NOMOR :
TAHUN 2012
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN KOTA METRO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA METRO,
Menimbang
Mengingat
1. Undang-Undang
Nomor
8
Tahun
1999
tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
2. Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
1999
tentang
Pembentukan Kabupaten Dati II Way Kanan, Kabupaten
Dati II Lampung Timur dan Kotamadya Dati II Metro
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3825);
3. Undang-Undang
Nomor
10
Tahun
2004
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
5. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang
Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang
Kesehatan kepada Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4592);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor028/Menkes/Per/I/2011
tentang Klinik (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun
2011 Nomor 16);
15. Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 15 Tahun 2002
tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah
(Lembaran Daerah Kota Metro Tahun 2002 Nomor 47)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota
Metro Nomor 02 Tahun 2007 (Lembaran Daerah Kota Metro
Tahun 2007 Nomor 01);
16. Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 06 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah Kota Metro (Lembaran Daerah Kota
Metro Tahun 2008 Nomor 06, Tamabahan Lembaran
Daerah Kota Metro Nomor 106);
Memperhatik
an
1. Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
922/Menkes/Sk/X/2008
tentang
Pedoman
Teknis
Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan Antara
WALIKOTA METRO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan
1. Daerah adalah Kota Metro;
2. Pemerintah Daerah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah;
3. Walikota adalah Walikota Metro;
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Kota Metro;
5. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kota Metro;
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Metro;
7. RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Metro;
8. RS SWASTA adalah Rumah sakit bukan milik Pemerintah atau TNI/POLRI
yang ada di Kota Metro;
9. Rumah Sakit mampu PONEK adalah Rumah Sakit yang mampu menangani
pelayanan kegawatdaruratan persalinan dan bayi baru lahir 24 jam secara
paripurna;
10.
Pusat Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja;
11.
Puskesmas perawatan adalah Puskesmas yang diberi tambahan
ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat baik
berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara;
12.
Puskesmas mampu PONED adalah Puskesmas dengan tempat
perawatan yang mampu menangani pelayanan kegawatdaruratan medis
dasar pada persalinan dan bayi baru lahir;
13.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
masalah kesehatan dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara
timbal balik secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana, rujukan
teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan
ilmu
pengetahuan
dan
rujukan
bahan
pemeriksaan
laboratorium(permenkes 922/2008);
14.
Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara
timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan baik
vertikal atau horizontal.
15.
Masyarakat miskin adalah masyarakat kurang/tidak mampu dari sisi
sosial ekonominya yang secara administratif merupakan warga Kota Metro
dibuktikan dengan KTP dan Kartu Keluarga yang sah;
16.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera, guna menyelamatkan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut;
17.
Rujukan kesehatan perorangan adalah rujukan kasus yang berkaitan
dengan diagnosa, terapi dan tindakan medik berupa pengiriman pasien,
rujukan bahan pemeriksaan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
dan rujukan ilmu pengetahuan tentang penyakit;
18.
Penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan adalah kegiatan
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelayanan
kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan standar
prosedur operasional dan kewenangan medis;
19.
Jenjang rujukan adalah tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
dengan kemampuan pelayanan medis dan penunjang;
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 1
Maksud ditetapkannya Peraturan Walikota ini adalah agar terwujud suatu
pedoman mekanisme kerja yang mengatur secara efektif dan efisien alur
rujukan pasien sesuai kebutuhan dan kewenangan medis, sehingga dapat
mengoptimalkan sumber daya yang terbatas.
Pasal 2
Tujuan ditetapkannya Peraturan Walikota ini sebagai panduan untuk
membantu dalam pelaksanaan sistem rujukan pelayanan kesehatan, baik
bagi petugas kesehatan maupun bagi masyarakat.
BAB III
SISTEM RUJUKAN
Pasal 3
(1). Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan
yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
(2). Pelayanan kesehatan tingkat pertama/Pemberi Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama(PPK 1) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a merupakan pelayanan kesehatan dasar
yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas dan
jejaringnya,
puskesmas
perawatan,
puskesmas
PONED,
Pelaksana
Pelayanan
Kesehatan
tingkat
tingkat
ketiga/sub
BAB IV
WILAYAH RUJUKAN
Pasal 5
(1) Untuk
memudahkan
keterjangkauan
masyarakat
pada
Wilayah
Rujukan
:Wilayah
Rujukan
Kota
Metromeliputi
Kelas
B/C
dan
Laboratorium
Klinik
Utama
Pemerintah/Swasta.
BAB V
ALUR RUJUKAN
Pasal 6
(1)
Alur
pertama
pasien
adalah
pada
Fasilitas
Pelayanan
(3)
rujukan
antar
pelayanan
kesehatan
yang
berbeda tingkatan.
(4)
(5)
(6)
Fasilitas
pelayanan
kesehatan
yang
tidak
memenuhi
harus
dibuat
oleh
orang
yang
mempunyai
unit
yang
mempunyai
tanggungjawab
dalam
Pencatatan
dan
dokumen
hasil
pemeriksaan
penunjang
d. Adanya pengertian dan komunikasitimbal balik antara
pengirim dan penerima rujukan serta memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam keadaan
pasien gawat darurat
e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
(4) Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam
kondisi stabil selama perjalanan menuju ketempat rujukan,
maka :
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat
resusitasi, cairan infus, oksigen dan dapat menjamin
kesehatan
pendamping
dibutuhkan
menurut
kebutuhan
medis
atau
yang
setara
atau
sesuai
dengan
jaringan
pelayanannya;
g. khusus untuk pasien pemegang Assuransi Kesehatan,harus
ada
kejelasan
pembiayaan
di
tentang
Fasilitas
pembiayaan
Pelayanan
rujukan
Kesehatan
dan
Tujuan
dan
menentukan
tujuan
kesehatan
rujukan
dilarang
atas
dasar
lanjutan
yang
dapat
kebutuhan
pasien
karena
keterbatasan
sarana,
BAB VII
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Pasal 9
Kewajiban Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pengirim Rujukan :
a.
memberi
penjelasan
kepada
pasien
atau keluarganya
e.
f.
nama
serta
tanda
tangan tenaga
kesehatan yang
memberikan pelayanan;
mencatat pada register dan membuat laporan rujukan;
dalam keadaan kegawatdaruratan sebelum dikirim,
keadaan umum pasien sudah distabilkan lebih dahulu dan
kesehatan
j.
dasar/pemberi
pelayanan
kesehatan
tingkat
Pasal 10
Kewajiban sarana pelayanan kesehatan yang menerima rujukan :
a. menerima surat rujukan,mencatat dan membuat laporan
rujukan;
b. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan
pelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan;
c. membuat diagnosis dan melaksanakan tindakan medis yang
diperlukan, serta melaksanakan perawatan;
d. melaksanakan catatan medik sesuai dengan ketentuan;
e. memberikan informasi medis kepada sarana pelayanan
pengirim rujukan;
f. membuat surat rujukan ke sarana pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi, apabila kondisi pasien tidak dapat diatasi dan
mengirim tembusannya kepada sarana pelayanan kesehatan
pengirim pertama;
g. membuat rujukan
menindaklanjuti
balik
ke
perawatan
PPK
atau
selanjutnya
PPK
yang
untuk
tidak
KesehatanKota
Metro
bertanggungjawab
mekanisme
koordinasi
Dinas.
BAB IX
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Pasal 12
(1) Dinas Kesehatan Kota Metromelakukan monitoring terhadap
ketepatan rujukan dengan mengembangkan sistem informasi
rujukan yang bersifat dinamis serta tersedia di semua
fasilitas
pelayanan
kesehatan,
yang
memuat
informasi
tentang :
a. Jenis dan kemampuan fasilitaspelayanan kesehatan;
Kesehatan
Kota
Metro
berkewajiban
untuk
Pendidikan
Tenaga
Kesehatan
pemerintah
dan
peserta
didiknya
dan
menyebarluaskan
pada
sarana
pelayanan
milik
pemerintah,Daerah
dengan
Peraturan
Daerah
Kota
Metro
atau
BAB XI
KETENAGAAN
Pasal 14
(1) Pemerintah
Daerah
mengupayakan
keberadaan
tenaga
pendayagunaan
dokter
internsip
yang
sarana
prasarana
Rumah Sakit.
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 15
(1)
Dinas
Kesehatan
KotaMetro
dan
pengawasan
kepada
pelayanan
kesehatan
tingkat
(3)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
teknis
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
LUKMAN HAKIM
Diundangkan di Metro
pada
tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KOTA METRO
FITTER SYAHBOEDIN