Anda di halaman 1dari 13

PERATURAN WALIKOTA METRO

NOMOR :

TAHUN 2012

TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN KOTA METRO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA METRO,
Menimbang

: a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan
kepada
masyarakat,
perlu
penataan
penyelenggaraan
kesehatan
yang
berjenjang
dan
berkesinambungan;
b. bahwa dengan berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan
Perorangan
dan
sebagai
implementasi
pelaksanaannya perlu diatur tersendiri;
c. bahwa untuk terwujudnya kesinambungan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b perlu
ditetapkan
Pedoman
Pelaksanaan
Sistem
Rujukan
Pelayanan Kesehatan Kota Metro dengan Peraturan
Walikota;

Mengingat

1. Undang-Undang
Nomor
8
Tahun
1999
tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
2. Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
1999
tentang
Pembentukan Kabupaten Dati II Way Kanan, Kabupaten
Dati II Lampung Timur dan Kotamadya Dati II Metro
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3825);
3. Undang-Undang
Nomor
10
Tahun
2004
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
5. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang
Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang
Kesehatan kepada Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4592);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor028/Menkes/Per/I/2011
tentang Klinik (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun
2011 Nomor 16);
15. Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 15 Tahun 2002
tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah
(Lembaran Daerah Kota Metro Tahun 2002 Nomor 47)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota
Metro Nomor 02 Tahun 2007 (Lembaran Daerah Kota Metro
Tahun 2007 Nomor 01);
16. Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 06 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah Kota Metro (Lembaran Daerah Kota
Metro Tahun 2008 Nomor 06, Tamabahan Lembaran
Daerah Kota Metro Nomor 106);
Memperhatik
an

1. Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
922/Menkes/Sk/X/2008
tentang
Pedoman
Teknis
Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan Antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah


Daerah Kabupaten Kota;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan(Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 122);
3. Peraturan Walikota Metro Nomor 36 Tahun 2011 tentang
Pedoman Tehnis Pengelolaan Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani Metro.

WALIKOTA METRO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN


SISTEM RUJUKAN PELAYANANKESEHATANPERORANGAN KOTA
METRO

BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan
1. Daerah adalah Kota Metro;
2. Pemerintah Daerah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah;
3. Walikota adalah Walikota Metro;
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Kota Metro;
5. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kota Metro;
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Metro;
7. RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Metro;
8. RS SWASTA adalah Rumah sakit bukan milik Pemerintah atau TNI/POLRI
yang ada di Kota Metro;
9. Rumah Sakit mampu PONEK adalah Rumah Sakit yang mampu menangani
pelayanan kegawatdaruratan persalinan dan bayi baru lahir 24 jam secara
paripurna;
10.
Pusat Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja;
11.
Puskesmas perawatan adalah Puskesmas yang diberi tambahan
ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat baik
berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara;
12.
Puskesmas mampu PONED adalah Puskesmas dengan tempat
perawatan yang mampu menangani pelayanan kegawatdaruratan medis
dasar pada persalinan dan bayi baru lahir;
13.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
masalah kesehatan dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara
timbal balik secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana, rujukan
teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan
ilmu
pengetahuan
dan
rujukan
bahan
pemeriksaan
laboratorium(permenkes 922/2008);
14.
Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara
timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan baik
vertikal atau horizontal.

15.
Masyarakat miskin adalah masyarakat kurang/tidak mampu dari sisi
sosial ekonominya yang secara administratif merupakan warga Kota Metro
dibuktikan dengan KTP dan Kartu Keluarga yang sah;
16.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera, guna menyelamatkan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut;
17.
Rujukan kesehatan perorangan adalah rujukan kasus yang berkaitan
dengan diagnosa, terapi dan tindakan medik berupa pengiriman pasien,
rujukan bahan pemeriksaan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
dan rujukan ilmu pengetahuan tentang penyakit;

18.
Penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan adalah kegiatan
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelayanan
kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan standar
prosedur operasional dan kewenangan medis;
19.
Jenjang rujukan adalah tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
dengan kemampuan pelayanan medis dan penunjang;

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 1
Maksud ditetapkannya Peraturan Walikota ini adalah agar terwujud suatu
pedoman mekanisme kerja yang mengatur secara efektif dan efisien alur
rujukan pasien sesuai kebutuhan dan kewenangan medis, sehingga dapat
mengoptimalkan sumber daya yang terbatas.
Pasal 2
Tujuan ditetapkannya Peraturan Walikota ini sebagai panduan untuk
membantu dalam pelaksanaan sistem rujukan pelayanan kesehatan, baik
bagi petugas kesehatan maupun bagi masyarakat.
BAB III
SISTEM RUJUKAN
Pasal 3
(1). Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan
yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
(2). Pelayanan kesehatan tingkat pertama/Pemberi Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama(PPK 1) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a merupakan pelayanan kesehatan dasar
yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas dan
jejaringnya,

puskesmas

perawatan,

puskesmas

PONED,

praktik perorangan/bersama, klinik pratama.


(3). Pelayanan kesehatan tingkat kedua sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b merupakan pelayanan kesehatan


spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter
gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan spesialistik.
(4). Pelayanan kesehatan tingkat kedua, dapat diberikan atas
rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
(5). Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua/spesialistik
sebagai

Pelaksana

Pelayanan

Kesehatan

tingkat

kedua/Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat kedua(PPK 2)


sebagaimana di maksud pada ayat (3) antara lain :
a. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
b. Rumah Sakit Swasta
c. Laboratorium Klinis/Kesehatan Swasta
(6). Pelayanan kesehatan tingkat ketiga, dapat diberikan atas
rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat
pertama.
(7). Pelayanan kesehatan tingkat ketiga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)huruf c merupakan pelayanan kesehatan sub
spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau
dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan sub spesialistik.
(8). Fasilitas
pelayanan
kesehatan

tingkat

ketiga/sub

spesialistiksebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat


ketiga/Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat ketiga (PPK 3)
sebagaimana di maksud pada ayat (7) antara lain :
a. Rumah Sakit Provinsi :
Rumah SakitAbdoel Moeloek
Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Rumah Sakit Swasta setingkat/sekelasnya
b. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
c. 1. Rumah Sakit Vertikal milik Pemerintah :
Rumah Sakit Rujukan Tertinggi (Top Referal) :
- Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo
- RS Jantung Harapan Kita
- RS Kanker Dharmais
Rumah Sakit Paru Rotinsulu
2. Rumah Sakit Vertikal Swasta setingkat/sekelasnya
Pasal 4
(1) Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan
peserta jaminankesehatan atau asuransi kesehatan sosial
dan pemberi pelayanankesehatan.
(2) Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang
berlakusesuai dengan ketentuan dalam polis asuransi dengan
tetap mengikuti
pelayanan kesehatan yang berjenjang.
(3) Setiap orang yang bukan peserta jaminan kesehatan atau

asuransikesehatan sosial, sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dapat mengikutisistem rujukan.

BAB IV
WILAYAH RUJUKAN
Pasal 5
(1) Untuk

memudahkan

keterjangkauan

masyarakat

pada

pelayanan kesehatan yang bermutu di Kota Metro maka


dikembangkan Wilayah Rujukan.
(2) Wilayah rujukan dapat ditentukan berdasarkan :
a. Jumlah penduduk, menurut jarak dan waktu tempuh.
b. Wilayah administratif Kota dan Provinsi.
(3)

Wilayah

Rujukan

:Wilayah

Rujukan

Kota

Metromeliputi

seluruh wilayah Kota Metro dengan Fasilitas Pelayanan


Rujukan Tertingginya Rumah Sakit Pemerintah atau Swasta
minimal

Kelas

B/C

dan

Laboratorium

Klinik

Utama

Pemerintah/Swasta.
BAB V
ALUR RUJUKAN
Pasal 6
(1)

Alur

pertama

pasien

adalah

pada

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan Tingkat Pertama/Pemberi Pelayanan Kesehatan


tingkat pertama (PPK 1).
(2)

Alur rujukan dan rujukan balik dilaksanakan secara vertikal


dan horizontal sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
pelayanan.

(3)

Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


merupakan

rujukan

antar

pelayanan

kesehatan

yang

berbeda tingkatan.
(4)

Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat


dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke
tingkatan pelayanan yang lebih tinggi (lebih mampu dan
lengkap) atau sebaliknya.

(5)

Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu
tingkatan.

(6)

Alur rujukan bisa dilaksanakan tidak sesuai dengan pasal (2)


dalam keadaan sebagai berikut :

a. Dalam keadaan kegawat daruratan


b. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam wilayah rujukan
tidak mempunyai sarana/tenaga yang sesuai dengan
kebutuhan.
(7)

Fasilitas

pelayanan

kesehatan

yang

tidak

memenuhi

ketentuan alur rujukan dan wilayah rujukan dapat diberikan


sanksi berupa teguran lisan sampai dengan tertulis.
BAB VI
TATA CARA DAN SYARAT RUJUKAN
Pasal 7
(1) Rujukan

harus

dibuat

oleh

orang

yang

mempunyai

kompetensi dan wewenang untuk merujuk, mengetahui


kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui kondisi
serta kebutuhan objek yang dirujuk.
(2) Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan
operasional prosedur (SOP) pelayanan medis.
(3) Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai,
maka suatu rujukan hendaknya memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Adanya

unit

yang

mempunyai

tanggungjawab

dalam

rujukan, baik yang merujuk atau yang menerima rujukan.


b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai
kewenangan melaksanakan pelayanan medis dan rujukan
medis yang dibutuhkan.
c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa :

Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh.

Kartu Assuransi yang berlaku.

Pencatatan

dan

dokumen

hasil

pemeriksaan

penunjang
d. Adanya pengertian dan komunikasitimbal balik antara
pengirim dan penerima rujukan serta memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam keadaan
pasien gawat darurat
e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
(4) Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam
kondisi stabil selama perjalanan menuju ketempat rujukan,
maka :
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat
resusitasi, cairan infus, oksigen dan dapat menjamin

pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu;


b. Dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitas pelayanan
kesehatan perujuk, rujukan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dapat dilakukan dengan menggunakan alat
transportasi lain yang layak;
c. Pada kasus gawat darurat, pasien didampingi oleh tenaga
kesehatan;
d. sarana
transportasi/petugas

kesehatan

pendamping

memiliki sistem komunikasi;


(5) Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi dan atau lengkap hanya dapat dilakukan
apabila :
a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa
keadaan pasien tidak dapat diatasi;
b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau
subspesialis yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan
semula;
c.pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih
lengkap yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula;
d. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat yang diketahui mempunyai tenaga dan sarana
yang

dibutuhkan

menurut

kebutuhan

medis

atau

penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan;


e. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu
rumah sakit kelebihan pasien (jumlah tempat tidur tidak
mencukupi);
f. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah
sakit

yang

setara

atau

sesuai

dengan

jaringan

pelayanannya;
g. khusus untuk pasien pemegang Assuransi Kesehatan,harus
ada

kejelasan

pembiayaan

di

tentang
Fasilitas

pembiayaan
Pelayanan

rujukan

Kesehatan

dan
Tujuan

Rujukan dan hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang


setara yaitu ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan
kerjasama;
(6) Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima
oleh penerima rujukan
(7) Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga
merujuk

dan

menentukan

tujuan

kesehatan
rujukan

dilarang

atas

dasar

kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.


Pasal 8
Rujukan Vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan pelayanan yang lebih rendah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6 ayat (4) dilakukan apabila :
a. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan

pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan


b.

kompetensi dan kewenangannya;


Pasien membutuhkan pelayanan

lanjutan

yang

dapat

ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih


rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan
jangka panjang; dan/atau
c. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan

kebutuhan

pasien

karena

keterbatasan

sarana,

prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.

BAB VII
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Pasal 9
Kewajiban Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pengirim Rujukan :
a.

memberi

penjelasan

kepada

pasien

atau keluarganya

bahwa karena alasan medis, sarana dan prasarana pasien


harus dirujuk, atau karena ketiadaan tempat tidur pasien harus
dirujuk;
b.
Rujukan harus mendapat persetujuan dari pasien/keluarga;
c.
melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan
Fasilitas Pelayanan Kesehatanyang dituju sebelum merujuk
d.

untuk kondisi tertentu;


membuat surat pengantar rujukan yang memuat : Identitas
pasien, hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan, diagnosis kerja,
terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan, tujuan rujukan
dan

e.
f.

nama

serta

tanda

tangan tenaga

kesehatan yang

memberikan pelayanan;
mencatat pada register dan membuat laporan rujukan;
dalam keadaan kegawatdaruratan sebelum dikirim,
keadaan umum pasien sudah distabilkan lebih dahulu dan

stabilitas pasiendipertahankan selama dalam perjalanan;


g.
pada kondisi kegawatdaruratan, pasien harus didampingi
oleh tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan umum
pasien dan mampu menjaga stabilitas pasiensampai pasien
tiba di tempat rujukan;
h.
Tenaga Kesehatan yang mendampingi pasien menyerahkan
surat rujukan kepada pihak yang berwenang di fasilitas
pelayanan kesehatan/pemberi pelayanan kesehatan tingkat
kedua dan pemberi pelayanan kesehatan tingkat ketiga (PPK 2
i.

dan PPK 3) tempat rujukan.


surat rujukan pertama harus dari fasilitas pelayanan

kesehatan
j.

dasar/pemberi

pelayanan

kesehatan

tingkat

pertama (PPK 1) kecuali dalam keadaan darurat;


ketentuan-ketentuan lain yang ada pada Assuransi dan
badan penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku;

Pasal 10
Kewajiban sarana pelayanan kesehatan yang menerima rujukan :
a. menerima surat rujukan,mencatat dan membuat laporan
rujukan;
b. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan
pelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan;
c. membuat diagnosis dan melaksanakan tindakan medis yang
diperlukan, serta melaksanakan perawatan;
d. melaksanakan catatan medik sesuai dengan ketentuan;
e. memberikan informasi medis kepada sarana pelayanan
pengirim rujukan;
f. membuat surat rujukan ke sarana pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi, apabila kondisi pasien tidak dapat diatasi dan
mengirim tembusannya kepada sarana pelayanan kesehatan
pengirim pertama;
g. membuat rujukan
menindaklanjuti

balik

ke

perawatan

PPK

atau

selanjutnya

PPK

yang

untuk
tidak

memerlukan pelayanan medis spesialistik atau subspesialistik


setelah kondisi pasien stabil.
BAB VIII
PENANGGUNG JAWAB SISTEM RUJUKAN
Pasal 11
(1)Dinas

KesehatanKota

Metro

bertanggungjawab

terselenggaranya sistem rujukan secara bermutu dan sesuai


standar pelayanan kesehatan.
(2)Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelayanan

mekanisme

koordinasi

sistem rujukan diatur dengan Keputusan Kepala

Dinas.
BAB IX
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Pasal 12
(1) Dinas Kesehatan Kota Metromelakukan monitoring terhadap
ketepatan rujukan dengan mengembangkan sistem informasi
rujukan yang bersifat dinamis serta tersedia di semua
fasilitas

pelayanan

kesehatan,

yang

memuat

informasi

tentang :
a. Jenis dan kemampuan fasilitaspelayanan kesehatan;

b. Jenis dan kemampuan tenaga medis yang tersedia


pada saat tersebut;
(2) Dinas

Kesehatan

Kota

Metro

berkewajiban

untuk

mengkomunikasikan sistem rujukan pelayanan kesehatan


kepada masyarakat.
(3) Institusi

Pendidikan

Tenaga

Kesehatan

pemerintah

dan

swasta di Daerah membantu mengkomunikasikan sistem


rujukan pelayanan kesehatan di Kota Metro ini kepada
seluruh

peserta

didiknya

dan

menyebarluaskan

pada

masyarakat pada kegiatan pengabdian masyarakat.


BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 13
(1) Untuk

sarana

pelayanan

milik

pemerintah,Daerah

menentukan tarif regional biaya pelayanan kesehatan yang


disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat dan harga
setempat

dengan

Peraturan

Daerah

Kota

Metro

atau

Ketetapan lain yang diatur oleh Peraturan yang berlaku.


(2) Biaya transportasi rujukan merupakan bagian dari tarif yang
menjadi tanggung jawab pasien ataupihak penjamin sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

BAB XI
KETENAGAAN
Pasal 14
(1) Pemerintah

Daerah

mengupayakan

keberadaan

tenaga

dokter di Puskesmas dan Rumah Sakit di Derah dengan


mengoptimalkan

pendayagunaan

dokter

internsip

yang

ditempatkan di wilayah Kota Metro.


(2) Rumah Sakit Daerah KotaMetro menjadi jejaring pendidikan
spesialis dan di jadwalkan untuk kunjungan spesialis dan atau
subspesialistik

sesuai dengan kondisi

sarana

prasarana

Rumah Sakit.
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 15
(1)

Dinas

Kesehatan

KotaMetro

dan

Organisasi Profesi di Kota Metro melaksanakan pembinaan


dan

pengawasan

kepada

pelayanan

kesehatan

tingkat

pertamadan jejaringnya serta pelayanan kesehatan tingkat


kedua.
(2)

Puskesmas melaksanakan pembinaan


kepada sarana pelayanan kesehatan jejaringnyadan sarana
pelayanan kesehatan bersumber masyarakat di wilayah
kerjanya.

(3)

Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

pembinaan diatur dengan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan.


BAB XIII
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 16
Dinas Kesehatan dan organisasi profesi melaksanakan monitoring
terhadap penyelenggaraan sistem rujukan pelayanan kesehatan,
mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama sampai
dengan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua.
Pasal 17
Dinas Kesehatan melaksanakan evaluasi terhadap

teknis

operasional sistem rujukan dan mutu pelayanan.


BAB XIV
PENUTUP
Pasal 18
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar

setiap

orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatnya


dalam Berita Daerah Kota Metro.
Ditetapkan di Metro
pada tanggal
WALIKOTA METRO

LUKMAN HAKIM
Diundangkan di Metro
pada
tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KOTA METRO

FITTER SYAHBOEDIN

BERITpppA DAERAH KOTA METRO TAHUN 2012 NOMOR..

Anda mungkin juga menyukai