Sektor Basis Ekspor SUMUT Dalam Menghadapi MEA
Sektor Basis Ekspor SUMUT Dalam Menghadapi MEA
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab dua ini dibahas tentang landasan teoritis untuk merumuskan
kerangka pikir penelitian. Sebelum mencapai itu disajikan terlebih dahulu
landasan teoritis. Secara teoritis potensi wilayah Provinsi Sumatera Utara yang
berdaya saing ekspor pastinya memiliki komoditas unggulan hingga ke pasar
Internasional, yang jika sektor basis ekspor tersebut diberi pengarahan denga cara
yang baik seperti misalnya dari lembaga penyedia modal, pengemasan produk
dan lain sebagainya yang hubungannya sangat erat dalam pengarahan daya saing
ekspor yang lebih baik dan kesiapannya potensi wilayah Provinsi Sumatera Utara
dalam menghadapi MEA 2015.
2.1
potensi wilayah di Provinsi Sumatera Utara mak tidak terlepas dengan adanya
konsep daya saing, dalam konsep daya saing biasanya akan menganut kepada
teori-teori perdaganag internasional teori tersebut adalah teori keunggulan absolut,
dan teori keunggulan komperatif
2.1.1
absolute apabila suatu negara tersebut menghasilkan satu produk barang dengan
biaya minimum cost atau dengan biaya yang secara absolute lebih rendah dari
negara lain (Salvatore 1997)
2.2.2
David Ricardo pada tahun 1917, David Ricardo mengemukakan bahwa apabila
ada dua negara yang saling berdagang dengan cara mengkonsentasikan diri untuk
mengekspor barang yang bagi negara tersebut memiliki keunggulan komperatif
maka kedua negara tersebut akan mendapatkan keuntungan. Keunggulan
komperatif suatu komoditi bagi suatu negara adalah dengan komoditas unggul
yang besifat realtif dengan komoditi lainnya disuatu negara. Perdagangan
internasional David Ricardo menitikberatkan pada keunggulan komperatif suatu
negara akan tercapai jika negara tersebut mampu memproduksi barang dan jasa
yang lebih banyak dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan negara
lain.
2.3 Teori Basis Ekspor
Dalam teori ekonomi basis disini mengambil teori ekonomi basis ekspor
dari Richardson dimana terori ini membagi sektor produksi atau jenis pekerjaan
dalam suatu wilayah atas pekerjaan basisnya dan pekerjaan pada system
pelayanan atau lebih sering dikatakan dengan sektor non-basis. Kegiatan yang
hasilnya dijual keluar daerah atau mendatangkan dari luar daerah disebut dengan
kegiatan basis. Sedangkan kegiatan non-basisnya adalah kegiatan yang melayani
kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri (Tarigan, 2005 :55 dalam Soleh 2012)
Ada dua asumsi yang sdigunakan dalam teori basis ekspor yakni : (i) asumsi
pokok atau yang paling utama bahwa ekspor adalah satu-satunya unsure eksogen
(independen) dalam pengeluaran. Artinya, semua unsur pengeluaran lain terikat
(dependen) terhadap pendapatan. Secara tidak langsung hal ini berarti diluar
pertambahan alamiah, hanya peningkatan ekspor saja yang dapat mendorong
peningkatan pendapatan daerah karena sektor-sektor lain terikat peningkatannya
oleh peningkatan pendapatan daerah. Sektor lainnya hanya meningkat apabila
pendapatan daerah secara keseluruhan meningkat. Jadi satu-satunya yang bias
meningkat secara bebas adalah ekspor. Ekspor tidak terikat dalam siklus
pendapatan daerah ; (ii) asumsi kedua adalah fungsi pengeluaran dan fungsi impor
bertolak dari titik nol sehingga tidak akan berpotongan (Tarigan, 2005 :55 dalam
Soleh 2012).
Pertumbuhan wilayah sangat berhubungan langsung dengan ekspor yang
keluar dari suatu wilayah. Oleh karena itu pertumbuhan wilayah merefleksikan
perubahan untuk komoditas ekspor yang dihasilkan. Perkiraan pertumbuhan dari
beberapa wilayah awalnya adalah tergantung pada keberhasilan dalam
memproduksi komoditas yang dapat diekspor. Beberapa wilayah baru akan
berkembang pada awalnya dari satu atau dua komoditas yang dapat diekspor dan
memperluas basis ekspornya. Singkatnya, generalisasi ahli teori lokasi dan
tahapan awal dan teori pertumbuhan ekonomi adalah diarahkan pada sisi
pengalaman dari wilayah lainnya . titik awal untuk pembentukan pertumbuhan
ekonomi ini adalah terlihat pada pertumbuhan PDRB (Shirozujilam, dkk 2011)
2.4 Sektor Unggulan
Apabila berbicara mengenai potensi sebuah wilayah atau negara maka kita
akan membicarakan mengenai sektor unggulan. Tri Widodo, 2006 :185 dalam
Soleh 2012) menyatakan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang mampu
mendorong pertumbuhan atau perkembangan ekonomi suatu wilayah tidak hanya
mengacu kepada lokasi secara geografis saja melainkan merupakan suatu sektor
yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi sehingga mampu menggerakkan
ekonomi secara keseluruhan. Adapun cirri-ciri sektor yang memiliki keunggulan
menurut (Sambodo dalam Achmad Firman, 2007 dalam Soleh 2012) meyatakan
bahwa sektor unggulan memiliki ciri-ciri yakni (i) sektor tersebut memiliki laju
pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi (ii) sektor tersebut memiliki angka
penyebaran yang relatif besar (iii) sektor tersebut memiliki keterkaitan antar
sektor yang tinggi baik keterkaitan dapan ataupun belakang (iv) sektor tersebut
mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi
2.5 Kerangka Pikir Teoritis
MEA merupakan aliran bebas barang dan jasa, tenaga kerja terlatih, serta
aliran investasi yang lebih bebas yang menitikberatkan kepada sektor-sektor
pendukung prioritas, karena Indonesia termasuk kedalam anggota MEA maka
Indonesia harus melakukan berbagai kesiapan dalam menghadapi MEA,
mengklasifikasikan sektor unggulan yang berpotensi dan berdaya saing ekspor
yang akan memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara. Provinsi Sumatera
Utara bagian dari negara Indonesia yang pastinya juga memiliki potensi
komoditas yang bernilai ekspor juga diharapkan akan memberi sinergi yang sama
dalam menghadapi MEA, yang diharapkan sektor unggulan tersebut akan juga
MEA
Indonesia
Potensi Wilayah
Menghadapi MEA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
10
11
3.3.1
LQ i=
Vi /Vt
Yi /Yt
Dimana :
Vi : Nilai komoditas sektor i pada tingkat region yang lebih rendah
Vt : Total komoditas pada tingkat region yang lebih rendah
Yi : Nilai komoditas sektor i pada tingkat region yang lebih tinggi
Yt : Total komoditas pada tingkat region yang lebih atas
- Nilai LQ > 1, artinya peranan sektor atau komoditas sektor tersebut di satu
daerah atau provinsi atau negara lebih menonjol daripada peranan sektor itu
secara region yang lebih luas atau sektor i merupakan sektor basis atau
-
ekspor
Nilai LQ < 1 maka peranan sekktor atau komoditas tersebut tidak menonjol
12
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
15
16
semua komoditas, kecuali komoditas nilai ekspor tembakau dari tahun 2009
misalnya meningkat sebesar 422.979.846 meingkat mejadi 476.963 begitu juga
dengan udang, kerang dan sejenisnya egar atau dingin mengalami kenaikan dari
931.710.433 menjadi 1.058.949.112 pada tahun 2010. Sementara untuk produk
komoditas ekspor kopi dari 918.494.773 meningkat menjadi 982.982.311 pada
tahun 2010. Hal ini sudah pasti memperlihatkan bahwa permintaan kopi. Getah
karet alam meningkat dari 3.243.980.375 meningkat menjaadi 7.329.059.531 pada
tahun 2010, minyak dan lemak nabati dan hewan olahan meningkat dari
89.998.079 pada tahun 2009 meningkat 188.619.994 pada tahun 2010, kayu lapis
meningkat dari 1.262.128.287 meningkat menjadi 1.719.293.471 pada tahun
2010. Kayu olahan meningkat dari 568.071 meningkat menjadi 570.349.147.
Alumunium dari 428.409.843 meningkat menjadi 673.551.488 pada tahun 2010,
sedangkan barang-barang perlengkapan pakaian bukan tekstil meningkat dari
254.152.063 menjadi 319.029.240 pada tahun 2010
4.2.2
cukup baik, pada lampiran 2 terlihat bahwa perkembangan nilai ekspor untuk
semua golongan barang mengalami kenaikan, seperti untuk jenis komoditas
udang, kerang dan sejenisnya segar atau dingin pada tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 106.514.058 dari 109.585.914 pada tahun 2009. Begitu juga
dengan kopi pada tahun 2009 nilai ekspor adalah 203.645.951 meningkat menjadi
232.597.446 dari 203.645.951 pada tahun 2009, sedangkan tembakau meningkat
juga dari 198.494.884 meningkat menjadi 202.016.106 pada tahun 2010. Getah
17
karet alam dari 943.011.040 pada tahun 2009 meningkat menjadi 2.076.766.593
pada tahun 2010,untuk lemak dan nabati meningkat dari 272.015.848 menjadi
3.615.016.019 pada tahun 2010, untuk minyak dan lemak nabati dan hewan
olahan meningkat dari 156.036.128 menjadi 271.084.431 kayu lapis dari 87.474
menjadi 92.191.548 pada tahun 2010, kayu olahan meningkat dari 57.514.085
menjadi 67.151.175 pada tahun 2010. Begitu juga alumunium dari 173.461.534
menjadi 223.750 pada tahun 2010. Untuk barang-barang dan perlengkapan
pakaian bukan tekstil meningkat dari 173.461.534 meningkat menjadi
223.750.137 pada tahun 2010.
4.3.1
18
19
20
hewan olahan serta alumunium. Golongan barang ekspor yan merupakan sector
basis atau yang memiliki potensi di Provinsi Sumatera Utara memiliki peranan
yang sangat besar terhadap persaingan MEA yang kompetitif serta memiliki
kekuatan untuk dikembangkan. Naun meskiun sector basis atau potensi golongan
barang ekspor potensial untuk dikembangankan dan dapat berkontribusi terhadap
kesiapan MEA tetapi tidak sampai mengabaikan sektor golongan barang ekspor
non basis lainnya. Karena sektor non basis tersebut dapat pula dikembangkan
mejadi sektor basis baru yang tentunya dengan cara pengoptimalan sumber daya
manusia secara maksimal
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yan diperoleh dari Analisis ekonomi basis ekspor
Sumatera Utara dalam menghadapi MEA 2015 yakni sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan alat analisis dari peran ekonomi basis ekspor
Sumatera Utara dalam menghadapi MEA 2015 denan menggunakan LQ
menunjukkan bahwa sektor basis di Negara Indonesia diantaranya adalah
agriculture (1.1), mining (1.4), manufacturing (1.2), transport and
communication (1.0) and trade (1.0). Sedangkan untuk sektor non basis
adalah electricity, gas and water (0.3), construction (0.2), finance (0.8), dan
public administration (0.8).
2. ekspor menurut golongan barang kopi (1.11), tembakau (1.37), getah karet
alam (1.26), lemak dan minyak nabati (1.31 minyak lemak nabati dan hewan
olahan (2.34) seta alumunium (2.07) dan barang-barang perlengkapan
pakaian bukan tekstil. sedangkan non basis atau yan tidak termasuk kedalam
sektor unggulan yang berdaya saing ekspor menurut olongan barang adalah
22
udang, kerang, dan sejenisnya segar ataupun dingin (0.50), kayu lapis (0.25)
dan kayu olahan (0.48)
5.2 Saran
Berdasarkan pembahsan yang ada maka dapat diberikan beberapa saran
sebagai brikut :
1. Dalam rngka menghadapi MEA 2015 yang akan datang maka diupayakan
agar semua stakeholder berupaya untuk memfokuskan
23