Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

egitu kompleksnya masalah tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, kesehatan


yang sangat tidak dipahami sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya
mengakibatkan terjadinya kemiskinan. Kemiskinan merupakan ketidakmampuan
seseorang dalam hal ekonomi, serta kegagalan sekelompok orang dalam
memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan seseorang dalam menjalani
kehidupannya. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan
atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosial (Bappenas 2012).
Masalah kemiskinan ini semakin begitu mengakar sejak terjadinya krisis moneter
pada tahun 1997. Peningkatan jumlah penduduk yang semakin melonjak tajam
sementara pengangguran dan tingkat pendapatan yang tidak seimbang, karena
kemiskinan itu sudah kompleks dan multidimensional maka pemerintah pusat
maupun daerah harus segera menangani permasalahan tersebut. Hal ini berkaitan
erat dengan tujuan dasar pembangunan yakni mewujudkan masyarakat yang maju
adil dan makmur serta merata, baik material maupun spiritual sebagai wujud
pelaksanaan demokrasi ekonomi yang dilandasi dengan jiwa dan semangat
kebersamaan serta kekeluargaan. Pembangunan yang dilaksanakan bertujuan
untuk mewujudkan kemajuan dan kemakmuran yang adil serta merata bagi warga
masyarakat.

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

Ada beberapa sifat kemiskinan yang mengakibatkan beban nyata bagi kehidupan,
diantaranya adalah :
-

Secara sosial ekonomi dapat menjadi beban masyarakat


Rendahnya kualitas dan produktivitas masyarakat
Rendahnya partisipasi masyarakat
Menurunnya ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi

memberikan pelayanan kepada masyarakat


Kemungkinan merosotnya mutu generasi yang akan datang

dalam

Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu kota pemekaran yang banyak


mempunyai potensi untuk dikembangkan sehingga dapat meningkatkan taraf
kehidupan ekonomu masyarakat dan pemerintah daerah khususnya untuk
peningkatan PAD bagi Kota Padangsidimpuan. Tetapi faktanya masih banyak juga
masyarakat miskin atau golongan menengah kebawah yang berada diwilayah Kota
Padangsidimpuan.
Menurut Bank Dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan adalah :
1.
2.
3.
4.

kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal


terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana
kebijakan pembangunan yang bisa perkotaan dan bisa sektor
adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem

yang kurang mendukung


5. Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor
ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern
6. Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam
masyarakat
7. Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola
sumber daya alam dan lingkunganya
8. Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance)
9. Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan
lingkungan.

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

Indikator utama kemiskinan menurut Bank Dunia adalah kepemilikan tanah dan
modal yang terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan,
pembangunan yang bisa kota, perbedaan kesempatan di antara anggota
masyarakat, perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi, rendahnya
produktivitas, budaya hidup yang jelek, tata pemerintahan yang buruk, dan
pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan
Sementara itu jika dilihat dari penyebabnya

menurut (Sumodiningrat, 1998),

kemiskinan terdiri dari:


-

Kemiskinan natural
Kemiskinan kultural
Kemiskinan struktural

Kemiskinan natural merupakan suatu kondisi kemiskinan yang terjadi karena


dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin
karena tidak memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam,
sumberdaya manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka
ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang
rendah. kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor
alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam. Kondisi
kemiskinan seperti ini menurut Kartasasmita (1996) disebut sebagai Persisten
Poverty yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Daerah seperti
ini pada umumnya merupakan daerah yang kritis sumberdaya alamnya atau
daerah yang terisolir.
Kemiskinan kultural merupakan suatu kondisi kemiskinan yang terjadi karena
kultur, budaya atau adat istiadat yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.
Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok
masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di
mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan.
Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat
kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang
dipakai secara umum. Penyebab kemiskinan ini karena faktor budaya seperti
malas, tidak disiplin, boros dan lain-lainnya.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor
buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi
yang tidak merata,
Korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan
kelompok masyarakat tertentu. Munculnya kemiskinan struktural disebabkan
karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan
bermacam-macam program dan kebijakan. Namun karena pelaksanaannya tidak
seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan yang tidak sama
menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata pula, sehingga
menimbulkan struktur masyarakat yang timpang.
Adapun faktor yang menjadi penyebab kemiskinan masyarakat menurut Sutyastie
Remi dan P. Tjiptoherijanto (2002) adalah pendapatan yang rendah, jumlah
tanggungan keluarga, pekerjaan lain, dan tingkat pendidikan merupakan
karakteristik dari keluarga miskin yang berhubungan dengan kemiskinan
masyarakat.
Dari uraian diatas maka diperlukan blue-print yang dapat menggambarkan
sekaligus menyelesaikan masalah kemiskinan di Kota Padangsidimpuan, sebab
upaya

percepatan

penanggulangan

kemiskinan

tidak

hanya

menjadi

tanggungjawab pemerintah pusat. Upaya menyeluruh hingga ke tingkat daerah


perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi dan efektivitas penanggulangan
kemiskinan untuk mengatasi semua kondisi yang saling terkait dan mempengaruhi
satu sama lainnya

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud penyusunan Masterplan Penanggulangan Kemiskinan di Kota
Padangsidimpuan adalah sebagai berikut :
1.

Memberikan gambaran umum dan menginformasikan data tentang


kemiskinan di Kota Padangsidimpuan

1.2.2 Tujuan
1. Mencari formula untuk dpat menanggulangi kemiskinan di Kota
Padangsidimpuan sehingga menjadi refrensi bagi dinas terkait untuk
melaksanakan program/kegiatannaya
1.3

Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai terkait penyusunan masterplan penanggulangan


kemiskinan adalah :
1. Tercapainya

percepatan

penanggulangan

kemiskinan

di

Kota

Padangsidimpuan sehingga terwujud masyarakat yang makmur dan


sejahtera

1.4

Landasan Hukum

Adapun landasan hukum dalam upaya menanggulangi kemiskinan di Kota


Padangsidimpuan sesuai dengan amanat konstitusi dan pencapaian tujuan nasional
adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
2. Undang-undang Nomor 22 tahun 2008 tentang pembentukan Kota
Padangsidimpuan di Provinsi Sumatera Utara
3. Undang-undang nomor 13 tahun 2011 tentang penangananan fakir miskin
4. Peraturan presiden nomor 15 tahun 2010 tentang percepatan
penanggulangan kemiskinan.

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
a.
b.
c.

Pasal 18 B ayat 1
Pasal 27 ayat 2 pekerjaan dan penghidupan layak
Pasal 28 A tentang berhak mempertahankan

hidup

dan

kehidupannya
1.5

Sistematika Laporan

Belanja modal pemetaan kemiskina daerah Padangsidimpuan untuk dapat


dijadikan Masterplan penanggulangan kemiskinan ini disusun dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB-I :
Pada bab ini memuat latar belakang, tujuan dan sasaran, landasan hukum, dan
sistematika penulisan laporan
BAB-II :
Memuat konsep dan defenisi kemiskinan, kondisi sosial ekonomi dan kondisi
umum kemiskinan di Kota Padangsidimpuan
BAB-III :
Merupakan bagian metode penelitiana yang diharapkan dapat memberikan secara
jelas keadaan kemiskinan di Kota Padaangsidimpuan

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

BAB II
KONSEP KEMISKINAN
DAN
GAMBARAN UMUM
P

ada bab ini akan dijelaskan bagaimana konsep kemiskinan yang merupakan
pendapat berbagai ahli tentang kemiskinan, serta dijelaskan bagaimana gambaran
umum Kota Padangsidimpuan baik secara geografis, wilayah, dsb, maupun
mengenai kondisi umum kemiskinan di Kota Padangsidimpuan.
2.1

Konsep Kemiskinan

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
World Bank (Bank Dunia) meyatakan bahwa kemiskinan merupakan depresiasi
dari kesejahteraan. Dalam perhitungan ekonomi kemiskinan dapat dibedakan dari
cara mengukur dengan membandingkan pendapatan konsumsi/ individu dengan
batas-batas tertentu dalam sebuah wilayah. Namun ada beberapa penelitian yang
lainnya menyebutkan bahwa seseorang dinyatakan miskin apabila mencakup dari
segi pangan seseorang (nutrisi), pendidikan seseorang yang diukur melalui
indikator angka buta huruf. Sedangkan dalam definisi yang lebih luas lagi
kemiskinan dapat dinyatakan miskin apabila sesorang tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, akibat dari kebutuhan dasar saja tidak terpenuhi maka akan
berimbas ke yang lainnya tadi yakni tingkat pendapatan seseorang pendidikan
yang kemudian tidak memadai, kesehatan yang memburuk, atau ketidaknyamanan
atau kepercayaan diri yang rendah, ketidakberdayaan, atau tidak adanya hak bebas
berpendapat.

Berdasarkan

pandangan

ini,

kemiskinan

adalah

fenomena

multidimensional yang solusi mengatasinya tidaklah sederhana sekali (Kartika


2013)
World Bank Institute 2005 dalam (Kartika 2013) menyatakan bahwa ada 4 alasan
mengapa kemiskinan diukur : pertama adalah membuat orang membuat orang
miskin tarsus dalam agenda, jika kemiskinan tidak diukur maka orang miskin
akan mudah terlupakan. Kedua, orang harus mampu mengidentifikasi orang
miskin jika salah satu tujuannya adalah untuk keperluan intervensi dalam rangka
mengentaskan kemiskinan. Ketiga adalah untuk memantau dan mengevaluasi
proyek-proyek atau kebijakan intervensi dalam rangka mengentaskan kemiskinan.
Dan yang terakhir adalah untuk mengevaluasi efektivitas lembaga-lembaga
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.
Barrientos 2010 dam Kartika (2013) meyatakan bahwa konsep kemiskinan
hamper mirip dengan yang dikemukakan oleh Bank Dunia. Kemiskinan
menggambarkan keadaan dimana individu maupun kelompok (rumah tangga)
berada dalam kondisi yang sangat kekurangan dalam kesejahteraannya. Perspektif

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
yang berbeda dalam kondisi yang sangat kekurangan dalam kesejahteraannya.
Perspektif yang berbeda mengenai kesejahteraan dan pembangunan memberikan
ruang yang berbeda dimana kemiskinan diamati dan diukur. Perspektif resource
mendefenisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu atau keluarga
untuk memerintahkan sumber daya yang memadai untuk memeuhi kebutuhan
dasarnya.perspektif ini mendominasikan diskusi mengenai kemiskinan dan
pengukurannya di negara sedang berkembang. Perspektif partisipasi sosial dan
inklusi mendefiniskan kemiskinan sebagai pengucilan dari aktivitas kerjasama;
orang yang berada dalam kemiskinan tidak bias berpartisipasi dalam kehidupan
sosial dari suatu komuniyas pada tingkat yang dapat diterima. Perspektif ini
mendominasikan diskusi mengenai kemiskinan di negara maju.

2.2

Penanggulangan Kemiskinan

Untuk menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya yang memadukan


berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar di berbagai sektor.
Kebijakan pengentasan kemiskinan menurut Sumodiningrat (1998) dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu kebijakan tidak langsung, dan kebijakan
yang langsung. Kebijakan tidak langsung meliputi (1) upaya menciptakan
ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi, sosial dan politik; (2) mengendalikan
jumlah penduduk; (3) melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok
masyarakat miskin melalui kegiatan pelatihan. Sedangkan kebijakan yang
langsung mencakup: (1) pengembangan data dasar (base data) dalam penentuan
kelompok sasaran (targeting); (2) penyediaan kebutuhan dasar (pangan, sandang,
papan, kesehatan, dan pendidikan); (3) penciptaan kesempatan kerja; (4) program
pembangunan wilayah; dan (5) pelayanan perkreditan.
Untuk menanggulangi masalah kemiskinan harus dipilih strategi yang dapat
memperkuat peran dan posisi perekonomian rakyat dalam perekonomian nasional,

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
sehingga terjadi perubahan struktural yang meliputi pengalokasian sumber daya,
penguatan kelembagaan, pemberdayaan sumber daya manusia (Sumodiningrat,
1998). Program yang dipilih harus berpihak dan memberdayakan masyarakat
melalui pembangunan ekonomi dan peningkatan perekonomian rakyat. Program
ini harus diwujudkan dalam langkah-langkah strategis yang diarahkan secara
langsung pada perluasan akses masyarakat miskin kepada sumber daya
pembangunan dan menciptakan peluang bagi masyarakat paling bawah untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan, sehingga mereka mampu mengatasi
kondisi keterbelakangannya. Selain itu upaya penanggulangan kemiskinan harus
senantiasa didasarkan pada penentuan garis kemiskinan yang tepat dan pada
pemahaman yang jelas mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan itu.
Untuk menanggulangi kemiskinan itu pemerintah mempunyai program dengan
tujuan dapat mengurangi tingkat kemiskinan itu yaitu melalui program di bidang
social, di bidang ekonomi dan di bidang lingkungan. Program di bidang social itu
dilakukan melalui Subsidi (Schultz, 2004), jaminan kesehatan (Nordveit, 2008),
biaya kesehatan (Xua, 2009), penghapusan buta huruf (Nortveid, 2008),
melakukan riset penanggulangan kemiskinan (Byerlee,2000), program pelatihan
(Kutash, 2009), Peningkatan kualitas pendidikan (Hayman, 2007), pendidikan non
formal (Handa, 2009), Penyediaan informasi (Barnett, 2009), pengembangan
wirausaha (Wallenborn, 2008), konversi energy (Chikkatur, 2009), membuat
kebijakan yang sesuai (Rutkowski, 2008). Program dalam bidang ekonomi
dilakukan melalui Lapangan kerja dan distribusi pendapatan (Sanchez, 2008),
keterbukaan akan pasar luar negeri (Tsai, 2007), bantuan pangan (Harringan,
2008), Pemberdayaan masyarakat (Bellon, 2005), program bantuan energy
(Bhattacharya,2009), Efisiensi dalam produksi (Tschakert, 2007), Pengurangan
pajak (Pirttil, 2004), Pengembangan produk unggulan (Alene, 2007), Penggunaan
teknologi dan peningkatan produktivitas (Minten, 2008), modernisasi peralatan
(Mendola, 2007), prinsip efisiensi ekonomi (low cost) (Duclous, 2005). Program
di bidang lingkungan yaitu investasi dalam manajemen air dan infrastruktur

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
(Hanjra, 2009), meningkatkan pendapatan dengan pertanian modern (Mendola,
2007, Minten, 2008), pengelolaan lingkungan (Sunderlin,2006), Pembangunan
sanitasi (Kadigi,et.al, 2007), Klaster masyarakat miskin (Elbers, 2007),
Konservasi (Edmund. 2007), Pembangunan infrastruktur (Hanjra, 2009)
Dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kota Padangsidimpuan, pemerintah
bersama-sama melakukan upaya-upaya untuk mengurangi jumlah penduduk
miskin melalui berbagai program, di antaranya Program Beras Miskin (RASKIN),
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Keluarga Miskin (JPK GAKIN), Program Asuransi Kesehatan Miskin
(Askeskin), Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Bantuan
Khusus Murid (BKM), Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),
Program Keluarga Harapan (PKH), dan Program Penganggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) (Bappeda, 2011).
2.3

Gambaran Umum Kota Padangsidimpuan

Kota Padangsidimpuan terletak pada garis 108'00''-1028'00 Lintang Utara dan


garis bujur 99013'00- 99020'00 Bujur Timur dan berada pada ketinggian 260
sampai dengan 1.100 meter diatas permukaan laut, secara administratif Kota
Padangsidimpuan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan
Angkola Timur), sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan
(Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Angkola Selatan). Sebelah barat
berbatasan

dengan

Kabupaten

Tapanuli

Selatan

(Kecamatan

Angkola

Barat/Kecamatan Angkola Selatan) dan sebelah timur berbatasan dengan


Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Timur). Luas wilayah Kota
Padangsidimpuan mencapai 146,85 km2 yang dikelilingi oleh beberapa bukit serta
dilalui oleh beberapa sungai dan anak sungai. Berdasarkan luas daerah menurut
kecamatan, luas wilayah terbesar berada pada Kecamatan Batunadua dengan luas
sebesar 38,47 km2 atau sekitar 25,88 persen dari luas total Padangsidimpuan.
Angkola Julu dengan luas 28,18 km2 atau sekitar 19,32 persen, Kecamatan

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Padangsidimpuan Tenggara dengan luas 27,69 km2 atau sekitar 19,32 persen,
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan luas 27,69 km2 atau sekitar 18,99
persen. Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dengan luas 22,34 km2 atau
sekitar 15,32 persen, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dengan luas 15,81 km 2
atau sekitar 10,84 persen, sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Utara
mempunyai luas wilayah terkecil yaitu 14,09 km 2 atau sekitar 9,66 persen. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini

Tabel 2.1 letak Geografis Kota Padangsidimpuan


Letak Padangsidimpuan/

: 108'00''-1028'00''

Geographical of Padangsidimpuan
0

: 99 13'00'' - 99 20'00''
2. Luas Wilayah/ A r e a

: 146,85 km2

3. Letak di atas Permukaan Laut/

: 260 - 1 100 m

Heights above Sea Level

5. Batas-batas Wilayah/Boundaries
a. Sebelah Utara/North
b. Sebelah Selatan/South

Lintang Utara/
North Latitude
Bujur Timur/
East Longitude

Padangsidimpuan Tenggara

271,70 m

Padangsidimpuan Selatan

304,60 m

Padangsidimpuan Batunadua

448,70 m

Padangsidimpuan Utara

424,20 m

Padangsidimpuan Hutaimbaru

506,20 m

Padangsidimpuan Angkola Julu

681,40 m

Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola


Timur).
Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Batang
Angkola dan Kecamatan Angkola Selatan)

c. Sebelah Barat/West

Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola


Barat dan Kecamatan Angkola Selatan)

d. Sebelah Timur/East

Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola


Timur)

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

Sumber
Source

:
:

Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan


National Land Agency of Padangsidimpuan Municipality

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan


6
5

LAPORAN AKHIR

Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan

6
5

LAPORAN AKHIR

2.4

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kota Padangsidimpuan dengan jumlah total luas arel yakni 146,85 memiliki
jumlah penduduk 198.809, jumlah penduduk terbesar berada pada Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan, dengan kepadatan penduduk sebesar 3.987. dan
Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Padangsidimpuan
Angkola Julu dengan jumlah penduduk yakni sebesar 7.741 dengan kepadatan
sebesar 275 per km2.
Tabel 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan

Luas
Wilayah

Subdistrict
Total
Area

Jumlah
Penduduk
Number of
Population
(jiwa/person)

Kepadatan
Penduduk
Population Density
(per km2)

(1)
1. Padangsidimpuan Tenggara

(km )
(2)
27,69

(3)
31 526

2. Padangsidimpuan Selatan

15,81

63 029

3 987

3. Padangsidimpuan Batunadua

37,74

19 660

521

4. Padangsidimpuan Utara

14,09

61 140

4 339

5. Padangsidimpuan Hutaimbaru

22,34

15 713

703

6. Padangsidimpuan Angkola Julu

28.18

7 741

275

Jumlah/Total 2012

146,85

198 809

1 354

(4)
1 139

Sumber : BPS Kota Padangsidimpuan 2013

2.5

Jumlah Sekolah dan Guru di Kota Padangsidimpuan

Pendidikan memegang peranan penting dalam usaha mengentaskan kemiskinan


sebagai kebutuhan dasar , untuk itu perlu meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui sarana pendidikan yakni keberadaan sekolah maupun guru.
Jumlah sekolah di Kota Padangsidimpuan yang paling banyak berada di
Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yakni sebanyak 23 sekolah namun jumlah
guru yang terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan hanya 341, sementara

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
di Padangsidimpuan Utara walaupun memiliki 22 sekolah tetapi jumlah guru lebih
banyak dari Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yakni 426 guru. Kecamatan
yang memiliki guru dan sekolah terkecil berada pada Padangsidimpuan Angkola
Julu yakni hanya 5 sekolah dengan jumlah guru 33 orang saja. Untuk lebih jelas
dapat dilihat dari tabel 2.3
Tabel 2.3 Jumlah Sekolah dan Guru di Kota Padangsidimpuan
Kecamatan
Subdistrict
(1)

Sekolah
Schools

Guru
Teachers

Murid
Pupils

Negeri
Public

Swasta
Private

Negeri
Public

Swasta
Private

Negeri
Public

Swasta
Private

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

1. Padangsidimpuan Tenggara

15

198

14

3 566

2. Padangsidimpuan Selatan

23

341

12

6 319

759

3. Padangsidimpuan Batunadua

10

136

10

2 317

4. Padangsidimpuan Utara

22

426

56

8 487

556

5. Padangsidimpuan Hutaimbaru

162

16

2 315

6. P. Sidimpuan Angkola Julu

33

12

938

Jumlah/Total 2012

84

10

1 296

120

23 942

1 315

Sumber : BPS Padangsidimpuan dalam Angka 2013

2.6

Pengeluaran Rata-Rata Perkapita/bulan Makanan dan Non Makanan


menurut Jenis Pengeluaran

Pengeluaran rata-rata perkapita/bulan dari tahun ketahun meningkat hal ini dapat
diketahui bahwa pada tahun 2008 makannan sebesar 341514 namun turun ketika
ditahun 2009 kemudian naik kembali pada tahun 2010 sebesar 335508 naik lagi
ditahun 2011 sebsear 383572 dan meningkat lagi ditahun 2012 sebsear 385963.
Sedangkan pengeluaran/kapita perbulan pada non makanan juga mengalami
peningkatan namun ditahun 2010 mengalami penurunan sebesar 244433 namun

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
kembali mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan terakhir pada tahun 2012
yakni sesbesar 325282. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.4 Pengeluaran Rata-Rata Perkapita/bulan Makanan dan Non
Makanan menurut Jenis Pengeluaran
Tahun
Year

(1)

2012

2011

2010

2009

2008

Pengeluaran/Kapita/Bulan

% Pengeluaran/Kapita/Bulan

Makanan

Bukan
Makanan

Jumlah

Makanan

Bukan
Makanan

Jumlah

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

385 963

325 282

711 245

54,27

45,73

100,00

383 572

334 022

717 595

53,45

46,55

100,00

335 508

244 433

579 941

57,85

42,15

100,00

295 502

247 843

543 345

54,39

45,61

100,00

341 514

258 496

600 011

56,92

43,08

100,00

Sumber : BPS Padangsidimpuan dalam Angka 2013

2.7

Tingkat PDRB Padangsidimpuan Menurut Lapangan Usaha Kota


Padangsidimpuan

Pada tahun 2012 tingkat PDRB di Kota Padangsidimpuan mengalami kenaikan


dari tahun 2010 hanya sebesar 139.358,47 meningkat ke 145.441,51 pada tahun
2011 dan 152171,27 pada tahun 2012 untuk sektor pertanian. Untuk sektor
dibidang perdaganagna sektor ini lebih menunjukkan hal yang signifikan terlihat
bahwa pada tahun 2010 sebesar 229576,97 meningkat ke 239114,58 meningkat
menjadi 250261,74 pada tahun 2012. Untuk lebih jelas melihat tingkat PDRB
terlihat pada tabel dibawah ini

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Tabel 2.5 Tingkat PDRB Padangsidimpuan Menurut Lapangan Usaha Kota
Padangsidimpuan
Lapangan Usaha
Industrial Origin

2010

2011

2012

(1)

(2)

(3)

(4)

139 358,47

145 441,51

152 171,27

2 804,93

2 866,35

2 955,22

101 166,22

103 505,13

106 968,75

5 281,21

5 465,79

5 657,95

51 844,89

56 370,06

61 851,21

229 576,97

239 114,58

250 261,74

90 210,79

94 258,08

100 751,36

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa


Perusahaan/ Financial, Ownerships and
Business Services

128 158,93

142 599,30

159 171,72

9. Jasa-Jasa/ Services

187 700,16

201 501,38

213 100,57

936 093,56

991 122,19

1 052 889,80

1. Pertanian/ Agriculture
2. Pertambangan & Penggalian/ Mining &
Quarrying
3. Industri Pengolahan/ Manufacturing
Industry
4. Listrik, Gas & Air Minum/ Electricity,
Gas & Water Supply
5. Bangunan/Construction
6. Perdagangan, Hotel & Restoran/ Trade,
Hotel & Restaurant
7. Pengangkutan & Komunikasi/
Transportation & Communication

PDRB/GRDP

Sumber : BPS Padangsidimpuan dalam Angka 2013

2.8

Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran Kota Padangsidimpuan

Penerimaan dan pengeluaran pada setiap tahun mengalami kenaikan namun pada
tahun 2010 pengeluaran menurun yakni 356260243. Sementara pada sisi
penerimaan mengalami kenaikan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2012 sisi
penerimaan sebesar 540468368 dan sisi pengeluaran 527246070 di Kota
Padangsidimpuan. Dapat dilihat tabel dibawah ini

Tabel 2.6 Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran Kota Padangsidimpuan

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Tahun Year

Penerimaan
Receipt

Pengeluaran
Expenditure

Pembiayaan
Financial Expenditures

(1)

(2)

(3)

(4)

2012

540 468 368

527 246 070

20 430 522

2011

477 210 918

463 524 730

15 291 221

2010

375 676 077

356 260 243

5 737 346

2009

385 970 485

374 024 132

-2 044 791

2008

369 632 712

371 128 329

9 200 331

Sumber :

2.9

Sourc
e

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota


Padangsidimpuan
Income, Monetary, and Assets Management Office of Padangsidimpuan
Municipality

Jumlah Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung


Jumlah tidak langsung di Kota Padangsidimpuan adalah sebesar 329784083
sementara belanja langsung pada tahun 2012 adalah 197461987 dari jumlah total
527246070 terus mengalami kenaikan dari tahun 2008, namun pada tahun 2009
belanja langsung mengalami penurunan yakni 112521496. Untuk lebih jelas dapat
dilihat melalui tabel dibawah ini

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Tabel 2.7 Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung
Tahun Year

Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung

Jumlah

Indirect Expenditures

Direct Expenditures

Total

(1)

(2)

(3)

(4)

2012

329 784 083

197 461 987

527 246 070

2011

285 996 831

177 527 899

463 524 730

2010

243 738 747

112 521 496

356 260 243

2009

206 024 132

167 848 120

374 024 132

2008

175 649 523

195 478 806

371 128 329

Sumber :
Sourc
e

2.10

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset


Daerah Kota Padangsidimpuan
Income, Monetary, and Assets Management Office of
Padangsidimpuan Municipality

Jumlah Penduduk Miskin

Kota Padangsidimpuan yang terdiri dari 6 Kecamatan setiap tahunnya mengalami


penurunan penduduk miskin, pada tahun 2008 penduduk miskin Kota
Padangsidimpuan sebesar 11,61%, penurunan kemiskinan pada tahun 2009 yakni
9,77%, namun jumlah penduduk miskin naik kembali pada tahun 2010 yakni
10,53% dan tetap sama pada tahun 2011 yakni sebesar 10,53%, dan mengalami
penurunan penduduk miskin kembali pada tahun 2012 sebesar 9,50%. Seperti
terlihat pada tabel dibawah ini :

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Miskin 2008-2012
Tahun

Jumlah Penduduk miskin

Presentase

jumlah

penduduk

miskin
Kota

Desa

Kota,

Kota

Desa

Kota,

2012

desa
-

Desa
9,50%

2011

10,53%

2010

10,53%

2009

9,77%

2008

11,61%

Sumber : BPS Padangsidimpuan dalam Angka 2103

2.11 Angkatan Kerja


Angkatan kerja di Kota Padangsidimpuan berumur 15 tahun keatas yang termasuk
angkatan kerrja menurut pendidikan yang ditamatkan dan jenis kelamin pada
tahun 2013 didominasi oleh perempuan hal ini ditunjukkan bahwa 28,22% tidak
atau pernah sekolah sementara 25,29% untuk laki-laki dari total 26,57%.
Tidak/belum tamat SD 28,22% didominasi oleh laki-laki dan sisanya 25,29 dari
total 26,57% jumlah laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk tamat SLTP lebih
didominasi oleh laki-laki yakni 26,29% laki-laki dan 17,96% perempuan dari total
22,64%. Tamat SLTA didominasi oleh laki-laki yakni 35,56% sedangkan
perempuan 30,50% dari total laki-laki dan perempuan yakni 33,34%. Sedangkan
untuk tingkat diploma ataupun universitas didominasi oleh perempuan yakni
23,32% dan 12,87% laki-laki. Untuk lebih jelas lihat tabel dibawah ini :

Tabel 2.9 Jumlah Angkatan Kerja

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Tingkat Pendidikan

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki dan
perempuan

(1)

(2)

(3)

(4)

1Tidak/belum pernah sekolah

25,29

28,22

26,57

2. Tidak/belum tamat SD

25,29

28,22

26,57

3. Tamat SD

25,29

28,22

26,57

4. Tamat SLTP

26,29

17,96

22,64

5. Tamat SLTA

35,56

30,50

33,34

6. Diploma, Universitas

12,87

23,32

17,44

100,00

100.00

100.00

Jumlah/Total 2012

BPS Padangsidimpuan dalam Angka 2013

2.12

Realisasi

Penerimaan

Kota

Padangsidimpuan

Menurut

Jenis

Penerimaan Tahun 2012


Jenis penerimaan pada tahun 2010 hinmgga ketahun 2012 mengalami
peningkatan, hal ini ditunjukkan paada tahun 2010 penerimaan dari pendapatan
asli daerah yakni 14.602.384 naik ketahun 2011 yakni sebesar 21614811 ketahun
2012 yakni sebesar 23.682.308. hanya saja pada saat bagi hasil pajak berkurang
dari tahun 2010 yakni 26.428.985 turun menjadi 23.994.090 namun naik kembali
pada tahun 2012 yakni 32.822.220. begitu juga dengan dana alokasi umum,
namun tidak untuk dana alokasi khusus, dana tersebut juga mengalami penurunan
pada tahun 2011 yakni sebesar 25.568.500 menjadi 23.986.606. untuk lebih jelas
dapat terlihat pada table dibawah ini
Tabel 2.10 Realisasi Penerimaan Kota Padangsidimpuan Menurut Jenis
Penerimaan Tahun 2012
Sumber : BPS kota Padangsidimpuan dalam angka 2013

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Jenis Penerimaan

2010

2011

2012

(2)

(3)

(4)

Type of Receipt
(1)

Pendapatan

Asli

Daerah

Local

14 602 384

21 614 811

23 682 308

Perimbangan

317 219 703

357 577 097

421 732 104

26 428 985

23 994 090

32 822 220

270 129 118

308 014 507

364 923 284

(DAK)

20 661 600

25 568 500

23 986 606

sah

43 853 989

98 019 010

95 053 956

375 676 076

477 210 918

540 468 368

Government Genuine Receipt

Bagian

Dana

Balanced Fund

Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak Tax


and Non Tax Share

Dana Alokasi Umum (DAU) General


Allocation Fund

Dana

Alokasi

Khusus

Specific Allocation Fund

Lain-lain

Pendapatan

yang

Subsidies and Contribution

Jumlah/Total

2.13 Indeks Harga Konsumen


Indeks Harga Konsumen pada setiap bulan yang terdiri dari bahan makanan,
makanan jadi, minuman, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transport
dan komunikasi mengalami fluktuasi seperti misalnya bahan makanan sejak

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
januari sampai dengan bulan desamber sebesar 152,94 terus mengalami kenaikan
dan penurunan kenaikan terjadi sekitar buklan juli sampai dengan agustus, yakni
150.17 dan bulan agustus 152.07. sementara untuk kelompok minuman, rokok,
dan tembakau mengalami kenaikan pada bulan November dan desember yakni
138.03 dan 138.12. untuk kelompok sandang mengalami kenaikan antara bulan
November dan bulan desember yakni 165.72 dan 165.79. namun dari sekian
banyak indeks harga konsumen yang terdiri dari bahan makanan, makanan,
perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan yang paling besar indeks harga
konsumen adalah dari bahan pangan yakni sandang 165.72 dibulan November dan
165.79 pada bulan desember. Terlihat seperti tabel dibawah ini
Tabel 2.11 Indeks Harga Konsumen
Month

Umum

Kelompok / Group

General

Bahan

Makanan

Peruma-

Sanda

Kese-

Pendidi-kan,

makanan

jadi,

han, Air,

ng

hatan

Rekreasi &

keuangan Trans-portation,

food stuff

minuman,

Listrik,

Clothi

Health

Olah raga

Commu-nication,& Financial

rokok &

Gas, dan

ng

tembakau

bahan

Recrea-tion &

prepared

bakar

sport

food,

Housing,

beverage,

water

Tanspor, komuni-kasi & jasa

Educa-tion

cigarette & electricity,

(1)
1. Januari/January

(2)
152,94

Tobacco

gas & fuel

(3)

(4)

129,80 127,54

(5)

(6)

155,9 108,76

(7)

(8)

(9)

126,91

106,32

133,26

129,17

107,08

132,99

129,41

107,10

132,80

129,43

107,10

132,50

129,79

107,34

132,79

130,07

106,86

134,37

130,07

108,04

134,62

2. Februar/February

148,46

130,55 128,66

158,3 108,79
5

3. Maret/March

147,56

130,87 128,86

157,7 108,76
8

4. April/April

146,16

131,17 129,34

156,6 109,05
0

5. Mei/May

145,48

131,23 131,46

156, 109,17
50

6. Juni/June

150,17

132,51 132,18

156,9 110,21
1

7. Juli/July

150,65

132,80 132,13

156,9 107,87

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

1
152,07

8. Agustus/August

136,14 133,69

161,2 109,14

130,07

108,12

136,39

130,00

106,38

135,66

134,30

105,80

136,03

134,56

105,80

136,29

134,56

105,36

137,02

9
147,33

9.

137,79 134,29

10. Oktober/October

164,3 110,16
1

September/September
147,13

137,80 134,37

165,7 111,47
8

147,39

11.

138,03 135,05

November/November
150,42

12.

165,7 111,52

138,12 135,15

165,7 111,12
9

Desember/December

BPS Padangsidimpuan dalam Angka 2013

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1

Rancangan Penelitian

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

ancangan belanja modal pemetaan kemiskinan daerah di Kota Padangsidimpuan


ini bersifat explanatory dimana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
pengaruh antar variabel yang ada, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor yang menyebabkan kemiskinan di Kota Padangsidimpuan
dan kaitannya dengan perencanaan wilayah yang ada di Kota Padangsidimpuan,
sehingga dengan demikian dapat kiranya nanti diketahui pemetaan belanja modal
di kecamatan mana yang paling besar mendapatkan biaya dari penanggulangan
kemiskinan di Kota Padangsidimpuan
3.2

Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tekhnik Penarikan Sampel

Adapun dalam belanja modal pemetaan kemiskinan daerah adalah keseluruhan


masyarakat miskin yang ada di Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu,
Kecamatan

Batunadua,

Padangsidimpuan

Hutambaru,

Kecamatan

Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Tenggara, Padangsidimpuan Utara.


Dalam penenlitian ini populasi yang dimaksudkan adalah masyarakat miskin yang
terdata pada Rumah Tangga Sasaran Program penanggulangan kemiskinan Kota
Padangsidimpuan sebagai Rumah Tangga Sasaran (RTS).

Tabel 3.1 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tekhnik Penarikan Sampel
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6

Padangsidimpuan Angkola Julu


Padangsidimpuan Batunadua
Padangsidimpuan Hutaimbaru
Padangsidimpuan Selatan
Padangsidimpuan Tenggara
Padangsidimpuan Utara
Jumlah

Jumlah Anggota
Rumah Tangga
31.526
63.029
19.660
61.140
15.713
7.741
198.809

Jumlah Rumah
Tangga Sasaran
706
1068
949
2344
1489
1633
8189

Sumber : Rekapitulasi RTS-PM program Raskin

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Sampel merupakan sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan
teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling (Usman dan Akbar 2004).
Besaran sampel ditentukan dengan menggunakan formula slovin

Dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Batas Toleransi Kesalahan (95%)
n=

8189
8.189 (0.05)2

n =

8189
21.4725

n = 381,3 dibulatkan menjadi 381


Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat ditentukan bahwa jumlah sampel
sebanyak 381 orang dengan jumlah sampel setiap kecamatan ditentukan dengan
proporsional di setiap kecamatan. Untuk menarik sampel dari setiap kecamatan
menggunakan alokasi proporsional dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
nps = Besarnya sampel setiap kecamatan
N1 = Besarnya populasi setiap kecamatan
N = Besarnya populasi 6 kecamatan di Kota Padangsidimpuan
n1 = Besarnya sampel secara keseluruhan

Kecamatan

( Alokasi proporsional nps

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
sampel)
31.526/198.809x381
63.029/198.809x381
19.660/198.809x381
61.140/198.809x381
15.713/198.809x381
7.741/198.809x381

Padangsidimpuan Angkola Julu


Padangsidimpuan Batunadua
Padangsidimpuan Hutaimbaru
Padangsidimpuan Selatan
Padangsidimpuan Tenggara
Padangsidimpuan Utara
Jumlah
Tabel 3.2 Alokasi proporsional Sampel

60
121
38
117
30
15
381

Penelitian ini dilakukan di seluruh Kecamatan di Kota Padangsidimpuan hal ini


dikarenakan agar kepastian gambaran umum tentang kemiskinan di Kota
Padangsidimpuan dapat tergambar secara baik. Analisis ini menggunakan sampel
sebanyak 381 orang di 6 kecamatan dari jumlah seluruh populasi yakni 198.809.
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuisioner.
3.1

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah data primer
dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari hasil publikasi lembaga
pemerintahan seperti BPS Kota Padangsidimpuan dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Padangsidimpuan
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Survei, yakni data yang dikumpulkan dengan cara wawancara langsung
dengan responden dengan menggunakan instrument kuisioner
b. Data sekunder yakni hasil dari publikasi, laporan penelitian, dan jurnaljurnal yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan di Kota
Padangsidimpuan
3.2 Uji Validitas
Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah,
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Sebelum responden digunakan untuk mengumpulkan data terlebih dahulu diuji
validitasnya dengan menggunakan rusmus teknik korelasi product moment dari
Pearson (Silalahi, 2009) sebagai berikut:

N ( dxy ) fdx fdy

Nfdy 2 dx

N fdY 2 fy

Dimana:
R

= koefisien validitas item yang dicari

= skor yang diperoleh dari subjek dalam tiap item

= skor total yang diperoleh dari subjek seluruh item

= jumlah skor dalam distribusi X

Y = jumlah skor dalam distribusi Y


X2

= jumlah kuadrat pada masing-masing skor X

Y 2 = jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y

= Jumlah responden

Kofisien validitas dianggap signifikan jika r hitung > r tabel pada 5%


3.3

Uji Reliabilitas

Reliabilitas Instrument baik tes maupun nontes dapat di kategorikan menjadi tiga,
yaitu: Konsisten internal, Stabilitas, dan antar penilai. Sesuai dengan klasifikasi
reliabilitas, maka cara etimasi relibilitas dapat di kategorikan menjadi tiga, yaitu
metode konsistensi internal, stabilitas, dan antar penilai (Mardapi D, 2008).
Sugiyono (2008) mengatakan bahwa pengujian reliabilitas instrument secara
internal dapat dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua (spilt half) yaitu
pengujian reabilitas internal yang digunakan dengan membelah item-item

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
instrument menjadi dua kelompok (ganjil dan genap) kemudian dijumlahkan,
dicari korelasinya kemudian dianalisis dengan rumus koefisien Spearman Brown,
yang rumusnya sebagai berikut:

rj

2rb
1 rb

Dimana:
Rj = reliabilitas internal seluruh instrument
Rb = korelasi product moment antara belahan ganjil dan genap
Koefisien reliabilitas dianggap signifikan jika rj hitung > r tabel pada 5%
3.4

Teknik Analisis data

Teknik analisis data ini menggunakan Analisis Komponen Dasar (PCA). Hal ini
dikarenakan penentuan indikator dengan metode ini sangat cocok untuk mengukur
indikator kemiskinan yang berkarateristik lokal (Suryadarma dkk). Principal
Component Analysis (PCA) Merupakan suatu analisis untuk mereduksi dimensi
variabel pada data multivariable, kompresi data, patern recognition dan analisis
statistic. Proses PCA digunakan untuk mengaproksikan ruang data asli berdimensi
tinggi dengan dimensi yang lebih rendah pada sub ruang yang merentang oleh
suatu principal vector eigen dari matriks kovarian data. Dengan cara tersebut,
distribusi data dapat direpresentasikan den direkonstruksikan dengan principal
vector eigen dan nilai eigen yang berkaitan.
Tujuan PCA adalah mereduksi dimensi variabel data input menjadi komponen
utama yang berdimensi lebih kecil dengan kehilangan informasi minimum,
dimana komponen utama yang terbentuk tidak berkorelasi satu dengan yang
lainnya. Proyeksi pada PCA adalah representasi himpunan data X ke dalam
bentuk vector eigen orthonormal dan matriks kovarian sebagai basis untuk
ditransformasi ke ruang data yang baru. Vector eigen dapat dikatakan sebagai

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
basis asli untuk multi dimensi antar variabel dalam ruang data. Selanjutnya PCA
akan mencari proyeksi variabel-variabel yang tidak berkorelasi.
Komponen utama adalah kombinasi linear Y1, Y2,., YP yang tidak
berkorelasi dengan varian terbesar. Komponen utama adalah kombinasi linear dari
a1X dengan varian VAR(a1X) dengan varian Var (aiX) terbesar pada a1a1 =1
dan komponen utama kedua alaha kombinasi linear dari a1X dengan varian Var
(a2X) terbesar pada a2a2 =1 dan Cov (a1X,a2X) = 0. Untuk komponen utama
ke-i adalah kombinasi linear dari aiX dengan varian Var (aiX) terbesar pada
aiai=1 dan Cov (aiX,akX)=0, (k<i)
Proyeksi pada PCA adalah representasi himpunan data X ke dalam bentuk vector
eigen orthonormal dan matriks kovarian data X. Matriks kovarian merupakan
antara variabel-variabel dalam himpunan data X. PCA merupakan proses
mendapatkan vector eigen orthonormal dari matriks kovarian sebagai basis untuk
ditransformasi keruang data yang baru.
Setiap kelompok data memiliki komponen utama, tetapi proses PCA akan bekerja
secara baik jika kelompok data tersebut berdistribusi Gaussian. Untuk data
berdimensi tinggi diasumsikan berdistribusi Gausian. Untuk data berdimensi
tinggi diasumsikan berdistribusi Gaussian. Untuk itu pada PCA selalu
mneggunakan bentuk deviasi mean karena setiap data telah dikurangi dengan
meannya atau sering disebut dengan zero-mean. Distribusi propabilitas zero mean
yang secara penuh menggambarkan variannya merupakan distribusi Gaussian
Analisis tingkat kemiskinan di Padangsidimpuan untuk pemetaan belanja modal
kemiskinan terbagi atas 3 kategori yakni, mendekati miskin, miskin dan sangat
miskin. Variabel-variabel yang dapat menjawab tentang kemiskinan di
Padangsidimpuan dengan anlisi PCA dapat dilihat dari indicator-indikator yang
dicapai dapat terlihat pada tabel dibawah ini

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

Tabel 3.3 Indikator Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah


Padangsidimpuan
Kelompok Variabel
Kemiskinan

Indikator
Pencari nafkah utama
Jenis material lantai/lantai
Bahan atap
Bahan dinding rumah
Jenis penerangan
Sumber air minum
Sanitasi/wc yang digunakan
Kepemilikan rumah
Kesehatan

Natural Kemiskinan dalam bidang ekonomi

Keadaan alam
Kegiatan bekerja
Tingkat pendapatan
Peningkatan usaha

Natural Kemiskinan dalam bidang Fasilitas Ketersediaan air bersih


sosial dan fasilitas umum (Fasosfasum)
Fasilitas MCK
Natural Kebutuhan Dasar

Pemenuhan sembako
Jenis makanan pokok

Kultural dalam bidang ekonomi

Pengeluaran lebih besar dari pendapatan


Perbedaan pendapatan pria dan wanita

Kultural dalam bidang fasilitas sosial dan Intesitas dalam membersihkan lingkungan
fasilitas umum (Fasosfasum)
Tingkat kepedulian lingkungan
Ketersediaan bahan bangunan
Keamanan lingkungan
Kemiskinan struktural dalam bidang ekonomi

Tingkat upah

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Kestabilan harga penjualan
Kebijakan

pemerintah

terhadap

tingkat

pekerjaan
Kontribusi harga diluar daerah
Tingkat kesempatan berusaha
Struktural Fasilitas sosial dan fasilitas umum Perbedaan pembangunan antar daerah tempat
(Fasosfasum)

tinggal

BAB IV
BELANJA MODAL
M

enurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP dalam kemenkeu 2013) menyatakan


bahwa belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembentukan modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya
adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yan sifatnya mempertahankan atau
menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas asset, dalam
SAP, belanja modal dapat dikategorikan ke dalam lima kategori utama, yaitu :
1.
Belanja Modal Tanah
Belanja modal tanah adalah

pengeluaran/biaya

yang

digunakan

untuk

pengadaan/pembelian/pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,


pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan, tanah, pembuatan sertifikat, dan
pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai
tanah dimaksud kondisi siap pakai
2.
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja modal peralatan dan mesin (dalam kemenkeu 2013) menyatakan bahwa
pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian,
dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin, serta inventaris.

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

3.
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk penadaan/pnambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan
yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi
siap pakai
4.
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/dan termasuk pengeluaran
untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jarinan yan
menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi
siap pakai
5.
Belanja Modal dan Fisik Lainnya
Belanja modal dan fisik lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan dari pembangunan/pembuatan
serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam
kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan
jalan irigasi dan jaringan.
4.1
Efisiensi dan Efektivitas Belanja Modal Daerah
Efektivitas anggaran pembangunan mengatakan bahwa keberhasilan pemerintah
dalam mengalokasikan anggaran pembangunan sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan. Ada beberapa cara mengukur keberhasilan tersebut, yaitu dengan
melihat seberapa besar pemerintah menentukan alokasi nilai belanja untuk
kepentingan public, seberapa besar nilai belanja untuk kepentingan publik tersebut
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik dan optimal dan seberapa besar
optimalisasi nilai belanja publik mengakibatkan kegiatan-kegiatan ekonomi ikutan
yang bermanfaat bagi masyarakat sehingga menambah kesejahteraan masyarakat.
Dalam mengalokasikan komponen Belanja Langsung beupa Belanja Modal harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu mengarahkan Belanja Modal untuk

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
pmbangunan infrastruktur yang menunjang investasi didaerah dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi di daerah, melakukan evaluasi dan pengkajian terhadap
barang-barang inventaris yang tersedia baik dari sisi kondisi maupun umur
ekonomisnya sehingga pengadaan inventais dapat dilakukan secara selektif sesuai
kebutuhan masing-masing. Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kemudian menyusun
belanja modal sebesar harga beli/bangun asset tetap ditambah seluruh belanja
yang terkait dengan pengadaan/pembangunan asset tetap tersebut sampai siap
digunakan.
4.2
Belanja Modal Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah sarana atau alat untuk dalam
menjalankan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab serta member isi
dan arti tanggung jawab. Pemerintah Daerah karena APBD menggambarkan
seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah. Menurut Undang-Undang No 25
Tahun 1999 Tentang perimbangan keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah.
APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah tentang Anggaran
Pendpatan dan Belanja Negara (APBD). Belanja daera adalah semua pengeluaran
kas daerah dalam periode tahunan anggaran yang bersangkutan yang meliputi
belanja rutin (operasional) dan belanja pembangunan (belanja modal) serta
pengeluaran tidak tersangka
Peran Belanja Modal Dalam Struktur Anggaran Daerah
Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
peneyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum yan layak serta mengembangankan jaminan sosial dengan
mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolak ukur,
kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (UU 32/2004). Kewajiban daerah tersebut
tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun
anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan asset tetap pemerintah
daerah yaitu peralatan, bangunan, infrastruktur dan harga tetap lainnya.
Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh asset tetap tersebut yakni
dengan membangun sendiri. Menukarkan dengan asset tetap lain dan
membeli. Namun biasanya cara yang dilakukan dalam pemerintah adalah
dengan cara membeli. Proses pembelian yang dilakukan umumnya melalui
sebuah proses lelang atau tender yang cukup rumit.

BAB V

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN


PEMETAAN KEMISKINAN
DAN
BELANJA MODAL
5.1 Hasil
5.1.1 Deskriptif Kuantitatif
K

ota Padangsidimpuan terdiri dari 6 Kecamatan, yakin kcamatan


Padangsidimpuan angkola julu, Kecamatan padangsidimpuan utara,
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Padangsidimpuan Tenggara,

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Padangsidimpuan hutaimbaru, dan Kecamatan Padangsidimpuan
selatan.
5.2 Karakteristik Responden
5.2.1 Tingkat Pendidikan
Analisis yang dilakukan untuk belanja modal pemetaan kemiskinan daerah
Padangsidimpuan ini dari 381 responden yang menjadi sampel pada peneltian
dapat diketahui bahwa sebanyak 0,3 % koresponden tidak sekolah, 57,5
bereskolah sampai dengan tingkat dasar (SD), 25,2 tamatan SMP, 16,3% tamat
SMA dan 0,3% tamatan diploma. Dari tingkat pendidikan tersebut dapat
diketahui

bahwa

pendidikan

tertinggi

gambaran

kemiskinan

di

Padangsidimpuan didominasi oleh pendidikan tamatan dasar. Hal ini dapat


diperjelas bahwa pendidikan masih berkualitas rendah. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat

Jumlah

Presentase

Presentase kumulatif

Pendidikan
Tidak

0,3%

0,3%

bersekolah
SD
SLTP
SMA
D1/sederajat
Total

219
96
64
1
381

57,5%
25,2%
16,3%
0,3%
100,00

57,7%
82,9%
99,7%
100,00

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.2.2 Kebutuhan Paling Penting


Kebutuhan paling penting adalah kebutuhan yang paling mendasar untuk
tingkat kemiskinan, hal ini disebabkan karena kebutuhan tersebut adalah
kebutuhan yang ada ataupun tidak harus terpenuhi (outonomus consumption).
Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Di Kota
Padangsidimpuan analisis yang dilakukan terhadap 381 koresponden di 6
Kecamatan di Kota Padangsidimpuan menyatakan bahwa kebutuhan yang

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
paling penting adalah kebutuhan

pangan (makan) dapat dilihat bahwa

sebanyak 89,2%, lebih membutuhkan makan dan sisanya sekitar 10,5%


membutuhkan tempat tinggal (papan), hal ini dikarenakan kebanyakan
penduduk miskin di Kota Padangsidimpuan memiliki rumah bersama. Untuk
lebih jelas dapat lihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kebutuhan yang Paling Penting


Kebutuhan paling penting
Sandang (pakaian)
Pangan (makan)
Papan (rumah)
Total

Jumlah
1
340
40
381

Presentase
0,3%
89,2%
10,5%
100,0

Presentase kumulatif
0,3%
89,5%
100,0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.2.3 Lama Bekerja


Di Kota Padangsidimpuan analisis yang dilakukan terhadap 381 koresponden
di 6 Kecamatan di Kota Padangsidimpuan menyatakan bahwa lama bekerja
yang paling lama lebih dari 12 tahun yakni sebesa 29,1%, kemudian
masyarakat di Kota Padangsidimpuan rata-rata bekerja antara 6-9 tahun dan 3-5
tahun, yakni sebesar 24,7% dan 25,2% sisanya bekerja selama 1-2 tahun
sebesar 2,1%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja
Tidak bekerja
1-2 tahun
3-5 tahun
6-9 tahun
10-12 tahun
Lebih dari 12 tahun
Total

Jumlah
8
12
96
94
60
111
381

Presentase
2,1%
3,1%
25,2%
24,7%
15,7%
29,1%
100,0

Presentase kumulatif
2,1%
5,2%
30,4%
55,1%
70,9%
100,0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.2.4

Pekerjaan

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Masyarakat di Kota Padangsidimpuan sebagian besar masih menggantungkan
hidupnya dari keadaan geografis wilayhnya yakni kondisi pertanian, hal ini
terbukti dari

381 koresponden di 6 Kecamatan di Kota Padangsidimpuan

menyatakan bahwa pekerjaan terbesar ada pada pekerjaan petani yakni sebesar
50,7% , wiraswasta sebesar 24,4%, sisanya buruh 22,6% dan tidak bekerja
sebesar 2,4%. Pada pekerjaan petani ada yang masih bekerja sebagai buruh
tani. Ini membuktikan bahwa kemiskinan di Kota Padangsidimpuan masih
sangat menggantungkan hidup mereka kepada keadaan geografis dataran
tinggi. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Tidak bekerja
Petani
Buruh
Wiraswasta
Total

Jumlah
9
193
86
93
381

Presentase
2,4%
50,7%
22,6%
24,4%
100,0

Presentase kumulatif
2,4%
53%
75,6%
100,0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.3 Kemiskinan
Analisis yang dilakukan terhadap 381 responden menginformasikan bahwa
beberapa indikator diantaranya indikator tersebut adalah pencari nafkah utama
dalam keluarga, bahan material lantai, bahan atap, bahan dinding, jenis
penerangan, sumber air minum, dan fasilitas jamban yang digunakan.

5.3.1
Pencari Nafkah Utama
Dari hasil penelitian dapat diinformasikan bahwa indikator kemiskinan pencari
nafkah utama didominasi oleh istri. Hal ini bisa saja terjadi karena kaum
perempuan lebih ingin membantu keluarganya secara aktif dalam mengatasi
kemiskinan, hal ini juga terjadi di Kota Padangsidimpuan dari 381 responden
pencari nafkah perempuan dalam keluarga sebesar 85,7%, istri dibantu anak

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
2,9%, istri anak dan suami hanyan 2,4%. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari
tabel dibawah ini
Tabel 5.5 Pencari Nafkah Utama
Pencari nafkah
Istri
Istri dibantu anak
Istri, anak, suami
Total

Jumlah
359
12
10
381

Presentase
85,7%
2,9%
2,4%
100.0

Presentase kumulatif
94,2%
97,4%
100.0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.3.2 Bahan Material lantai


Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa bahan material semen yang paling
banyak. Diketahui bahwa rumah tangga keluarga miskin sebesar 72.6%
mempunyai bahan material semen untuk lantai rumah, sisanya 11% berbahan
material papan, 5,5% tanah dan 0,2% keramik. Untuk lebih jelas dapat dilihat
dari tabel dibawah ini.

Tabel 5.6 Bahan Material Lantai


Bahan

Material Jumlah

lantai
Tanah
Papan
Semen dan Papan
Semen
Keramik
Total

23
46
7
304
1
381

Presentase
5.5%
11%
1,7%
72,6
0,2
100.0

Presentase kumulatif
6,0%
18,1%%
19,9%
99,7%
100.0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.3.3 Bahan Atap


Dari 381 responden dari 6 kecamatan untuk mengetahui kemiskinan di Kota
Padangsidimpuan dapat diketahui bahwa 90,5% berbahan seng dan sisanya

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
0,5% genteng. Itu membuktikan bahwa dalam kondisi papan sudah cukup baik
namun dari segi kepemilikan rumah, mereka biasanya dari rumah warisan,
dengan status kepemilikan rumah bersama. Dapat diketahui melalui tabel
dibawah ini

Tabel 5.7 Bahan Atap Rumah


Bahan

Material Jumlah

lantai
Tanah
Papan
Semen dan Papan
Semen
Keramik
Total

23
46
7
304
1
381

Presentase

Presentase kumulatif

5.5%
11%
1,7%
72,6
0,2
100.0

6,0%
18,1%%
19,9%
99,7%
100.0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.3.4 Bahan Dinding


Dari 381 responden di 6 kecamatan dapat diketahui bahwa sebanyak 73,5%
berbahan dinding dari papan, 9,1% papan dan semen dan 8,4% berbahan
semen. Hal ini berarti bahwa pada keadaan rumah bahan atap sudah sangat baik
terbuat dari bahan atap seng, namun untuk bahan dinding diketahui bahwa
masih berbahan daasar papan. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah
ini :
Tabel 5.8 Bahan Dinding Rumah
Bahan dinding rumah
Papan

Jumlah
308

Presentase
73,5%

Presentase
kumulatif
80,8%

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Papan dan semen
Semen
Total

38
35
381

9,1%
8,4%
100.0

90,8%
100.0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.3.5 Jenis Penerangan


Jenis penerangan dari 381 responden dapat diketahui bahwa sebesar 89,3% di
6 Kecamatan Kota Padangsidimpuan sudah memiliki penerangan yang baik
karena telah menggunakan listrik dari PLN dengan biaya 450 watt, hanya
1,2% yang masih menggunakan sistem penerangan petromax dan sisanya
0,5% telah menggunakan listrik dari PLN dengan daya 900 watt. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 5.9 Jenis Penerangan
Bahan dinding rumah

Jumlah

Presentase

Presentase

Petromax
Listrik dari PLN dengan

5
374

1,2%
89,3%

kumulatif
1,3%
99,5%

biaya 450 watt


Listrik dari PLN dengan

0,5%

100.0

381

100.0

daya 900 watt


Total

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.3.6 Sumber Air Minum


Pada 381 responden miskin yang tersebar di 6 Kecamatan yang paling besar
presentase penduduk yang menggunakan air sumur sebagai sumber mata air
yakni sebesar 84,2%, 1,0 sudah menggunakan air kemasan sebagai air minum
sehari-hari.

namun masih ada yang masih mengambil air sungai sebagai

sumber air minum merekayakni sebesar 1,2% dan hanya 0,5% yang
menggunakan air sungai, sisanya 0,5 menggunakan sumber air hujan. Untuk
lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini

Tabel 5.10 Sumber Air Minum

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Sumber air minum
Air sungai
Air hujan
Air sumur
PAM
Air kemasan
Total

Jumlah
5
2
353
17
4
381

Presentase
1,2%
0,5%
84,2%
4,1%
1%
100

Presentase kumulatif
1,3%
1,8%%
94,5%
99%
100,0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2013 (diolah)

5.3.7
Fasilitas Jamban
Pada 381 responden dari 6 kecamatan

di

Padangsidimpuan

dapat

diinformasikan bahwa keadaan fasilitas jamban sudah baik karena 56,1% sudah
memakai jamban didalam rumah, namun masih ada juga yang masih
menggunakan jamban langsung ke sungai sekitar 24,3%sisanya 6% masih
menggunakan jamban umum dan 4,5% dengan jamban tradisional. Untuk lebih
jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini

Tabel 5.11 Fasilitas jamban


Fasilitas jamban
Jamban langsung

Jumlah
102

Presentase
24,3%

Presentase kmulatif
26,8%

ke sungai
Jamban umum
Jamban

25
19

6%
4,5%

33,3%
38,3%

tradisional
Jamban dalam

235

56,1%

100,0

rumah

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Total

381

100,0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.3.8
Status Kepemilikan Rumah
Pada 381 responden dari 6 kecamatan di Padangsidimpuan dapat
diinformasikan bahwa keadaan status kepemilikan rumah 64% masayarakat
miskin di Kota Padangsidimpuan memiliki status kepemilikan ruma dengan
status menyewa dan 7,6 menumpang, 0,5 memiliki rumah diatas tanah
garapan, 8,1 rumah milik bersama dan sisanya 10,7 sudah mempunyai rumah
dengan status hak milik. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini

Tabel 5.12 status kepemilikan rumah


Status kepemilikan rumah
Menumpang
Ruma diatas tanah garapan
Rumah milik bersama
Sewa
Rumah hak milik (SHM)
Total

Jumlah
32
2
34
268
45
381

Presentase
7,6%
0,5%
8,1%
64%
10,7%
100,0

Presentase
kumulatif
8,4%
8,9%
17,8%
88,2%
100,0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.3.9 Gangguan Kesehatan


Pada 381 responden dari 6 kecamatan di Padangsidimpuan dapat
diinformasikan bahwa 1% mempunyai gangguan kesehatan yang sangat
mengganggu, 29,1% mengganggu, 41,2 biasa saja
Tabel 5.13 Gangguan kesehatan
Status kepemilikan rumah

Jumlah

Presentase

Presentase

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR

Menumpang
Ruma diatas tanah garapan
Rumah milik bersama
Sewa
Rumah hak milik (SHM)
Total

4
111
157
26
83
381

kumulatif
8,4%
8,9%
71,4%
78,2%
100,0

1%
26,5%
37,5%
6,2%
19,8%
100,0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.4 Uji Validitas


Uji validitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
kevalidan dari (kuesioner). Tinggi rendahnya validitas dari instrumen
menggambarkan sejauh mana data terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran variabel yan dimaksud. Berdasarkan hasil uji validitas dari
komponen pertanyaan untuk belanja modal pemetaan kemiskinan daerah kota
Padangsidimpuan, sebanyak 29 pertanyaan dinyatakan valid karena r hitung >
r tabel. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Tabel 5.14 Uji Validitas
Pertanyaan
Pencari nafkah utama
Material lantai
Bahan atap
Dinding rumah
Jenis penerangan
Sumber air minum
Jamban
Status kepemilikan rumah
Gangguan kesehatan
Keadaan alam
Penggunaan teknologi
Pendapatan tambahan
Peningkatan usaha
Ketersediaan air bersih
Fasilitas mck

Nilai r
hitung
0,124
0,306
0,167
0,169
0,164
0,115
0,299
0,171
0,305
0,622
0,144
0,192
0,322
0,415
0,499

Nilai r tabel

Keterangan

0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Pemenuhan sembako
Makanan pokok
Pengeluaran
Perbedaan pendapatan
Intensitas membersihkan lingkungan
Tingkat kepedulian
Ketersediaan bahan bangunan
Tingkat keamanan lingkungan
Tingkat upah
Penjualan hasil produksi
Kebijakan pemerintah
Kontribusi harga diluar daerah
Tingkat kesempatan berusaha
Ketimpangan pembangunan antar daerah

0,251
0,196
0,426
0,280
0,195
0,323
0,545
0,318
0,398
0,326
0,244
0,441
0,385
0,224

0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.5 Uji Reliabilitas


Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapat Hasil cronbachs alpha sebesar 0,609
dengan alpha pembanding ditetapkan sebesar 30% atau 0,30 maka 0,609 >
0,30. Artinya adalah data reliabel. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel
dibawah ini
Tabel 5.15 Uji Reliabilitas

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Cronbachs Alpha
0,609

N of items
29

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.6 Analisis PCA


Analisis PCA merupakan metode untuk mengetahui kecukupan sampel, nilai
yang perlu dilihat dari PCA adalah dari nilai KMO (Kiser Mayer Olkin). Jika
nilai KMO > 0,5, maka sampel dalam menganalisis sudah cukup. Kemudian
untuk mengetahui pemenuhan asumsi analisis faktor maka yang dilihat adalah
nilai KMO >0,5. Dan setiap variabel memiliki nilai MSA (Measure of
Sampling Aduquency) > 0,5
Tabel 5.16 Hasil PCA
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah
Variabel

KM

Communalities

Anti image
matrix

Initial
Eigenvalue

Eigenva

Extraction sum

lues

of square loading

s
0,677
Natural

0,514

0,837

1.910

2.910

ekonomi
Natural

0,660

0,658

1.267

1.267

fasosfasum
Natural

0,708

0,666

1.121

1.121

dasar
Kultural

0,680

0,516

0,810

ekonomi
Kultural

0,689

0,568

0,782

fasosfasum
Struktural

0,553

0,652

0,608

ekonomi
Struktural

0,693

0,644

0,502

kebutuhan

fasosfasum

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

Berdasakan tabel diatas, memperlihatkan nilai KMO adalah sebesar 0,677


yaitu lebih besar dari 0,5. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa
variabel dan sampel yang digunakan memungkinkan untuk dilakukan analisis
faktor (lihat pada tabel diatas kolom pertama)
Unuk melihat nilai MSA pada setiap variabel dapat dilihat pada tabel anti
image matrix. Pada kolom anti image matrix dalam tabel diatas maka nilai
MSA variabel natural ekonomi (0,837), natural fasosfasum (0,658), natural
kebutuhan dasar (0,666), cultural ekonomi (0,516), kultural fasosfasum
(0,568), struktural ekonomi (0,652), struktural fasosfasum (0,644). Maka
seluruh variabel independen dapat dianalisis untuk langkah selanjutnya karena
masing-masing nilainya 0,5.
Faktor yang nantinya terbentuk mampu menjelaskan variabel, untuk itu perlu
dilihat kolom communalities. Faktor yang mampu menjelaskan variabel
natural ekonomi (51,4%), natural fasosfasum (66%), natural kebutuhan dasar
(70,8%), kultural ekonomi (68%), kultural fasosfasum (68,9%) struktural
ekonomi (55,3%), struktural fasosfasum (69,3%)
- Penentuan Jumlah Faktor
Untuk menentukan jumlah faktor yang terbentuk dapat didasarkan pada nilai
eigenvalue. Nilai eigenvalue >1 yang dianggap sebagai suatu faktor. Pada nilai
eigenvalues menunjukkan bahwa varian yang diperoleh pada hasil output ada
tiga (3) yaitu 2.910, 1.267 dan 1.121, artinya bahwa faktor yang mungkin
terbentuk ada 3 kelompok.
Pada nilai extraction sums of squared loadings menunjukkan nilai total ketiga
faktor akan mampu menjelaskan variabel sebesar 61.397. faktor yang
terbentuk dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Tabel 5.17 Hasil PCA
Component Matrix Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah
Component Matrixa

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Component
1
2
natural ekonomi
0.625
-0.089
natural fasos fasum
0.584
0.237
natural kebutuhan dasar
0.250
-0.238
kultural ekonomi
0.505
-0.529
kultural fasos fasum
0.673
0.200
struktural ekonomi
0.613
0.415
struktural fasos fasum
-0.179
0.808
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 3 components extracted.

3
0.340
0.250
0.767
-0.381
-0.443
-0.072
0.087

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

Tabel diatas menunjukkan nilai korelasi antara suatu variabel dengan faktor
yang terbentuk. Terliha pada variabel natural ekonomi, korelasi variabel ini
dengan faktor 1 adalah (0,625) dan korelasi faktor 2 (-0,089), dan korelasi
faktor 3 (0,340), natural fasosfasum dengan faktor 1 (0,584), dengan faktor 2
(0,237) dan korelasi faktor 3 (0,250). Natural kebutuhan dasar pada faktor 1
(0,250) dengan faktor 2 (-0,238) dan faktor 3 (-0,381). Kultural fasosfasum
keterkaitan dengan faktor 1 (0,673) dengan faktor 2 (0,200) dan keterkaitan
dengan faktor 3 (-0,433). Struktural ekonomi pada faktor 1 (0,613) dengan
faktor 2 (0,415) dan keterkaitan faktor 3 (-0,072). Struktural fasosfasum
keterkaitan dengan faktor 1 (-0,179), keterkaitan dengan faktor 2 (0,880) dan
keterkaitan dengan faktor 3 (0,083). Karena distribusi variabel kurang
menyebar pada faktor 1 faktor 2 dan faktor 3 perlu dilakukan rotasi faktor.

- Rotasi Faktor
Rotasi faktor yang biasa digunakan adalah metode varimax. Hasil rotasi faktor
menunjukkan perubahan pada tabel component matrix. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.18 Hasil PCA

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Rotated Component Matrix Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah
Rotated Component Matrixa
Component
1
2
natural ekonomi
.377
.188
natural fasos fasum
.526
-.074
natural kebutuhan dasar
-.128
.022
kultural ekonomi
.272
.778
kultural fasos fasum
.781
.239
struktural ekonomi
.728
-.100
struktural fasos fasum
.217
-.790
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 5 iterations.

3
.580
.422
.831
-.027
-.149
.114
-.151

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

Dari hasil analisis faktor yang telah dilakukan, maka hasil akhir adalah
terbentuknya tiga (3) faktor dari 7 variabel. Pada variabel natural ekonomi
nilai tertinggi terdapat pada faktor 3 maka variabel natural ekonomi termasuk
kedalam faktor 3, natural fasosfasum nilai tertinggi pada faktor 1. Maka
variabel natural fasosfasum termasuk kedalam faktor 1. Pada variabel
kebutuhan dasar nilai tertinggi pada faktor 3 maka variabel natural kebutuhan
dasar termasuk kedalam faktor 3. Kultural ekonomi nilai tertinggi pada faktor
dua maka variabel kultural ekonomi termasuk kedalam faktor dua.kultural
fasosfasum memiliki nilai teringgi pada faktor 1, maka cultural fasosfasum
termasuk kedalam faktor 1, begitu juga dengan struktural ekonomi memiliki
nilai faktor tertinggi pada faktor 1, maka

struktural ekonomi termasuk

kedalam faktor 1. dan yang terakhir struktural fasosfasum nilai tertinggi ada
faktor 1 maka struktural ekonomi termasuk kedalam faktor 1. Faktor 1 dan 2
sebagai indikator langsung dalam kemiskinan dan 3 sebagai indikator tidak
langsung dalam kemiskinan Untuk lebih jelasnya lagi dapat diperjelas dari
tabel dibawah ini
Tabel 5.19 Hasil PCA
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Faktor 1 Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan
Variabel
Kultural fasilitas sosial dan

Nilai faktor
Indikator
0,728
Intensitas dalam

fasilitas umum (fasosfasum)

Struktural ekonomi

membersihkan lingkungan
Tingkat kepedulian
Ketersediaan bahan

0,781

bangunan
Keamanan lingkungan
Tingkat upah
Kestabilan harga penjualan
Kebijakan pemerintah
terhadap pekerjaan
Kontribusi harga diluar
daerah
Tingkat kesempatan

Natural fasos fasum

0,377

berusaha
Ketersediaan air bersih

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

Tabel 5.20 Hasil PCA


Faktor 2 Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan
Variabel
Kultural Ekonomi

Nilai faktor
0,778

Indikator
Pengeluaran lebih besar
dari pendapatan
Perbedaan pendapatan
pria dan wanita

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

Tabel 5.21 Hasil PCA


Faktor 3 Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan
Variabel
Kebutuhan Dasar

Nilai faktor
0,831

Indikator
Pemenuhan sembako
Jenis makanan pokok

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Natural Ekonomi

0,580

Keadaan alam
Kegiatan bekerja
Tingkat pendapatan
Peningkatan usah

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

5.7 Pemetaan Kemiskinan Berdasarkan Cluster Hirarki


Berdasarkan klaster kemiskinan di Kota Padangsidimpuan memiliki 3 cluster
yakni cluster mendekati miskin, miskin, dan sangat miskin. Dari hasil analisis
dapat diketahui sebagai berikut

- Kecamatan Angkola Julu


Tabel 5.22 Cluster Hirarki Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah
Padangsidimpuan Kecamatan Angkola Julu

Valid

1
2
Total

Kecamatan Angkola Julu


Frequency
Percent
Valid
Percent
45
75.0
75.0
15
25.0
25.0
60
100.0
100.0

Cumulative Percent
75.0
100.0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa Kecamatan Angkola Julu di Kota
Padangsidimpuan dari 60 responden sebesar 75% mendekati miskin, dan selebihnya
25% miskin
-

Kecamatan Padangsidimpuan Utara


Tabel 5.23 Cluster Hirarki Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah
Padangsidimpuan Kecamatan Padangsidimpuan Utara

Valid

1
2

Kecamatan Padangsidimpuan Utara


Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
13
86.7
86.7
86.7
2
13.3
13.3
100.0

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Total

15

100.0

100.0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa Kecamatan Padangsidimpuan Utara di


Kota Padangsidimpuan dari 15 responden sebesar 86,7 mendekati miskin, dan
selebihnya 13,3% miskin
-

Kecamatan Batunadua
Tabel 5.24 Cluster Hirarki Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah
Padangsidimpuan Kecamatan Batunadua

Valid

1
2
3
Total

Kecamatan Batunadua
Frequency Percent
Valid
Percent
109
90.1
90.1
10
8.3
8.3
2
1.7
1.7
121
100.0
100.0

Cumulative Percent
90.1
98.3
100.0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa Kecamatan Batunadua di Kota


Padangsidimpuan dari 121 responden sebesar 90,1% mendekati miskin, dan
selebihnya 8,3% miskin, dan 1,7% sangat miskin
-

Kecamatan Padangsidimpuan Selatan


Tabel 5.25 Cluster Hirarki Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah
Padangsidimpuan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan
Kecamatan Padangsidimpuan Selatan
Frequency Percent Valid Percent
Valid

Missing

1
2
Total
System

21
9
30
87

17.9
7.7
25.6
74.4

70.0
30.0
100.0

Cumulative
Percent
70.0
100.0

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Total

117

100.0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa Kecamatan Padangsidimpuan Selatan di


Kota Padangsidimpuan dari 117 responden sebesar 17,1% mendekati miskin, dan
selebihnya 7,7% miskin
-

Kecamatan Hutaimbaru
Tabel 5.26 Cluster Hirarki Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan
Daerah Padangsidimpuan Kecamatan Hutaimbaru

Valid 1
2
Total

Frequency
32
6
38

Hutaimbaru
Percent
Valid Percent
84.2
84.2
15.8
15.8
100.0
100.0

Cumulative Percent
84.2
100.0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa Kecamatan Hutaimbaru di Kota


Padangsidimpuan dari 38 responden sebesar 84,2% mendekati miskin, dan
selebihnya 15,8% miskin
-

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara


Tabel 5.27 Cluster Hirarki Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah
Padangsidimpuan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Valid

1
2
Total

Padangsidimpuantenggara
Frequency Percent
Valid Percent
20
66.7
66.7
10
33.3
33.3
30
100.0
100.0

Cumulative Percent
66.7
100.0

Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara di
Kota Padangsidimpuan dari 30 responden sebesar 66,7% mendekati miskin, dan
selebihnya 33% miskin
5.8
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan model PCA maka dapat
diketahui hasil analisis tersebut, pembahasan ini dibuat dengan menghubungkan
hasil akhir model PCA.
5.81 Faktor 1 Kultural fasilitas sosial dan fasilitas Umum (Fasosfasumb
Konsep tentang kemiskinan merupakan konsep dimana sikap seseorang atau
sekelompok orang dalam bermasyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup yang
dilakukan oleh seseorang atau sekolompok masyarakat, serta budaya dimana
mereka hidup secara berkecukupan dan saling berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan hasil perhitungan PCA diketahui bahwa variabel kultural fasosfasum
merupakan faktor tertinggi utuk indikator kemiskinan, hal ini bisa saja terjadi
karena dalam teori kemiskinan ada yang disebut kemiskinan budaya, kemiskinan
budaya adaah kemiskinan yang muncul akibat adanya nilai-nilai budaya yang
dianut oleh orang yang miskin akibat malas, mudah menyerah pada nasib yang ada
dan tidak memiliki keinginan yang kuat dalam bekerja. Cirri masyarakat yang
mengalami kemiskinan dengan kemiskinan ini biasanya susah untuk diajak
bekerjasama dalam kegiatan pembangunan. Mereka juga senantiasa susah untuk
diajak dalam melakukan perubahan. Kemiskinan budaya ini juga bisa diartikan
sebagai kemiskinan yang mereka merasa tidak miskin dan tidak mau dikatan
miskin. Hal ini jugalah yan ternyata terjadi di Kota Padangsidimpuan dengan pola
hidup yang dianggap malas dalam bekerja
5.8.2 Faktor 1 Struktural Ekonomi
Variabel struktural ekonomi sebagai faktor 1 mempunyai penaruh langsung yang
besar dalam pembangunan Kota Padangsidimpuan untuk tidak miskin, hal ini
terbukti dari hasil PCA menunjukkan bahwa indikator kebijakan pemerintah dalam
berbagai aspek seperti tingkat upah, harga penjualan produksi yang kadang tidak

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
stabil, kebijakan dalam untuk pembukaan lapangan kerja baru, jumlah barang yang
sangat fluktuatif dan kesempatan berusaha yang kurang baik di Kota
Padangsidimpuan mengakibatkan kemiskinan struktural. Kemiskinan dengan jenis
ini merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor manusia,
kemiskinan dengan struktural ini merupakan kemiskinan yang harus diatasi dengan
suatau kebijakan yang dapat membuat suatu kondisi lebih baik agar kesejahteraan
masyarakat di Kota Padangsidimpuan mnjadi lebih baik lagi
5.8.3 Faktor 1 Natural Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
Variabel terakhir yakni fasilitas sosial dan fasilitas umum yang merupakan faktor 1
terakhir yang secara langsung berpengaruh terhadap kemiskinan di Kota
Padangsidimpuann. Kemiskinan ini adalah kemiskinan natural yang artinya
kemiskinan yang terjadi karena memang awalnya miskin karena tidak memiliki
sumberdaya yang memadai, melalui analisis PCA dapat diketahui bahwa
kemiskinan natural fasos fasum melalui indikator ketersediaan air bersih dan
ketersediaan fasilitas MCK yang kemungkinan besar belum terpenuhi untuk
penduduk miskin di Kota Padangsidimpuan. Penyediaan air bersih yang terjadi
dapat mengakibatkan kemiskinan, karena orang ynag berada disekitar sungai
kesulitan untuk memnuhi kebutuhan mereka, akibatnya dapat mengakibatkan
penyakit dan akan sulit beraktivitas normal untuk pemenuhan kebutuhannya.

5.8.4
Klaster Kemiskinan di Kota Padangsidimpuan
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa belanja modal pemetaan kemiskinan
daerah Padangsidimpuan terbagi atas 3 daerah klaster . yakni klaster I,II,dan III.
Klaster I adalah klaster yang sangat miskin, klaster II miskin dan klaster III
mendekati miskin. Klaster-klaster tersebut adalah
- klaster I terbagi atas Kecamatan

Batunadua,

dan

Kecamatan

Padangsidimpuan Selatan dengan alasan letak Kecamatan Batunadua dan


padangsidimpuan Selatan yang jauh dari Kota, dan jumlah sampel yang
-

diambil dari populasi miskin.


Sedangkan yang lain untuk Kecamatan Angkola Julu sebagai klaster II,

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
-

Dan yang lainnya Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Padangsidimpuan


Tenggara, dan Padangsidimpuan Hutaimbaru sebagai klaster III mendekati
miskin untuk pemetaan kemiskinan di Kota Padangsidimpuan

BAB Vi

Kesimpulan dan rekomendasi


6.1

Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dengan menggunakan faktor PCA maka dapat diketahui
bahwa ada beberapa kesimpulan yang akan mengakhiri uraian dari belanja modal
pemetaan kemiskinan daerah Padangsidimpuan yakni :
1. Diketahui bahwa variabel Kultural fasilitas sosial dan fasilitas Umum
(Fasosfasum), struktural ekonomi, natural fasilitas umum dan fasilitas sosial

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
termasuk kedalam faktor 1 yang dianggap faktor langsung yang dapat
mengakibatkan kemiskinan di Kota Padangsidimpuan.
- Variabel kultural di Kota Padangsidimpuan disebut juga dengan
kemiskinan budaya yang bisa diartikan sebagai kemiskinan yang mereka
merasa tidak miskin dan tidak mau dikatakan miskin dengan pola hidup
-

yang dianggap malas dalam bekerja


Sedangkan variabel struktural ekonomi yang juga sebagai faktor 1
pendukung

secara

langsung

terhadap

kemiskinan

di

Kota

Padangsidimpuan yakni diketahui bahwa indikator kemiskinan seperti


kebijakan pemerintah dalam berbagai aspek seperti tingkat upah, harga
penjualan produksi yang kadang tidak stabil, kebijakan dalam untuk
pembukaan lapangan kerja baru, jumlah barang yang sangat fluktuatif dan
kesempatan berusaha yang kurang baik yang mengakibatkan kemiskinan
-

struktural di Kota Padangsidimpuan.


Variabel terakhir natural fasilitas sosial dan fasilitas umum sebagai
indikator

yang

juga

mempengaruhi

kemiskinan

di

Kota

Padaangsidimpuan yakni dengan indikator seperti ketersediaan air bersih


yang

kurang

baik,

dan

fasilitas

MCK

yang

kurang

memadai

mengakibatkan kemiskinan natural yang terjadi dari segi fasilitas sosial


dan fasilitas umum di Kota Padangsidimpuan.
2. Untuk klaster kemiskinan di Kota Padangsidimpuan terbagi atas tiga klaster
yakni klaster I dengan daerah atau kecamatan sangat miskin, klaster II miskin
dan Klaster 3 mendekati miskin. Daerah atau kecamatan tersebut adalah
- klaster I terbagi atas Kecamatan Batunadua, dan Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan dengan alasan letak Kecamatan Batunadua dan
padangsidimpuan Selatan yang jauh dari Kota, dan jumlah sampel yang
-

diambil dari populasi miskin.


Sedangkan yang lain untuk Kecamatan Angkola Julu sebagai klaster II,
Dan yang lainnya Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Padangsidimpuan
Tenggara, dan Padangsidimpuan Hutaimbaru sebagai klaster III mendekati
miskin untuk pemetaan kemiskinan di Kota Padangsidimpuan

6.2

Rekomendasi

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

LAPORAN AKHIR
Setelah diuraikan berbagai kesimpulan diatas maka dapat diajukan rekomendasi
dalam menanggulangi kemiskinan di Kota Padangsidimpuan
1. Dalam merumuskan program penanggulangan kemiskinan

di

Kota

Padangsidimpuan ada baiknya Pemerintah Kota Padangsidimpuan lebih


memperhatikan faktor pemanfaatan alam untuk memperbaiki budaya
masyarakat di Kota Padangsidimpuan yang dianggap memiliki kemiskinan
kultural. Misalnya pengentasan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat itu
sendiri dalam pembangunan, pemberdayaan masyarakat untuk lebih kreatif
(pengembangan ekonomi lokal)
2. Agar kelak membuat program dengan pembukaan lapangan pekerjaan seluasluasnya Menumbuhkan sentra Usaha Kecil Menengah (UKM), Penyediaan
infrastruktur dan jaringan pendukung bagi usaha mikro serta kemitraan usaha,
membuat sentra pasar yang dapat mengambil hasil produksi masyarakat sehingga
penjualan hasil produksi stabil, namun harus berorientasi pada aspek masyarakat
bukan strategi pertumbuhan kawasan semata

3.

Memperbaiki sarana fisik yakni memperbaiki sarana ketersediaan air bersih


dengan pembentukan mekaniesme subsidi silang subsidi silang sebagai
alternatif pembiayaan dalam penyediaan air bersih untuk masyarakat miskin,
Pendekatan investasi bersama dalam hal penyediaan air bersih dan aman untuk
masyarakat miskin, Pemberian bantuan dan pelatihan teknis masyarakat kota
dalam operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana air minum, pemberian
bantuan teknis dalam pengelolaan sumber air di wilayah rawan air.
Selanjutnya untuk memberikan sarana fasilitas MCK yang lebih baik dan
bersih.

6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5

Anda mungkin juga menyukai