Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN

FAKTOR KEJIWAAN, SISTEM SARAF DAN SISTEM ENDOKRIN


(PSIKO-NEURO-ENDOKRIN) DENGAN KESEHATAN MENURUT ISLAM
Oleh : Masyhudi AM
Nikmat kesehatan merupakan nikmat yang unik. Dikatakan unik sebab nikmat ini
baru dirasakan seseorang manakala sedang dalam keadaan sakit. Orang harus
membayarnya dahulu dengan bayaran yang amat mahal untuk mencapai kesadaran bahwa
kesehatan yang selama ini dirasakan adalah merupakan nikmat yang sangat berharga
bagi dirinya. Bayaran dimaksud tidak lain adalah adalah ganjaran sakit.
Karena seringnya manusia melupakan nikmat kesehatan ini, Rasulullah SAW
mengingatkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori sebagai
berikut :
"Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia terpedaya olehnya, yaitu nikmat sehat
dan kelapangan"

Sabda Rasul tersebut mengingatkan kepada kita, ketika dalam keadaan sehat
hendaknya kita selalu menjaganya dengan baik, makan yang baik, tidak berlebihan,
cukup istirahat, tidak begadang sampai larut malam dll.; serta memanfaatkan kesehatan
tersebut dengan optimal.
Kami yakin kita semua setuju dengan pepatah yang mengatakan "Health is no
everything, but without health everything is nothing". kesehatan bukan segala-galanya,
tetapi tanpa kesehatan segala-galanya tidak berarti apa-apa, atau paling tidak terkurangi
artinya.
Segala kenikmatan yang ada di dunia ini akan kita rasakan sebagai kenikmatan
manakala kita sedang dalam keadaan sehat. Kita merasakan nikmatnya melaksanakan
ibadah, bangun malam (qiyamullail), membaca al qur'an, berpuasa, melaksanakan ibadah
haji dan ibadah-ibadah lainnya, manakala kita dalam keadaan sehat. Kita merasakan
lezat dan enaknya makanan, ketika kita dalam keadaan sehat. Pada saat kita sedang sakit
sariawan saja, seluruh makanan yang semula kita rasakan lezat, berubah menjadi tidak
lezat lagi. Kita bisa merasakan nikmatnya bercengkerama, bersendau gurau dan
memandang istri kita yang cantik, juga ketika kita dalam keadaan sehat. Ketika sedang
sakit gigi saja, istri kita yang biasanya kita pandang bagaikan bidadari, tiba-tiba berubah
tidak cantik lagi, bahkan kita melihatnya bagaikan mak lampir atau drakula.
Kita merasakan ada hubungan yang amat erat antara perasaan kejiwaan dengan
kenikmatan, begitu juga ada hubungan yang erat antara kesehatan dengan kejiwaan.
Seorang ilmuwan D. B. Lardson, dalam karangannya Religious Commitment and
Health mengatakan, bahwa komitmen keagamaan amat sangat penting dalam hal :
1. Mencegah seseorang untuk tidak jatuh sakit.
2. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam menghadapi menderitaan ketika
sedang sakit.
3. Mempercepat penyembuhan penyakit ketika seseorang sedang sakit.
Disampaikan pada Kuliah Islam Untuk Disiplin Ilmu Kedokteran, Modul 5, 15 April 2006

Pernyataan ini didukung oleh berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang
hasilnya menyatakan adanya hubungan yang positif antara komitmen keagamaan
seseorang dengan derajat kesehatannya.
Dari 212 penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang meneliti hubungan antara
komitmen keagamaan dengan kesehatan, didapatkan hasil 75 % menunjukkan adanya
hubungan yang positif.
Penelitian yang dilakukan untuk membandingkan pasien tekanan darah tinggi
(hipertensi) dengan kelompok kontrol (tidak hipertensi), menunjukkan adanya hubungan
positif antara komitmen keagamaan dengan kelompok yang tidak hipertensi. Hal serupa
juga terjadi dengan penyakit jantung dan pembuluh darah (penyakit kardiovaskular).
Orang yang mempunyai komitmen keagamaan kuat, mempunyai resiko lebih kecil
terserang penyakit kardiovaskuler.
Penelitian lain yang dilakukan terhadap 2700 penderita menunjukkan bahwa, mereka
yang mempunyai komitmen keagamaan, yang ditunjukkan dengan rajin menjalankan
ibadah, berdoa dan berdzikir, angka kematian atau mortalitasnya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan mereka yang tidak rajin beribadah, berdoa dan berdzikir.
Penelitian terhadap 393 penderita jantung, untuk mengetahui efektifitas terapi doa
dan dzikir menunjukkan hasil bahwa kelompok yang memperoleh terapi medis ditambah
dengan doa dan dzikir, sedikit sekali yang mengalami komplikasi dari penyakit
jantungnya dibandingkan dengan yang tidak.
Penelitian terhadap para lanjut usia (lansia), diperoleh hasil bahwa para lansia yang
mempunyai komitmen keagamaan, usianya lebih panjang. Para lansia yang tidak
mempunyai komitmen kegamaan angka kematiannya dua kali lipatnya.
Penelitian terhadap pasien yang akan dioperasi, menunjukkan bahwa pasien yang
mempunyai komitmen keagamaan kuat, tidak merasa cemas, tidak takut mati dan tidak
menunda-nunda jadwal operasinya dibandingkan dengan pasien yang kurang komit
terhadap agamanya.
Dari berbagai penelitian diatas nyata benar, bahwa komitmen keagamaan seseorang
akan mencegah seseorang untuk jatuh sakit, meningkatkan kemampuan seseorang
menghadapi penderitaan ketika sedang sakit dan mempercepat penyembuhan ketika
sedang sakit.
Tanda tanya besar, bagaimana ilmu kedokteran menjelaskan fenomena ini ?.
Kemajuan dalam bidang penelitian kedokteran mempunyai pengaruh yang sangat positif
dalam menjelaskan fenomena ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli,
penunjukkan, ada hubungan yang nyata antara faktor kejiwaan (psikis), sistem saraf
(neuron) dan sistem kelenjar endokrin. Akhir-akhir ini hubungan ketiga sistem ini
berkembang sangat pesat dan menjadi satu kajian khusus yaitu kajian Psiko-NeuroEndokrinologi.
Dakam kajian Psiko-Neuro-Endokrinologi dijelaskan bahwa teraturnya kerja organ
tubuh manusia, ditentukan oleh adanya keseimbangan hormonal yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin. Jika karena suatu sebab, terjadi ketidak seimbangan hormonal, maka
akan terjadi gangguan kerja faal tubuh dan menimbulkan kelainan fungsi. Jika gangguan
faal ini berlangsung terus-menerus, maka akan timbul kelainan anatomis atau kelainan
organ tubuh.

Ada beberapa contoh dalam kehidupan keseharian kita, yang bisa memberikan
ilustrasi lebih jelas adanya hubungan antara faktor kejiwaan (psikis), sistem saraf dan
sistem endokrin.
Pertama, ketika kita sedang kaget, karena tiba-tiba dihadapan kita ada ular atau ada
tabrakan, maka jantung kita serta merta berdetak dengan cepat dan keras, disertai dengan
keluarnya keringat dingin. Mengapa hal ini bisa terjadi, bagaimana kita bisa menjelaskan
fenomena ini ?. Ketika kita kaget, maka panca indera kita lewat sistem saraf meneruskan
perasaan ini ke otak, dan otak akan memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan horman
adrenalin. Hormon adrenalin ini memiliki kegunaan mempercepat dan memperkuat kerja
jantung. Sebenarnya dikeluarkannya hormon adrenalin dalam takaran yang lebih banyak
ini merupakan suatu mekanisme pertahanan diri (defens mechanism), supaya jika terjadi
sesuatu jantung sudah siap bekerja lebih cepat. Kalau keadaan ini hanya berjalan sesaat,
perubahan ini mungkin tidak menimbulkan pengaruh bagi kesehatan. Tetapi jika kondisi
kaget ini terjadi terus menerus dan mengakibatkan stres emosional, maka sangat mungkin
menimbulkan penyakit darah tinggi atau memperberat penyakit darah tinggi bagi orang
yang sebelumnya memiliki kecenderungan penyakit darah tinggi.
Kedua, ketika kita sedang cemas karena menghadapi ujian semesteran atau akan
menghadap atasan karena berbuat kesalahan, tiba-tiba perut kita terasa perih, mules dan
ingin ke belakang. Keadaan ini terjadi karena ketika kita merasakan cemas, rasa itu
diteruskan sistem saraf ke otak, dan otak akan memerintahkan tubuh memproduksi asam
lambung, dimana asam lambung ini akan mengakibatkan iritasi pada lambung sehingga
timbul rasa perih. Rasa perih pada lambung inilah yang disebut sakit maag. Jika rasa
cemas ini hanya terjadi kadang kala saja mungkin tidak berakibat apa-apa, tetapi jika rasa
cemas ini timbul terus-menerus (mungkin karena problem rumah tangga atau problem
pekerjaan) dan mengakibatkan yang bersangkutan stres maka akan menyebabkan
penyakit maag yang kronis.
Ketiga, dengan mekaninsme yang sama juga bisa dijelaskan pengaruh stres
emosional terhadap kemungkinan terjadinya penyakit kencing manis. Kencing manis
adalah penyakit yang disebabkan berkurannya hormon insulin yang diproduksi oleh
kelenjar pankreas. Jika seseorang setiap hari selalu mengalami stres emosional, maka
stres ini akan mempengaruhi kerja kelenjar pankreas yang pada akhirnya bisa
mengurangi produksi hormon insulin. Berkurangnya insulin ini akan mempengaruhi
kemampuan tubuh merubah gula darah (glukosa) menjadi gula otot (glikogen) sehingga
kadar gula dalam darah meninggi. Kadar gula darah yang tinggi inilah yang disebut
penyakit Kencing Manis atau Diabetes Melitus.
Beberapa Ilustrasi diatas tentunya memberikan gambaran yang semakin jelas
bagaimana hubungan antara faktor kejiwaan-neuron dan endokrin.
Dalam cabang ilmu psiko-neuro-endokrinologi, yang kemudian lebih spesifik
berkembang menjadi psiko-neuro-imunologi juga dijelaskan, bahwa kondisi kejiwaan
seseorang akan mempengaruhi status imunitas seseorang. Artinya orang yang setiap saat
mengalami stres emosional maka daya tahan tubuhnya akan berkurang, sehingga mudah
sekali terserang penyakit-penyakit infeksi, seperti bakteri dan virus. Sebaliknya orang
yang selalu enjoy, bahagia dan tenang dalam hidupnya, akan meningkat status
imunitasnya, sehingga akan lebih kebal terhadap berbagai penyakit infeksi. Contoh
sederhana mengenai hal ini adalah munculnya penyakit flu. Penyakit flu pada seseorang

umumnya terjadi karena kondisi fisik dan psikis yang kurang fit, mungkin karena adanya
berbagai persoalan yang mengakibatkan stres dan akhirnya kurang tidur.
Disamping itu, faktor kejiwaan juga bisa merubah reaksi-reaksi biokimiawi sel pada
tingkat molekular yang memungkinkan terjadinya perubahan perkembangan dan
pertumbuhan sel. Perubahan perkembangan dan pertumbuhan sel ini bahkan bisa bersifat
ganas, yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Jadi, bukan tidak mungkin orang yang
selalu mengalami stres emosional akan mempercepat tumbuhnya sel-sel ganas atau sel
kanker.
Bagaimana komitmen keagamaan menjelaskan fenomena ini ????
Seorang yang memiliki komitmen keagamaan yang kuat yang diaplikasikan dalam
wujud rajin melaksanakan ibadah, berdoa dan berdzikir, akan mempunyai pengaruh yang
sangat mendalam. Seorang yang senantiasa berdoa dan berdzikir akan timbul dalam
dirinya dua sikap yang positif yaitu: Sikap self confident atau percaya diri yang kuat dan
sikap optimistik atau harapan hidup yang besar. Dua sikap ini akan menimbulkan
perubahan kejiwaan yang sangat positif dan merupakan salah satu bentuk terapi psikiatrik
yang ampuh. Psikoreligius ini tidak kalah penting jika dibandingkan dengan terapi
psikiatri dengan menggunakan obat-abatan atau terapi psikiatrik lainnya.
Seorang yang banyak beribadah, berdoa dan berdzikir akan timbul pada dirinya
ketenangan, ketentraman dan kesabaran.
Konsep ini sungguh sejalan dengan ajaran Islam. Seseorang yang ingin merasakan
ketentraman hendaklah selalu berdzikir, sebagaimana firman Allah yang terdapat pada
Q.S. Ar-ra'd ayat 28 :
"Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram"
Seorang yang rajin berdoa dan berdzikir, akan selalu percaya bahwa segala cobaan
yang ditimpakan kepada manusia adalah merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada
ummat manusia. Kesadaran ini akan menimbulkan satu keyakinan bahwa penyakit yang
menimpa manusia adalah merupakan cobaan Allah dalam rangka menguji keimanan
seseorang. Hamba Allah yang lulus dalam ujian ini, akan meningkatlah derajat
keimanannya. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqoroh ayat 155 sebagai
berikut :
"Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar"
Firman Allah yang senada terdapat juga dalam al-Quran surat Al-Hajj ayat 34-35
sebagai berikut :
"Berikanlah kabar gembira kepada orang yang tunduk patuh (kepada Allah), yaitu
mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hati mereka dan sabar atas ujian yang
menimpa mereka"

Disamping beberapa ayat al-Qur'an juga ada beberapa hadis yang menjelaskan
hakekat cobaan bagi manusia, bahwa sesungguhnya cobaan Allah itu merupakan wujud
kecintaan Allah, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmidzi
sebagai berikut :
"Dan sesungguhnya jika Allah AWT mencintai suatu kaum, dicobanya dengan berbagai
cobaan. Siapa yang ridlo menerimanya, maka dia akan menerima keridloannya. Dan
barang siapa murka, dia akan memperoleh kemurkaan Allah".
Hadis lain menerangkan bahwa cobaan itu merupakan sarana penghapus dosa,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim sebagai berikut :
"Dari Abu Hurairaah r.a. dari Nabi SAW bersabda : Tidaklah seorang muslim ditimpa
musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan menumpuk pada dirinya (karena
banyaknya), kecuali Allah akan hapuskan dosa-dosanya".
Seorang yang mempunyai komitmen keagamaan yang kuat tidak pernah berburuk
sangka (suudzon) apalagi berputus asa atas semua penyakit yang ditimpakan
kepadanya. Mereka yakin dengan firman Allah dalam al-Quran surat Asy-Syu'araa ayat
80 sebagai berikut :
"Dan apabila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkan"
Mereka juga yakin akan sabda Rasulullah bahwa setiap penyakit yang ditimpakan
kepada manusia itu pasti ada obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim sebagai berikut :
"Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan
izin Allah penyakit itu akan sembuh".
Dari hadis yang terahir ini jelas bahwa seseorang tidak boleh hanya berdoa dan
berdzikir saja. Supaya terhindar dari penyakit harus melakukan upaya pencegahan,
demikian juga ketika menderita sakit, supaya penyakitnya cepat sembuh harus berupaya
mencari obat.
Sebagaimana hadis diatas agar obat itu tepat mengenai sasarannya, maka harus
diberikan oleh ahlinya, tentunya ahli dalam pengobatan adalah dokter. Untuk itu
seseorang yang sedang sakit berkewajiban untuk berikhtiyar secara lahiriyah berobat
kepada dokter.
Ada sebuah riwayat yang menjelaskan kepada kita hendaknya kita berobat ke dokter
ketika kita sedang sakit. Pada suatu saat Rasulullah SAW kedatangan seorang sahabat
yang mengadukan masalahnya bahwa anaknya yang sedang sakit tidak kunjung sembuh,
padahal sahabat tersebut sudah berdoa, berdzikir, sholat dan melaksanakan ibadah-ibadah
lainnya. Mendengar pengaduan tersebut, Rasulullah bertanya kepada sahabat tersebut
apakah anaknya sudah dibawa ke tabib/dokter. Sahabat menjawab belum. Kemudian

Rasulullah menyarankan supaya anaknya dibawa ke dokter. Setelah dibawa ke Dokter,


anaknya tersebut sembuh.
Dengan kesadaran yang penuh, maka seseorang yang memiliki komitmen
keagamaan, tidak pernah merasa stres dalam menghadapi segala macam cobaan dan
penderitaan, termasuk juga cobaan sakit. Kesadaran ini akan mampu mempengaruhi
seluruh sistem yang ada dalam tubuh baik sistem neuron, sistem endokrin maupun sistem
imunitas yang pada gilirannya orang tersebut akan terhindar dari penyakit, akan
meningkat kemampuannya menghadapi penderitaan pada saat sakit dan akan
mempercepat proses penyembuhan ketika sedang dalam keadaan sakit.

Anda mungkin juga menyukai