) yang
berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna.
Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu nilai
standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR 2.
2.8
Bandwidth
Bandwidth didefinisikan sebagai jarak dari frekuensi-frekuensi dimana
BW
Dengan
fh
fl
fc
(2.25)
100 %
fc
fh
fl
.......... (2.26)
Universitas Indonesia
20
2.9
adanya sinyal input, noise masih tetap akan muncul pada bagian output. Dalam
suatu penguat, noise pada output merupakan noise input yang ditambahkan
dengan noise yang dibangkitkan oleh penguat itu sendiri. Sinyal yang besar tidak
menjamin dapat memberikan sinyal yang baik, jika diikuti dengan noise yang
besar. Signal to noise ratio (S/N atau SNR) menyatakan seberapa besar sinyal
dibandingkan dengan noise yang timbul. Ada dua sumber noise yang utama :
2.9.1
Thermal Noise
Thermal noise atau johnson noise merupakan fluktuasi acak dari
Dimana :
K= 1,38 x 10-23 J/K
T = temperature absolute (Kelvin)
B = Bandwidth (Hertz)
Rn = resistansi noise (Ohm)
Rata rata kuadarat arus adalah :
Universitas Indonesia
21
Daya
noise
adalah
sama
untuk
bandwidth
yang
sama,
tanpa
2.9.2
Shot Noise
Shot noise atau schottky noise merupakan fluktuasi jumlah carrier dalam
satu arus, dan muncul pada semua piranti aktif. Rata rata kuadrat arus shot noise
adalah :
Dimana :
g = 1,6 x 10-19 C (muatan elektron)
= arus DC
B = Bandwidth (Hertz)
Dimana :
= noise figure minimum, yang merupakan fungsi arus dan frekuensi
kerja piranti.
adalah resistansi noise yang ternormalisasi
adalah admitansi sumber ternormalisasi
Universitas Indonesia
22
yang
sebagai :
Dimana
Untuk membuat lingkaran noise figure untuk suatu nilai noise figure tertentu Fi
terlebih dahulu perlu didefinisikan parameter suatu noise figure Ni sebagai :
Universitas Indonesia
23
terjadi pada saat Fi=Fmin dan pusat lingkaran Fmin dengan radius
nol adalah berlokasi di
2.10
Universitas Indonesia
24
(b)
(c)
25
dari potongan suatu saluran transmisi. Teknik matching ini disebut dengan stub
matching. Ujung dari stub bisa terbuka atau tertutup, tergantung dari admitansi
imajiner yang diinginkan. Dua atau tiga stub juga bisa disisipkan pada lokasi
tertentu untuk mendapatkan hasl yang lebih baik.
a.
Nilai admitansi Y dari mulai beban sampai stub atau di sepanjang d adalah [4]
dan
berikut ini
Universitas Indonesia
26
Dimana nilai
, sehingga
Universitas Indonesia
27
b.
kalau dilakukan dalam admitansi. Pada stub matching parallel ini, komponen
disisipkan pada jarak d dari beban. Persamaan impedansi beban [4] adalah :
Nilai impedansi Z dari mulai beban sampai stub atau di sepanjang d adalah
Universitas Indonesia
28
Dimana
dan
berikut ini
Dimana nilai
, sehingga
Universitas Indonesia
29
Nilai d dan l pada single stub baik yang seri maupun yang parallel juga
dapat ditentukan dengan menggunakan smith chart.
Apabila dilakukan perhitungan manual, maka Untuk rangkaian penyesuai
masukan, perancangan ini memerlukan transformasi 50 ke bentuk admitansi
sumber Ys. Sehingga diperoleh impedansi karakeristik sesuai dengan persamaan
di bawah ini. [2]
Universitas Indonesia
30
1 1
50 1
YS
(2.51)
S
S
Untuk LNA :
OPT
1 1
50 1
YL
(2.52)
Diamana nilai :
S 22
2.11
S12 S 21
1 S11
OPT
OPT
Microstrip
Mikrostrip adalah suatu saluran transmisi yang terdiri dari strip konduktor
dan ground plane yang antara keduanya dipisahkan oleh dielektrik. Mikrostrip
pada umumnya digunakan untuk membuat rangkaian yang bekerja pada frekuensi
RF karena lebih mudah dalam pabrikasinya dan losses yeng ditimbulkan relatif
lebih kecil jika dibandingkan dari rangkaian lumped [4].
Pada saat ukuran microstrip di kurangi sehingga dimensinya menjadi lebih
kecil dibandingkan dengan panjang gelombang, maka microstrip dapat digunakan
sebagai elemen lumped. Parameter yang penting dalam merancang transmission
line adalah karakteristik impedansi (Zo), efektif dielektrik konstan
, Atenuasi
Universitas Indonesia
31
dan dielektrik
dimana :
lebar dan tebal (W/h) dapat diperoleh melalui pers sebagai berikut [4].
Universitas Indonesia
32
dimana :
dimana :
Nilai maksimum error pada pers diatas kurang dari 1%. Sehingga sangat
bermanfaat untuk proses pabrikasi [4].
Universitas Indonesia
BAB 3
PERANCANGAN LOW NOISE AMPLIFIER
3.1
Pemilihan Transistor
Optimasi Matching
DC Bias Transistor
Matching Impedansi
Dual-Stub Matching
tidak
Unconditionally
Stable
ya
Single-Stub Matching
Selesai
tidak
Return Loss < -10
Gain, kestabilan, dan
VSWR
ya
Pabrikasi
Pengukuran
33
Universitas Indonesia
34
3.2
perancangan LNA. Oleh karena itu diperlukan suatu metode agar dicapai gain
yang tinggi dan derau (noise) yang serendah-rendahnya. Dengan menggunakan
simulasi S-Parameter pada perangkat lunak (software) ADS (Advanced Design
System), optimasi dari LNA untuk mencapai spesifikasi yang disyaratkan dapat
diperoleh dengan mudah, dan lebih akurat. Spesifikasi dari LNA yang akan
dirancang bekerja pada frekuensi kerja 1090 MHz untuk aplikasi radar ADS-B
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Spesifikasi LNA yang Dirancang
Karakteriskik LNA
Frekuensi
Nilai
1090 MHz
Gain
> 30 dB
Noise Figure
< 1 dB
12
VSWR
Input return of Loss
< -10 dB
< -10 dB
12 V
2V
DC current (ID)
10 mA
Universitas Indonesia
35
Vcc = 12 V
Rd = 1000
L = 47 nH
C = 10 pF
Port Base
Port Collector
NE3210S01
C = 10 pF
C = 30 pF
R2 = 3000
Port Emitter
Rs = 50
Universitas Indonesia
36
3.4
Vcc = 12 V
Rd = 1000
L = 47 nH
C = 10 pF
NE3210S01
R = 50
C = 10 pF
C = 30 pF
R = 50
R2 = 3000
Rs = 50
Universitas Indonesia
37
-17,89;
S12 = 0.011
64.870 ;
S21 = 3.685
172.333 ;
S22 = 0.661
-24,966 ; dan
K = 0.044
Dari hasil tersebut terlihat walaupun S21 > 1 namun nilai K = 0.044<1.
Sehingga konfigurasi bias tersebut tidak dapat dipergunakan untuk perancangan
LNA karena kondisinya potentially unstable. Untuk itu harus dilakukan trade-off
dengan menambahkan resistor seri pada input [3]. Seperti yang terlihat pada
Gambar 3.5. Hasil Simulasinya ditujukan oleh persamaan 3.6.
Vcc = 12 V
Rd = 1000
Resistor :
Trade-off
L = 47 nH
C = 10 pF
NE3210S01
C = 10 pF
R = 50
R = 75
C = 30 pF
R = 50
R2 = 3000
Rs = 50
Universitas Indonesia
38
-17,019;
S12 = 0.010
17,019 ;
S21 = 3. 488
161.287 ;
S22 = 0.654
-27,347 ; dan
K = 1,079
Dari hasil tersebut terlihat walaupun S21 > 1 namun nilai K = 1,079>1.
Sehingga konfigurasi bias tersebut dapat dipergunakan untuk perancangan LNA
karena kondisinya unconditionally stable.
3.4.1
figure merupakan hal yang sangat penting. Gain yang diinginkan harus yang
sebesar-besarnya dengan kestabilan lebih dari 1. Pada Tabel 3.3, Power gain pada
frekuensi 1090 MHz sebesar 10,851 dB, dan
OPT
= 0.914
10,651 sedangkan
nilai K = 1,079.
Universitas Indonesia
39
Rangkaian
S dan
OPT
Sehingga
OPT
= 0.914
10,651.
YS
1 1
50 1
S
S
1 1
50 1
OPT
OPT
1 1 0.914
50 1 0.914
10,6510
10,6510
0, 00206958
64, 0250
Universitas Indonesia
40
S 22
S12 S 21
1 S11
OPT
OPT
0,654 -27,347 0
28, 6700
0, 4722
Sehingga nilai YL
1 1
50 1
YL
L
L
1 1 0, 4722
50 1 0, 4722
0.00876
28, 6700
28, 6700
30.2400
0, 00757
j 0, 00441 S
nilai menggunakan :
YS = 9,064.10-4 i 1,86.10-4 S atau ZS = 211,626 + 434,384 i
YL
0, 00757
j 0, 00441 S
dengan impedansi 50
persamaan :
Universitas Indonesia
41
dimana
Dengan nilai :
Vcc = 12 V
Rd = 1000
L = 47 nH
C = 10 pF
NE3210S01
Z = 88.485
= 86,79
R= 50
C = 10 pF
R = 50
Z = 88.485
= 146.97
Z = 88.485
= 22
R = 75
R= 50
Z = 88.485
= 76,24
C = 30 pF
R2 = 3000
Rs = 50
Universitas Indonesia
42
L = 33.59 mm
b. Z = 88.485 ohm dan
L = 38.1 mm
c. Z = 88.485 ohm dan
dan L = 67,4 mm
d. Z = 88.485 ohm dan
L = 10 mm
Hasil secara lebih lengkap terlihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.5 Input dan Output Maching LNA single stub matcing.
Transmission
Matching
Z ()
Input
Output
Simulasi
Line
Perhitungan
W (mm)
L (mm)
W (mm)
L (mm)
88,485
76,24
33.59
33.5
88,485
86,47
38.1
38.01
88,485
146,94
67,4
67,3
88,485
22,69
10
10.1
Rangkaian lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.7. Hasil simulasi dan
perhitungan tidak menujukan perbedaan yang signifikan. Hasil tersebut kemudian
di analisa pada Bab 4.
Universitas Indonesia
R= 50
W = 1 mm
L = 33,9 mm (tune)
W = 1 mm
L = 38,1 mm (tune)
C = 10 pF
R = 75
R2 = 3000
Rs = 50
L = 47 nH
Rd = 1000
C = 30 pF
NE3210S01
C = 10 pF
Vcc = 12 V
R = 50
W = 1 mm
L
mm
W = 1 mm
L
mm
R= 50
43
Universitas Indonesia
44
3.5
YL
0, 00757
j 0, 00441 S
dengan impedansi 50
1,6 mm sehingga nilai transmission line seperti pada Gambar 3.8 dengan bentuk
mickrostrip seperti gambar 3.9.
Vcc = 12 V
Rd = 1000 ?
L = 47 nH
C = 10 pF
NE3210S01
Z = 88.485
= 175.43
R= 50
Z = 88.485
= 47.66
Z = 88.485
= 67.16
R = 50 ?
Z = 88.485
= 83,98
R = 75 ?
Z = 88.485
= 22.69
Z = 88.485
= 22.69
Z = 88.485
= 76.24
C = 10 pF
R= 50
Z = 88.485
= 70.81
C = 30 pF
R2 = 3000 ?
Rs = 50 ?
Universitas Indonesia
R= 50
W = 1 mm
L = 21 mm
W = 1 mm
L = 31.22 mm
W = 1 mm
L = 77.29 mm
W = 1 mm
L = 38,04 mm
C = 10 pF
R2 = 3000
R = 75
Rs = 50
L = 47 nH
Rd = 1000
C = 30 pF
NE3210S01
C = 10 pF
Vcc = 12 V
R = 50
W = 1 mm
L = 37 mm
W = 1 mm
L = 10 mm
W = 1 mm
L = 10 mm
W = 1 mm
L = 6.6 mm
R= 50
45
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
47
BAB 4
HASIL SIMULASI, PENGUKURAN, DAN ANALISA
4.1
47
Universitas Indonesia
48
4.2
49
4.3
Universitas Indonesia
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
50
4.4
matching tampak dan rangkaian LNA dengan dual-stub matching tampak pada
Gambar 4.6.
Universitas Indonesia
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
51
Universitas Indonesia
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
52
4.5
Universitas Indonesia
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
53
rugi-rugi
pada
kabel
penghubung,
port
SMA,
Universitas Indonesia
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
BAB 5
KESIMPULAN
ii.
b. Telah dirancang dua buah LNA Radar ADS-B pada frekuensi 1090 MHz
yaitu rangkaian LNA dengan single-stub matching dan rangkaian LNA
dengan dual-stub matching. Hasil Pengukuran yang diperoleh berupa :
i.
ii.
54
Rancang bangun..., Daverius Ma'arang-FT UI, 2011.
DAFTAR REFERENSI
[1] Roland Weibel & Marisa Jenkin. MIT International Center for Air
Transportation Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B) Costs,
Benefits, Applications, and Implementation Challenges Airline Advisory
Board Meeting November 6, 2008.
[2] Kathleen OBrien. BOEING is a trademark of Boeing Management
CompanyBoeing : Avionics Air Traffic Management Boeing Commercial
Airplanes Civil Aviation System Modernization Symposium Automatic
Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B) Taipei, Taiwan. July 27-28, 2009
[3] Gonzalez, Gualermo. Microwave Transistor Amplifier . Anal -'sis and Design,
2"`r ed. New Jersey : Prentice Hall, Inc. 1996.
[4] Pozar, David M. Microwave Engineering, 2"'1 edition. New York : Wiley and
Sons, 1998.
[5] Manual hook Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B).
[6] "Data sheet NE3210 Super low noise". 22 April 2011.
[7] Amplifier Halim, C." 5-6 GHz Front End Low Noise Amplifier"
Teleconmmunication Technologies 2008 and 2008 2nd Malaysia Conference
on Photonics. NCTT-MCP 2008. Page(s): 136 - 139.2008.
[8] MashuryWahab. " Design and Simulation of high performance low noise
amplifier
for
FM-CW
Radar" PusatPenel
ti
an
Elektronikadan
55
Universitas Indonesia
[12]
56
Universitas Indonesia
Output
Input
Matching
76,24
86,47
146,94
22,69
88,485
88,485
88,485
88,485
Z ()
Line
Transmission
W (mm)
10
67,4
38.1
33.59
L (mm)
Simulasi
W (mm)
10.1
67,3
38.01
33.5
L (mm)
Perhitungan
Lampiran 3. Apabila dimasukan ke Simulasi-maka hasilnya belum matching, sehingga harus di tune sehingga menghasilkan Tabel dibawah ini :
NE3210S01
OUTLINE DIMENSION
FEATURES
SUPER LOW NOISE FIGURE:
0.35 dB TYP at f = 12 GHz
(Units in mm)
2.0 0.2
2.
0.
2
DESCRIPTION
NEC's NE3210S01 is a pseudomorphic Hetero-Junction FET
that uses the junction between Si-doped AIGaAs and undoped
InGaAs to create very high mobility electrons. The device
features mushroom shaped TiAl gates for decreased gate
resistance and improved power handling. Its excellent low
noise figure and high associated gain make it suitable for DBS
and commercial systems. The NE 3210S01 is housed in a low
cost plastic package which is available in tape and reel.
NEC's stringent quality assurance and test procedures assure
the highest reliability and performance.
0.5
TYP
2.00.2
1. Source
2. Drain
3. Source
4. Gate
0.65 TYP
1.9 0.2
1.6
0.125 0.05
1.5 MAX
0.4 MAX
4.0 0.2
ELECTRICAL CHARACTERISTICS
(TA = 25C)
PART NUMBER
PACKAGE OUTLINE
SYMBOLS
UNITS
MIN
dB
12
TYP
MAX
GA
Associated
NF
gm
Transconductance, VDS = 2 V, ID = 10 mA
mS
40
55
mA
15
40
70
-0.2
-0.7
-2.0
uA
0.5
10
IDSS
VP
IGSO
NE3210S01
S01
dB
13.5
0.35
0.45
Note:
1. Typical values of noise figures and associated gain are those obtained when 50% of the devices from a large number of lots were individually
measured in a circuit with the input individually tuned to obtain the minimum value. Maximum values are criteria established on the production line
as a "go-no-go" screening tuned for the "generic" type but not each specimen.
NE3210S01
ABSOLUTE MAXIMUM RATINGS1 (TA = 25C)
SYMBOLS
PARAMETERS
UNITS
RATINGS
VDS
4.0
VGS
-3.0
IDS
Drain Current
mA
IDSS
IGS
Gate Current
100
PT
mW
165
TCH
Channel Temperature
125
TSTG
Storage Temperature
-65 to +125
Note:
1. Operation in excess of any one of these parameters may result
in permanent damage.
(Units in mm)
2.4 mm TYP
2.4 mm TYP
RECOMMENDED
OPERATING CONDITIONS (TA = 25C)
PART NUMBER
SYMBOLS
PARAMETERS
VDS
Drain to Source Voltage
IDS
Drain Current
PIN
Input Power
NE3210S01
UNITS MIN TYP MAX
V
mA
dBm
2
10
3
15
0
NFMIN
GA
(GHz)
(dB)
(dB)
MAG
ANG
Rn/50
21.2
19.5
18.2
16.2
14.7
13.5
12.9
12.3
11.9
0.94
0.80
0.66
0.50
0.38
0.29
0.27
0.33
0.39
12
26
44
68
97
133
177
-129
-82
0.38
0.33
0.26
0.18
0.11
0.09
0.08
0.11
0.23
VDS = 2 V, ID = 10 mA
2.0
0.25
4.0
0.26
6.0
0.28
8.0
0.30
10.0
0.32
12.0
0.34
14.0
0.42
16.0
0.56
18.0
0.72
OPT
ORDERING INFORMATION
PART NUMBER
SUPPLY FORM
NE3210S01-T1
NE3210S01-T1B
MARKING
NE3210S01
TYPICAL PERFORMANCE CURVES
(TA = 25C)
VGS = 0.00 V
0.90 V
50
0.18 V
40
0.27 V
30
0.36 V
0.45 V
20
0.54 V
10
0.63 V
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
100
50
85
40
70
30
45
20
30
10
15
0
-1.20
4.0
0
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.2
250
24
60
200
150
100
50
VDS = 2 V
ID = 10 mA
20
MSG.
MAG.
16
|S21S|
12
50
100
150
200
250
8 10
14
20
Frequency, f (GHz)
30
24
VDS = 2 V
f = 12 GHz
1.0
12
0.5
13
2.0
12
1.5
11
1.0
0.5
NF
0
NF
4
1
8 10
Frequency, f (GHz)
14
20
30
10
20
30
16
15
GA
14
20
GA
VDS = 2 V
ID = 10 mA
NE3210S01
TYPICAL SCATTERING PARAMETERS (TA = 25C)
j50
90
120
j100
j25
150
S11
S22
26.5 GHz
26.5 GHz
j10
10
25
50
S22
0.1 GHz
100
60
30
S21
0.1 GHz
180
0
S11
0.1 GHz
S21
26.5 GHz
S12
0.1 GHz
-j10
Coordinates in Ohms
Frequency in GHz
VD = 2 V, ID = 5 mA
-j100
-j25
S12
26.5 GHz
-150
-120
-30
-60
-90
-j50
NE3210S01
VD = 2 V, ID = 5 mA
FREQUENCY
GHz
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.70
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
25.00
26.00
26.50
S11
MAG
1.001
1.000
1.000
0.999
0.997
0.995
0.992
0.987
0.978
0.968
0.954
0.938
0.920
0.879
0.835
0.778
0.680
0.589
0.505
0.481
0.461
0.453
0.468
0.521
0.587
0.658
0.720
0.762
0.793
0.819
0.849
0.866
0.863
0.868
0.865
0.859
S21
ANG
-1.14
-2.12
-3.08
-4.18
-4.94
-6.83
-10.11
-15.20
-20.81
-26.46
-32.09
-37.61
-43.04
-53.83
-64.32
-77.53
-92.29
-109.87
-127.92
-149.57
-175.91
155.80
129.34
109.11
92.69
79.53
68.06
58.38
51.94
48.37
43.44
38.86
34.84
29.14
28.40
28.76
MAG
3.405
3.393
3.393
3.396
3.345
3.347
3.350
3.346
3.362
3.373
3.388
3.386
3.381
3.378
3.428
3.525
3.539
3.527
3.432
3.490
3.442
3.273
3.017
2.774
2.545
2.325
2.045
1.773
1.537
1.366
1.238
1.124
1.009
0.949
0.918
0.895
S12
ANG
178.54
177.73
176.83
175.50
173.68
171.18
167.44
161.27
154.97
148.74
142.45
136.09
129.89
117.91
106.08
92.97
78.21
63.32
49.90
35.80
19.40
3.28
-12.03
-25.92
-39.53
-53.80
-67.87
-79.76
-89.63
-97.66
-106.37
-116.19
-124.88
-132.34
-138.91
-143.63
MAG
0.001
0.003
0.004
0.006
0.007
0.010
0.014
0.021
0.028
0.035
0.041
0.047
0.053
0.062
0.070
0.081
0.086
0.091
0.089
0.096
0.104
0.107
0.104
0.102
0.098
0.098
0.096
0.093
0.089
0.089
0.090
0.089
0.087
0.084
0.086
0.084
S22
ANG
82.96
88.10
88.76
86.87
85.87
84.12
81.51
77.55
73.36
69.02
64.57
59.71
54.85
45.72
38.30
29.68
17.34
7.85
0.93
-2.08
-10.23
-18.84
-26.21
-31.03
-35.03
-38.38
-43.64
-47.93
-50.59
-52.07
-56.92
-63.10
-67.53
-71.30
-71.66
-74.09
MAG
0.732
0.731
0.732
0.732
0.735
0.735
0.732
0.726
0.718
0.709
0.698
0.685
0.670
0.638
0.604
0.553
0.469
0.398
0.335
0.302
0.250
0.210
0.214
0.256
0.309
0.389
0.476
0.553
0.603
0.640
0.685
0.721
0.748
0.751
0.736
0.744
ANG
-0.85
-1.97
-3.04
-3.93
-4.73
-6.68
-9.24
-13.91
-18.29
-22.77
-27.41
-32.00
-36.40
-44.54
-52.54
-62.26
-73.32
-86.69
-97.84
-114.77
-139.98
-173.02
151.67
126.40
109.03
95.15
82.56
74.44
67.90
62.36
57.59
52.26
48.09
46.97
40.30
34.46
MAG1
-0.03
0.00
-0.03
0.04
0.08
0.11
0.12
0.15
0.19
0.23
0.27
0.33
0.39
0.50
0.60
0.68
0.89
1.03
1.22
1.14
1.11
1.16
1.27
1.30
1.30
1.18
1.10
1.03
1.02
0.94
0.77
0.65
0.63
0.60
0.66
0.69
(dB)
34.20
30.64
28.99
27.65
26.76
25.30
23.77
22.03
20.82
19.89
19.15
18.54
18.06
17.34
16.93
16.40
16.15
14.86
13.05
13.32
13.13
12.40
11.50
11.09
10.89
11.16
11.42
11.69
11.62
11.85
11.36
11.02
10.67
10.54
10.26
10.25
Note:
1. Gain Calculation:
MAG =
|S21|
|S12|
(K
K 2- 1
2
2
2
|S21|
, K = 1 + | | - |S11| - |S22| , = S11 S22 - S21 S12
|S12|
2 |S12 S21|
NE3210S01
TYPICAL SCATTERING PARAMETERS (TA = 25C)
j50
90
120
j100
j25
60
150
30
S11
S22
26.5 GHz 26.5 GHz
j10
10
25
50
100
S22
0.1 GHz
180
S21
0.1 GHz
S11
0.1 GHz
S21
26.5 GHz
S12
0.1 GHz
-j10
Coordinates in Ohms
Frequency in GHz
VD = 2 V, ID = 10 mA
-j100
-j25
S12
26.5 GHz
-150
-120
-30
-60
-90
-j50
NE3210S01
VD = 2 V, ID = 10 mA
FREQUENCY
GHz
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.70
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
25.00
26.00
26.50
S11
MAG
1.000
1.000
1.000
0.999
0.996
0.993
0.989
0.980
0.967
0.951
0.931
0.908
0.882
0.825
0.766
0.694
0.582
0.488
0.407
0.394
0.391
0.406
0.441
0.507
0.578
0.652
0.718
0.761
0.790
0.812
0.841
0.857
0.851
0.856
0.849
0.843
S21
ANG
-1.27
-2.34
-3.43
-4.65
-5.48
-7.58
-11.19
-16.80
-22.91
-29.06
-35.15
-41.09
-46.86
-58.15
-68.97
-82.82
-97.90
-116.40
-135.11
-158.15
173.89
144.90
119.35
101.09
86.36
74.71
64.03
54.95
48.81
45.64
41.18
36.68
32.71
27.01
26.42
26.81
MAG
4.899
4.887
4.884
4.886
4.814
4.812
4.806
4.787
4.785
4.770
4.754
4.713
4.663
4.565
4.529
4.537
4.418
4.301
4.109
4.111
3.994
3.761
3.455
3.183
2.934
2.701
2.400
2.110
1.857
1.679
1.540
1.418
1.291
1.229
1.202
1.180
S12
ANG
178.46
177.42
176.29
174.90
172.98
170.21
166.08
159.23
152.33
145.49
138.61
131.78
125.12
112.41
100.03
86.54
71.98
57.78
45.24
31.91
16.52
1.58
-12.50
-25.26
-37.87
-51.30
-64.66
-75.90
-85.48
-93.42
-102.29
-112.28
-121.28
-129.13
-136.41
-141.30
MAG
0.001
0.003
0.004
0.005
0.006
0.009
0.013
0.019
0.025
0.031
0.037
0.042
0.047
0.055
0.061
0.070
0.074
0.079
0.080
0.091
0.102
0.108
0.109
0.111
0.109
0.110
0.108
0.105
0.100
0.100
0.100
0.098
0.095
0.092
0.094
0.093
S22
ANG
88.31
87.85
88.67
86.60
85.34
84.29
81.96
78.12
74.21
70.41
65.91
61.37
56.77
48.65
42.30
34.76
24.44
16.93
12.32
9.33
1.30
-7.33
-14.99
-21.27
-26.89
-32.42
-39.12
-44.73
-48.33
-50.92
-56.31
-62.75
-67.41
-71.40
-72.43
-74.92
MAG
0.654
0.653
0.653
0.654
0.658
0.657
0.654
0.647
0.638
0.628
0.614
0.599
0.583
0.549
0.515
0.463
0.380
0.314
0.261
0.230
0.173
0.132
0.151
0.208
0.269
0.352
0.440
0.517
0.564
0.597
0.640
0.675
0.702
0.706
0.688
0.694
ANG
-0.82
-2.00
-3.07
-3.96
-4.64
-6.56
-9.07
-13.65
-17.91
-22.27
-26.72
-31.08
-35.15
-42.36
-49.21
-57.82
-66.37
-77.56
-85.89
-102.84
-129.97
-172.68
140.72
114.68
98.87
87.44
76.72
69.92
64.15
59.30
55.17
50.52
46.98
46.39
40.12
34.43
MAG1
-0.03
-0.01
-0.01
0.04
0.10
0.13
0.16
0.19
0.25
0.30
0.36
0.43
0.50
0.64
0.75
0.84
1.06
1.18
1.33
1.21
1.15
1.16
1.21
1.20
1.18
1.09
1.02
0.97
0.96
0.91
0.77
0.67
0.65
0.61
0.65
0.66
(dB)
36.47
32.67
31.02
29.78
28.83
27.34
25.79
24.05
22.83
21.88
21.12
20.49
19.99
19.22
18.73
18.10
16.21
14.77
13.66
13.79
13.56
12.97
12.22
11.89
11.74
12.09
12.66
13.03
12.68
12.25
11.86
11.60
11.32
11.24
11.05
11.04
Note:
1. Gain Calculation:
MAG =
|S21|
|S12|
(K
K 2- 1
2
2
2
|S21|
, K = 1 + | | - |S11| - |S22| , = S11 S22 - S21 S12
|S12|
2 |S12 S21|
NE3210S01
TYPICAL SCATTERING PARAMETERS (TA = 25C)
j50
90
120
j100
j25
60
150
S11
S22
26.5 GHz
26.5 GHz
S22
0.1 GHz
100
0
j10
10
25
50
180
S11
0.1 GHz
30
S21
0.1 GHz
-j10
Coordinates in Ohms
Frequency in GHz
VD = 2 V, ID = 20 mA
-j100
-j25
S21
26.5 GHz
-150
S12
0.1 GHz
S12
26.5 GHz
-120
-30
-60
-90
-j50
NE3210S01
VD = 2 V, ID = 20 mA
FREQUENCY
GHz
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.70
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
25.00
26.00
26.50
S11
MAG
1.001
1.000
1.000
0.998
0.995
0.991
0.986
0.974
0.956
0.934
0.908
0.878
0.845
0.777
0.709
0.630
0.513
0.420
0.342
0.334
0.340
0.368
0.412
0.485
0.560
0.638
0.709
0.755
0.787
0.807
0.837
0.852
0.846
0.849
0.840
0.835
S21
ANG
-1.35
-2.51
-3.69
-4.98
-5.88
-8.15
-11.99
-17.98
-24.42
-30.87
-37.20
-43.32
-49.17
-60.41
-70.94
-84.63
-99.19
-117.65
-136.22
-159.96
170.90
141.32
115.91
98.43
84.46
73.45
63.12
54.05
47.82
44.84
40.34
35.93
31.86
26.10
25.54
26.02
MAG
6.350
6.337
6.331
6.330
6.237
6.225
6.204
6.159
6.120
6.063
5.992
5.895
5.779
5.554
5.407
5.307
5.065
4.867
4.607
4.577
4.426
4.158
3.825
3.540
3.281
3.045
2.727
2.418
2.146
1.962
1.815
1.686
1.548
1.488
1.467
1.446
S12
ANG
178.44
177.12
175.80
174.36
172.35
169.31
164.85
157.43
150.06
142.74
135.43
128.25
121.34
108.25
95.77
82.35
68.31
54.88
43.14
30.55
15.93
1.81
-11.53
-23.59
-35.66
-48.59
-61.63
-72.63
-82.09
-89.92
-98.91
-109.02
-118.22
-126.33
-134.00
-139.10
MAG
0.001
0.002
0.004
0.005
0.006
0.008
0.011
0.017
0.022
0.028
0.033
0.037
0.042
0.049
0.054
0.063
0.067
0.074
0.077
0.090
0.102
0.110
0.114
0.117
0.117
0.118
0.116
0.113
0.108
0.107
0.107
0.105
0.102
0.099
0.101
0.099
S22
ANG
100.26
90.28
87.69
87.54
86.52
84.90
82.77
79.05
75.64
71.93
67.90
63.92
59.78
52.66
47.49
40.74
32.02
25.26
21.16
17.65
9.26
0.21
-8.01
-15.36
-21.73
-28.19
-35.54
-41.78
-46.06
-49.01
-54.84
-61.41
-66.55
-70.76
-72.25
-74.52
MAG
0.592
0.589
0.589
0.590
0.594
0.594
0.591
0.584
0.575
0.564
0.551
0.536
0.521
0.491
0.464
0.417
0.342
0.284
0.239
0.210
0.146
0.090
0.112
0.177
0.242
0.327
0.419
0.496
0.543
0.573
0.614
0.648
0.675
0.677
0.655
0.660
ANG
-0.73
-1.97
-2.99
-3.85
-4.39
-6.19
-8.54
-12.82
-16.80
-20.81
-24.92
-28.84
-32.40
-38.43
-44.02
-51.35
-57.35
-66.38
-72.34
-88.57
-113.66
-161.41
135.76
108.58
93.80
83.95
74.18
67.89
62.26
57.59
53.81
49.53
46.40
46.14
40.16
34.52
MAG1
-0.17
-0.01
0.01
0.05
0.11
0.15
0.19
0.24
0.31
0.38
0.45
0.53
0.61
0.76
0.88
0.96
1.16
1.25
1.34
1.21
1.14
1.13
1.16
1.14
1.11
1.04
0.98
0.94
0.92
0.88
0.77
0.67
0.64
0.59
0.62
0.63
(dB)
36.97
34.46
32.52
31.37
30.44
28.93
27.38
25.64
24.38
23.41
22.62
21.97
21.43
20.57
19.97
19.23
16.31
15.21
14.25
14.32
14.09
13.54
12.85
12.57
12.45
12.92
13.70
13.32
12.99
12.63
12.29
12.07
11.83
11.77
11.62
11.63
Note:
1. Gain Calculation:
MAG =
|S21|
|S12|
(K
K 2- 1
2
2
2
|S21|
, K = 1 + | | - |S11| - |S22| , = S11 S22 - S21 S12
|S12|
2 |S12 S21|
NE3210S01
NE3210S01 NONLINEAR MODEL
SCHEMATIC
CGD_PKG
0.001pF
Ldx
DRAIN
Lgx
GATE
Q1
0.68nH
Rdx
6 ohms
Rgx 0.72nH
6 ohms
CGS_PKG
0.04pF
Lsx
0.1nH
CDS_PKG
0.035PF
Rsx
0.06 ohms
SOURCE
Q1
Parameters
Q1
VTO
-0.798
RG
VTOSC
RD
UNITS
Parameter
Units
time
seconds
0.5
capacitance
farads
ALPHA
RS
inductance
henries
BETA
0.0952
RGMET
resistance
ohms
GAMMA
0.072
KF
voltage
volts
GAMMADC
0.065
AF
current
amps
2.5
TNOM
27
DELTA
0.5
XTI
VBI
0.6
EG
1.43
IS
1e-14
VTOTC
BETATCE
RIS
FFE
RID
TAU
4e-12
CDS
0.12e-12
RDB
5000
CBS
1e-9
CGSO
0.36e-12
CGDO
0.014e-12
DELTA1
0.3
DELTA2
0.6
FC
0.5
VBR
Infinity
MODEL RANGE
Frequency: 0.1 to 22.5 GHz
Bias:
VDS = 1 V to 3 V, ID = 5 mA to 30 mA
Date:
1/99
07/01/2004