Belanja Modal Dan Pemetaan Daerah Kemiskinan Kota Padangsidimpuan
Belanja Modal Dan Pemetaan Daerah Kemiskinan Kota Padangsidimpuan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Ada beberapa sifat kemiskinan yang mengakibatkan beban nyata bagi kehidupan,
diantaranya adalah :
-
dalam
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Indikator utama kemiskinan menurut Bank Dunia adalah kepemilikan tanah dan
modal yang terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan,
pembangunan yang bisa kota, perbedaan kesempatan di antara anggota
masyarakat, perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi, rendahnya
produktivitas, budaya hidup yang jelek, tata pemerintahan yang buruk, dan
pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan
Sementara itu jika dilihat dari penyebabnya
Kemiskinan natural
Kemiskinan kultural
Kemiskinan struktural
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat
kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang
dipakai secara umum. Penyebab kemiskinan ini karena faktor budaya seperti
malas, tidak disiplin, boros dan lain-lainnya.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor
buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi
yang tidak merata,
Korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan
kelompok masyarakat tertentu. Munculnya kemiskinan struktural disebabkan
karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan
bermacam-macam program dan kebijakan. Namun karena pelaksanaannya tidak
seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan yang tidak sama
menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata pula, sehingga
menimbulkan struktur masyarakat yang timpang.
Adapun faktor yang menjadi penyebab kemiskinan masyarakat menurut Sutyastie
Remi dan P. Tjiptoherijanto (2002) adalah pendapatan yang rendah, jumlah
tanggungan keluarga, pekerjaan lain, dan tingkat pendidikan merupakan
karakteristik dari keluarga miskin yang berhubungan dengan kemiskinan
masyarakat.
Dari uraian diatas maka diperlukan blue-print yang dapat menggambarkan
sekaligus menyelesaikan masalah kemiskinan di Kota Padangsidimpuan, sebab
upaya
percepatan
penanggulangan
kemiskinan
tidak
hanya
menjadi
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
1.2.2 Tujuan
1. Mencari formula untuk dpat menanggulangi kemiskinan di Kota
Padangsidimpuan sehingga menjadi refrensi bagi dinas terkait untuk
melaksanakan program/kegiatannaya
1.3
Sasaran
percepatan
penanggulangan
kemiskinan
di
Kota
1.4
Landasan Hukum
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
a.
b.
c.
Pasal 18 B ayat 1
Pasal 27 ayat 2 pekerjaan dan penghidupan layak
Pasal 28 A tentang berhak mempertahankan
hidup
dan
kehidupannya
1.5
Sistematika Laporan
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
BAB II
KONSEP KEMISKINAN
DAN
GAMBARAN UMUM
P
ada bab ini akan dijelaskan bagaimana konsep kemiskinan yang merupakan
pendapat berbagai ahli tentang kemiskinan, serta dijelaskan bagaimana gambaran
umum Kota Padangsidimpuan baik secara geografis, wilayah, dsb, maupun
mengenai kondisi umum kemiskinan di Kota Padangsidimpuan.
2.1
Konsep Kemiskinan
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
World Bank (Bank Dunia) meyatakan bahwa kemiskinan merupakan depresiasi
dari kesejahteraan. Dalam perhitungan ekonomi kemiskinan dapat dibedakan dari
cara mengukur dengan membandingkan pendapatan konsumsi/ individu dengan
batas-batas tertentu dalam sebuah wilayah. Namun ada beberapa penelitian yang
lainnya menyebutkan bahwa seseorang dinyatakan miskin apabila mencakup dari
segi pangan seseorang (nutrisi), pendidikan seseorang yang diukur melalui
indikator angka buta huruf. Sedangkan dalam definisi yang lebih luas lagi
kemiskinan dapat dinyatakan miskin apabila sesorang tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, akibat dari kebutuhan dasar saja tidak terpenuhi maka akan
berimbas ke yang lainnya tadi yakni tingkat pendapatan seseorang pendidikan
yang kemudian tidak memadai, kesehatan yang memburuk, atau ketidaknyamanan
atau kepercayaan diri yang rendah, ketidakberdayaan, atau tidak adanya hak bebas
berpendapat.
Berdasarkan
pandangan
ini,
kemiskinan
adalah
fenomena
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
yang berbeda dalam kondisi yang sangat kekurangan dalam kesejahteraannya.
Perspektif yang berbeda mengenai kesejahteraan dan pembangunan memberikan
ruang yang berbeda dimana kemiskinan diamati dan diukur. Perspektif resource
mendefenisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu atau keluarga
untuk memerintahkan sumber daya yang memadai untuk memeuhi kebutuhan
dasarnya.perspektif ini mendominasikan diskusi mengenai kemiskinan dan
pengukurannya di negara sedang berkembang. Perspektif partisipasi sosial dan
inklusi mendefiniskan kemiskinan sebagai pengucilan dari aktivitas kerjasama;
orang yang berada dalam kemiskinan tidak bias berpartisipasi dalam kehidupan
sosial dari suatu komuniyas pada tingkat yang dapat diterima. Perspektif ini
mendominasikan diskusi mengenai kemiskinan di negara maju.
2.2
Penanggulangan Kemiskinan
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
sehingga terjadi perubahan struktural yang meliputi pengalokasian sumber daya,
penguatan kelembagaan, pemberdayaan sumber daya manusia (Sumodiningrat,
1998). Program yang dipilih harus berpihak dan memberdayakan masyarakat
melalui pembangunan ekonomi dan peningkatan perekonomian rakyat. Program
ini harus diwujudkan dalam langkah-langkah strategis yang diarahkan secara
langsung pada perluasan akses masyarakat miskin kepada sumber daya
pembangunan dan menciptakan peluang bagi masyarakat paling bawah untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan, sehingga mereka mampu mengatasi
kondisi keterbelakangannya. Selain itu upaya penanggulangan kemiskinan harus
senantiasa didasarkan pada penentuan garis kemiskinan yang tepat dan pada
pemahaman yang jelas mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan itu.
Untuk menanggulangi kemiskinan itu pemerintah mempunyai program dengan
tujuan dapat mengurangi tingkat kemiskinan itu yaitu melalui program di bidang
social, di bidang ekonomi dan di bidang lingkungan. Program di bidang social itu
dilakukan melalui Subsidi (Schultz, 2004), jaminan kesehatan (Nordveit, 2008),
biaya kesehatan (Xua, 2009), penghapusan buta huruf (Nortveid, 2008),
melakukan riset penanggulangan kemiskinan (Byerlee,2000), program pelatihan
(Kutash, 2009), Peningkatan kualitas pendidikan (Hayman, 2007), pendidikan non
formal (Handa, 2009), Penyediaan informasi (Barnett, 2009), pengembangan
wirausaha (Wallenborn, 2008), konversi energy (Chikkatur, 2009), membuat
kebijakan yang sesuai (Rutkowski, 2008). Program dalam bidang ekonomi
dilakukan melalui Lapangan kerja dan distribusi pendapatan (Sanchez, 2008),
keterbukaan akan pasar luar negeri (Tsai, 2007), bantuan pangan (Harringan,
2008), Pemberdayaan masyarakat (Bellon, 2005), program bantuan energy
(Bhattacharya,2009), Efisiensi dalam produksi (Tschakert, 2007), Pengurangan
pajak (Pirttil, 2004), Pengembangan produk unggulan (Alene, 2007), Penggunaan
teknologi dan peningkatan produktivitas (Minten, 2008), modernisasi peralatan
(Mendola, 2007), prinsip efisiensi ekonomi (low cost) (Duclous, 2005). Program
di bidang lingkungan yaitu investasi dalam manajemen air dan infrastruktur
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
(Hanjra, 2009), meningkatkan pendapatan dengan pertanian modern (Mendola,
2007, Minten, 2008), pengelolaan lingkungan (Sunderlin,2006), Pembangunan
sanitasi (Kadigi,et.al, 2007), Klaster masyarakat miskin (Elbers, 2007),
Konservasi (Edmund. 2007), Pembangunan infrastruktur (Hanjra, 2009)
Dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kota Padangsidimpuan, pemerintah
bersama-sama melakukan upaya-upaya untuk mengurangi jumlah penduduk
miskin melalui berbagai program, di antaranya Program Beras Miskin (RASKIN),
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Keluarga Miskin (JPK GAKIN), Program Asuransi Kesehatan Miskin
(Askeskin), Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Bantuan
Khusus Murid (BKM), Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),
Program Keluarga Harapan (PKH), dan Program Penganggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) (Bappeda, 2011).
2.3
dengan
Kabupaten
Tapanuli
Selatan
(Kecamatan
Angkola
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Padangsidimpuan Tenggara dengan luas 27,69 km2 atau sekitar 19,32 persen,
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan luas 27,69 km2 atau sekitar 18,99
persen. Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dengan luas 22,34 km2 atau
sekitar 15,32 persen, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dengan luas 15,81 km 2
atau sekitar 10,84 persen, sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Utara
mempunyai luas wilayah terkecil yaitu 14,09 km 2 atau sekitar 9,66 persen. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini
: 108'00''-1028'00''
Geographical of Padangsidimpuan
0
: 99 13'00'' - 99 20'00''
2. Luas Wilayah/ A r e a
: 146,85 km2
: 260 - 1 100 m
5. Batas-batas Wilayah/Boundaries
a. Sebelah Utara/North
b. Sebelah Selatan/South
Lintang Utara/
North Latitude
Bujur Timur/
East Longitude
Padangsidimpuan Tenggara
271,70 m
Padangsidimpuan Selatan
304,60 m
Padangsidimpuan Batunadua
448,70 m
Padangsidimpuan Utara
424,20 m
Padangsidimpuan Hutaimbaru
506,20 m
681,40 m
c. Sebelah Barat/West
d. Sebelah Timur/East
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Sumber
Source
:
:
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
6
5
LAPORAN AKHIR
2.4
Kota Padangsidimpuan dengan jumlah total luas arel yakni 146,85 memiliki
jumlah penduduk 198.809, jumlah penduduk terbesar berada pada Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan, dengan kepadatan penduduk sebesar 3.987. dan
Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Padangsidimpuan
Angkola Julu dengan jumlah penduduk yakni sebesar 7.741 dengan kepadatan
sebesar 275 per km2.
Tabel 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan
Luas
Wilayah
Subdistrict
Total
Area
Jumlah
Penduduk
Number of
Population
(jiwa/person)
Kepadatan
Penduduk
Population Density
(per km2)
(1)
1. Padangsidimpuan Tenggara
(km )
(2)
27,69
(3)
31 526
2. Padangsidimpuan Selatan
15,81
63 029
3 987
3. Padangsidimpuan Batunadua
37,74
19 660
521
4. Padangsidimpuan Utara
14,09
61 140
4 339
5. Padangsidimpuan Hutaimbaru
22,34
15 713
703
28.18
7 741
275
Jumlah/Total 2012
146,85
198 809
1 354
(4)
1 139
2.5
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
di Padangsidimpuan Utara walaupun memiliki 22 sekolah tetapi jumlah guru lebih
banyak dari Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yakni 426 guru. Kecamatan
yang memiliki guru dan sekolah terkecil berada pada Padangsidimpuan Angkola
Julu yakni hanya 5 sekolah dengan jumlah guru 33 orang saja. Untuk lebih jelas
dapat dilihat dari tabel 2.3
Tabel 2.3 Jumlah Sekolah dan Guru di Kota Padangsidimpuan
Kecamatan
Subdistrict
(1)
Sekolah
Schools
Guru
Teachers
Murid
Pupils
Negeri
Public
Swasta
Private
Negeri
Public
Swasta
Private
Negeri
Public
Swasta
Private
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. Padangsidimpuan Tenggara
15
198
14
3 566
2. Padangsidimpuan Selatan
23
341
12
6 319
759
3. Padangsidimpuan Batunadua
10
136
10
2 317
4. Padangsidimpuan Utara
22
426
56
8 487
556
5. Padangsidimpuan Hutaimbaru
162
16
2 315
33
12
938
Jumlah/Total 2012
84
10
1 296
120
23 942
1 315
2.6
Pengeluaran rata-rata perkapita/bulan dari tahun ketahun meningkat hal ini dapat
diketahui bahwa pada tahun 2008 makannan sebesar 341514 namun turun ketika
ditahun 2009 kemudian naik kembali pada tahun 2010 sebesar 335508 naik lagi
ditahun 2011 sebsear 383572 dan meningkat lagi ditahun 2012 sebsear 385963.
Sedangkan pengeluaran/kapita perbulan pada non makanan juga mengalami
peningkatan namun ditahun 2010 mengalami penurunan sebesar 244433 namun
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
kembali mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan terakhir pada tahun 2012
yakni sesbesar 325282. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.4 Pengeluaran Rata-Rata Perkapita/bulan Makanan dan Non
Makanan menurut Jenis Pengeluaran
Tahun
Year
(1)
2012
2011
2010
2009
2008
Pengeluaran/Kapita/Bulan
% Pengeluaran/Kapita/Bulan
Makanan
Bukan
Makanan
Jumlah
Makanan
Bukan
Makanan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
385 963
325 282
711 245
54,27
45,73
100,00
383 572
334 022
717 595
53,45
46,55
100,00
335 508
244 433
579 941
57,85
42,15
100,00
295 502
247 843
543 345
54,39
45,61
100,00
341 514
258 496
600 011
56,92
43,08
100,00
2.7
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.5 Tingkat PDRB Padangsidimpuan Menurut Lapangan Usaha Kota
Padangsidimpuan
Lapangan Usaha
Industrial Origin
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
139 358,47
145 441,51
152 171,27
2 804,93
2 866,35
2 955,22
101 166,22
103 505,13
106 968,75
5 281,21
5 465,79
5 657,95
51 844,89
56 370,06
61 851,21
229 576,97
239 114,58
250 261,74
90 210,79
94 258,08
100 751,36
128 158,93
142 599,30
159 171,72
9. Jasa-Jasa/ Services
187 700,16
201 501,38
213 100,57
936 093,56
991 122,19
1 052 889,80
1. Pertanian/ Agriculture
2. Pertambangan & Penggalian/ Mining &
Quarrying
3. Industri Pengolahan/ Manufacturing
Industry
4. Listrik, Gas & Air Minum/ Electricity,
Gas & Water Supply
5. Bangunan/Construction
6. Perdagangan, Hotel & Restoran/ Trade,
Hotel & Restaurant
7. Pengangkutan & Komunikasi/
Transportation & Communication
PDRB/GRDP
2.8
Penerimaan dan pengeluaran pada setiap tahun mengalami kenaikan namun pada
tahun 2010 pengeluaran menurun yakni 356260243. Sementara pada sisi
penerimaan mengalami kenaikan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2012 sisi
penerimaan sebesar 540468368 dan sisi pengeluaran 527246070 di Kota
Padangsidimpuan. Dapat dilihat tabel dibawah ini
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Tahun Year
Penerimaan
Receipt
Pengeluaran
Expenditure
Pembiayaan
Financial Expenditures
(1)
(2)
(3)
(4)
2012
20 430 522
2011
15 291 221
2010
5 737 346
2009
-2 044 791
2008
9 200 331
Sumber :
2.9
Sourc
e
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.7 Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung
Tahun Year
Belanja Langsung
Jumlah
Indirect Expenditures
Direct Expenditures
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
2012
2011
2010
2009
2008
Sumber :
Sourc
e
2.10
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Miskin 2008-2012
Tahun
Presentase
jumlah
penduduk
miskin
Kota
Desa
Kota,
Kota
Desa
Kota,
2012
desa
-
Desa
9,50%
2011
10,53%
2010
10,53%
2009
9,77%
2008
11,61%
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Tingkat Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki dan
perempuan
(1)
(2)
(3)
(4)
25,29
28,22
26,57
2. Tidak/belum tamat SD
25,29
28,22
26,57
3. Tamat SD
25,29
28,22
26,57
4. Tamat SLTP
26,29
17,96
22,64
5. Tamat SLTA
35,56
30,50
33,34
6. Diploma, Universitas
12,87
23,32
17,44
100,00
100.00
100.00
Jumlah/Total 2012
2.12
Realisasi
Penerimaan
Kota
Padangsidimpuan
Menurut
Jenis
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Jenis Penerimaan
2010
2011
2012
(2)
(3)
(4)
Type of Receipt
(1)
Pendapatan
Asli
Daerah
Local
14 602 384
21 614 811
23 682 308
Perimbangan
26 428 985
23 994 090
32 822 220
(DAK)
20 661 600
25 568 500
23 986 606
sah
43 853 989
98 019 010
95 053 956
Bagian
Dana
Balanced Fund
Dana
Alokasi
Khusus
Lain-lain
Pendapatan
yang
Jumlah/Total
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
januari sampai dengan bulan desamber sebesar 152,94 terus mengalami kenaikan
dan penurunan kenaikan terjadi sekitar buklan juli sampai dengan agustus, yakni
150.17 dan bulan agustus 152.07. sementara untuk kelompok minuman, rokok,
dan tembakau mengalami kenaikan pada bulan November dan desember yakni
138.03 dan 138.12. untuk kelompok sandang mengalami kenaikan antara bulan
November dan bulan desember yakni 165.72 dan 165.79. namun dari sekian
banyak indeks harga konsumen yang terdiri dari bahan makanan, makanan,
perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan yang paling besar indeks harga
konsumen adalah dari bahan pangan yakni sandang 165.72 dibulan November dan
165.79 pada bulan desember. Terlihat seperti tabel dibawah ini
Tabel 2.11 Indeks Harga Konsumen
Month
Umum
Kelompok / Group
General
Bahan
Makanan
Peruma-
Sanda
Kese-
Pendidi-kan,
makanan
jadi,
han, Air,
ng
hatan
Rekreasi &
keuangan Trans-portation,
food stuff
minuman,
Listrik,
Clothi
Health
Olah raga
Commu-nication,& Financial
rokok &
Gas, dan
ng
tembakau
bahan
Recrea-tion &
prepared
bakar
sport
food,
Housing,
beverage,
water
Educa-tion
(1)
1. Januari/January
(2)
152,94
Tobacco
(3)
(4)
129,80 127,54
(5)
(6)
155,9 108,76
(7)
(8)
(9)
126,91
106,32
133,26
129,17
107,08
132,99
129,41
107,10
132,80
129,43
107,10
132,50
129,79
107,34
132,79
130,07
106,86
134,37
130,07
108,04
134,62
2. Februar/February
148,46
130,55 128,66
158,3 108,79
5
3. Maret/March
147,56
130,87 128,86
157,7 108,76
8
4. April/April
146,16
131,17 129,34
156,6 109,05
0
5. Mei/May
145,48
131,23 131,46
156, 109,17
50
6. Juni/June
150,17
132,51 132,18
156,9 110,21
1
7. Juli/July
150,65
132,80 132,13
156,9 107,87
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
1
152,07
8. Agustus/August
136,14 133,69
161,2 109,14
130,07
108,12
136,39
130,00
106,38
135,66
134,30
105,80
136,03
134,56
105,80
136,29
134,56
105,36
137,02
9
147,33
9.
137,79 134,29
10. Oktober/October
164,3 110,16
1
September/September
147,13
137,80 134,37
165,7 111,47
8
147,39
11.
138,03 135,05
November/November
150,42
12.
165,7 111,52
138,12 135,15
165,7 111,12
9
Desember/December
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Batunadua,
Padangsidimpuan
Hutambaru,
Kecamatan
Tabel 3.1 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tekhnik Penarikan Sampel
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
Jumlah Anggota
Rumah Tangga
31.526
63.029
19.660
61.140
15.713
7.741
198.809
Jumlah Rumah
Tangga Sasaran
706
1068
949
2344
1489
1633
8189
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Sampel merupakan sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan
teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling (Usman dan Akbar 2004).
Besaran sampel ditentukan dengan menggunakan formula slovin
Dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Batas Toleransi Kesalahan (95%)
n=
8189
8.189 (0.05)2
n =
8189
21.4725
Keterangan :
nps = Besarnya sampel setiap kecamatan
N1 = Besarnya populasi setiap kecamatan
N = Besarnya populasi 6 kecamatan di Kota Padangsidimpuan
n1 = Besarnya sampel secara keseluruhan
Kecamatan
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
sampel)
31.526/198.809x381
63.029/198.809x381
19.660/198.809x381
61.140/198.809x381
15.713/198.809x381
7.741/198.809x381
60
121
38
117
30
15
381
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah data primer
dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari hasil publikasi lembaga
pemerintahan seperti BPS Kota Padangsidimpuan dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Padangsidimpuan
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Survei, yakni data yang dikumpulkan dengan cara wawancara langsung
dengan responden dengan menggunakan instrument kuisioner
b. Data sekunder yakni hasil dari publikasi, laporan penelitian, dan jurnaljurnal yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan di Kota
Padangsidimpuan
3.2 Uji Validitas
Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah,
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Sebelum responden digunakan untuk mengumpulkan data terlebih dahulu diuji
validitasnya dengan menggunakan rusmus teknik korelasi product moment dari
Pearson (Silalahi, 2009) sebagai berikut:
Nfdy 2 dx
N fdY 2 fy
Dimana:
R
= Jumlah responden
Uji Reliabilitas
Reliabilitas Instrument baik tes maupun nontes dapat di kategorikan menjadi tiga,
yaitu: Konsisten internal, Stabilitas, dan antar penilai. Sesuai dengan klasifikasi
reliabilitas, maka cara etimasi relibilitas dapat di kategorikan menjadi tiga, yaitu
metode konsistensi internal, stabilitas, dan antar penilai (Mardapi D, 2008).
Sugiyono (2008) mengatakan bahwa pengujian reliabilitas instrument secara
internal dapat dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua (spilt half) yaitu
pengujian reabilitas internal yang digunakan dengan membelah item-item
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
instrument menjadi dua kelompok (ganjil dan genap) kemudian dijumlahkan,
dicari korelasinya kemudian dianalisis dengan rumus koefisien Spearman Brown,
yang rumusnya sebagai berikut:
rj
2rb
1 rb
Dimana:
Rj = reliabilitas internal seluruh instrument
Rb = korelasi product moment antara belahan ganjil dan genap
Koefisien reliabilitas dianggap signifikan jika rj hitung > r tabel pada 5%
3.4
Teknik analisis data ini menggunakan Analisis Komponen Dasar (PCA). Hal ini
dikarenakan penentuan indikator dengan metode ini sangat cocok untuk mengukur
indikator kemiskinan yang berkarateristik lokal (Suryadarma dkk). Principal
Component Analysis (PCA) Merupakan suatu analisis untuk mereduksi dimensi
variabel pada data multivariable, kompresi data, patern recognition dan analisis
statistic. Proses PCA digunakan untuk mengaproksikan ruang data asli berdimensi
tinggi dengan dimensi yang lebih rendah pada sub ruang yang merentang oleh
suatu principal vector eigen dari matriks kovarian data. Dengan cara tersebut,
distribusi data dapat direpresentasikan den direkonstruksikan dengan principal
vector eigen dan nilai eigen yang berkaitan.
Tujuan PCA adalah mereduksi dimensi variabel data input menjadi komponen
utama yang berdimensi lebih kecil dengan kehilangan informasi minimum,
dimana komponen utama yang terbentuk tidak berkorelasi satu dengan yang
lainnya. Proyeksi pada PCA adalah representasi himpunan data X ke dalam
bentuk vector eigen orthonormal dan matriks kovarian sebagai basis untuk
ditransformasi ke ruang data yang baru. Vector eigen dapat dikatakan sebagai
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
basis asli untuk multi dimensi antar variabel dalam ruang data. Selanjutnya PCA
akan mencari proyeksi variabel-variabel yang tidak berkorelasi.
Komponen utama adalah kombinasi linear Y1, Y2,., YP yang tidak
berkorelasi dengan varian terbesar. Komponen utama adalah kombinasi linear dari
a1X dengan varian VAR(a1X) dengan varian Var (aiX) terbesar pada a1a1 =1
dan komponen utama kedua alaha kombinasi linear dari a1X dengan varian Var
(a2X) terbesar pada a2a2 =1 dan Cov (a1X,a2X) = 0. Untuk komponen utama
ke-i adalah kombinasi linear dari aiX dengan varian Var (aiX) terbesar pada
aiai=1 dan Cov (aiX,akX)=0, (k<i)
Proyeksi pada PCA adalah representasi himpunan data X ke dalam bentuk vector
eigen orthonormal dan matriks kovarian data X. Matriks kovarian merupakan
antara variabel-variabel dalam himpunan data X. PCA merupakan proses
mendapatkan vector eigen orthonormal dari matriks kovarian sebagai basis untuk
ditransformasi keruang data yang baru.
Setiap kelompok data memiliki komponen utama, tetapi proses PCA akan bekerja
secara baik jika kelompok data tersebut berdistribusi Gaussian. Untuk data
berdimensi tinggi diasumsikan berdistribusi Gausian. Untuk data berdimensi
tinggi diasumsikan berdistribusi Gaussian. Untuk itu pada PCA selalu
mneggunakan bentuk deviasi mean karena setiap data telah dikurangi dengan
meannya atau sering disebut dengan zero-mean. Distribusi propabilitas zero mean
yang secara penuh menggambarkan variannya merupakan distribusi Gaussian
Analisis tingkat kemiskinan di Padangsidimpuan untuk pemetaan belanja modal
kemiskinan terbagi atas 3 kategori yakni, mendekati miskin, miskin dan sangat
miskin. Variabel-variabel yang dapat menjawab tentang kemiskinan di
Padangsidimpuan dengan anlisi PCA dapat dilihat dari indicator-indikator yang
dicapai dapat terlihat pada tabel dibawah ini
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Indikator
Pencari nafkah utama
Jenis material lantai/lantai
Bahan atap
Bahan dinding rumah
Jenis penerangan
Sumber air minum
Sanitasi/wc yang digunakan
Kepemilikan rumah
Kesehatan
Keadaan alam
Kegiatan bekerja
Tingkat pendapatan
Peningkatan usaha
Pemenuhan sembako
Jenis makanan pokok
Kultural dalam bidang fasilitas sosial dan Intesitas dalam membersihkan lingkungan
fasilitas umum (Fasosfasum)
Tingkat kepedulian lingkungan
Ketersediaan bahan bangunan
Keamanan lingkungan
Kemiskinan struktural dalam bidang ekonomi
Tingkat upah
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Kestabilan harga penjualan
Kebijakan
pemerintah
terhadap
tingkat
pekerjaan
Kontribusi harga diluar daerah
Tingkat kesempatan berusaha
Struktural Fasilitas sosial dan fasilitas umum Perbedaan pembangunan antar daerah tempat
(Fasosfasum)
tinggal
BAB IV
BELANJA MODAL
M
pengeluaran/biaya
yang
digunakan
untuk
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
3.
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk penadaan/pnambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan
yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi
siap pakai
4.
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/dan termasuk pengeluaran
untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jarinan yan
menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi
siap pakai
5.
Belanja Modal dan Fisik Lainnya
Belanja modal dan fisik lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan dari pembangunan/pembuatan
serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam
kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan
jalan irigasi dan jaringan.
4.1
Efisiensi dan Efektivitas Belanja Modal Daerah
Efektivitas anggaran pembangunan mengatakan bahwa keberhasilan pemerintah
dalam mengalokasikan anggaran pembangunan sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan. Ada beberapa cara mengukur keberhasilan tersebut, yaitu dengan
melihat seberapa besar pemerintah menentukan alokasi nilai belanja untuk
kepentingan public, seberapa besar nilai belanja untuk kepentingan publik tersebut
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik dan optimal dan seberapa besar
optimalisasi nilai belanja publik mengakibatkan kegiatan-kegiatan ekonomi ikutan
yang bermanfaat bagi masyarakat sehingga menambah kesejahteraan masyarakat.
Dalam mengalokasikan komponen Belanja Langsung beupa Belanja Modal harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu mengarahkan Belanja Modal untuk
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
pmbangunan infrastruktur yang menunjang investasi didaerah dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi di daerah, melakukan evaluasi dan pengkajian terhadap
barang-barang inventaris yang tersedia baik dari sisi kondisi maupun umur
ekonomisnya sehingga pengadaan inventais dapat dilakukan secara selektif sesuai
kebutuhan masing-masing. Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kemudian menyusun
belanja modal sebesar harga beli/bangun asset tetap ditambah seluruh belanja
yang terkait dengan pengadaan/pembangunan asset tetap tersebut sampai siap
digunakan.
4.2
Belanja Modal Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah sarana atau alat untuk dalam
menjalankan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab serta member isi
dan arti tanggung jawab. Pemerintah Daerah karena APBD menggambarkan
seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah. Menurut Undang-Undang No 25
Tahun 1999 Tentang perimbangan keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah.
APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah tentang Anggaran
Pendpatan dan Belanja Negara (APBD). Belanja daera adalah semua pengeluaran
kas daerah dalam periode tahunan anggaran yang bersangkutan yang meliputi
belanja rutin (operasional) dan belanja pembangunan (belanja modal) serta
pengeluaran tidak tersangka
Peran Belanja Modal Dalam Struktur Anggaran Daerah
Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
peneyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum yan layak serta mengembangankan jaminan sosial dengan
mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolak ukur,
kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (UU 32/2004). Kewajiban daerah tersebut
tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun
anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan asset tetap pemerintah
daerah yaitu peralatan, bangunan, infrastruktur dan harga tetap lainnya.
Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh asset tetap tersebut yakni
dengan membangun sendiri. Menukarkan dengan asset tetap lain dan
membeli. Namun biasanya cara yang dilakukan dalam pemerintah adalah
dengan cara membeli. Proses pembelian yang dilakukan umumnya melalui
sebuah proses lelang atau tender yang cukup rumit.
BAB V
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Padangsidimpuan hutaimbaru, dan Kecamatan Padangsidimpuan
selatan.
5.2 Karakteristik Responden
5.2.1 Tingkat Pendidikan
Analisis yang dilakukan untuk belanja modal pemetaan kemiskinan daerah
Padangsidimpuan ini dari 381 responden yang menjadi sampel pada peneltian
dapat diketahui bahwa sebanyak 0,3 % koresponden tidak sekolah, 57,5
bereskolah sampai dengan tingkat dasar (SD), 25,2 tamatan SMP, 16,3% tamat
SMA dan 0,3% tamatan diploma. Dari tingkat pendidikan tersebut dapat
diketahui
bahwa
pendidikan
tertinggi
gambaran
kemiskinan
di
Jumlah
Presentase
Presentase kumulatif
Pendidikan
Tidak
0,3%
0,3%
bersekolah
SD
SLTP
SMA
D1/sederajat
Total
219
96
64
1
381
57,5%
25,2%
16,3%
0,3%
100,00
57,7%
82,9%
99,7%
100,00
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
paling penting adalah kebutuhan
Jumlah
1
340
40
381
Presentase
0,3%
89,2%
10,5%
100,0
Presentase kumulatif
0,3%
89,5%
100,0
Jumlah
8
12
96
94
60
111
381
Presentase
2,1%
3,1%
25,2%
24,7%
15,7%
29,1%
100,0
Presentase kumulatif
2,1%
5,2%
30,4%
55,1%
70,9%
100,0
5.2.4
Pekerjaan
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Masyarakat di Kota Padangsidimpuan sebagian besar masih menggantungkan
hidupnya dari keadaan geografis wilayhnya yakni kondisi pertanian, hal ini
terbukti dari
menyatakan bahwa pekerjaan terbesar ada pada pekerjaan petani yakni sebesar
50,7% , wiraswasta sebesar 24,4%, sisanya buruh 22,6% dan tidak bekerja
sebesar 2,4%. Pada pekerjaan petani ada yang masih bekerja sebagai buruh
tani. Ini membuktikan bahwa kemiskinan di Kota Padangsidimpuan masih
sangat menggantungkan hidup mereka kepada keadaan geografis dataran
tinggi. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Tidak bekerja
Petani
Buruh
Wiraswasta
Total
Jumlah
9
193
86
93
381
Presentase
2,4%
50,7%
22,6%
24,4%
100,0
Presentase kumulatif
2,4%
53%
75,6%
100,0
5.3 Kemiskinan
Analisis yang dilakukan terhadap 381 responden menginformasikan bahwa
beberapa indikator diantaranya indikator tersebut adalah pencari nafkah utama
dalam keluarga, bahan material lantai, bahan atap, bahan dinding, jenis
penerangan, sumber air minum, dan fasilitas jamban yang digunakan.
5.3.1
Pencari Nafkah Utama
Dari hasil penelitian dapat diinformasikan bahwa indikator kemiskinan pencari
nafkah utama didominasi oleh istri. Hal ini bisa saja terjadi karena kaum
perempuan lebih ingin membantu keluarganya secara aktif dalam mengatasi
kemiskinan, hal ini juga terjadi di Kota Padangsidimpuan dari 381 responden
pencari nafkah perempuan dalam keluarga sebesar 85,7%, istri dibantu anak
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
2,9%, istri anak dan suami hanyan 2,4%. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari
tabel dibawah ini
Tabel 5.5 Pencari Nafkah Utama
Pencari nafkah
Istri
Istri dibantu anak
Istri, anak, suami
Total
Jumlah
359
12
10
381
Presentase
85,7%
2,9%
2,4%
100.0
Presentase kumulatif
94,2%
97,4%
100.0
Material Jumlah
lantai
Tanah
Papan
Semen dan Papan
Semen
Keramik
Total
23
46
7
304
1
381
Presentase
5.5%
11%
1,7%
72,6
0,2
100.0
Presentase kumulatif
6,0%
18,1%%
19,9%
99,7%
100.0
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
0,5% genteng. Itu membuktikan bahwa dalam kondisi papan sudah cukup baik
namun dari segi kepemilikan rumah, mereka biasanya dari rumah warisan,
dengan status kepemilikan rumah bersama. Dapat diketahui melalui tabel
dibawah ini
Material Jumlah
lantai
Tanah
Papan
Semen dan Papan
Semen
Keramik
Total
23
46
7
304
1
381
Presentase
Presentase kumulatif
5.5%
11%
1,7%
72,6
0,2
100.0
6,0%
18,1%%
19,9%
99,7%
100.0
Jumlah
308
Presentase
73,5%
Presentase
kumulatif
80,8%
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Papan dan semen
Semen
Total
38
35
381
9,1%
8,4%
100.0
90,8%
100.0
Jumlah
Presentase
Presentase
Petromax
Listrik dari PLN dengan
5
374
1,2%
89,3%
kumulatif
1,3%
99,5%
0,5%
100.0
381
100.0
sumber air minum merekayakni sebesar 1,2% dan hanya 0,5% yang
menggunakan air sungai, sisanya 0,5 menggunakan sumber air hujan. Untuk
lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Sumber air minum
Air sungai
Air hujan
Air sumur
PAM
Air kemasan
Total
Jumlah
5
2
353
17
4
381
Presentase
1,2%
0,5%
84,2%
4,1%
1%
100
Presentase kumulatif
1,3%
1,8%%
94,5%
99%
100,0
5.3.7
Fasilitas Jamban
Pada 381 responden dari 6 kecamatan
di
Padangsidimpuan
dapat
diinformasikan bahwa keadaan fasilitas jamban sudah baik karena 56,1% sudah
memakai jamban didalam rumah, namun masih ada juga yang masih
menggunakan jamban langsung ke sungai sekitar 24,3%sisanya 6% masih
menggunakan jamban umum dan 4,5% dengan jamban tradisional. Untuk lebih
jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Jumlah
102
Presentase
24,3%
Presentase kmulatif
26,8%
ke sungai
Jamban umum
Jamban
25
19
6%
4,5%
33,3%
38,3%
tradisional
Jamban dalam
235
56,1%
100,0
rumah
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Total
381
100,0
5.3.8
Status Kepemilikan Rumah
Pada 381 responden dari 6 kecamatan di Padangsidimpuan dapat
diinformasikan bahwa keadaan status kepemilikan rumah 64% masayarakat
miskin di Kota Padangsidimpuan memiliki status kepemilikan ruma dengan
status menyewa dan 7,6 menumpang, 0,5 memiliki rumah diatas tanah
garapan, 8,1 rumah milik bersama dan sisanya 10,7 sudah mempunyai rumah
dengan status hak milik. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Jumlah
32
2
34
268
45
381
Presentase
7,6%
0,5%
8,1%
64%
10,7%
100,0
Presentase
kumulatif
8,4%
8,9%
17,8%
88,2%
100,0
Jumlah
Presentase
Presentase
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Menumpang
Ruma diatas tanah garapan
Rumah milik bersama
Sewa
Rumah hak milik (SHM)
Total
4
111
157
26
83
381
kumulatif
8,4%
8,9%
71,4%
78,2%
100,0
1%
26,5%
37,5%
6,2%
19,8%
100,0
Nilai r
hitung
0,124
0,306
0,167
0,169
0,164
0,115
0,299
0,171
0,305
0,622
0,144
0,192
0,322
0,415
0,499
Nilai r tabel
Keterangan
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Pemenuhan sembako
Makanan pokok
Pengeluaran
Perbedaan pendapatan
Intensitas membersihkan lingkungan
Tingkat kepedulian
Ketersediaan bahan bangunan
Tingkat keamanan lingkungan
Tingkat upah
Penjualan hasil produksi
Kebijakan pemerintah
Kontribusi harga diluar daerah
Tingkat kesempatan berusaha
Ketimpangan pembangunan antar daerah
0,251
0,196
0,426
0,280
0,195
0,323
0,545
0,318
0,398
0,326
0,244
0,441
0,385
0,224
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
0,098
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Cronbachs Alpha
0,609
N of items
29
KM
Communalities
Anti image
matrix
Initial
Eigenvalue
Eigenva
Extraction sum
lues
of square loading
s
0,677
Natural
0,514
0,837
1.910
2.910
ekonomi
Natural
0,660
0,658
1.267
1.267
fasosfasum
Natural
0,708
0,666
1.121
1.121
dasar
Kultural
0,680
0,516
0,810
ekonomi
Kultural
0,689
0,568
0,782
fasosfasum
Struktural
0,553
0,652
0,608
ekonomi
Struktural
0,693
0,644
0,502
kebutuhan
fasosfasum
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Sumber : Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan 2014 (diolah)
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Component
1
2
natural ekonomi
0.625
-0.089
natural fasos fasum
0.584
0.237
natural kebutuhan dasar
0.250
-0.238
kultural ekonomi
0.505
-0.529
kultural fasos fasum
0.673
0.200
struktural ekonomi
0.613
0.415
struktural fasos fasum
-0.179
0.808
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 3 components extracted.
3
0.340
0.250
0.767
-0.381
-0.443
-0.072
0.087
Tabel diatas menunjukkan nilai korelasi antara suatu variabel dengan faktor
yang terbentuk. Terliha pada variabel natural ekonomi, korelasi variabel ini
dengan faktor 1 adalah (0,625) dan korelasi faktor 2 (-0,089), dan korelasi
faktor 3 (0,340), natural fasosfasum dengan faktor 1 (0,584), dengan faktor 2
(0,237) dan korelasi faktor 3 (0,250). Natural kebutuhan dasar pada faktor 1
(0,250) dengan faktor 2 (-0,238) dan faktor 3 (-0,381). Kultural fasosfasum
keterkaitan dengan faktor 1 (0,673) dengan faktor 2 (0,200) dan keterkaitan
dengan faktor 3 (-0,433). Struktural ekonomi pada faktor 1 (0,613) dengan
faktor 2 (0,415) dan keterkaitan faktor 3 (-0,072). Struktural fasosfasum
keterkaitan dengan faktor 1 (-0,179), keterkaitan dengan faktor 2 (0,880) dan
keterkaitan dengan faktor 3 (0,083). Karena distribusi variabel kurang
menyebar pada faktor 1 faktor 2 dan faktor 3 perlu dilakukan rotasi faktor.
- Rotasi Faktor
Rotasi faktor yang biasa digunakan adalah metode varimax. Hasil rotasi faktor
menunjukkan perubahan pada tabel component matrix. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.18 Hasil PCA
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Rotated Component Matrix Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah
Rotated Component Matrixa
Component
1
2
natural ekonomi
.377
.188
natural fasos fasum
.526
-.074
natural kebutuhan dasar
-.128
.022
kultural ekonomi
.272
.778
kultural fasos fasum
.781
.239
struktural ekonomi
.728
-.100
struktural fasos fasum
.217
-.790
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 5 iterations.
3
.580
.422
.831
-.027
-.149
.114
-.151
Dari hasil analisis faktor yang telah dilakukan, maka hasil akhir adalah
terbentuknya tiga (3) faktor dari 7 variabel. Pada variabel natural ekonomi
nilai tertinggi terdapat pada faktor 3 maka variabel natural ekonomi termasuk
kedalam faktor 3, natural fasosfasum nilai tertinggi pada faktor 1. Maka
variabel natural fasosfasum termasuk kedalam faktor 1. Pada variabel
kebutuhan dasar nilai tertinggi pada faktor 3 maka variabel natural kebutuhan
dasar termasuk kedalam faktor 3. Kultural ekonomi nilai tertinggi pada faktor
dua maka variabel kultural ekonomi termasuk kedalam faktor dua.kultural
fasosfasum memiliki nilai teringgi pada faktor 1, maka cultural fasosfasum
termasuk kedalam faktor 1, begitu juga dengan struktural ekonomi memiliki
nilai faktor tertinggi pada faktor 1, maka
kedalam faktor 1. dan yang terakhir struktural fasosfasum nilai tertinggi ada
faktor 1 maka struktural ekonomi termasuk kedalam faktor 1. Faktor 1 dan 2
sebagai indikator langsung dalam kemiskinan dan 3 sebagai indikator tidak
langsung dalam kemiskinan Untuk lebih jelasnya lagi dapat diperjelas dari
tabel dibawah ini
Tabel 5.19 Hasil PCA
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Faktor 1 Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan
Variabel
Kultural fasilitas sosial dan
Nilai faktor
Indikator
0,728
Intensitas dalam
Struktural ekonomi
membersihkan lingkungan
Tingkat kepedulian
Ketersediaan bahan
0,781
bangunan
Keamanan lingkungan
Tingkat upah
Kestabilan harga penjualan
Kebijakan pemerintah
terhadap pekerjaan
Kontribusi harga diluar
daerah
Tingkat kesempatan
0,377
berusaha
Ketersediaan air bersih
Nilai faktor
0,778
Indikator
Pengeluaran lebih besar
dari pendapatan
Perbedaan pendapatan
pria dan wanita
Nilai faktor
0,831
Indikator
Pemenuhan sembako
Jenis makanan pokok
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Natural Ekonomi
0,580
Keadaan alam
Kegiatan bekerja
Tingkat pendapatan
Peningkatan usah
Valid
1
2
Total
Cumulative Percent
75.0
100.0
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa Kecamatan Angkola Julu di Kota
Padangsidimpuan dari 60 responden sebesar 75% mendekati miskin, dan selebihnya
25% miskin
-
Valid
1
2
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Total
15
100.0
100.0
Kecamatan Batunadua
Tabel 5.24 Cluster Hirarki Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah
Padangsidimpuan Kecamatan Batunadua
Valid
1
2
3
Total
Kecamatan Batunadua
Frequency Percent
Valid
Percent
109
90.1
90.1
10
8.3
8.3
2
1.7
1.7
121
100.0
100.0
Cumulative Percent
90.1
98.3
100.0
Missing
1
2
Total
System
21
9
30
87
17.9
7.7
25.6
74.4
70.0
30.0
100.0
Cumulative
Percent
70.0
100.0
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Total
117
100.0
Kecamatan Hutaimbaru
Tabel 5.26 Cluster Hirarki Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan
Daerah Padangsidimpuan Kecamatan Hutaimbaru
Valid 1
2
Total
Frequency
32
6
38
Hutaimbaru
Percent
Valid Percent
84.2
84.2
15.8
15.8
100.0
100.0
Cumulative Percent
84.2
100.0
Valid
1
2
Total
Padangsidimpuantenggara
Frequency Percent
Valid Percent
20
66.7
66.7
10
33.3
33.3
30
100.0
100.0
Cumulative Percent
66.7
100.0
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara di
Kota Padangsidimpuan dari 30 responden sebesar 66,7% mendekati miskin, dan
selebihnya 33% miskin
5.8
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan model PCA maka dapat
diketahui hasil analisis tersebut, pembahasan ini dibuat dengan menghubungkan
hasil akhir model PCA.
5.81 Faktor 1 Kultural fasilitas sosial dan fasilitas Umum (Fasosfasumb
Konsep tentang kemiskinan merupakan konsep dimana sikap seseorang atau
sekelompok orang dalam bermasyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup yang
dilakukan oleh seseorang atau sekolompok masyarakat, serta budaya dimana
mereka hidup secara berkecukupan dan saling berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan hasil perhitungan PCA diketahui bahwa variabel kultural fasosfasum
merupakan faktor tertinggi utuk indikator kemiskinan, hal ini bisa saja terjadi
karena dalam teori kemiskinan ada yang disebut kemiskinan budaya, kemiskinan
budaya adaah kemiskinan yang muncul akibat adanya nilai-nilai budaya yang
dianut oleh orang yang miskin akibat malas, mudah menyerah pada nasib yang ada
dan tidak memiliki keinginan yang kuat dalam bekerja. Cirri masyarakat yang
mengalami kemiskinan dengan kemiskinan ini biasanya susah untuk diajak
bekerjasama dalam kegiatan pembangunan. Mereka juga senantiasa susah untuk
diajak dalam melakukan perubahan. Kemiskinan budaya ini juga bisa diartikan
sebagai kemiskinan yang mereka merasa tidak miskin dan tidak mau dikatan
miskin. Hal ini jugalah yan ternyata terjadi di Kota Padangsidimpuan dengan pola
hidup yang dianggap malas dalam bekerja
5.8.2 Faktor 1 Struktural Ekonomi
Variabel struktural ekonomi sebagai faktor 1 mempunyai penaruh langsung yang
besar dalam pembangunan Kota Padangsidimpuan untuk tidak miskin, hal ini
terbukti dari hasil PCA menunjukkan bahwa indikator kebijakan pemerintah dalam
berbagai aspek seperti tingkat upah, harga penjualan produksi yang kadang tidak
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
stabil, kebijakan dalam untuk pembukaan lapangan kerja baru, jumlah barang yang
sangat fluktuatif dan kesempatan berusaha yang kurang baik di Kota
Padangsidimpuan mengakibatkan kemiskinan struktural. Kemiskinan dengan jenis
ini merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor manusia,
kemiskinan dengan struktural ini merupakan kemiskinan yang harus diatasi dengan
suatau kebijakan yang dapat membuat suatu kondisi lebih baik agar kesejahteraan
masyarakat di Kota Padangsidimpuan mnjadi lebih baik lagi
5.8.3 Faktor 1 Natural Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
Variabel terakhir yakni fasilitas sosial dan fasilitas umum yang merupakan faktor 1
terakhir yang secara langsung berpengaruh terhadap kemiskinan di Kota
Padangsidimpuann. Kemiskinan ini adalah kemiskinan natural yang artinya
kemiskinan yang terjadi karena memang awalnya miskin karena tidak memiliki
sumberdaya yang memadai, melalui analisis PCA dapat diketahui bahwa
kemiskinan natural fasos fasum melalui indikator ketersediaan air bersih dan
ketersediaan fasilitas MCK yang kemungkinan besar belum terpenuhi untuk
penduduk miskin di Kota Padangsidimpuan. Penyediaan air bersih yang terjadi
dapat mengakibatkan kemiskinan, karena orang ynag berada disekitar sungai
kesulitan untuk memnuhi kebutuhan mereka, akibatnya dapat mengakibatkan
penyakit dan akan sulit beraktivitas normal untuk pemenuhan kebutuhannya.
5.8.4
Klaster Kemiskinan di Kota Padangsidimpuan
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa belanja modal pemetaan kemiskinan
daerah Padangsidimpuan terbagi atas 3 daerah klaster . yakni klaster I,II,dan III.
Klaster I adalah klaster yang sangat miskin, klaster II miskin dan klaster III
mendekati miskin. Klaster-klaster tersebut adalah
- klaster I terbagi atas Kecamatan
Batunadua,
dan
Kecamatan
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
-
BAB Vi
Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dengan menggunakan faktor PCA maka dapat diketahui
bahwa ada beberapa kesimpulan yang akan mengakhiri uraian dari belanja modal
pemetaan kemiskinan daerah Padangsidimpuan yakni :
1. Diketahui bahwa variabel Kultural fasilitas sosial dan fasilitas Umum
(Fasosfasum), struktural ekonomi, natural fasilitas umum dan fasilitas sosial
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
termasuk kedalam faktor 1 yang dianggap faktor langsung yang dapat
mengakibatkan kemiskinan di Kota Padangsidimpuan.
- Variabel kultural di Kota Padangsidimpuan disebut juga dengan
kemiskinan budaya yang bisa diartikan sebagai kemiskinan yang mereka
merasa tidak miskin dan tidak mau dikatakan miskin dengan pola hidup
-
secara
langsung
terhadap
kemiskinan
di
Kota
yang
juga
mempengaruhi
kemiskinan
di
Kota
kurang
baik,
dan
fasilitas
MCK
yang
kurang
memadai
6.2
Rekomendasi
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5
LAPORAN AKHIR
Setelah diuraikan berbagai kesimpulan diatas maka dapat diajukan rekomendasi
dalam menanggulangi kemiskinan di Kota Padangsidimpuan
1. Dalam merumuskan program penanggulangan kemiskinan
di
Kota
3.
6
Belanja Modal Pemetaan Kemiskinan Daerah Padangsidimpuan5