Anda di halaman 1dari 5

Autoanamnesis :

Saat ditanyakan bagaimana perasaannya saat ini pasien mengatakan senang dengan ekspresi
wajah yang mendatar dan tatapan mata kosong. Saat ditanyakan apa yang membuat pasien
senang pasien mengatakan karena cucunya ikut mengantarnya ke poliklinik jiwa RSUP
Sanglah. Saat ditanyakan keluhan yang membuat pasien ke rumah sakit, pasien mengatakan
kontrol rutin satu kali dalam sebulan. Pasien lalu mengatakan dirinya kembali mendengar
suara suara aneh. Suara suara aneh tersebut mulai di dengarnya sekitar 1 minggu yang lalu
sebelum kontrol ke poli Jiwa RSUP Sanglah. Suara tersebut didengarnya saat terbengong atau
sedang tidak melakukan aktivitas. Suara tersebut mengatakan dirinya adalah suami ida bagus
made kuta sedangkan suaminya yang sekarang bukanlah suaminya. Saat ditanyakan siapakah
ida bagus made kuta, pasien mengatakan teman SMP. Pemeriksa lalu menanyakan apakah ada
hubungan khusus dengan orang tersebut, pasien mengatakan tidak ada. Pasien juga
mengatakan tidak pernah berpacaran dan saat ini tidak ada komunikasi antara dirinya dan ida
bagus made kuta. Saat mendengar suara tersebut terkadang pasien membalas suara tersebut,
terkadang diam dan berusaha untuk mengabaikannya dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
Pasien mengatakan suara tersebut datangnya tidak menentu, kadang siang hari kadang malam
hari. Suara yang didengarnya adalah suara laki-laki dan pasien mengetahui suara tersebut
adalah suara ida bagus made kuta. Pasien mengatakan mendengar secara jelas suara tersebut
dan tidak melihat orang yang mengucapkannya secara langsung. Lalu pemeriksa menanyakan
apakah pasien sudah menikah dengan suaminya saat ini, pasien mengatakan sudah menikah
dan dikaruniai tiga anak. Namun pasien tetap percaya dengan suara tersebut adalah suara ida
bagus made kuta meskipun hanya dirinya yang mendengarnya dan berkata saya percaya
bahwa saya suami ida bagus made kuta, namun ya begitu lah ya. Selama pemeriksaan
berlangsung pasien mengatakan sedang mendengar suara tersebut.
Selain itu pasien juga mendengar suara yang sering memberinya perintah untuk melakukan
sesuatu. Apabila tidak melakukannya, pasien diancam akan dibunuh. Suara tersebut
didengarnya sekitar 1 minggu sebelum kontrol ke Poli RSUP Sanglah. Suara tersebut tidak
jelas, apakah suara laki-laki atau suara perempuan. Saat mendengar suara tersebut, pasien
sering mengikuti perintah yang didengarnya, seperti perintah tidak mandi, tidak makan,
melempar barang dan membanting pintu. Saat ditanyakan mengapa mengikuti suara tersebut,
pasien mengatakan takut apabila tidak mengikuti perintah tersebut. Namun sekarang pasien
mampu mengendalikan dirinya untuk tidak menuruti perintah suara itu dan terkadang pasien
mengabaikannya dengan melakukan aktivitas seperti mebersihkan rumah. Pasien
menambahkan bahwa ia sangat merasa terganggu dengan adanya suara-suara tersebut, hingga
membuat tidurnya tidak nyenyak. Pasien mengatakan tidur pukul 22.00 WITA dan terkadang
terbangun pada dini hari sekitar pukul 01.00 WITA karena mendengar suara-suara tersebut.
Pasien mengatakan saat terbangun dirinya akan merasa ketakutan, kedua tangan terasa dingin
dan dada terasa berdebar. Saat ditanyakan aktivitas apa yang dilakukan setelah terbangun,
pasien mengatakan tidak ada. Pasien hanya membuka mata ditempat tidur dan berusaha untuk
tidur kembali sambil menunggu suara tersebut menghilang.
Selain keluhan tersebut pasien juga mengatakan dirinya merasa terganggu dengan
tetangganya yang mengatakan sering membicarakan dirinya dengan orang-orang disekitar
rumah pasien. Pasien tidak tahu persis apa yang dibicarakan namun pasien percaya bahwa
tetangganya sedang membicarakan dirinya. Setiap aktivitas yang dilakukan tetangganya
tersebut, membuat pasien merasa terganggu. Tetangganya dikatakan sering dengan sengaja

keluar masuk rumah dengan menggebrak pintu dengan keras serta melempar-lempar barang
di rumah yang terdengar hingga ke rumah pasien. Pasien meyakini hal tersebut dilakukan
oleh tetangganya untuk mengganggu pasien. Namun pasien saat itu hanya diam saja di
rumah, pasien tidak berani berbuat apa-apa. Pasien mengatakan tetangganya hanya
melakukan hal tersebut saat suami, anak, dan menantu pasien sedang tidak berada di rumah,
sehingga hanya pasien yang mengetahui apa yang dilakukan tetangganya tersebut. Saat
ditanyakan apakah pasien memiliki masalah dengan tetangganya tersebut, pasien mengatakan
tidak, namun pasien yakin tetangganya tersebut memang berniat mengganggunya.
Saat ditanyakan apakah pernah melihat bayangan yang aneh, pasien mengatakan pernah
melihat bayangan orang meninggal. Bayangan tersebut dilihatnya satu kali pada tahun 2009
dan saat ini pasien sudah tidak pernah melihatnya lagi. Pasien mengatakan melihat mayat
yang berjalan di depan rumahnya. Saat melihat hal tersebut, pasien merasa takut lalu pasien
mencoba untuk menghindarinya. Saat itu pasien tidak menceritakan hal yang dilihatnya
kepada keluarganya, karena dirinya merasa sangat ketakutan. Saat ditanyakan apakah benar
melihat mayat di depan rumahnya pasien kembali yakin dan berkata saya melihatnya di
depan rumah saya meskipun orang lain tidak melihatnya.
Pasien tinggal bersama suami, anak bungsunya, menantunya dan cucunya di Sanur.
Aktivitasnya dirumah dikatakan sebagai ibu rumah tangga yaitu mebersihkan rumah,
memasak dan mencuci pakaian. Saat ditanyakan nafsu makannya pasien mengatakan baikbaik saja. Pasien juga biasa mengambil makanan sendiri dan mandi 2 kali sehari saat pagi dan
sore hari. Kedua aktivitas tersebut dilakukan tanpa disuruh oleh suami atau anaknya.
Pasien mengatakan keluhannya pertama kali muncul pada tahun 2002. Saat itu pasien dirawat
inap di RSUP Sanglah karena dirinya mendengar suara-suara aneh. Saat ditanyakan obat apa
yang dikonsumsi saat itu pasien mengatakan lupa. Karena keluhannya sudah mulai
menghilang, pasien mulai tidak teratur untuk kontrol dan mengambil obat ke poli Jiwa RSUP
Sanglah. Akhirnya pada tahun 2009 pasien mengatakan dirinya terkena penyakit demam tipes
dan dirawat di ruangan Nusa Indah RSUP Sanglah. Saat dirawat diruangan tersebut, pasien
kembali mendengar suara-suara dan bayangan aneh. Setelah kondisi pasien membaik, pasien
lalu rutin meminum obat dan dosisnya diturunkan sampai akhirnya sempat diberhentikan
tahun 2014 atas seijin dokter. Sekitar 3 minggu yang lalu pasien kembali mendengar suarasuara tersebut dan pasien kembali datang ke poli Jiwa RSUP Sanglah. Karena keluhan suarasuara tersebut semakin jelas dan menggangunya selama 1 minggu terakhir akhirnya pasien
datang ke poli Jiwa RSUP Sanglah untuk memeriksakan kondisinya. Saat ini pasien
mengatakan menyadari dirinya mengalami masalah kejiwaan namun dirinya tidak
mengetahui penyebabnya.
Saat ditanyakan apakah pasien pernah memiliki masalah sebelumnya, pasien lalu terdiam dan
menatap pemeriksa dengan tatapan kosong dan mengatakan tidak ada masalah. Saat
ditanyakan apakah ada masalah yang dipikirkan akhir-akhir ini pasien mengatakan tidak ada.
Pasien juga mengatakan hubungan dirinya dengan suami dan anaknya baik-baik saja. Tidak
ada masalah ataupun pertengkaran dengan suami dan anak-anaknya. Pasien lalu bercerita
dirinya memiliki 3 anak. Anak pertama dan kedua dikatakan berkerja diluar negeri dan
pulang apabila ada hari raya Galungan. Pasien mengatakan dirinya terkadang memikirkan
anaknya dan merasa rindu dan ingin bertemu. Sehingga pasien rutin menelepon anaknya
untuk mengetahui kabar kedua anaknya tersebut.

Pemeriksa lalu menanyakan saat bersekolah bagaimana hubungan pasien dengan temantemannya. pasien mengatakan hubungannya baik-baik saja. Pasien mengakui dirinya pemalu
dan pendiam. Sehingga pasien lebih sering untuk tinggal di rumah. Ketika memiliki masalah,
pasien lebih memilih untuk tidak menceritakannya kepada orang lain. Pasien lebih senang
memendamnya sendiri karena ingin menyelesaikannya sendiri tanpa merepotkan orang lain.
Riwayat kejang, benturan keras dikepala, penyakit tensi tinggi, kencing manis dan ginjal
dikatakan tidak ada oleh pasien. Saat ditanyakan apakah dikeluarganya ada memiliki keluhan
yang sama dengan pasien, pasien mengatakan tidak ada. Pasien mengatakan tidak pernah
merokok dan menggunakan obat-obatan terlarang. Pasien memiliki kebiasaan minum kopi
sekitar 1-2 gelas per hari.

Heteroanamnesis :
Anak pasien mengatakan ibunya pertama kali dirawat di RSUP Sanglah pada tahun 2002
karena mendengar suara-suara aneh dan merasa ketakutan sampai mengunci diri dikamar.
Saat itu pasien juga sering terbengong, berbicara sendiri, ketika mengobrol agak lama dalam
menjawab dan selalu berkata ida bagus made kuta adalah suaminya. Saat ditanyakan siapa ida
bagus made kuta, anaknya mengatakan dulunya ibunya sempat bercerita kepada dirinya saat
SMP ibunya sangat menyukai ida bagus made kuta tersebut. Namun karena ibunya tidak
berani mengatakannya dan terus memendamnya, akhirnya sampai saat ini ibunya masih
merasa dirinya adalah suami ida bagus made kuta. Anaknya juga mengatakan saat ini ibunya
tidak pernah bertemu bahkan tidak pernah berkomunikasi dengan ida bagus made kuta.
Ketika ditanyakan bagaimana respon ayahnya terhadap masalah ini, anak pasien mengatakan
ayahnya sudah maklum karena sudah mengetahui penyakit istrinya. Bahkan kini ayahnya
sudah mengabaikan hal tersebut dan mengatakan tidak ada masalah dengan istrinya. Anaknya
juga mengatakan ayahnya jarang sekali bahkan tidak pernah bertengkar dengan ibunya.
Setelah pulang dari RSUP Sanglah pasien dikatakan tidak rutin mengkonsumsi obat dan tidak
teratur kontrol ke poli Jiwa RSUP Sanglah karena merasa dirinya sudah membaik. Lalu pada
tahun 2009 pasien dikatakan terkena tipes dan dirawat di Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah.
Keluhan tipes muncul bersamaan saat anak kedua pasien memutuskan untuk berangkat ke
China untuk berkerja. Saat perawatan, tiba-tiba keluhan mendengar suara-suara aneh kembali
muncul. Saat itu pasien dipindahkan dari ruang Nusa Indah ke ruang Lely RSUP Sanglah.
Saat itu pasien juga sempat mengamuk karena tidak mau minum obat. Pasien dirawat inap
sekitar 1 minggu dan akhirnya diperbolehkan pulang. Saat itu pasien rutin kontrol ke poli
Jiwa RSUP Sanglah hingga akhirnya obat yang dikonsumsi oleh ibunya yaitu obat putih
diturunkan dari 1 tablet menjadi tablet per hari sampai akhirnya diberhentikan atas seijin
dokter yang merawat poli jiwa rsup sanglah pada tahun 2014.
Sekitar 3 minggu yang lalu, pasien kembali mendengar suara-suara aneh tersebut dan
mengatakan ibunya sering gelisah setiap akan tidur dan terbangun saat dini hari. Ibunya
mengatakan bahwa ia mendengar suara-suara yang mengganggu sehingga susah untuk tidur
dan sering terbangun pada dini hari. Anak pasien juga mengatakan beberapa hari sebelum
keluhan tersebut muncul, kakaknya yang bekerja di Cina menelpon ibunya mengatakan
bahwa ia memiliki pacar di sana dan ingin menikah secepatnya. Anak laki-laki pasien merasa
ibunya terlalu memikirkan hal tersebut, sehingga keesokan harinya pasien (ibunya) menjadi
sering bengong, berdiam diri, dan lambat merespon bila dipanggil. Anak pasien mengatakan

saat itu ia takut gejala ibunya akan kambuh seperti dulu. Saat itu pasien diantar ke poli Jiwa
RSUP Sanglah oleh anaknya dan kembali diberikan obat risperidon yang diminum tablet
pada pagi hari dan 1 tablet pada malam hari. Karena selama 1 minggu terakhir pasien
mengeluhkan suara tersebut semakin menggangunya, akhirnya anak pasien kembali
mengantar pasien ke poli Jiwa RSUP Sanglah.
Aktivitas pasien dikatakan sebagai ibu rumah tangga oleh anak pasien. Ibunya juga sangat
rajin dalam melakukan aktivitas seperti mengepel, menyapu dan membersihkan rumah.
Selain itu, apabila keluhan pasien tidak kambuh, pasien dikatakan memasak di pagi hari dan
biasa mengasuh cucunya dirumah. Namun apabila penyakitnya mulai kambuh, aktivitas
pasien dikatakan menurun, lebih banyak bengong, terdiam, lebih banyak tidur siang dan agak
lama dalam merespon pertanyaan. Selain itu, apabila kambuh pasien mulai curiga terhadap
suami dan tetangganya. Curiga terhadap suaminya dikatakan tidak jelas, namun anaknya
mengatakan pasien sering memarahi suaminya tanpa alasan yang jelas dan tidak mau
berbicara dengan suaminya. Selain itu pasien mengatakan tetangganya membicarakan
dirinya. Anaknya tidak tahu secara pasti apakah tetangganya sering membicarakan ibunya
karena tidak pernah melihat atau mendengar yang dikatakan oleh ibunya. Keluhan curiga ini
biasanya digunakan oleh anaknya sebagai gejala awal kekambuhan ibunya. Anak pasien
mengatakan dulunya ayahnya (suami pasien) bekerja sebagai tukang masak di sebuah
restoran kemudian sekitar 12 tahun lalu berhenti bekerja setelah kejadian bom Bali dan
berganti profesi menjadi pegawai proyek bangunan yang tidak tetap.
Menurut anaknya ibunya adalah seorang yang pendiam. Ibunya lebih sering diam dirumah
dan apabila memiliki masalah ibunya cendrung menyimpannya sendiri dan jarang
menceritakannya kepada orang lain. Dahulu sewaktu anak keduanya masih di Bali, ibu pasien
sering bercerita dengan anaknya tersebut. Namun karena anaknya berkerja di china, ibunya
semakin jarang menceritakan masalahnya. Hubungan anak dengan ibunya dikatakan cukup
baik, dikatakan ibunya ramah dan rajin dalam melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga.
Anak pasien mengatakan saudara kakek dari ibunya dikatakan pernah mengalami keluhan
seperti ini namun tidak diketahui secara pasti saudara yang nomor berapa. Informasi ini
diperoleh oleh anaknya saat berkumpul dengan keluarga besarnya.
STATUS PSIKIATRI
a. Kesan umum

Penampilan wajar, roman wajah sesuai usia, kontak


verbal visual kurang

b. Sensorium-Kognisi

Kesadaran

: Jernih

Orientasi

: Baik (waktu, tempat, orang)

Memori

: Baik (segera, jangka pendek, jangka panjang)

Konsentrasi dan perhatian : Baik

Berhitung

: Baik

Pengetahuan umum

: Baik

Berpikir abstrak

: Baik

Intelegensi

c. Mood / Afek
d. Proses Pikir

e.

: sesuai tingkat pendidikan


: senang/tumpul
:

Bentuk Pikir

: non logis non realis

Arus Pikir

: koheren

Isi Pikir

: waham curiga ada

Persepsi

: halusinasi auditorik ada, halusinasi visual tidak ada,


riwayat halusinasi visual ada, ilusi tidak ada

f.

g.

Dorongan Instingtual :
Insomnia

: ada

Hipobulia

: ada

Raptus

: ada riwayat

Psikomotor

: tenang saat pemeriksaan

Tilikan :
Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak menyadari
penyebab sakitnya, sesuai dengan tilikan derajat 4.

DIAGNOSIS BANDING
-

Skizofrenia paranoid (F20.0)


Gangguan waham menetap (F23.0)

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: Skizofrenia Paranoid (F 20.0)
Aksis II
: Ciri kepribadian skizoid
Aksis III
: Tidak ada diagnosis
Aksis IV
: Masalah dengan primary support group
Aksis V
: GAF saat ini 70-61, GAF satu tahun terakhir 90-81
PENGOBATAN
Risperidon 2mg @12 jam IO

Anda mungkin juga menyukai