KELOMPOK 1
HYGIENE INDUSTRI
Kadek Fabrian K.
M. Ridhwan Fahrurozi
Kumala Sari
Fardhian Zaenal
Imam Adli
Rifqa Hardi
Yasmine Salida
Friska Monita
Shinta Arumadina
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan
dan
Keselamatan
Kerja
(K3)
dalam
sebuah
industri
sehingga
dapat
mempengaruhi
tingkat
pencapaian
Kesehatan
dan
Keselamatan
Kerja
(SMK3)
melibatkan
unsur
manajemen, tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah, mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat kerja, serta
terciptanya lingkungan kerja yang aman, efisien, dan produktif. Salah satu caranya
adalah menciptakan perusahaan yang higiene agar lingkungan kerja menjadi aman,
nyaman, dan sehat.
Higiene perusahaan adalah suatu upaya pemeliharaan lingkungan kerja (fisik,
kimia, radiasi dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan. Upaya ini terutama
dilakukan dalam hal pengamatan, pengumpulan data, merencanakan, dan
melaksanakan pengawasan terhadap segala kemungkinan gangguan kesehatan
tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan. Dengan demikian, sasaran
kegiatan perusahaan adalah lingkungan kerja dan lingkungan perusahaan.
Penyehatan lingkungan kerja dan perusahaan merupakan upaya pencegahan
timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan proses produksi
perusahaan.
Sedangkan
menurut
Sumakmur,
higiene
perusahaan
adalah
sistem
tersebut
menjadi
suatu
siklus
yang
tidak
terputus
dan
pentingnya
penerapan
Sistem
Manajemen
Kesehatan
dan
dan industri.
Misi :
Ikut serta memanjukan bangsa dengan menjadi Perusahaa Nasional kelas
dunia
yang
unggul
di
bidang
rekayasa
dan
kontruksi
dengan
Tujuan Perusahaan:
o Profitability Growth
o Market share
o Social Responsive
5. Kegiatan Usaha: PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang Rancang Bangun Rekayasa, Konstruksi dan Manufaktur
(Bidang Energi, Transportasi dan Telekomunikasi)
6. Jumlah Karyawan: Total karyawan di PT. BTU Tbk adalah 937 orang.
Ditambah dengan pegawai sub-kontraktor kurang lebih 2400 orang.
7. Jam Kerja Karyawan:
Jam pekerjaan karyawan terbagi menjado beberapa shift sesuai kapasitas
Bahan mentah berupa aluminium yang berada di ruang Remelt dilakukan peleburan
atau proses melting yang hasilnya disalurkan ke ruang pencetakan (dies). Aluminium
dicetak sesuai permintaan konsumen. Pada proses ini menghasilkan limbah berupa
scrap (potongan aluminium). Setelah pencetakan alumium dilakukan anodizing
(pelapisan atau pewarnaan). Pada proses ini limbah berupa cairan kimia yang diolah
kemudian disalurkan ke saluran air yang bermuara di sungai cakung. Aluminium
yang sudah di anodizing kemudian dilakukan pengecatan dengan powder coating.
Pada proses ini limbah berupa serbuk (powder) ditampung yang kemudian dapat di
recycle menjadi kapur barus.
1.5 LANDASAN TEORI
A. Hygiene Industri
Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mengajarkan tata cara untuk
mempertahankan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial untuk mencapai
tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, serta sebagai suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungannya.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
berputar;
Kebisingan terputus-putus: seperti suara pesawat terbang di udara;
Kebisingan menghentak: seperti suara dentuman meriam, bom
meledak.
Akibat kebisingan:
Tipe
Akibat
lahiriah
Kehilangan
pendengaran
Akibat fisiologis
Gangguan
emosional
Akibat
psikologis
Gangguan
gaya hidup
Gangguan
pendengaran
Kebisingan
yang
dapat
Uraian
Perubahan ambang batas sementara
akibat kebisingan, perubahan
ambang batas permanen akibat
kebisingan
Rasa tidak nyaman atau stress
meningkat, tekanan darah meningkat,
sakit kepala, bunyi dering
Kejengkelan, kebingungan
Gangguan tidur atau istirahat, hilang
konsentrasi waktu bekerja, membaca
dan sebagainya.
Merintangi kemampuan
mendengarkan TV, radio,
percakapan, telpon dan sebagainya.
diterima
oleh
tanaga
kerja
tanpa
Jenis getaran:
-
Tingkat
pencahayaan
minimal (Lux)
100
200
Keterangan
Ruang penimpanan dan ruang
peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar
7
terusmenerus
Pekerjaan
rutin
300
Pekerjaan
agak halus
500
Pekerjaan
halus
1000
Pekerjaan
amat halus
Pekerjaan
detail
1500
(tidak
menimbulkan
bayangan)
3000
(tidak
menimbulkan
bayangan)
Pekerjaan kantor/administrasi,
ruang kontrol dan pekerjaan
mesin dan perakitan atau
penyusun
Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin kantor
pekerja pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan,
tekstil, pekerjaan mesin halus
dan perakitan halus
Mengukir dengan tangan,
pekerjaan mesin dan perakitan
yang sangat halus
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus
Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah
Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja
(point) penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus.
Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Faktor biologis dapat dikategorikan menjadi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya);
2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis,
asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan
hewan invertebrata (protozoa, ascaris).
8
Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan
mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.
Salah satunya kantin atau tempat makan para pekerja berada di ruangan
tertutup sehingga lalat tidak dapat keluar masuk dan hinggap pada makanan
pekerja.
Faktor Kimia
Faktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja.
Bahan kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa, dan
9
penyolderan,
pengelasan,
atau
peleburan
logam.
Contoh: metal fume pada peleburan logam seperti ZnO dan PbO.
- Kabut (fog): adalah sebaran partikel-partikel cair di udara sebagai
hasil proses kondensasi dari bentuk uap atau gas melalui proses
electroplanting dan penyemprotan di mana cairan tersebar,
terpercik atau menjadi busa partikel buih yang sangat kecil. Contoh:
10
pengaruh
dari
gabungan
kenaikan
tekanan
dan
11
menyebabkan kematian.
atau
helium
yang
kadar
tertentu
mempengaruhi
kelangsungan hidup.
- Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia).
Pada situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi
dan mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan
menggunakan zat asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida,
12
Pneumoconiosis
adalah
suatu
keadaan
yang
membentuk
jaringan
fibrotik.
Contoh
bahan-bahan
yang
pertama keracunan.
Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia
yang
dibuat
oleh
seuatu
perusahaan,
berisikan
antara
lain
Sanitasi Industri
Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:
kebersihan;
Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam
14
Manfaat
yang
diperoleh
bagi
konsumen
bila
industri
pangan
keracunan makanan;
Manfaat yang diperoleh
bagi
produsen
adalah
produsen
dapat
konsumen;
Mengurangi biaya recall;
Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan higiene
pekerja yang terlibat.
tenaga
kerja,
sehingga
dapat
menurunkan
sesudah kerja
Ruang makan dan kantin memenuhi syarat syarat rumah makan
sehat atau kantin sehat.
Pengolahan Limbah
Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah industri tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu yang
memiliki nilai ekonomis berupa limbah yang dengan melakukan proses lanjut
akan memberi nilai tambah, serta limbah yang tidak mempunyai nilai
ekonomis berupa limbah yang diolah dalam bentuk proses apapun tidak
dapat memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat mempermudah sistem
pembuangan.
Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya
ditempatkan pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan
jenisnya serta apakah termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang
bukan termasuk B3 perlu dipilah lagi apakah bisa didaur ulang atau bisa
langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk kedalam limbah B3 adalah
limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam jumlah sedikit
tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup dan
16
sumber daya. Limbah cair yang dihasilkan industri harus diolah terlebih
dahulu sesuai dengan spesifikasinya. Kontainer tempat menampung limbah
yang termasuk kategori B3 tidak boleh bocor, sampah tidak boleh tercecer
pada waktu pengumpulan dan penyimpanan sementara sebelum dibawa ke
tempat pembuangan akhir B3. Secara umum, pengolahan limbah industri
dapat dilakukan melalui 3 proses, yaitu:
1) Proses pengolahan secara fisika:
Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan
secara gravitasi.
Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan
dalam air.
3) Proses pengolahan secara biologi:
Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah
kedalam reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi
Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan
materi
partikulat,
karena
filter
basah
juga
digunakan
untuk
Pengendap Siklon:
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu /
abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang
berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya
sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan
18
melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif berat
akan jatuh ke bawah.Ukuran partikel / debu / abu yang bisa
diendapkan oleh siklon adalah antara 5 - 40 . Makin besar ukuran
BAB II
PELAKSANAAN
2.1 TANGGAL DAN WAKTU PENGAMATAN
Dilakukan pengamatan pada hari Jumat, 15 Januari 2016, pukul 08.30
12.00 WIB oleh kelompok I (Hygiene Industri).
2.2 LOKASI PENGAMATAN
Lokasi pengamatan adalah di Jl. Raya Narogong - Bekasi Km. 19,5 Cileungsi, Bogor
16820, Indonesia. Telepon: +62.21 823 2323
20
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan di PT. Bukaka Teknik Utama tepatnya pada lokasi
pengolahan Oil and Gas Equipment dengan denah sebagai berikut:
1.4 FAKTOR FISIK
1) Bising
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, alat-alat yang digunakan
untuk menunjang kegiatan perusahaan, baik dalam proses produksi,
penyimpanan maupun pengangkutan di PT. Bukaka Teknik Utama merupakan
alat-alat
berat
yang
berpotensi
menimbulkan
kebisingan
bagi
para
pekerjanya. Alat yang dimaksud ialah saw dan alat pressing. Pengamatan
yang dilakukan secara langsung, sehingga pengamat dapat mendengar
bising yang berasal dari alat-alat produksi tersebut secara langsung.
21
Berdasarkan
informasi
yang
didapat
dari
narasumber
bahwa
pihak
23
luar tempat pembuangan limbah, ditemukan beberapa genangan air yang berasal
dari pembuangan limbah dan air pendingin ruangan. Genangan air cukup banyak di
beberapa tempat dan terbuka, sehingga dapat menimbulkan sumber faktor bahaya
biologi sebagai tempat tumbuhnya mikroorganisme yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan pada para pekerja.
Faktor biologis lain yang kami temukan didalam area kantin PT. Bukaka
Teknik Utama, yaitu masih terdapat beberapa kekurangan seperti tidak ada sarana
yang memadai untuk cuci tangan, wastafel yang tidak ada air mengalir,
penampungan air yang menggunakan ember berlumut, pengalihan limbah cuci
tangan yang menetes dibawah wastafel, masih terdapat beberapa puntung rokok di
lantai dan meja makan, terdapat binatang tawon dan kucing didalam kantin.
Faktor biologi lainnya yang dapat menjadi bahaya di lingkungan kerja PT.
Bukaka Teknik Utama dapat pula berasal dari ruang Die Correction, dimana tempat
tersebut merupakan ruangan tertutup yang menggunakan AC tanpa ventilasi,
sehingga sirkulasi udara bebas tidak terjadi dengan baik. Selain itu juga ditemukan
sistem ventilasi di ruang produksi yang kurang yakni ditemuakan exhaust fan yang
dipenuhi oleh debu. Keadaan diperburuk dengan karyawan tidak menggunakan alat
pelindung diri seperti masker sehingga wajar bila penyakit infeksi saluran
pernapasan masih termasuk ke dalam sepuluh penyakit terbanyak yang diderita oleh
para pekerja PT. Bukaka Teknik Utama. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada
pengendalian yang baik terhadap faktor biologi di lingkungan kerja PT. Alasaka
Extrusindo.
Upaya pengendalian faktor biologi yang sudah dilakukan antara lain tidak ada
pekerja yang makan/ minum di area produksi, pekerja menggunakan baju dan alas
kaki khusus di area produksi.
1.7 KEBERSIHAN
Dilihat dari pengamatan selama berada di lingkungan kerja PT. Bukaka Teknik
Utama, secara umum dapat dikatakan sanitasi yang berada di tempat tersebut
kurang baik. Kebersihan di dalam perusahaan seperti dinding, lantai, dan atap
kurang baik. Daerah kerja tampak bersih. Tidak tampak bahwa terdapat tempat
sampah di setiap ruangan. Di luar ruangan kerja terdapat 2 ruang wastafel terbuka
yang luas, dilengkapi dengan petunjuk cuci tangan, cermin, sabun cair, tisu, dan
24
tempat sampah. Selain tempat cuci tangan dan toilet, juga tersedia locker dimaa
setelah diamati kebersihannya kurang baik. Pada toilet tidak ditemukan adanya
sabun, tisue,dan dibeberapa toilet juga terkadang lampunya sudah ada yang mati. Di
area toilet juga banyak ditempukan adanya sampah bekas puntung rokok. Untuk
loker sudah disediakan bagi pekerja untuk menyimpan pakaian dan APD.
Pengamatan juga dilakukan di gudang penyimpanan bahan baku/ kardus,
terlihat untuk gudang penyimpanan bahan baku dan produk di PT. Bukaka Teknik
Utama Tbk masih kurang baik. Penyimpanan bahan baku dan produk masih
diletakkan di area terbuka dan tidak terlihat rapi.
Berdasarkan informasi dari narasumber, penyediaan kebutuhan air untuk
proses produksi, PT. Bukaka Teknik Utama menggunakan air PAM . Sedangkan
untuk minum air didapat dari air galon yang bersegel bermerk prima.
Untuk masalah sanitasi makanan bagi para pekerja di PT. Bukaka Teknik
Utama, hal ini berkaitan dengan tempat makan atau kantin dan proses penyajian
makanannya. Dalam kunjungan ini, menurut informasi yang didapat bahwa di
perusahaan memang tidak menyediakan adanya kantin. Para pekerja biasanya
makan diluar dari area perusahaan dan ada juga pekerja yang membawa makanan
dari rumah.
Dari hasil pengamatan juga tampak adanya genangan air di sekitar area
lokasi perusahaan yang dapat menimbulkan resiko munculnya vektor-vektor nyamuk
dan lalat.
Dari hasil pengamatan juga tampak adanya tempat pembuangan sampah
yang dipisah menjadi tempat sampah organik dan anorganik, tetapi ketika dilakukan
pengamatan tampak baik sampah organik dan anorganik masih dibuang di satu
tempat dan tidak dipisahkan. Untuk sampah di perusahaan ini akan diambil setiap
satu bulan sekali.
1.8 PETUGAS HIGIENE INDUSTRI
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung,tidak terdapat peraturan
yang mengharuskan bagi seluruh tenaga kerja untuk melakukan cuci tangan,
penggunaan sarung tangan, helm ditempat kerja. Dari hasil pengamatan hanya
ditemukan peraturan yang mengharuskan memakai masker debu ketika berada
diruangan terdapat peraturan yang mengharuskan bagi seluruh tenaga kerja untuk
25
melakukan cuci tangan, penggunaan sarung tangan karet, masker debu biasa dan
nursing cap di tempat kerja (dirty prevention) sebelum melakukan aktivitas kerja.
Selain itu, tenaga kebersihan (cleaning sevice) disini menurut narasumber hanya
berlaku satu shift dan tidak tampak ketika pengamatan sedang dilakukan.
1.9 PENGOLAHAN LIMBAH
1) Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Bukaka Teknik Utama dibagi menjadi
limbah kategori Bahan Buangan Berbahaya (B3) dan bukan B3. Untuk limbah
yang termasuk kategori B3, limbah dikumpulkan dan disimpan dalam wadah
terpisah yang kemudian diangkut untuk diolah kembali ke PT. PPLI (Prasadha
Pamunah Limbah Industri) tiap tiga bulan sekali. Secara singkat, pengolahan
limbah cair dilakukan dengan cara semua limbah cair dimasukkan ke bak
penampungan
(WWTP).
Selanjutnya,
dilakukan
penyaringan
untuk
26
penggunaan
sumber
daya
alam
dan
Kimia
Masalah yang
dihadapi
1. Alat yang digunakan
seperti saw,alat
press yang dapat
menimbulkan bising
2. Tidak diketahuinya
nilai pengukuran
dari beberapa faktor
fisik (apakah di
bawah normal atau
di atas normal),
seperti ambang
kebisingan,
intensitas
cahaya,getaran
pada conveyor
belt,dan iklim (suhu
panas)
1 Belum terdapat
keterangan
Dasar Hukum
Pemecahan Masalah
Permenakertrans
No.
13/MEN/X/2011
1. Penggunaan
pelindung
kuping/earplug, dan
d
2. Diketahui nilai
pengukuran dari
beberapa faktor fisik
agar dapat
melakukan
pengendalian bila
didapatkan nilai
yang melebihi nilai
ambang batas
Permenakertrans
No.
1. Dilakukan
identifikasi zat kimia
27
mengenai bahaya
kimiawi di sekitar
perusahaan
13/MEN/X/2011
dan Keputusan
Menteri Tenaga
Kerja RI No. Kep.
187/MEN/1999
Standard
European
Directive No.
90/679 dan UU
No. 1 Tahun 1970
Biologi
1. Terdapat beberapa
hewan seperti
kucing dan tawon
yang bebas
berkeliaran diarea
kantin
2. Terdapat genangan
air terbuka dan di
tempat yang
lembab pada
beberapa
tempat,yang dapat
menjadi tempat
perkembang
biakkan vektor.
Sanitasi
1. Tempat
penyimpanan
barang bahan baku
di tempat terbuka
2. Tampak air
conditioner dipenuhi
oleh debu
3. WC yang tidak
bersih
Peraturan
Menteri
Perburuhan No. 7
Tahun 1964
Pengolaha
n Limbah
1. Tempat pengolahan
limbah terletak di
tempat yang
terbuka sehingga
menimbulkan bau
Peraturan
Menteri
Perburuhan No. 7
Tahun 1964
berbahaya, diberi
label (MSDS)
1. Dilakukan
pengendalian vektor
yang dapat
menyebabkan
penyakit salah
satunya dengan
menghilangkan
adanya genangan
air dan hewan.
2. Penyimpanan dan
penempatan limbah
pada tempat
tertutup yang
kurang tinggi dari
permukaan tanah
3. Tidak terdapat label
pada limbah kimia
yang berbahaya
pencemaran
lingkungan
2. Disarankan untuk
mengganti atau
menata kembali
tempat yang sesuai
dengan jenis dan
bahan.
3. Pemberian label
pada limbah kimia
dan tanda bahaya.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
4.1 FAKTOR FISIK
1) Bising
Dilakukan pengukuran secara berkala untuk kebisingan di tempat kerja
Dipastikan kembali berapa nilainya dari alat alat berat yang menimbulkan
bising.
Sebaiknya diberikan tanda peringatan untuk alat-alat berat yang intensitas
pendengaran.
Melakukan pembatasan jam kerja pada para pekerja yang menggunakan
alat berat yang menimbulkan bising.
29
Peletakan fan dari air conditioner harus diatur jaraknya atau diberi
ruangan/
tempat
kerja
dengan
memperhatikan
detail
pekerjaan yang akan dilakukan oleh para pekerja, di mana pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian tinggi, membutuhkan lux yang baik (tinggi).
3) Getaran
Sebaiknya dilakukan pengukuran getaran pada setiap alat penghasil
getaran seperti forklift yang telah dijelaskan sebelumnya.Jika alat tersebut
menghasilkan getaran melebihi nilai ambang batas, maka perlu diberi
peredam pada alat tersebut.
Pemberian APD secara cuma-cuma sebagai cara terakhir.
4) Radiasi
Apabila terdapat sumber radiasi yang berpotensi memberikan paparan
terhadap para pekerja, maka dapat dilakukan beberapa upaya pengendalian,
yaitu:
Mengisolasi peralatan dan daerah radiasi dengan cara penyekatan.
Menjauhkan tenaga kerja dari sumber radiasi.
Membatasi waktu pemajanan.
Memasang label dan tanda peringatan bahaya radiasi.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti pakaian, kacamata, dan
lainnya sebagai cara terakhir.
Pelatihan dan pengawasan tenaga kerja terhadap bahaya radiasi.
5) Iklim kerja
Sebaiknya dilakukan pengukuran suhu di tempat kerja, terutama di tempat
kerja dengan banyak lampu, agar para pekerja dapat melakukan
30
Bahan-bahan kimia apa saja yang dapat terpapar pada tubuh pekerja di
masing-masing sektor produksi, termasuk tingkat potensi bahaya dari
kimia tersebut;
Tindakan yang dapat segera dilakukan apabila terpapar bahan kimia yang
berbahaya;
2) Pelabelan bahan baku sesuai dengan potensi bahaya agar pekerja lebih
aware.
3) Sistem ventilasi dan sirkulasi agar lebih diperhatikan dan dilakukan kontrol
rutin terutama dijaga kebersihannya.
4.3 FAKTOR BIOLOGI
Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT. Bukaka Teknik Utama,
untuk menghindari penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor kimia, perlu
dilakukan:
1) Identifikasi faktor biologis yang ada di tempat kerja mengingat penyakit
terbanyak yang dialami oleh pekerja berupa infeksi saluran pernapasan dan
radang tenggorokan.
2) Menyediakan tempat penampungan air tetesan dari fan air conditioner yang
tertutup agar tidak terdapat genangan air, sebagai upaya pengendalian vektor
penyakit.
3) Membersihkan sistem ventilasi berupa exhaust fan yang berdebu.
4.4 SANITASI
Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT. Bukaka Teknik Utama,
untuk menghindari penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor sanitasi, perlu
dilakukan:
1) Menyediakan ruang penyimpanan terpisah untuk bahan baku/ kardus-kardus
dan hasil produksi agar tidak terjadi kesalahan atau kerusakan pada barang
yang sudah jadi, selain agar terlihat lebih rapi.
2) Pembersihan exhaust fan yang berdebu.
31
3) Pengamatan fasilitas sanitasi yang disediakan yaitu toilet, ruang ganti baju,
dan kantin perusahaan secara berkala.
4) Perlu diadakan jadwal pembersihan rutin pada fasilitas pabrik atau bila sudah
ada dapat diperbanyak jadwal pembersihan tersebut.
5) Pemberian reward bagi petugas cleaning service yang bekerja dengan baik.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak penuh
dalam bidang alumunium dengan sistem semi otomatis yaitu tenaga mesin dan
tenaga manusia. Sebagian mesin telah dicantumkan SOP. Secara umum,
penatalaksanaan sistem K3 di PT. Bukaka Teknik Utama Tbk. dari penilaian higiene
industri belum berjalan dengan baik. Terlihat dari para tenaga kerja yang tidak
menggunakan APD karena belum adanya kesadaran akan adanya faktor bahaya di
tempat kerja, area kantin yang kurang bersih. Pada dasarnya Keselamatan dan
Kesehatan (K3) merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang menerapkan upaya
pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja,
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, serta melindungi tenaga kerja terhadap
risiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian
akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau
pencemaran lingkungan kerja. Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaknya
diterapkan pada setiap pembuatan kosmetik. Sumber pencemaran hendaknya
dihilangkan melalui program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Setiap pekerja harus diterapkan dengan kesadaran yang utuh tentang pentingnya
K3 dalam praktek sehari hari dan setiap misi dan resolusi terhadap Keselamatan
dan Kesehatan Kerja harus bersifat praktis terhadap pekerja dan setiap sarana
dapat
menyediaankan
lingkungan
kerja
yang
optimal.
Secara
umum,
penatalaksanaan sistem K3 di PT. Bukaka Teknik Utama Tbk dari penilaian higiene
industri sudah berjalan cukup baik. Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang perlu
33
dievaluasi lebih lanjut dikarenakan kurangnya data yang diperoleh dari beberapa
faktor seperti faktor fisik (bising, penerangan, iklim kerja, getaran, radiasi), faktor
kimia, faktor biologi, sanitasi, petugas higiene industri, dan pengolahan limbah
industri.
5.2 SARAN
1) Memberi penyuluhan berkala tentang Sistem Kesehatan dan Keselamatan
Kerja terutama terkait lima faktor yang dibahas diatas kepada tenaga kerja
mengenai pemaparan faktor tersebut dan dampak kesehatan yang dapat
ditimbulkan.
2) Menyediakan lebih banyak media dan sarana untuk mempromosikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
3) Peningkatan pengawasan dan penerapan
Sistem
Kesehatan
dan
34
BAB VI
PENUTUP
Demikian laporan kunjungan perusahaan mengenai higiene industri di PT.
Bukaka Teknik Utama Tbk ini kami buat. Kami menyadari bahwa laporan ini masih
banyak kekurangan, baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat
kemampuan yang kami miliki. Semoga apa yang tertuang di dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya pada umumnya dan PT. Bukaka Teknik Utama
Tbk khususnya agar dapat lebih meningkatkan lagi penerapan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan higiene industri di lingkungan
kerjanya sehingga dapat menjamin kesehatan dan keselamatan para pekerjanya
dan meningkatkan produktivitas perusahaan.
35