Anda di halaman 1dari 8

Rinaiya

diantara matanya aku melihat perihnya hidupnya`


Air mata dikelopaknya meneduh di bawah dagu yang penuh darah.Matanya benar-benar bagai
malaikat kesedihan diatas bulan purnama yang runtuh.Tak ada suara di aspal itu.Hanya seduhnya
yang terasa begitu berat.Dan yang terdengar disetiap telinga yang melihat hanya terasa jantung
berdegup lebih kuat.Semua hanya menonton.Dan semuanya membeku diatas aspal yang
berlemur an darah pahit.Segalanya berhenti.Bahkan tangan tak mampu bertindak.Kematian sadis
yang merenggut orang tua itu membuat yang lain menahan sesak di tenggorokannya.Dan anak
itu masih saja menekan-nekan dada ayahnya itu.Berharap tuhan akan segera turunkan
keajaibannya.Tapi semua memang nihil.
Mata anak itu pasih sepasih-pasihnya.Dan mataku tak berkedip walau penglihatan berjarak 10
meter dari kejadian itu.Semuanya membuat aku teringat pada peristiwa 24 tahun yang
lalu.Peristiwa yang mendadak membuat Isi kepalaku berotasi sedikit menuju tahun 1974 .
Awalnya berangkat pada kenyataan pahit bahwa aku punya kakak yang aneh.
Rinaiya,sudah kubilang jangan datang ke sekolah!
Aku membantingkan tasku dan meninggalkannya di belakang sekolah.
Aku lakukan itu setiap hari padanya saat ia selalu berusaha menjemputku.Aku tak pernah senang
dengan apa yang ia lakukan untukku.Walau sebenarnya aku tahu ia yang menafkahi dan
membiarkanku makan dengan nasi yang ia perjuangkan dengan usahanya untuk mengangkat
broti-broti berat.Tapi semuanya bagai sihir abu yang tak meraba lewat perasaan.Semua kebaikan
dan jeritan kesengsaraannya terpendam dalam sesak di tenggorokannya.
Waktu itu,kenapa aku tidak bisa melihat kepedihan hidupnya?.
Saat ibu meninggal,ia pergi entah kemana.menghilang diantara kami.bahkan ayahpun mulai
menjauh dari kehidupan kami.ayah sering tak pulang dan membiarkan perut kami melolonglolong kalaparan.hingga saat itupun kakak juga belum pulang.Ia entah kemana.Tak ada yang tahu
kabarnya sejak kematian ibu. Saat itu juga Segala kasih ibu terasa membuai-buai di kepala.Lagulagu kehilangan membuat kami merapat dan menangis bersama-sama di gubuk kecil yang
menjatuhkan air hujan dari atap-atapnya.Malam itu segalanya bersatu menjadi keluhan .Yang
awalnya ada harapan untuk hidup kini semuanya menguap ke atas langit.Saat itu kami hanya
meminta pada tuhan untuk bisa hidup bersama ibu walaupun hanya dalam maya.Entah sampai
kapan kemarau akan dibasahi semi yang dinanti.Tapi kami tetap menunggu.Menunggu seseorang
yang mengetuk pintu gubuk itu.Siapapun ia kami mengharapkan kehadirannya.Jikapun itu

malaikat maut kami siap untuk bertemu ibu.Tiba-tiba, disaat itu seseorang mengetuk pintu
gubuk.Miranda,adik pertamaku membuka pintunya dengan sedikit mendobraknya kearah
belakang.Ternyata ia pulang.Orang yang entah kemana saat ibu pergi kini pulang.Wajahnya
beringas sekali.Mukanya tampak tak beres.Sayatan-sayatan yang tampak kering menggarisi
mukanya dan tangannya.Di genggamannya ia membawa roti yang sudah berjamur.
Makanlah,aku akan cari makanan lebih banyak lagi ya
Ia menatap kami dengan kosong.
Ia memangmemiliki keterbelakangan mental tapi bukan berarti ia tidak bisa menjadi kakak yang
baik.
Roti berjamur itu adalah roti yang paling enak .Mungkin hingga sampai saat ini.Walau satu orang
hanya bisa mencuil 2 kali untuk kenikmatan dagingnya tapi betapa lezatnya makanan itu dengan
asinnya air mata yang tertelan,bercampur satu di dinding kerongkongan .Di gubuk itu adalah
awal kepahitan yang akan ia rasakan untuk hari esok yang jahat.Dan awal bagi kehidupan yang
semakin muram.Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok,sebulan bahkan selama-lamanya
dalam hidup kami.
Esoknya,di waktu-waktu matahari mencapai titik terbit didetik-detik matahari akan menelan
malam yang larut bersama kesedihan yang harus pergi,Rinaiya,kakakku itu telah pergi bersama
gelapnya jalanan dan dengan keterbelakangan mental ia punya menyebrangi samudera baru yang
akan menjadi rumah dan mimpi barunya.Dahsyatnya ombak yang akan dilalui oleh seseorang
yang memiliki keterbelakangan mental.Aku tak tahu tahankah ia akan dengan kejinya dunia
yang akan menghancurkannya?.Tapi saat itu aku tak pernah berpikir tentang itu.Aku hanya
berpikir tentang keselamatan masa depanku dan makanan yang akan mengisi
lambungku.Bahkan aku tak tahu dengan cara apa ia mampu mendapatkan berbutir-butir beras.
Dan ketika siang melompong ia datang kesekolahku lewat jalan-jalan tikus yang jarang dilalui
orang .Masuk ke sekolahku dari pelataran belakang sekolah dan menungguiku hingga semua
pelajaran usai.Tapi semua itu membuatku selalui dikucilkan dengan semua teman-teman
dikelasku dengan menyebutku si abnormal.Dulu,aku selalu ingin menjadi designer interior
tapi semenjak aku dikucilkan oleh semua pihak termasuk guru-guru yang juga mengatakan kalau
aku lambat menangkap dalam proses pembelajaran.Semua harapan itu terasa telah dibawa pergi
oleh angin .Semuanya menyebabkanku malas menunggangi bangku dimalam hari untuk
berbicara bersama buku-buku pelajaran.Bahkan untuk mengerjakan tugasku.Sebab semuanya
sudah nihil.
Kau tak belajar,sibha?
Aku melihatnya penuh benci yang selalu kubungkam.Namun kali ini kurasa aku tak sanggup
lagi.

Belajar,untuk apa?,Toh aku dibilang abnormal


Ia mendekatiku dengan pergerakan mata yang tak pernah fokus.
Tidak Sibha, kau orang yang jenius
Sudahlah,jika kau ingin melihatku jenius jangan pernah datang kesekolah dan tidak usah
berusaha untuk menjadi kakak untukku.Semuanya sudah rusak karenamu.Kau tak pernah
mengerti,KAU TAK AKAN PERNAH MENGGANTIKAN IBU
Aku pergi darinya.
Sejak malam itu,ia pergi lagi dan tak tahu kemana.Tapi tak ada yang berusaha
mencarinya.Semuanya diam dalam malam yang selalu saja menjadi malam yang muram dan sepi
tanpa dongeng dari ibu lagi.Kesedihan tiba-tiba merangkup dalam pikiran dan menghujaninya
dengan rindu yang tak pernah usai.
Kapan,aku bisa bertemu dengan ibu, tuhan?
Air mataku mengalir bersama derasnya hujan yang jatuh diluar sana.
Kau rindu ibu?
Aku berbalik melihat Miranda yang belum tidur.Matanya juga mengalirkan rindu yang sudah
lama tak mengalir.
Sampai kapan?
Miranda memelukku.Dan air matanya membasahi bajuku.Ia terisak-isak sebagaimana isakannya
sewaktu ibu pergi.Saat itu malam terasa begitu jahat.Menikam tubuh dengan angin yang dingin
dan suramnya hidup.
Ini memang hidup yang pedih.
Terkadang kehidupan dnuia memang terasa begitu fanna.Jika lagi saat seseorang yang penuh
dengan sayang pergi jauh dari mata.Kenapa harus harta terindah sepanjang kehidupanku yang
harus diambil terlebih dahulu?.Kenapa bukan ayah yang tak bertanggung jawab atau kakak yang
tak bisa mengerti.Kenapa harus ibu?.Kalau harus tahu seperti ini lebih baik aku tak pernah
mengenal dunia.Semoga semua pahitnya ini hanyalah mimpi.Hanya mimpi.Kumohon biarkan
semua yang sudah terjadi ini hanyalah mimpi.Dunia bukan segembira bagi para pemenang,bukan
seindah perkataan mereka-mereka yang sudah merdeka tapi dunia seperti kekelaman yang
dirasakan mereka yang dipenjara beribu-ribu tahun.
Dua bulan semenjak kematian ibu,tak ada satupun yang dianggap indah,kecuali memori
kenangan bersamanya.Aku masih merindukannya,sangat merindukannya.

Sibha,kau melamun.kerjakan apa yang kusuruh


Guru matematikaku menyentakku dari belakang.Ia melihat mataku yang berair.Ia memang tak
pernah mengerti dengan semua pendertiaan rakyat sepertiku.Hidup bukan semudah perkiraan
matematikanya.Setiap orang punya masalah yang tak bisa dilogikakan dan dirumuskan dengan
cepat seperti rumus-rumus yang ia kuasai itu.
SIBHA!
ya,aku mendengar bu
Ia kemudian pergi .Tanganku juga sudah memegang pulpen yang ujungnya sudah keropos digigit
tikus, sahabat gubukku.Soal-soal itu terasa memutar-mutar di kepala.Aku tak tahu
jawabannya.Bahkan aku tak tahu rumusnya.
Sibha, kakakmu yang aneh itu menitipkan payung untukmu
Aku menerima payung itu.Dan secarik kertas gulungan.
Aku tak akan menjemputmmu lagi Sibha.Tapi aku akan beri kamu payung biar enggak
kepanasan atau kehujanan.Belajar yang baik ya anak jeniusmimpimu ada didepan
mata,Aku memang tak bisa sehebat dan sebaik ibu tapi aku akan jadi kakak yang baik.Enggak
papa kan jadi kakak yang baik.Maaf atas kesalahan kakakmu yang abnormal ini ya..
Kertas itu buram sekali.Tulisannya juga acak tapi aku masih bisa membacanya walau kadang aku
harus menerka huruf-hurufnya.Walau kakakku pernah sekolah tapi dia tidak bisa mengikuti
pelajaran dengan baik.Sejak saat itu ia tidak sekolah lagi tapi dia sempat belajar menulis dan
membaca walaupun harus mengeja.
Hari itu aku pulang sendiri tanpa kakakku.Melewati jalan-jalan tikus yang ia lewati.Di depan
pintu ada plastik hitam dan tempelan kertas kecil yang juga buram.
Makan yang banyak ya
Aku tahu ini tulisannya Rinaiya.Ia membelikan kami nasi bungkus tapi ia tak pulang
kerumah.Dan kami tak tahu dimana ia.
lihat si Rinaiya?
atika tak tahu,bahkan Atika tak nyangka kakak akan kasih makanan
Aku menggendong atika masuk dan menutup lagi pintu gubuknya.Kami berdua menunggu
Miranda pulang dari sekolah.Walau hanya sebungkus tapi ini adalah nasi yang pernah aku makan
selama ibu tidak ada lagi.Sejak aku memarahi Rinaiya,ia tak pernah memunculkan wajahnya
lagi.Ia hanya meninggakan pesan-pesan.Entah dimana dia?.

Sewaktu pagi telah menelan malam.Aku baru tersadar .Semua mimpi-mimpi yang merasuk kini
telah buyar.Mataku melihat pergerakan matahari yang sudah naik dengan cara itu aku melihat
jam.Tapi di depanku sebuah lingkaran mini yang bergerak begitu teratur menunjukkan symbolsimbol khusus.Jam itu sungguh indah.Setiap detiknya bergerak dengan sangat teratur.Dan
bunyinya yang berdetak bersamaan dengan denyut nadi.Ah,inikah rasanya memiliki jam di
rumah maksudku di gubuk.Aku bangkit dan menggulung tikar serta menuju meja buruk di
depanku dan membereskan buku-buku.Ada tulisan yang begitu rapi.Yang menelusuri ruas-ruas
kertasnya .Mengisi setiap titik-titik untuk memberi jawaban.Siapa yang mengerjakan tugasku?.
Miranda,kau mengerjakan tugas anak SMA?
Miranda bangkit dengan wajah berkhayal-khayal sehabis melalui mimpi-mimpinya.
Aku saja kesusahan mengerjakan tugasku apalagi tugas seorang anak SMA
Bukan Miranda,jika Atika yang mengerjakannya itu pasti mustahil sebab ia masih seumuran
anak TK walaupun ia tidak TK.Lebih mustahil lagi jika yang mengerjakannya Rinaiya.Apa ini
yang namanya pertolongan yang tak pernah disangka
Darimana jam ini?
Miranda melihati lingkaran itu.
Entahlah..
Matahari terasa menyinari dengan panas bagai salju dan kemarau seakan sudah dihujani musim
semi.Setiap hari hingga tepat pukul 12.00 aku menunggangi bangku untuk bercerita bersama
buku-buku pelajaran dan mengerjakan semua yang dulu kekerjakan untuk meeraih mimpiku.
Dibalik kesulitan ada kemudahan.Ternyata semuanya terasa bagai diatas awan.
Bahkan guru-guru mengatakan jika aku mengalami kemajuan yang sangat pesat.Aku bukan si
abnormal yang mereka katakanan lagi.Aku adalah manusia normal seperti ibuku bukan seperti
kakakku.Di gubuk itu ada dua orang yang sedang mati-matian belajar hingga detik-detik jam
berdetak pada angka 24.00.
Namun,Tiba-tiba saja suara langkah-langkah kaki mendekati pintu gubuk kami.Suara itu
menyatakan langkahan kaki yang berusaha disembunyikan .Miranda,mendatangi pintu dan
mendobraknya kebelakang.Ya,seseorang yang berusaha masuk tampak kelalapan.Ia berusaha
menyenbunyikan wajahnya.Tapi aku seperti kenal wajahnya juga sayatan di wajahnya.rinaiya.
Rinaiya?

Ia menghempaskan buku-buku dan berlari terbatah-batah.Buku itu buku pelajaran SMA dan
SD.Aku dan Miranda kaku.hanya bisa melihat dan menelan ludah.Miranda berlari diantara
genangan air mengejar Rinaiya yang berlari.Dan aku,jantungku berdetak dan mataku berair.
Miranda tunggu
Aku juga berlari diantara gerimis yang turun dengan lembut .Tiba-tiba Rinaiya masuk kedalam
gubuk itu.Gubuk yang lebih baik daripada gubuk kami seperti rumah yang ingin dibangun.
Rinaiya,bukalah!
Aku mendekati pintunya dan mengetuknya.
Rinaiya,jika kau tak membukanya,aku akan tidur disini hingga kau membukanya.
Ia langusng membuka pintunya.Dan wajahnya terus tertunduk.
Aku masuk kedalamnya.Gubuk ini jauh dari luarnya.Rapi sekali.Dan penuh dengan kertas-kertas
buram dengan tulisan yang acak dan tulisan serupa yang ada di buku tugasku dan
Miranda.Lukisan-lukisan dekorasi rumah dan foto-foto aku,Miranda,Atika,ibu ,ayah,dan
Rinaiya.Tenggorokanku benar-benar sesak.
Miranda membacakan secarik kertas yang ditempel Rinaiya di dinding gubuknya.
ya,tuhanbiarkan adik-adikku menikmati rumah ini jikalau rumah ini telah selesai
dibangun.Meski aku sudah tidak ada tuhan.Tuhan,jadikan adik -adikku seperti mimpi-mimpi
mereka.Mereka adalah adik-adikku yang sangat jenius.Tuhan,jangan hampakan hidup
mereka.Tuhan,biarkan aku menikmati terakhir kali hidupku dengan berusaha sekuat tenagaku
untuk membuat semua adik-adikku bahagia,tolong tuhan.Apapun,apapun tuhan untuk membuat
mereka berhasil bersama mimpi-mimpi mereka.Biarkan aku menghargai nyawa terakhirku buat
satu hal terpenting membacakan dongeng bagi mereka dimalam terakhirku tuhan.Jangan ambil
nyawaku sebelum aku berhasil membangun rumah ini dan membuat mereka bisa menggapai
mimpi mereka.Tolong tuhan..biarlah ginjal ini lebih lama mempertahankan hidupku,tuhan.
TOLONG..
Dunia telah menamparku sekuat-kuatnya.Sesak merusuk kuat sekali dari kaki higga ubun-ubun.
Miranda keluar dan membanting pintu gubuknya.Hanya ada aku dan ia.
Kemana ginjal yang satumu,apa kau jual untuk beli jam dan buku-buku itu..,kenapa kau
melakukan itu?,Aku tak suka buat kakakku menderita.cukup !
Aku hanya berusaha untuk menyelamatkan ibu,supaya kalian enggak

Aku memeluk pundaknya dan menangis membasahi bajunya yang bau itu.Pelukan ini adalah
pelukan pertamaku padanya.Selama ini aku saja tak pernah sedekat ini dengannya.Mungkin ini
adalah pelukan terakhir.Dan tak akan pernah terulang.Gerimis diluar telah melonjak pasrah
menurunkan kawanya yang lebih deras.
Jangan menangis didepanku,aku tak mau ,,,,,,,
Aku terisak-isak dan mencakar bajunya.Kisah-kisah pahit yang kulukiskan untuknya
teringinang-ngiang dalam memori.
kenapa tuhan tidak kasih tahu aku?,kenapa harus seperti inikenapa tunggu hari-hari
terakhir.
Nanti kalau rumah ini sudah siap.Aku serahkan pada design interior terhebatku,Sibha
Sarawiya
Waktu itu aku tak bisa berbicara.aku keluarkan semua air mataku.Semuanya,untuk sebuah
kepahitan dan kesengsaraan yang ia rasakan sendiri selama 2 tahun.Tanpaku,Miranda,Atika
ataupun seorang ayah.ia rasakan sendiri tanpa seseorang.Pahit,sakit,jatuh, semuanya sendiri demi
keindahan yang akan kami nikmati.Dan yang selalu saja terasa tertutup.
Berapa hari lagi aku bisa punya kesempatan memberikan yang terbaik untuk mu?
Aku memandang matanya.Kali ini matanya terlihat lebih fokus.
1 hari lagi
Jantungku seakan yang harus berhenti.Aku tak bisa lagi menangis.Air mataku telah habis.
apa yang kau inginkan,Kak?
Untuk yang pertama kali suara itu melangun dengan penuh kasih padanya.
Aku ingin kalian menikmati dunia ini tanpa suram lagi
Aku melihatnya dengan kasih yang dikirim tuhan .Seseorang malaikat telah tuhan kirim dalam
keluarga ini.Tapi tak satupun sadar untuk itu.Saat itu,aku melihat indahnya hidup bahkan aku tak
tampak sedikitpun keterbelakangan mentalnya.Ia sesempurna yang pernah kulihat.Hatinya telah
tuhan beri bumbu yang tak pernah dimiliki siapapun.
Saat itu ,aku benar-benar memeluknya seerat-eratnya.Satu hari lagi aku takkan merasakan
bidadari yang selama 17 tahun dalam hidupku.Kenapa aku baru bisa menyadarinya dan
mensyukurinya hanya dalam 2 hari.Kenapa tidak dari dulu.
Hari itu,adalah tanggal yang sama saat aku pergi ke negeri kincir angin untuk melanjutkan
mimpi yang belum usai.

***
Anak itu masih dengan nanarnya menatap ayahnya yang tiada.Aku berlari sambil menghapus air
mata yang meneduh dibawah dagu Menolong anak itu dan ayahnya.
Tuhan tak pernah biarkan setiap kita meringis hingga tak mampu menghadapi hidup.Selalu ada
bidadari-bidadari dunia disebelah kita.Walau kau tak sadar itu,tapi orang itu ada.

Anda mungkin juga menyukai