a. topikal
b. sistemik
2. Bedah kulit
3. Penyinaran
4. Psikoterapi
dikombinasikan
misalnya
untuk
penderita
neurodermatitis,
T E RAPI
M E D I K AM E T O S A
Prinsip khusus :
1. Pemilihan vehikulum tergantung pada :
a. stadium/gambaran klinis penyakit
- obat topikal yang diberikan diubah sesuai dengan perjalanan
penyakitnya :
- pada stadium akut (eritema/edem/basah) kompres
- subakut (eritem +/-, tidak basah, tidak edem) berikan krem, bedak
kocok, bedak, pasta.
- Stadium kronik/kering berikan obat dalam bentuk salep.
b. distribusi dan lokalisasi penyakit.
- misalnya salep tidak untuk kelainan kulit yang generalisata (kecuali
salep 2-4 untuk scabies), tidak boleh digunakan untuk kulit kepala
berambut, untuk daerah lipatan boleh diberikan pada waktu penderita
istirahat malam hari.
c. efek yang diinginkan
- misalnya digunakan kompres untuk membersihkan
2. Makin akut/produktif penyakit kulitnya, makin rendah konsentrasi bahan aktif
yang digunakan.
3. Beri penjelasan kepada penderita mengenai cara pemakaian obat dan cara
membersihkannya.
4. Hindarkan pemberian obat topikal yang bersifat sensitizer : misalnya
mengandung penisilin, tetrasiklin, sulfa, antihistamin.
5. Batasi obat yang tidak stabil atau tidak dapat disimpan lama misalnya larutan
permanganas kalikus (KmnO4)
OBAT TOPIKAL
Obat topikal terdiri atas vehikulum yaitu bahan dasar obat pembawa zat aktif
(bersifat inert), dan kedalamannya (tidak selalu) dapat ditambahkan bahan aktif, zat
pewangi, zat pewarna, dll.
Jenis-jenis vehikulum :
Bedak
Lotio
Pasta
Pasta
pendingin
Cairan
Salep
Krim
W/O
O/W
1. Vehikulum monofasik (dasar) :
a. cairan
b. bedak
c. salep
* lesi kering
* lesi superfisial
* lesi vesikobulosa akut (agar kering & tidak pecah)
c. Kontra indikasi : penyakit kulit dermatosa yang basah terutama yang eksudatif (pus
+ bedak krusta).
d. Cara pemakaian : boleh ditaburkan, boleh memakai spons./kapas.
2. CAIRAN
Bila digunakan air sebagai pelarut maka bahan tsb disebut larutan atau solusio,
sedangkan bila digunakan alkohol sebagai pelarut, maka disebut tingtura.
a. Sifat cairan : 1. Membersihkan missal eksudat, skuama, krusta.
2. Mengeringkan dengan kompres terbuka
3. Protektif
4. Mendinginkan pada radang akut
5. Memanaskan dengan kompres tertutup
6. Epitelialisasi
7. Anti pruritus
Selain itu, cairan dapat bersifat antimikotik, anti septik, atau astringen tergantung
bahan aktif yang ditambahkan.
Contoh : bila bila diinginkan efek anti mikotik :
- larutan / Sol. Resolsinol %
- larutan / Sol. Gentian violet 3 %
Efek antiseptik :
- Sol. Acidum boricum (Boor Water) 3 %
- Sol. Permanganas kalicus 1/5000 - 1/10.000
- Sol. Rivanoli 1/1000
- Sol. Acid salysil 1/1000
Efek astringen :
- Sol. Nitras argenti 1/1000
- Sol. Permanganas kalicus 1/5000 1/10.000
b. Indikasi : dermatosa yang basah atau akut, misalnya erisipelas, dermatitis akut.
c.Kontra indikasi : kelainan kulit yang (sangat) kering.
d. Cara pemakaian : Berendam dan kompres terbuka / tertutup.
Berendam : penderita mandi berendam selama 30 manit (=balneotherapy
= terapi mandi secara berendam)
- Cara ini jarang dipakai di Indonesia : diperlukan 75-100 liter air dengan
suhu 37-38 C dan dilakukan 2-3 x/hari
Kompres terbuka : dengan menggunakan kain katun 3 lapis, celupkan
kedalam larutan obat di mangkuk, peras sedikit kemudian ditempelkan /
dibelitkan pada lesi. Setiap 5-10 menit kompres dibuka dan proses tersebut
diulang terus menerus selama 1-2 jam, 3-4x / hari.
Bila dermatosa luas (seluruh tubuh) , cara kompres boleh digunakan
dengan tidak melebihi 30 % (1/3) luas permukaan badan setiap kali
dikompres.
Kompres tertutup : Seperti kompres terbuka, tetapi ditutup dengan bahan
impermeable selama 1 jam. Digunakan misalnya untuk abses.
3. SALEP
Salep ialah lemak atau bahan-bahan yang menyerupai lemak dengan konsistensi
seperti mentega pada suhu kamar. Minyak termasuk kedalam golongan ini.
Contoh : - lemak asli : adeps lanae, oleum arachidis
- lemak mineral : vaselin (album/flavum
a. Sifat salep :
1. menutupi
2. protektif (tidak ada penguapan)
3. melicinkan
4. penetratif salep dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif.
5. memanaskan bila ditutup bahan impermeable
5. KRIM
Krim merupakan campuran lemak atau minyak dengan air. Terjadinya campuran ini
dengan bantuan emulgator.
Terdapat 2 jenis krim yaitu :
Krim O/W (minyak/salep dalam air : vanishing cream) disini fasa luar
adalah air; lemak hanya merupakan butir-butir di dalam air.
Krim W/O (air dalam minyak/salep : cold cream) fasa l;uar adalah
lemak ; air merupakan butir-butir di dalam lemak.
a. Sifat krim :
1. mendinginkan (ada air)
2. mengeringkan
3. penetrasi bahan aktif baik (ada lemak/salep)
b. Indikasi :
d. dermatosa sub akut
e. dermatosa yang luas
f. dapat untuk daerah berambut (O/W)
g. dapat untuk dermatosa yang kering (W/O)
h. obat-obat kosmetik
c. Kontra indikasi : dermatosa yang masih sangat produktif/basah
d. Cara pemakaian : seperti salep.
6. PASTA dan PASTA PENDINGIN
Pasta adalah campuran salep dengan bedak (bedak yang digunakan maksimun 40 %),
sedangkan pasta pendingin adalah campuran salep, bedak dan cairan.
Pasta sukar melekat pada kulit, dan bila telah digunakan, sukar pula
membersihkannya.
a. Sifat : 1. protektif (menutupi)
2. mengeringkan (melalui fasa bedak)
b. Indikasi : - Dermatosa subakut yang tidak produktif.
c. Kontra indikasi :
i. dermatosa yang produktif
j. daerah berambut
d. Cara pemakaian :
Pasta dioleskan dengan spatel kayu pada kulit dan pada pembalutnya (kain
katun), kemudian dibalutkan. Tukar pembalut setiap 1-2 hari.
e. Cara membersihkannya :
Pasta dibersihkan dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi minyak
mineral atau minyak tumbuh-tumbuhan, atau dengan cara diremdam.
CATATAN :
Seperti telah disebutkan di atas, pemilihan vehikulum tergantung pada
stadium/gambaran klinis, distribusi dan lokalisasi dermatosa serta tergantung efek
yang diinginkan.
Tabel
:
PEMILIHAN
DISTRIBUSI/LOKALISASI
Lokalisasi
Generalisata
Kulit kepala
Wajah,
Badan,
ekstremitas
Genitalia
Daerah lipatan
Bedak
+
+
+
+
+
Air
-*
+
+
+
+
+
VEHIKULUM
Alkohol
+
+#
+
+
Salep
+
+
+@
BERDASARKAN
B.kocok
+
+
+
+
+
Pasta
+
+
-
Krim
+
+
+
+
+
+
Tingtura
Salep
B.kocok
Pasta
Krim
e.
serbuk kuning
larut dalam air (1:15)
bentuk obat solutio rivanoli 0,5- 1 permil untuk kompres
bentuk lain: bedak, bedak kocok, salep, pasta, PP.
2. Camphora
efek : antipruritik
3. Menthol
serbuk kuning
Golongan etilendiamin
Golongan fenotiazin
Golongan alkilamin
Golongan piperazin
Golongan etanolamin
- Contoh
: - tripelenamin
- prometazin / fenergan
- klorfeniramin / klortrimeton
- meklizin
- difenhidramin
Selain obat tersebut diatas, terdapat antihistamin generasi baru yang bersifat non
sedasi & :long acting, misalnya loratadin, setirizin, fexofenadin, dll; golongan ini
selain tidak mempunyai efek samping mengantuk, juga pada umumnya dimakan
dengan dosis tunggal.
Kortikosteroid (KS) topikal terdiri atas beberapa golongan berdasarkan
potensinya (lihat tabel). Untuk pemberian KS terutama pada pemberian jangka
panjang harus diingat efek samping lokal ataupun sistemik yang mungkin timbul.
Walaupun kita hanya memberikan KS topikal, tetap dapat memberikan efek samping
sistemik. Umumnya makin poten steroid yang digunakan, efek sampingnyapun
mudah timbul.
Makin muda usia penderita, makin rendah potensi dan konsentrasi obat
yang kita berikan, karena pada usia muda, penyerapan obat relatif lebih
banyak dan efek samping obat lebih mudah terjadi.
Selain faktor umum, ketebalan kulit di berbagai bagian badan tidak sama,
pada kulit yang tipis misalnya kulit wajah, penyerapan obat lebih tinggi,
sehingga potensi dan konsentrasi obat topikal yang digunakan harus lebih
rendah.
Tabel : Klasifikasi kortikosteroid topikal berdasarkan potensi klinis :
1. Potensi sangat kuat, misalnya :
- beklometason dipropionat
- klobetasol propionat
- diflukortolon valerat
- fluosinolon asetonid
- mometason furoat
0,5 %
0,05 %
0,3 %
0,2 %
0,1 %
0,025 %
0,05 %
betametason valerat
desoksimetason
triamsinolon asetonid
0,5 %
0,25 %
0,05 %
0,0125 %
0,05 %
0,05 %
0,05 %
0,01 %
0,1 1 %
0,25 %
lm dermatoterapi 24032002