DI SUSUN OLEH:
Dian Fitriany Suhardi
2010730025
DOKTER PEMBIMBING :
Dr. Wiwin Sundawiyani, Sp. S
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Alhamdulillah, Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran ALLAH SWT atas
terselesaikannya tugas Laporan Kasus Stroke.
Makalah laporan kasus ini disusun dalam rangka untuk dapat lebih mendalami dan
memahami mengenai
kepaniteraan Stase Syaraf. Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Wiwin Sudawiyani, Sp. S sebagai dokter pembimbing
2. Orang tua yang selalu mendoakan keberhasilan penyusun
3. Teman-teman sejawat atas dukungan dan kerjasamanya
Semoga dengan adanya laporan kasus ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penyusun sangat membutuhkan saran dan kritik untuk membangun laporan kasus
yang lebih baik di masa yang akan datang.
Terimakasih.
WassalamualaikumWr. Wb
Penyusun
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. D
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 50 tahun
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Alamat
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
: 20 Agustus 2015
Riwayat DM disangkal
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
- TD
: 160/80 mmHg
- Nadi
: 88 x/menit, reguler
: 36,70C
STATUS GENERALIS
Kepala dan leher
-
Kepala
Mata
: Normochepal
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
4
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
: Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-). Hipertrofi konka (-/-), polip (-/-)
Palpasi : fraktur os nasal (-/-)
: Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
: mukosa basah (+), bibir tidak simetris, sianosis (-), lidah kotor (-).
: Pembesaran KGB (-), tiroid (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: bentuk datar
Palpasi
Ekstremitas
Atas
Bawah
STATUS NEUROLOGIK
Keadaaan umum
Kesadaran
: compos mentis
5
: (-)
- Lasegue sign
- Kernig sign
- Brudzinski I
: (-)
- Brudzinski II
: (-) / (-)
- Brudzinski III
: (-)
SARAF KRANIAL
N.I (Olfaktorius)
Daya Pembauan
Hidung Kanan
Normosmia
Hidung Kiri
Normosmia
Mata kanan
1/60
Normal
Tidak dilakukan
Mata kiri
1/60
Normal
Tidak dilakukan
Mata kanan
(-)
Mata kiri
(-)
Bulat
Bulat
3 mm
3 mm
(+)
(+)
(+)
(+)
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
N.II (Optikus)
Visus
Lapang Pandang
Funduskopi
N.III (Okulomotoris)
Ptosis
Pupil
a. Bentuk
b. Diameter
c. Reflex Cahaya
Direk
Indirek
Gerak bola mata
a.
b.
c.
d.
Atas
Bawah
Medial
Medial atas
N. IV (Throklearis)
Mata kanan
Mata kiri
(-)
(-)
Baik
Baik
Kanan
Kiri
Motorik
VI
Mengunyah
Sensibilitas
Baik
Baik
a. Cabang
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
Mata kanan
Mata kiri
(-)
(-)
Baik
Baik
Kanan
Kiri
(+)
(+)
(+)
Parese
(+)
Parese
(+)
Parese
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
oftalmikus
b. Cabang maksila
c. Cabang
mandibula
Reflex
a.
b.
c.
d.
Kornea
Bersin
Jaw Jerk
Supraorbita
(Abdusens)
Posisi bola mata
Strabismus
konvergen
Gerakan bola mata
Lateral
N.VII (Facial)
Motorik
a.
b.
c.
d.
Mengangkat alis
Menyeringai
Mencucu
Meniup
Sensorik
a. Daya kecap lidah
2/3 depan
b. Sekresi air mata
N.VIII (Vestibulokoklearis)
Kanan
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
Normal
Normal
sendiri)
sendiri)
Normal
Pendengaran
a.
b.
c.
d.
Keseimbangan
a. Test Romberg
b. Test telunjuk-
hidung
c. Test tumit-lutut
Normal
N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)
Normal
Arkus faring
a. Pasif
b. Gerakan aktif
Simetris
Simetris
Uvula di tengah
a. Pasif
b. Gerakan aktif
Reflex muntah
Daya kecap lidah 1/3
(+)
(+)
(+) / (+)
Tidak dilakukan
belakang
N. XI (Assesorius)
Memalingkan kepala
Mengangkat bahu
N.XII (Hypoglosus)
Kanan
Normal
Normal
Posisi lidah
Papil lidah
Atrofi otot lidah
Fasikulasi lidah
Kiri
Normal
Normal
Deviasi ke kanan
Normal
(-)
(-)
MOTORIK
Kekuatan Otot
5
SENSORIK
a. Nyeri :
Ektremitas Atas
Ekstremitas Bawah
b. Raba :
Ektremitas Atas
Ekstremitas Bawah
c. Suhu :
Ektremitas Atas
Ekstremitas Bawah
d. Getar :
Ektremitas Atas
Ekstremitas Bawah
e. Posisi/Gerak :
Ektremitas Atas
Ekstremitas Bawah
FUNGSI VEGETATIF
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Keringat
: baik
REFLEK FISIOLOGIS
Reflek bisep
: (++/++)
Reflek trisep
: (++/++)
: (++/++)
Reflek achilles
: (++/++)
9
REFLEK PATOLOGIS
Babinski
: (-/-)
Chaddock
: (-/-)
Oppenheim
: (-/-)
Gordon
: (-/-)
10
11
RESUME
Tn.D, usia 50 tahun, profesi sebagai pegawai swasta, alamat Jl Menteng Jaya, agama
Islam, datang ke RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 20 Agustus 2015, dengan keluhan lemah
pada tangan kiri dan kaki kiri, tidak bisa digerakkan sejak beberapa jam SMRS. Keluhan
dirasakan pasien pada saat pasien bangun tidur. Pasien mengatakan sudah sejak 1 bulan
SMRS tangan dan kaki kiri terasa lemas tetapi sebelumnya masih bisa digerakkan namun
lama kelamaan terasa semakin berat. Menurut keluarga pasien, keluhan tersebut disertai
bicara pasien menjadi pelo.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
GCS 15
Tanda-tanda Vital
- TD
: 160/80 mmHg
- Nadi
: 88 x/menit, reguler
- Suhu
Status Neurologis
Saraf Cranialis :
: (++/++)
Reflek trisep
: (++/++)
Reflek patella
: (++/++)
Reflek achilles
: (++/++)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski
: (-/-)
Chaddock
: (-/-)
Oppenheim
: (-/-)
Gordon
: (-/-)
13
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
HEMATOLOGI RUTIN
15,3
g/dL
Hemoglobin
13,22
10/L
Jumlah Leukosit
44
Hematokrit
252
10/L
Jumlah Trombosit
5,18
10/L
Eritrosit
84
Fl
MCV/VER
30
pg
MCH/HER
35
g/dL
132
mg/dL
Ureum Darah
28
mg/dL
Kreatinin Darah
0,9
mg/dL
MCHC/KHER
KIMIA KLINIK
Hasil CT Scan
Kesan : Infark nucleus lentiformis dextra, thalamus dextra dan parietalis dextra
Hasil Foto Thoraks
14
Kesan : HHD
DIAGNOSA KERJA
Diagnosa Klinis
: Hemiparese Sinistra
Parese N VII sinistra Central
Parese N XII sinistra Central
Hipertensi
Diagnosa Topis
Diagnosa Etiologi
: Trombosis
Diagnosa Patologi
parietalis dextra
PENATALAKSANAAN
-
Head up 30o
Pasang IV line
O2 dengan kanul nasal 3 Lpm
Medikasi (Pengobatan)
a. Trental 300 mg/12 jam dalam Nacl 0,9 %
15
b. Citikolin 2x1000 mg IV
c. Clopidogrel 1x75 gr IV
d. Captopril 2x25 mg PO
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad malam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Secara bahasa kata stroke berasala dari bahasa Inggris yakni to strike yang artinya
iaalah pukulan. Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsional otak yang
terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang
berlangsung selama lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan
oleh gangguan peredaran otak.
EPIDEMIOLOGI
Penelitian menunjukkan angka kejadian kasus stroke hemoragik 8% - 18% sementara
kasus stroke iskemik/non hemoragik sebanyak 82% - 92 %. Tetapi tingkat mortalitas pada stroke
hemoragik lebih tinggi daripada stroke iskemik
Berdasarkan data WHO tahun 2010, setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia
mengalami stroke. Sekitar 5 juta mengalami kematian dan 5 juta menderita kecacatan permanen.
Penyakit stroke menjadi penyakit utama yang menyebabkan kecacatan di usia dewasa dan
menduduki urutan ketiga sebagai penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak setelah
penyakit jantung koroner dan kanker di Negara-negara berkembang. Di Amerika terdapat
795.000 jiwa penderita stroke dengan jumlah penderita yang baru sebanyak 610.000 orang
dan penderita yang lama sebanyak 185.000 orang (American Stroke Association). Di
Amerika Serikat stroke merupakan penyebab kematian no 4 dan penyebab utama terjadinya
disabilitas/kecacatan
Di kawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke (WHO,2010).
Pada tahun 2020 diperkirakan 7.6 juta orang akan meninggal dikarenakan penyakit
stroke ini (Misbach, 2010). Berdasarkan hasil Laporan Riskesdas Indonesia tahun 2007 terkait
penyakit stroke di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi stroke di Indonesia sebesar 6% atau
8,3 per 1000 (Riskesdas, 2007)
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko pada penyakit stroke dibagi dua, yakni faktor resiko yang dapat diubah
(modifiable) dan faktor resiko yang tidak dapat diubah (non modifiable).
17
1.
2.
3.
Hiperlipidemia
Abnormalitas serum lipid (trigliserida, kolesterol, LDL) merupakan faktor risiko
penyakit jantung koroner daripada penyakit serebrovaskuler. Ada penelitian yang
membuktikan bahwa pada populasi muda tidak terbukti adanya hubungan antara
stroke dan peningkatan kolesterol. Hal ini dijelaskan dengan kenyataan bahwa
- Usia tua
Usia tua lebih beresiko menderita stroke daripada yang berusia muda terutama pada
usia di atas 50 tahun.
- Jenis Kelamin
Laki-laki lebih beresiko terkena stroke dibandingkan wanita hanya saja
-
KLASIFIKASI
Stroke pada umunya dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. STROKE HEMORAGIK
Dibagi lagi menjadi dua,yakni :
Perdarahan Intraserebral :
Perdarahan intraserebral biasanya terjadi ketika terjadi hipertensi kronis
sehingga melemahkan arteri pada otak hingga merusak endotel pembuluh darah pada
otak yang umumnya berukuran kecil dan akibatnya menjadi pecah.. Arteri yang sering
pecah ialah arteria lentikulostriata di wilayah kapsula interna. Dinding arteri yang
pecah selalu menunjukkan tanda-tanda, bahwa disitu terdapat aneurisma kecil-kecil
yang dikenal sebagai aneurisma Charcot Bouchard. Aneurisma tersebut timbul pada
orang-orang dengan hipertensi kronik, sebagai hasil proses degenerative pada otot dan
unsur elastic dinding arteri. Karena perubahan degenerative itu ditambah dengan
beban yang tekanan darah yang tinggi, maka timbulah beberapa pengelembungan
kecil setempat yang dinamakan aneurisma Charcot Bouchard. Banyaknya darah yang
keluar akibatnya dapat menambah kapasitas ruang di otak sehingga mengakibatkan
jaringan otak tertekan dan jika diperiksa terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan
intracranial.
Selain itu penggunakan kokain atau amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi dan perdarahan . Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang
disebut amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid)
yang dapat melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan.
Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan subarachnoid biasanya terjadi karena cedera kepala. Namun
perdarahan pada cedera kepala biasanya bukanlah penyebab terjadinya stroke.
Perdarahan subarachnoid yang menyebabkan stroke biasanya terjadi karena dua hal
yakni :
19
Aneurisma
a. Aneurisma Barry/sekunder : Biasanya terjadi akibat trauma,cedera karena
hipertensi. Lokasi yang paling sering terkena stroke adalah arteri komunikans
anterior.
b. Aneurisma Fusiform : Biasanya terjadi karena hipertensi dan aterosklerosis.
Lokasi yang paling sering terjadi di arteri serebri media dan arteri basilaris.
c. Aneurisma Mikotik : Terjadi pada arteri kecil di otakyang disebabkan oleh
karena infeksi yakni endokarditis.
Aneurisma yang terjadi pada perdarahan subarachnoid biasanya disebabkan
oleh bawaan atau dapat juga berkembang di kemudian hari di mana terdapat
tekanan darah tinggi yang dapat melemahkan arteri sehingga rentan untuk
pecah.
Arteri Venosus Malformation (AVM)
Dalam keadaan normal pembuluh darah vena yang berasal dari otak mengandung
sedikit oksigen dan dibawa kembali ke jantung. Pada kasus AVM terjadi
pembelokan jalur dari arteri langsung menuju ke vena tanpa melalui kapiler. Lalu
aliran darah masuk ke pembuluh darah vena dan terjadi peningkatan tekanan yang
mengakibatkan rupturnya vena dan terjadilah perdarahan. Jika darah keluar dan
menekan korteks maka akan menimbulkan gejala nyeri kepala hebat seperti
disambar petir (thunderclap headache).
Akibat Aterotrombosis
Stroke akibat aterotrombosis tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Biasanya
proses ini memakan waktu yangcukup lama dan diawalidengan berbagai proses
yang lainnya. Faktor resiko terjadinya aterotrombosis ini adalah orang yang
cenderung kegemukan dan memiliki kadar kolestrol yang tinggi terutama
LDL.Proses ini diawali dengan adanya akumulasi lipid pada endotel arteri.
Akumulasi ini memicu terjadinya berbagai proses inflamasi pada endotel arteri
yakni awalnya monosit menempel pada endotel dan berpenetrasi lebih dalam ke
tunika intima pada endotel melaksanakan fungsinya sebagai makrofag untuk
memfagositosis akumulasi lipid tersebut. Hasil fagositosis tersebut membentuk sel
busa atau foam cell . Perubahan ini memicu sitokin dan faktor-faktor lain
hingga memperbesar plak pada arteri tersebut. Plak terus membesar hingga
menyebabkan rupture pada arteri dan terjadilah pengaktifan platelet dan jalur
20
koagulasi hingga menyebabkan thrombus. Trombus ini jika terus membesar akan
menghambat aliran darah pada arteri otak dan menyebabkan stroke iskemik.
Keadaan iskemik mengakibatkan kurangnya suplai oksigen ke otak hingga ATP
yang dihasilkan pun menurun. Metabolisme yang mendominasi ialah metabolism
anaerob yang menghasilkan peningkatan asam laktat. Asam laktat ini mencetuskan
pembebasan Fe2+ yang juga memicu pembebasan beberapa komponen radikal
bebas sehingga terjadi kerusakan pada sel-sel neuron otak. Selain itu
berkurangnya ATP pada sel neuron akan memicu terbukanya kanal Ca 2+ yang juga
memicudatangnya radikalbebas dan semakinmemperberat kerusakan pada sel-sel
neuron otak.
-
21
Perjalanan arteri ini berasal dari arteri subclavia naik ke dalam leher melalui
foramen processus tranversus vertebrae cervical bagian atas, Arteri ini masuk ke
cranium melalui foramen magnum dan berjalandi medulla oblongata,pons lalu
menyatu dan membentuk arteri basilaris. Dan cabang-cabang arteri lain dapat
dilihat pada gambar di atas. Adapun jika terjadi sumbatan pada daerahdaerahtersebut,maka tanda dan gejala yang terjadi adalah :
1. Vertigo,nistagmus,mual,muntah : Hal ini dikarenakan terjadinya sumbatan
pada arteri di antara pinggir bawah pons dan medulla oblongata yang
merupakan jaras dari saraf vestibulocochlearis.
2. Hemianopsia
3. Hilangnya refleks muntah,disfagia,suara serak karena adanya sumbatan pada
pembuluh darah yang memperdarahi nervus 9 dan 10
MANIFESTASI KLINIS
Stroke Hemoragik
- Biasanya
-
timbul
serangan
aktivitas
Terdapat tanda-tanda peningkatan
tiba-tiba
subarachnoid
-
pada
perdarahan
Thunderclap
saat
istirahat
Tidak
peningkatan intracranial
Biasanya terjadi hemiparesis pada
kebutaan
Afasia
intracranial mual,muntah,sakit
kepala,kaku kuduk
Adanya sakit kepala yang hebat dan
serangan
terlihat
tanda-tanda
Headache
Fotofobia
DIAGNOSIS
22
3. CT Angiografi
Teknik ini digunakan untuk mendeteksi abnormalitas pembuluh-pembuluh darah,
deteksi dan lokalisasi lesi desak ruang seperti tumor,hematoma atau abses atau untuk
menetukan pola vascular suatu tumor agar membantu menegakkan diagnosis
patologinya.
TATALAKSANA
Sebelum menangani keadaan yang menyebabkan stroke sebaiknya dilakukan
tatalaksana awal dan penanganan umum yang sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya kematian dan menstabilkan keadaan umum penderita.
-
meningkat
Stroke Non Hemoragik :
Untuk melepas sumbatan (Antiplatelet Agregasi): Aspilet 70-320 mg 1x1
3. Penanganan Khusus
- Pemberian Manitol 20% : Jika ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial
(+) dengan diguyur.
(I)
15 menit pertama diberikan 200 cc
(II)
8 jam kemudian 150 cc selama 15 menit
(III) 8 jam kemudian 150 cc selama 15 menit
Maksimal pemberian manitol selama5 hari. Jangan lupa pasang kateter
-
dauer .
Terapi Antihipertensi : Jika MAP >130
Terapi Antikoagulan (untuk Kardioemboli) Simarc,Warfarin
Terapi Hipoglikemia : Berikan Dekstrose 40%
Terapi pada Hiperglikemia : Berikan insulin
Skala Luncur Insulin
Gula Darah
150-200
201-250
251-300
301-350
351-400
PROGNOSIS
1. Sekitar 50% penderita yang mengalami kesembuhan dapat kembali menjalankan
fungsi normalnya.
2. Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan tidak mampu
bergerak, berbicara atau makan secara normal.
3. Sekitar 20% penderita meninggal di rumah sakit.
4. Yang berbahaya adalah stroke yang disertai dengan penurunan kesadaran dan
gangguan pernafasan atau gangguan fungsi jantung.
5. Kelainan neurologis yang menetap setelah 6 bulan cenderung akan terus menetap,
kolestrol tersebut
- Jika memiliki kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan
3. Orang yang sudah terkena stroke
- Lakukan tindakan setepat dan secepat mungkin untuk tangani stroke
- Hindari faktor pencetus
- Konsumsi obat-obatan secara rutin dan teratur.
26
DAFTAR PUSTAKA
1
3
4
PERDOSSI
Guyton AC. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC 1997 : 327-373
Duus, Peter. 1996. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda dan Gejala.
Jakarta. EGC
Sylvia A.Prince, Loraine M Willson.2005.Patofisiologi Volume 2.Jakarta:EGC.
27