II
POLA PEMUKIMAN DI
PEDESAAN
III
PROSES-PROSES
SOSIAL
IV
PENELITIAN
SOSIOLOGI
PEDESAAN
PEDESAAN DAN
KEPENDUDUKAN
VI
LEMBAGA-LEMBAGA
SOSIAL
VII UJIAN I
VIII PELAPISAN SOSIAL
IX
PERUBAHAN SOSIAL
INOVASI DAN
KOMUNIKASI SOSIAL
XI
HUBUNGAN ANTARA
MANUSIA DAN TANAH
Distribusi Penduduk
Tendensi Penduduk Pedesaan
Transmigrasi
Beberapa Masalah
Lembaga Sosial
Lembaga Keluarga
Lembega Perekonomian
Lembaga Pendidikan
Lembaga Keagamaan
Lembaga Pemerintahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
XII
PERUBAHAN POLA
PEMILIKAN TANAH
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
I. PENDAHULUAN
1. Pengertian Sosiologi
Para sosiolog dan ahli terkait dengan sosiologi sampai saat ini masih terus melakukan
penyelidikan tentang sifat dan hakikat pengertian sosiologi. Nampaknya belum ada
suatu kesepakatan bersama yang formal tentang pengertian sosiologi, sungguhpun
demikian ada beberapa pengertian dasar tentang sosiologi yang dapat digunakan
sebagai patokan sementara.
Berdasarkan akar katanya, Sosiologi berasal dari dua kata Yunani yaitu socius yang
berarti kawan atau teman dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan.
Teman atau kawan dapat dimengerti secara luas sebagai keberadaan orang-orang lain
dalam suatu hubungan. Dengan demikian berdasarkan asal katanya maka sosiologi
berarti ilmu tentang berkawan atau ilmu tentang bagaimana manusia berkawan.
Beberapa pengertian tentang sosiologi yang telah dikemukakan beberapa ahli
terkemuka yang mungkin bermanfaat antara lain sebagai berikut:
Green (1960) dalam Raharjo (1999) menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu
yang mepelajari kehidupan manusia dalam masyarakat, dalam pelbagai aspeknya.
C. PENUTUP
Penguasaan materi oleh mahasiswa peserta pembelajaran yang telah mengukti
perkuliahan dengan pokok bahasan Pengertian Sosiologi Pertanian dapat dievaluasi
melalui seberapa jauh mahasiswa mampu memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan sebagai berikut:
REFERENSI
1. Giddens, Antony, 2004, Sociology, 4th Edition, Polity Press and Blackwell
Publishers
2. Planck, Ulrich, 1993, Sosiolologi Pertanian, Yayasan Obor Indonesia Jakarta
3. Priyotamtomo, Wiryono, 2001, Bahan Kuliah Sosiologi Pedesaan, Fakultas
Pertanian,UGM (tidak diterbitkan)
4. Rahardjo, 1999, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Edisi Pertama,
Gadja Mada University Press
5. Soekanto, Soerjono, 2003, Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan ke-36, PT. Raja
Grafindo Persada
6. Yuliati, Y dan Purnomo, M, 2003, Sosiologi Pedesaan, Lappera Pustaka Utama
II.
2.
3.
4.
Menurut undang-undang RI no. 27 tahun 1948, desa adalah daerah otonomi terendah
sesudah kota. Menurut undang-undang no.5 tahun 1975, tipologi desa di Indonesia
adalah :
a. Pra Desa, merupakan pemukiman sementara. Hampir tak ada keluarga yang
tinggal dan menetap disana. Disini hanya sebagai tempat berusaha sementara,
dan akan ditinggalkan jika hasil sudah tidak menguntungkan.
b. Desa Swadaya, sudah ada kelompok atau keluarga yang tinggal disana.
Kehidupannya masih sederhana dan sangat tergantung pada pertanian. Teknik
pertanian masih sederhana. Hubungan antar manusia diikat oleh adapt istiadat
yang kuat. Umumnya desa-desa seperti ini jauh dari pusat ekonomi.
c. Desa Swakarya, yaitu tatanan hidup masyarakat sudah mengalami perubahan,
seiring dengan adopsi teknologi. Prlaku masyarakat sudah tidak terlalu terikat
dengan adat. Pengaruh asing sudah mulai tampak pada kehidupan sosial
masyarakat. Pertanian sudah bergeser dari subsisten ke pertanian komersil.
d. Desa Swasembada, prasarana sudah baik. Pendidikan penduduk sudah
setingkat SLTA. Adat-istiadat sudah tidak terlalu kuat. Tingkat teknologi
sudah maju.
Wilayah yang bukan desa disebut kota. Di Indnesia kota memiliki karakteristik yang
dapat dibedakan antara satu dengan lainnya, yaitu :
a. Kota Kecamatan, yakni kota di tingkat kecamatan.
b. Kota Kabupaten
c. Kota Administratif, yakni memiliki wali kota yang diangkat oleh pejabat
diatasnya, tetapi belum memiliki DPR
d. Kota Madya atau kutaraja, dipimpun oleh Wali Kota dan berkedudukan di
Ibukota Propinsi
Tipologi Desa
b.
c.
d.
e.
Di daerah tertentu suatu desa mempunyai perangkat bangunan tempat kegiatankegiatan sosial seperti balai desa, balai banjar, dan sebagainya.
Suatu pemukiman dikatakan sebagai desa bila memiliki persyaratan tertentu, yaitu :
a. Ada Keluarga (orang)
b. Ada lokasi tempat mendirikan bangunan.
c. Ada lahan yang secara sah sebagai tempat berusaha (tani, ternak, ikan dll).
d. Ada Sumber air
e. Ada hutan sebagai sumber energi.
f. Ada syarat kelembagaan yaitu lembaga pemerintahan desa, organisasi sosial,
ulama, cerdik pandai, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan dll.
Pola pengaturan atau pengorganisasian dan tata letak bangunan desa berbeda antara
satu daerah dengan daerah lain. Lingkungan geografis sangat mempengaruhi tata
letak dan bentuk bangunan pemukiman.
Seringkali bentuk suatu desa berkaitan erat dengan karakteristik sosial budaya yang
dominan di pemukiman tersebut, kebutuhan utama, tingkat pengetahuan, dan
teknologi yang dimiliki.
Meskipun antar desa perbedaan antara daerah, tetapi secara umum setiap desa
memiliki pola yang hampir sama. Di Aceh, misalnya desa berkembang dari satu
rumah keluarga atau rumah induk. Warga desa umumnya menghendaki agar seriap
anak wanita kalau sudah berumah tangga dan sudah memiiki anak, diberi satu rumah
tinggal yang tidak jauh dari rumah induk. Didesa dilengkapi dengan balai serbaguna
yang disebut Meunasah.
Dibali setiap desa dilengkapi dengan balai banjar. Pembentukan desa mirip dengan di
Aceh yang terbentuk secara alami.
Selain itu ada desa yang tidak terbentuk secara alami, tetapi dibentuk oleh pemerintah
seperti desa transmigrasi, resettlement pada masyarakat anak dalam atau korban
bencana, korban penggusuran dll.
d. Administrasi Desa
Suatu pemukiman tradisional apapun bentuknya memiliki pusat atau lembaga yang
berfungsi menjaga agar setiap aturan yang telah disepakati bersama ditaati oleh
warganya. Lebaga tersebut dipimpin oleh seorang pimpinan baik formal maupun
informal.
Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang no. 5 tahun 1979 dan nomor 245 tahun
1948, desa dipimpin oleh kapala Desa yang dipilih oleh warganya yang memiliki hak
memilih dan dipilih. Jadi kepala desa merupakan perpanjangan tangan pemerintah
ditingkat desa. Seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris desa. Jadi perangkat desa
meliputi :
KEPALA DESA
SEKRETARIS DESA
LMD/LKMD
KEPALA KAUR
Karena organisasi itu sudah di atur sedemikian rupa, sehingga sering terjadi
kelemahan dalam menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat.
Karene organisasi itu telah diatur sedemikian rupa, sehingga membatasi
kemampuan-kemampuan individual yang sebenarnya mampu tetapi karena
kedudukannya yang mengangkat maka tidak memungkinkan untuk mengambil
inisiatif.
Di dalam sistem ini pemindahan anggota ke lapisan yang lain baik ke atas maupun ke
bawah tidak mungkin terjadi , kecuali ada hal yang istimewa. Dalam sistem demikian
satu-satunya jalan adalah kerena kelahiran. Sebagaimana yang kita ketahui
masyarakat terbagi menjadi :
Di dalam sistem yang demikian ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan
jatuh ke lapisan bawahnya atau naik ke lapisan di atasnya. Status (kedudukan) yang
diperoleh dengan usaha sendiri disebut Achieve Status.
Dalam hubungannya dengan pembangunan masyarakat , sistem pelapisan masyarakat
yang terbuka sangat menguntungkan. Sebab setiap warga masyarakat diberi
kesempatan untuk bersaing dengan yang lainnya.
Bebera Teori Tentang Pelapisan Sosial
Bentuk konkrit daripada pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada yang
meninjau bentuk pelapisan masyarakat hanya berdasarkan salah satu aspek saja
misalnya aspek ekonomi atau aspek politik saja, tetapi ada pula yang melihatnya
melalui berbagai ukuran secara komprehensif.
Selanjunya ada yang membagi pelapisan masyarakat kedalam jumlah yang lebih
sederhana (misalnya membagi hanya menjadi dua atau lebih).
Ada yang membagi pelapisan masyarakat sebagai berikut :
Masyarakat terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class)
Masyarakat terdiri dari tiga kelas ialah kelas atas (upper class), kelas menengah
(middle class), kelas bawah (lower calss)
Pada umumnya orang yang menduduki kelas bawah jumlah orangnya lebih banyak
daripada kelas menengah, begitu seterusnya semakin tinggi golongannya semakin
sedikit orangnya. Dengan demikian sistem pelapisan masyarakat mengikuti bentuk
piramid
Orang yang dapat menduduki lapisan tertentu disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
: keturunan, kecakapan, pengaruh, kekuatan, dan lain-lain.
Oleh karena itu beberapa sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda dalam
menyampaikan teori-teori tentang pelapisan masyarakat.
Beberapa di cantumkan disini :
Aristoteles mengatakan bahwa dalm tiap-tiap negara memiliki tiga unsur yaitu
mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, meraka yang berada di
tengah-tengah.
Prof. DR. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA menyatakan
sebagai berikut : selama di dalam masyarakat ada sesuatu yan dihargai olehnya
dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya maka
barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem
berlapis-lapis dalam masyarakat.
Vilfredo Pareto, sarjana Italia, menyatakan ada dua kelas yang senantiasa
berbeda setiap waktu yaitu golongan elite dan golongan non elite. Menurut
beliau pangkal dari perbedaan itu karena ada orang yang memiliki kecakapan,
wata, keahlian dan kepasitas yang berbeda-beda.
Gaotano Mosoa, sarjana Italia, di dalam The Ruling Class menyatakan
sebagai berikut :
Karl Marx pada pokoknya ada dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu
kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produkasi lainnya dan kelas yang tidak
mempunyainya dan hanya mempunyai tenaga yang disumbangkan dalam
proses produksi.
Dari apa yang diuraikan diatas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa ukuran atau
kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakatke dalam
lapisan-lapisan sosial adalah sebagai berikut :
P = Produksi
L = Lahan )Land)
E = Energi
Pada pertanian ini luas lahan hanya terbatas pada kemampuan petani dan keluarganya
untuk mengolah lahan. Dengan bertambahnya kebutuhan keluarga, karena jumlah
anggota keluarga yang bertambah, atau karena harus mengeluarkan dana besar untuk
upacara adapt dsb, maka petani menambah luas lahan dengan menambah jumlah dan
kualitas tenaga kerja, misalnya meminta bantuan tetangga atau menggunakan tenaga
ternak.
Jika mereka menambah factor produksi berupa modal (uang atau capital = C), untuk
membeli pupuk, obat-obatan, tractor dsb, maka modelnya juga berubah :
P = f (L . E . C)
Untuk meningkatkan produksi, maka ketiga factor tersebut harus berubah.
2, Peningkatan Keterampilan Petani
Tujuan petani dalam berusahatani adalah bagaimana agar lahan tersebut dapat
berproduksi dengan optimal. Hal ini sering bergantung pada keterampilan petani,
teknologi produksi, dan loyalitas petani terhadap kebiasaan dan adai istiadat yang berlaku
dilingkungan sosialnya.
Hal yang menjadi perhatian petani adalah bagaimana petani membuat keputusan untuk
memanfaatkan lahan. Apa tanaman yang akan diusahakan, kapan akan mengolah lahan,
apakah akan menambah tenaga kerja dsb. Pada beberapa daerah, keputusan petani amat
dipengaruhi oleh kondisi budaya setempat, terutama pada pertnian subsisten. Pada
pertanian yang demikian, benih tidak menjadi masalah, karena sudah tersedia secara turun
temurun.
Pada saat pertanian bergeser pada pertanian komersil, maka pemilihan komoditas menjadi
lebih sulit. Banyak factor yang harus menjadi pertimbangan. Harga factor produksi, harga
jual, permintaan pasar, kondisi politik local, nasional bahkan internasional menjadi bahan
pertimbangan petani dalam mengambil keputusan. Ketersediaan air dan sarana produksi
lain juga menjadi bahan pertimbangan.
Evi remga
Sosiologi pedesaan adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan
manuasia lain, kelompok dn lingkungan.
1. perubahan social adalah perubahan dalam hubungan-hubungan social atau
perubahan terhadap keseimbangan hubungan-hubungan social. Adapun selo
sumardjan mengartikan perubahan social sebagai perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap
dan pola-pola prilakunya diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Pelapisan social diartikan sebagai perbedaan diantara warga di msyarakat
kedalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat
lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada yang kelas sosialnya
tinggi, sedang dan rendah.
3. Kelompok social adalah pengumpulan manusia yang hidup bersama dalam
satu kesatuan social yang disebabkan oleh adanya hubungan timbale balik
yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling tolong
menolong. Kecenderungan manusia untuk membentuk kelompok ini
dipengaruhi oleh nalurinya untuk berkelompok yang disebut gregoriousness,
sehingga Aristoteles pernah menyebut manusia adalah makhlik yang suka
berkelompok.
Jenis-jenis kelompok social dalam masyarakat. Ada 4 syarat kelompok :
a. adanya kesadaran para anggotanya sebagai warga kelompok.
b. Adanya hubungan tibal balik antara anggota dalam kelompok tersebut.
c. Adanya factor pengikat diantara para anggota menjadi satu kelompok, seperti
nasip yang sama, kepentingan yang sama dll.
d. Adanya sruktur, kaidah, serta pola prilaku.
Kelompok yang tidak memeiliki 4 syarat tersebut disebut kelompok tidak teratur.
4. pranata social, system norma khusus atau aturan-aturan mengenai suatu
aktivitas mesyarakat dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pranata
social yang pokok dalam masyarakat tradisional sebagai berikut :
a. pranata ekonomi, lebih sederhana dibandingkan dengan masyarakat modern.
b. Pranata keluarga, memeiliki tugas masing-masing.
c. Pranata pendidikan, kurang disadari arti pentingnya pendidikan untuk masa
depan anak-anak mereka dalam rangka peningkatan taraf hidup.
d. Pranata agama, umumnya masyarakat pedesaan lebih patuh terhadap aturan
agama.
e. Pranata pemerintahan.
5. perbedaan antara masyarakat tradisional dan modern :
a. Aspek prata sosilal tradisional/pedesaan :
-
Bertumpu pada sector agraris dengan pola gotong royng yang kuat.