Pleurodesis
Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik secara
kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi cairan
maupun udara dalam rongga pleura. Tindakan tersebut umumnya diindikasikan untuk
efusi pleura maligna dan pneumotoraks spontan. tujuan dilakukannya pleurodesis adalah
untuk mencegah berulangnya efusi berulang (terutama bila terjadi dengan cepat),
menghindari torakosintesis berikutnya dan menghindari diperlukannya insersi chest tube
berulang, serta menghindari morbiditas yang berkaitan dengan efusi pleura atau
pneumotoraks berulang (trapped lung, atelektasis, pneumonia, insufisiensi respirasi,
tension pneumothorax).
Indikasi
Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk pleurodesis. Meskipun demikian, perlu
dipertimbangkan kemungkinan tingkat keberhasilan prosedur pada pasien serta risiko
dilakukannya prosedur agar pasien mendapat manfaat optimal dari tindakan yang
Nyeri
Takikardia, takipnea, pneumonitis, atau gagal napas (terutama setelah pemberian slurry
talc), edema paru reekspansi. Umumnya keadaan ini bersifat reversibel.
Demam. Biasanya berkaitan dengan pleuritis, hilang dalam <48 jam
Ekspansi paru inkomplit dan partially trapped lung
Reaksi terhadap obat
Syok neurogenik
Pelaksanaan Pleurodesis
a. Persiapan pasien
Menerangkan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga,
indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul,
Setelah mengerti dan setuju, pasien dan keluarga menandatangani surat ijin tindakan.
Foto toraks dilakukan sebelum pleurodesis untuk memastikan bahwa paru-paru telah
mengembang sepenuhnya. Mediastinum dilihat untuk menilai tekanan pleura di sisi efusi
dan kontra lateral,
Bila memungkinkan dilakukan bronkoskopi sebelum pleurodesis utnuk menilai adakah
obstruksi di bronkus yang memerlukan radioterapi atau terapi laser.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik ulang
Dilakukan pemeriksaan hemodinamik (tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan, suhu)
Hasil laboratorium dilihat ulang.
Bila belum terpasang ! insersi chest tube. Semua cairan pleura dibiarkan keluar sampai
habis, atau produksi cairan maksimal 100 cc per 24 jam. Idealnya slang berada pada
posisi posterio-inferior
Syringe dipasangkan pada chest tube, kedua klem dibuka, larutan diinjeksikan melalui
chest tube. Bilas dengan NaCl 0,9%.
Pasien diminta bernapas beberapa kali agar larutan tertarik ke rongga pleura
Klem segera dipasangkan kembali dan chest tube dihubungkan dengan adaptor WSD
Hindari suction negatif selama 2 jam setelah pleurodesis.
Posisi tubuh pasien diubah-ubah (supine, dekubitus lateral kanan-kiri) selama 2 jam, lalu
klem dicabut. Rongga pleura dihubungkan dengan suction bertekanan -20 cm H2O.
d. Monitoring pasca tindakan:
Dilakukan foto toraks AP ulang untuk meyakinkan reekspansi paru, bila perlu setiap hari
Awasi tanda vital
Monitor drainase chest tube harian
Monitor kebocoran udara
Perban diganti tiap 48 jam
Kendalikan nyeri dengan analgetik
Bila perlu spirometri insentif
Mobilisasi bertahap, cegah thrombosis vena dalam
Pertimbangkan mencabut chest tube bila drainase pleura harian < 100 ml atau tidak
terlihat lagi fluktuasi pada botol WSD.
Sukses Pleurodesis :
Gagal Pleurodesis
Tidak berhasil pleurodesis, tidak seperti yang didefinisikan diatas.
2. Torakosintesis
yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang
pleura dan pengembangan paru.
Agens yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin, dimasukkan ke dalam ruang
pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
Setelah agens dimasukkan, selang dada diklem dan pasien dibantu untuk mengambil
berbagai posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan untuk
memaksimalkan kontak agens dengan permukaan pleural. Selang dilepaskan klemnya sesuai
yang diresepkan, dan drainase dada biasanya diteruskan beberapa hari lebih lama untuk
mencegah reakumulasi cairan dan untuk meningkatkan pembentukan adhesi antara pleural
viseralis dan parietalis.
Modalitas penyakit lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada,
bedah pleurektomi, dan terapi diuretic. Jika cairan pleura merupakan eksudat, posedur
diagnostic yang lebih jauh dilakukan untuk menetukan penyebabnya. Pengobatan untuk
penyebab primer kemudian dilakukan.
mengeluarkan cairan, antibiotik wajib diberikan. Langkah terakhir dalam perawatan adalah
menangani penyebab dasar. Dalam kasus pasien yang menderita bakteri efusi pleura, antibiotik
hanya dapat digunakan. Orang yang menderita kanker diobati dengan kemoterapi, terapi radiasi
atau operasi. Diuretik diberikan kepada orang yang menderita efusi pleura karena disebabkan
oleh masalah jantung.
Efusi pleura disebabkan oleh pneumonia, tuberkulosis, infeksi bakteri dan arthritis, dapat
didiagnosis dan diobati dengan mudah. Tapi ketika akar penyebab tidak diketahui, mendiagnosa
dan mengeluarkan kelebihan cairan menjadi prosedur yang sangat penting.