Anda di halaman 1dari 18

RENCANA PERKULIAHAN

MATA KULIAH : SOSIOLOGI PEDESAAN


KODE MATA KULIAH : PTO 613 (II(2,0)
BAB
POKOK BAHASAN
I
PENDAHULUAN

II

POLA PEMUKIMAN DI
PEDESAAN

III

PROSES-PROSES
SOSIAL

IV

PENELITIAN
SOSIOLOGI
PEDESAAN
PEDESAAN DAN
KEPENDUDUKAN

VI

LEMBAGA-LEMBAGA
SOSIAL

VII UJIAN I
VIII PELAPISAN SOSIAL

IX

PERUBAHAN SOSIAL

INOVASI DAN
KOMUNIKASI SOSIAL

XI

HUBUNGAN ANTARA
MANUSIA DAN TANAH

SUB POKOK BAHASAN


1. Konsep Sosiologi
2. Pengertian Sosiologi
3. Ruang Lingkup Sosiologi Pertanian
4.Kegunaan Mempelajari Sosiologi Pertanian
1. Pengertian desa dan Kota
2. Tipologi Pedesaan
3. Pola Umum Desa
4. Pola Desa Di Indonesia
5. Administrasi Desa Di Indonesia
1. Usaha Penyesuaian diri dan sosialisasi
2. Pola Tingkah Laku dan Proses Sosial
3. Komunikasi dan Pendapat Umum
4. Norma Sosial dan Nilai Hidup
5. Pengawasan Sosial
1. Prosedur Penelitian
2. Model-model Penelitian Sosial
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Distribusi Penduduk
Tendensi Penduduk Pedesaan
Transmigrasi
Beberapa Masalah
Lembaga Sosial
Lembaga Keluarga
Lembega Perekonomian
Lembaga Pendidikan
Lembaga Keagamaan
Lembaga Pemerintahan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.

Kelas dan Status Sosial


Jenis-jenis status
Aspek-aspek kelas dan status
Pelapisan Sosial di Pedesaan
Mobilisasi Sosial
Sumber-sumber Strata Sosial
Arti Perubahan Sosial
Model-model Perubahan Sosial
Komunikasi Teknologi
Karakter Para Adopter
Karatkter Inovasi
Model-model adaptasi teknologi
Faktor Produksi
Pengetahuan dan Keterampilan
Pemakaian Tenaga Kerja

XII

PERUBAHAN POLA
PEMILIKAN TANAH

4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.

Penjualan Hasil Pertanian


Pemanfaatan Modal secara Produkstif
Variasi Pola Pertanian
Pengetahuan lain-lain
Land Reform
Pola Pemilikan Tanah
land Reform di Indonesia

I. PENDAHULUAN
1. Pengertian Sosiologi
Para sosiolog dan ahli terkait dengan sosiologi sampai saat ini masih terus melakukan
penyelidikan tentang sifat dan hakikat pengertian sosiologi. Nampaknya belum ada
suatu kesepakatan bersama yang formal tentang pengertian sosiologi, sungguhpun
demikian ada beberapa pengertian dasar tentang sosiologi yang dapat digunakan
sebagai patokan sementara.
Berdasarkan akar katanya, Sosiologi berasal dari dua kata Yunani yaitu socius yang
berarti kawan atau teman dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan.
Teman atau kawan dapat dimengerti secara luas sebagai keberadaan orang-orang lain
dalam suatu hubungan. Dengan demikian berdasarkan asal katanya maka sosiologi
berarti ilmu tentang berkawan atau ilmu tentang bagaimana manusia berkawan.
Beberapa pengertian tentang sosiologi yang telah dikemukakan beberapa ahli
terkemuka yang mungkin bermanfaat antara lain sebagai berikut:

Giddens (2004:2) mendefinisikan bahwa sociology is the study of human social


life, groups and socities (sosiologi merupakan studi/ilmu yang mempelajari
tentang kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat).

Pitrin Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang


mempelajari (1) hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala
sosial, (2) hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala
non-sosial dan (3) ciri-ciri umum semua gejala sosial (Soekanto, 2003:19)

Roucek dan Waren menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang


mempelajari hubungan antar manusia dan kelompok-kelompok (Soekanto,
2003:19)

Ouburn dan Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara


ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial (Soekanto,
2003:20)

Doorn dan Lammers menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan


tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil
(Soekanto, 2003:20)

Soemarjan dan Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu masyarakat


yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahanperubahan sosial (Soekanto, 2003:20)

Green (1960) dalam Raharjo (1999) menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu
yang mepelajari kehidupan manusia dalam masyarakat, dalam pelbagai aspeknya.

Pengertian umum menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat.


Menurut Priyotamtomo (2001), sosiologi mepelajari perilaku masyarakat dan perilaku
sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnnya. Kelompok tersebut
mencakup: keluarga, suku, komunitas, pemerintah, organisasi soaial, kelompok
ekonomi, kelompok politik, dan lain sebagainya. Sosiologi mempelajari perilaku dan
interaksi kelompok, menelusuri asal-susul pertumbuhannya serta menganalisis
pengaruh kegiatan kelompok terhadap para anggotanya.
2.Pengertian Sosiologi Pedesaan dan Sosiologi Pertanian
Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan proses-proses
sosial termasuk didalamnya perubahan sosial dalam perkembangannya melahirkan
berbagai teori sosiologi dan berbagai cabang sosiologi. Obyek kajian yang berbeda
selanjutnya menjadi cabang baru seperti sosiologi industri, sosiologi politik, sosiologi
agama dan cabang sosiologi lainnya. Perkembangan ini juga termasuk sosiologi
pedesaan dan sosiologi pertanian sebagai cabang sosiologi yang khusus mengkaji
masalah tentang masyarakat pedesaan dan dinamikanya.

Priyotamtomo (2001) mendeskripsikan bahwa sosiologi pedesaan


merupakansuatu studi yang melukiskan hubungan manusia di dalam dan atar
kelompok yang ada di lingkungan pedesaan. Pengertian pedesaan mencakup
wilayah yang disebut rural dibedakan dengan urban. Secara lengkap
pedesaan diartikan sebagai kawasan tempat tinggal dan kerja yang secara jelas
dapat dipisahkan dari kawasan yang lain yang disebut kota. Masyarakat
pedesaan sering disebut sebagai rural community sedang masyarakat
perkotaan disebut sebagai urban community. Pembedaan tersebut didasari
oleh perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.
Soekanto dalam Yulianti dan Purnomo (2003:12-13) menyatakan bahwa
perbedaan masyarakat pedesaan dan perkotaan dapat dilihat antara lain dari
kehidupan kegamaan, individualime, pembagian kerja, macam pekerjaan, jalan
pikiran, jalan kehidupan, serta perubahan-perubahan sosial lainnya. Sosiologi
pedesaan adalah sosiologi yang tentang struktur dan proses-proses sosial yang
terjadi di pedesaan. Bidang kajian ini menekankan pada masyarakat pedesaan
dan segala dinamikanya yang antara lain mencakup struktur sosial, proses
sosial, mata pencaharian, pola perilaku, serta berbagai transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Menurut Planck (1993:3) Sosiologi Pertanian (Agricultural Sociology) sering
disamakan dengan Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology). Tetapi ini hanya
berlaku jika penduduk desa terutama hidup dari pertanian saja. Semakin
sedikit kehidupan penduduk di desa ditandai oleh kegiatan pertanian, semakin
pantas sosiologi pertanian dipisahkan dari sosiologi pedesaan. Dengan
mempertimbangkan kasus-kasus di pedesaan Indonesia yang umumnya sektor
pertanian masih relatif dominan baik sebagai sektor primer maupun sekunder,
maka nampaknya dalam praktek agak sulit untuk membedakan secara tegas
pokok bahasan dan agenda kajian tentang sosiologi pedesaan dan pertanian.
Tumpang tindih dan saling terkait antara kedua pendekatan bidang sosiologi

tersebut akan sangat mungkin terjadi di pedesaan Indonesia. Tidak hanya di


pedesaan Indonesia, sebagian besar masyarakat pedesaan di negara-negara
berkembang masih memiliki ketergantungan pada sektor pertanian, bahkan
menurut Raharjo (1999:12) pertanian memang masih merupakan karakteristik
pokok dari umumnya desa-desa di dunia. Dilihat dari eksistensinya, desa
merupakan fenomena yang muncul dengan mulai dikenalnya cocok tanam di
dunia ini. Dengan mengingat pentingnya faktor pertanian bagi keberadaan
desa, maka dapat dipahami bahwa kebanyakan batasan sosiologi pedesaan
masih selalu berkisar pada aspek pertanian. Dalam pembahasan selanjutnya,
bahan ajar ini menggunakan dua disiplin ilmu itu (Sosiologi Pertanian dan
Sosiologi Pedesaan) sebagai pendekatan. Pertimbangan utamanya adalah
mengingat kemajemukan masyarakat pedesaan Indonesia. Dilihat dari tingkat
perkembangannya, masih terdapat sejumlah masyarakat desa kita yang masih
terbelakang, sehingga masih tepat untuk dianalisis lewat kerangka Sosiologi
Pedesaan. Di lain pihak telah terdapat sejumlah desa yang telah maju sehingga
lebih tepat untuk dijelaskan lewat kerangka Sosiologi Pertanian.
3.Ruang Lingkup Sosiologi Pertanian
Obyek sosiologi pedesaan adalah seluruh penduduk di pedesaan yang terus-menerus
atau sementara tinggal di sana, sedangkan obyek sosiologi pertanian adalah
Keseluruhan penduduk yang bertani tanpa memperhatikan jenis tempat tinggalnya.
Sosiologi pedesaan lebih menggunakan pendekatan lokasi dalam hal ini
pemukiman.
Sosiologi pertanian menurut Planck (1993:4) adalah sosiologi ekonomi seperti halnya
sosiologi industri, yang membahas fenomena sosial dalam bidang ekonomi pertanian.
Sosiologi memusatkan hampir semua perhatiannya pada petani dan permasalahan
hidup petani. Tema utama sosiologi pertanian adalah undang-undang pertanian,
organisasi sosial pertanian (struktur pertanian), usaha pertanian, bentuk organisasi
pertanian, dan masalah sosial pertanian. Sebuah aspek yang sangat penting adalah
posisi sosial petani dalam masyarakat.
Situasi kehidupan manusia yang tergantung pada pertanian ditentukan terutama oleh
hubungan mereka dengan tanah (tata tanah), oleh hubungan pekerjaan mereka satu
dengan lainnya (tata kerja), dan oleh sistim ekonomi dan masyarakat yang ada diatas
mereka (tata kekuasaan). Keseluruhan tata sosial ini disebut sebagai hukum agraria
yang dalam arti sempit dimaknai sebagai hukum pertanahan (land tenure).
4.

Kegunaan Mempelajari Sosiologi Pertanian

Dengan mempelajari sosiologi pertanian kita bisa mengumpulkan secara sistimatis


atau secara bermakna tentang keterangan-keterangan mengenai masyarakat pedesaan
dan masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan menelaah hubungan-hubungannya.
Sosiologi pertanian membantu dalam mengambil lukisan seteliti-telitinya tentang
tingkah laku, sikap, perasaan, motif dan kegiatan-kegiatan petani yang umumnya
hidup dalam lingkungan pedesaan. Hasil telaah tersebut dapat digunakan untuk
meperbaiki kehidupan masyarakat pedesaan dan pertanian pada khususnya.

Planck (1993:9) menyatakan bahwa penduduk desa mencari penjelasan mengenai


proses sosial di pedesaan dan menuntut pembaharuan untuk masa depan. Petani
mengharapkan sosiologi pertanian dalam usahanya menemukan suatu kesadaran baru.
Praktek dari politik pertanian menuntut dari sosiologi pertanian antara lain tempat
kegiatan terbaik untuk langkah-langkah yang telah direncanakan dan menunjukan
dampak sosial yang akan timbul dari yang direncanakan. Sosiologi pertanian harus
memberikan data mengenai struktur pedesaan, mengenai kecenderungan
perkembangan sosial, mengenai penyakit dalam masyarakat dan keadaan darurat,
mengenai harapan dan tuntutan sosial mereka dalam perencanaan tata ruang.
Sumbangan sosiologi pertanian dalam politik kemasyarakatan memang masih
terbatas. Namun mereka dapat membantu pengambilan keputusan-keputusan yang
dibuat dengan cara:

Menjelaskan definisi, obyek dan indikator sosial


Menjelaskan hubungan sesama manusia dan perilakunya
Meneliti aturan, fungsi kelompok/organisasi sosial
Menemukan tenaga pendorong, mekanisme dan proses perubahan sosial dan
lain sebagainya.

C. PENUTUP
Penguasaan materi oleh mahasiswa peserta pembelajaran yang telah mengukti
perkuliahan dengan pokok bahasan Pengertian Sosiologi Pertanian dapat dievaluasi
melalui seberapa jauh mahasiswa mampu memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan sebagai berikut:

Jelaskan pengertian sosiologi berdasarkan asal katanya serta pengertian umum


sosiologi
Jelaskan pengertian sosiologi pedesaan dan sosiologi pertanian
Sebut dan jelaskan perbedaan dan persamaan antara sosiologi pedesaan dan
sosiologi pertanian
Jelaskan ruang linkgkup sosiologi pertanian
Jelaskan kegunaan mempelajari sosiologi pertanian secara empiris dan teoritis

REFERENSI
1. Giddens, Antony, 2004, Sociology, 4th Edition, Polity Press and Blackwell
Publishers
2. Planck, Ulrich, 1993, Sosiolologi Pertanian, Yayasan Obor Indonesia Jakarta
3. Priyotamtomo, Wiryono, 2001, Bahan Kuliah Sosiologi Pedesaan, Fakultas
Pertanian,UGM (tidak diterbitkan)
4. Rahardjo, 1999, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Edisi Pertama,
Gadja Mada University Press
5. Soekanto, Soerjono, 2003, Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan ke-36, PT. Raja
Grafindo Persada
6. Yuliati, Y dan Purnomo, M, 2003, Sosiologi Pedesaan, Lappera Pustaka Utama

II.

POLA PEMUKIMAN DI PEDESAAN

7. Pengertian Desa dan Kota


Yang disebut pemukiman adalah daerah atau wilayah yang digunakan oleh
masyarakat sebagai tempat tinggal. Pemukiman bagi masyarakat desa disebut
pedesaan. Menurut Paul H. Landis, yang disebut desa adalah :
a. untuk maksud statistic, desa adalah kawasan dengan jumlah penduduk kurang
dari 2500 jiwa,
b. untuk keperluan penelitian social, desa adalah wilayah dimana pola pergaulan
antara warga masyarakat ditandai dengan sifat keakraban dan keramahtamahan
yang sangat luas.
c. Untuk maksud penelaahan ekonomi, desa adalah wilayah yang mata
pencaharian utam a penduduknya adalah pertanian dalam arti luas.
d. Sutardjo Kartohadikusumo, Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan
sendiri.
e. C.S. Kansil Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah
langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian
desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus
kepentingan
masyarakat
setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Unsur unsur Desa
a. Daerah Tanah yang produktif, lokasi, luas dan batas yang merupakan
lingkungan geografis.
b. Penduduk Jumlah penduduk, pertambahan penduduk, persebaran penduduk
dan mata pencaharian penduduk.
c. Tata Kehidupan, Pola tata pergaulan dan ikatan ikatan pergaulan warga desa
termasuk seluk beluk kehidupan masyarakat desa.
3. Ciri ciri kehidupan masyarakat Desa
a. Masyarakatnya erat sekali hubungannya dengan alam.
b. Penduduk di desa merupakan unit social dan unit kerja.
c. Masyarakat desa mewujudkan paguyuban/gemainschaft
4. Fungsi dan Potensi Desa
a. Fungsi Desa
1.

Dalam hubungan dengan kota desa merupakan Heterland atau daerah


dukung.

2.
3.
4.

Desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah dan tenaga kerja


Merupakan desa agraris, desa industry
Sutopo Yuwono Salah satu peran pokok desa terletak di bidang ekonomi
Daerah pedesaan merupakan produksi pangan dan produksi eksport

b. Potensi desa Potensi Fisik dan non fisik


1.
2.
3.

Potensi Fisik. Tanah, air, Iklim, manusia, Hutan


Potensi non fisik, Gotong royong, kekeluargaan, lembaga sosial,
Potensi desa tidak sama karena lingkungan geografis dan keadaan
penduduknya berbeda dan
corak kehidupannya juga berbeda
Maju mundurnya desa akan tergantung pada beberapa factor yaitu : potensi
desa, interaksi desa dengan kota atau antara desa dengan desa dan lokasi desa
terhadap daerah disekitarnya yang lebih maju.

Menurut undang-undang RI no. 27 tahun 1948, desa adalah daerah otonomi terendah
sesudah kota. Menurut undang-undang no.5 tahun 1975, tipologi desa di Indonesia
adalah :
a. Pra Desa, merupakan pemukiman sementara. Hampir tak ada keluarga yang
tinggal dan menetap disana. Disini hanya sebagai tempat berusaha sementara,
dan akan ditinggalkan jika hasil sudah tidak menguntungkan.
b. Desa Swadaya, sudah ada kelompok atau keluarga yang tinggal disana.
Kehidupannya masih sederhana dan sangat tergantung pada pertanian. Teknik
pertanian masih sederhana. Hubungan antar manusia diikat oleh adapt istiadat
yang kuat. Umumnya desa-desa seperti ini jauh dari pusat ekonomi.
c. Desa Swakarya, yaitu tatanan hidup masyarakat sudah mengalami perubahan,
seiring dengan adopsi teknologi. Prlaku masyarakat sudah tidak terlalu terikat
dengan adat. Pengaruh asing sudah mulai tampak pada kehidupan sosial
masyarakat. Pertanian sudah bergeser dari subsisten ke pertanian komersil.
d. Desa Swasembada, prasarana sudah baik. Pendidikan penduduk sudah
setingkat SLTA. Adat-istiadat sudah tidak terlalu kuat. Tingkat teknologi
sudah maju.
Wilayah yang bukan desa disebut kota. Di Indnesia kota memiliki karakteristik yang
dapat dibedakan antara satu dengan lainnya, yaitu :
a. Kota Kecamatan, yakni kota di tingkat kecamatan.
b. Kota Kabupaten
c. Kota Administratif, yakni memiliki wali kota yang diangkat oleh pejabat
diatasnya, tetapi belum memiliki DPR
d. Kota Madya atau kutaraja, dipimpun oleh Wali Kota dan berkedudukan di
Ibukota Propinsi

Tipologi Desa

Wilayah atau kawasan desa di sebut pedesaan. Bentuk-bentuk desa berbeda-beda


sesuai dengan letak geografi dan factor sosialnya. Cirri sebuah desa antara lain :
a. Desa terdiri dari sekelompok rumah, lumbung padi, gudang, dan bangunan
lain yang digunkan bersama, disamping yang dimiliki pribadi.

b.
c.
d.
e.

Di dekat desa ada lahan untuk berusaha.


Lahan usahatani biasanya dekat dengan pemukiman.
Kadang-kadang ada padang penggembalaan.
Sering diantara satu desa dengan desa yang lain dipisahkan oleh semak
belukar.

Di daerah tertentu suatu desa mempunyai perangkat bangunan tempat kegiatankegiatan sosial seperti balai desa, balai banjar, dan sebagainya.
Suatu pemukiman dikatakan sebagai desa bila memiliki persyaratan tertentu, yaitu :
a. Ada Keluarga (orang)
b. Ada lokasi tempat mendirikan bangunan.
c. Ada lahan yang secara sah sebagai tempat berusaha (tani, ternak, ikan dll).
d. Ada Sumber air
e. Ada hutan sebagai sumber energi.
f. Ada syarat kelembagaan yaitu lembaga pemerintahan desa, organisasi sosial,
ulama, cerdik pandai, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan dll.

Pola Umum Desa

Pola pengaturan atau pengorganisasian dan tata letak bangunan desa berbeda antara
satu daerah dengan daerah lain. Lingkungan geografis sangat mempengaruhi tata
letak dan bentuk bangunan pemukiman.
Seringkali bentuk suatu desa berkaitan erat dengan karakteristik sosial budaya yang
dominan di pemukiman tersebut, kebutuhan utama, tingkat pengetahuan, dan
teknologi yang dimiliki.
Meskipun antar desa perbedaan antara daerah, tetapi secara umum setiap desa
memiliki pola yang hampir sama. Di Aceh, misalnya desa berkembang dari satu
rumah keluarga atau rumah induk. Warga desa umumnya menghendaki agar seriap
anak wanita kalau sudah berumah tangga dan sudah memiiki anak, diberi satu rumah
tinggal yang tidak jauh dari rumah induk. Didesa dilengkapi dengan balai serbaguna
yang disebut Meunasah.
Dibali setiap desa dilengkapi dengan balai banjar. Pembentukan desa mirip dengan di
Aceh yang terbentuk secara alami.
Selain itu ada desa yang tidak terbentuk secara alami, tetapi dibentuk oleh pemerintah
seperti desa transmigrasi, resettlement pada masyarakat anak dalam atau korban
bencana, korban penggusuran dll.
d. Administrasi Desa
Suatu pemukiman tradisional apapun bentuknya memiliki pusat atau lembaga yang
berfungsi menjaga agar setiap aturan yang telah disepakati bersama ditaati oleh
warganya. Lebaga tersebut dipimpin oleh seorang pimpinan baik formal maupun
informal.
Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang no. 5 tahun 1979 dan nomor 245 tahun
1948, desa dipimpin oleh kapala Desa yang dipilih oleh warganya yang memiliki hak
memilih dan dipilih. Jadi kepala desa merupakan perpanjangan tangan pemerintah
ditingkat desa. Seorang kepala desa dibantu oleh sekretaris desa. Jadi perangkat desa
meliputi :
KEPALA DESA
SEKRETARIS DESA

LMD/LKMD
KEPALA KAUR

VIII. PELAPISAN SOSIAL


1. Pengertian
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk /
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).

Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul Social Stratification


mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap
dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orangorang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
2. Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan
paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial,
demikian pula sebaliknya, pa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam
lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat
tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun
kebiasaannya dalam berbelanja.
Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya
dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem
pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar
akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter,
insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun
sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang
tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang
yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar
kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

Pembagian dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan jenis kelamin


nampaknya menjadi dasar dariseluruh sistem social masyarakat kuno. Seluruh
masyarakan memberikan sikap dan kegiatan yang berbeda kepada kaum laki-laki dan
perempuan.Tetapi hal ini perlu diingat bahwa ketentuan-ketentuan tentang pembagian
kedudukan antara laki-laki dengan perempuan yang kemudian menjadi dasar daripada
pembagian pekerjaan, semata-mata adalah ditentukan oleh sistem kebudayaan itu
sendiri.
Di dalam organisasi masyarakat primitif pun dimana belum mengenal tulisan,
pelapisan msyarakat itu sudah ada. Hal itu terwujud bernagai benruk sebagai berikut :
1. Adanya kelompok berdasarkan jenis keelamin dan umur dengan perbedaanperbedaan hak dan kewajiban.
2. Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki
hak-hak istimewa
3. Adanya pemimpin yang saling berpengaruh
4. Adanya orang-orang yang dikucilkan diluar kasta dan orang yang diluar
pelindungan hukum
5. Adanya pembagian kerja dalam suku itu sendiri
6. Adanya perbedaan standar ekonomi dan di dalam ketidak samaan ekonomi itu
secara umum
Bilamanadi dalam beberapa suku perbedaan suku ekonomi besitu kecil dan kebiasaan
tolong menolong secara timbal balik mendekati sistem komunisme, hal ini
disebabkan hanya terhadap milik umum dari kelompok.
3. Terjadinya Pelapisan Sosial
Terjadi dengan sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orangorang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan
yang disusun sebelunya oleh masyatakat itu sendiri, tetapi berjalan secara alamiah
dengan sendirinya. Pengakuan-pengakuan terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh
dengan sendirinya.
Oleh karena sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk lapisan dan dasar dari
pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dimana
sistem itu berlaku.
Pada pelapisan yang terjadi dengan sendirinya, maka kedudukan seseorang pada suatu
strata atau pelapisan adalah secara otomatis, misalnya karena usia tua, karena
pemilikan kepandaian yang berlebihan, kerabat pembuka, tanah, seseorang yang
memiliki bakat seni atau sakti.
Tejadi disengaja
Sistem pelapisan yang disusun dengan sengaja ditujukan untuk mengajar tujuan
bersama. Di dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya

wewenang dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang. Di dalam sisten


organisasi yang disusun dengan cara ini mengandung dua sistem, yaitu :
1. Sistem fungsional : merupakn pembagian kerja kepada penduduk tingkatnya
berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat,
misalnya saja didalam organisasi perkantoran ada kerjasama antara kepalakepala seksi dan lain-lain.
2. Sistem skalar : merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang
dari bawah ke atas (vertikal)
Pebagian kedudukan ini di dalam organisasi formal pada pokoknya diperlukan agar
organisasi itu dapat bergerak secara teratur untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Tetapi sebenarnya terdapat pula kelemahan yang disebabkan sistem yang demikian
itu.

Karena organisasi itu sudah di atur sedemikian rupa, sehingga sering terjadi
kelemahan dalam menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat.
Karene organisasi itu telah diatur sedemikian rupa, sehingga membatasi
kemampuan-kemampuan individual yang sebenarnya mampu tetapi karena
kedudukannya yang mengangkat maka tidak memungkinkan untuk mengambil
inisiatif.

Perbedaan Sistem Pelapisan menurut Sifat


Menurut sifatnya, maka sistem pelapisan dala masyarakat dapat dibedakan menjadi :
1.

Sistem Pelapisa Masyarakat yang Tertutup

Di dalam sistem ini pemindahan anggota ke lapisan yang lain baik ke atas maupun ke
bawah tidak mungkin terjadi , kecuali ada hal yang istimewa. Dalam sistem demikian
satu-satunya jalan adalah kerena kelahiran. Sebagaimana yang kita ketahui
masyarakat terbagi menjadi :

Kasta Brahmana : yang merupakan kasta-kastanya golongan pendeta dan


merupakan kasta tertinggi.
Kasta Ksatria : merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang
dipandang sebagai lapisan kedua.
Kasta Waisya : merupakan kasta dari golongan pedagang yang dipandang
sebagai lapisan menengah ketiga
Kasta Sudra : merupakan kasta dari rakyat jelata
Pria : adalah golongan mereka yang tidak mempunyai kasta. Misalnya
gelandangan

Sistem Pelapisan Masyarakat yang Terbuka

Di dalam sistem yang demikian ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan
jatuh ke lapisan bawahnya atau naik ke lapisan di atasnya. Status (kedudukan) yang
diperoleh dengan usaha sendiri disebut Achieve Status.
Dalam hubungannya dengan pembangunan masyarakat , sistem pelapisan masyarakat
yang terbuka sangat menguntungkan. Sebab setiap warga masyarakat diberi
kesempatan untuk bersaing dengan yang lainnya.
Bebera Teori Tentang Pelapisan Sosial
Bentuk konkrit daripada pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada yang
meninjau bentuk pelapisan masyarakat hanya berdasarkan salah satu aspek saja
misalnya aspek ekonomi atau aspek politik saja, tetapi ada pula yang melihatnya
melalui berbagai ukuran secara komprehensif.
Selanjunya ada yang membagi pelapisan masyarakat kedalam jumlah yang lebih
sederhana (misalnya membagi hanya menjadi dua atau lebih).
Ada yang membagi pelapisan masyarakat sebagai berikut :
Masyarakat terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class)
Masyarakat terdiri dari tiga kelas ialah kelas atas (upper class), kelas menengah
(middle class), kelas bawah (lower calss)
Pada umumnya orang yang menduduki kelas bawah jumlah orangnya lebih banyak
daripada kelas menengah, begitu seterusnya semakin tinggi golongannya semakin
sedikit orangnya. Dengan demikian sistem pelapisan masyarakat mengikuti bentuk
piramid
Orang yang dapat menduduki lapisan tertentu disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
: keturunan, kecakapan, pengaruh, kekuatan, dan lain-lain.
Oleh karena itu beberapa sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda dalam
menyampaikan teori-teori tentang pelapisan masyarakat.
Beberapa di cantumkan disini :

Aristoteles mengatakan bahwa dalm tiap-tiap negara memiliki tiga unsur yaitu
mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, meraka yang berada di
tengah-tengah.
Prof. DR. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA menyatakan
sebagai berikut : selama di dalam masyarakat ada sesuatu yan dihargai olehnya
dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya maka
barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem
berlapis-lapis dalam masyarakat.
Vilfredo Pareto, sarjana Italia, menyatakan ada dua kelas yang senantiasa
berbeda setiap waktu yaitu golongan elite dan golongan non elite. Menurut

beliau pangkal dari perbedaan itu karena ada orang yang memiliki kecakapan,
wata, keahlian dan kepasitas yang berbeda-beda.
Gaotano Mosoa, sarjana Italia, di dalam The Ruling Class menyatakan
sebagai berikut :

Di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang berkembang,


sampai pada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu
muncul ialah kelas yang pemerintah dan yang diperintah. Kelas pertama jumlahnya
selalu sedikit, menjalankan peran-peran politik, monopoli kekuasaan dan menikmati
keuntungan-keuntungan yang dihasilkan oleh kekuasaannya itu. Sebaliknya yang
kedua, kelas yang diperintah, jumlahnay lebih banyak di arahkan dan diatur/diawasi
oleh kelas yang pertama.

Karl Marx pada pokoknya ada dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu
kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produkasi lainnya dan kelas yang tidak
mempunyainya dan hanya mempunyai tenaga yang disumbangkan dalam
proses produksi.

Dari apa yang diuraikan diatas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa ukuran atau
kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakatke dalam
lapisan-lapisan sosial adalah sebagai berikut :

Ukuran kekayaan :Ukuran kekayaan dapat dijadikan suatu ukuran;


barangsiapa yang mempunyai kekayaan paling banyak, temasuk lapisan sosial
paling atas.
Ukuran kekuasaan : Barangsiapa yang mempunyai kekuasaan atau wewenang
terbesar, menempati lapisan sosial teratas
Ukuran kehormatan : ukuran kehormatan terlepas dari ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, menduduki lapisan
sosial teratas.
Ukuran ilmu pengetahuan : Ilmu pengetahuan dipakai ukuran oleh masyarakat
yang menghargai ilmu pengetahuan. Ukuran ini kadang-kadang menjadi
negatif, karena ternyata bukan ilmu yang menjadi ukuran tetapi gelar
kesarjanaannya. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala mecam usaha untuk
mendapatkan gelar tersebut walaupun secara tidak halal.

Ukuran-ukuran diatas tidaklah bersifat limitatif (terbatas),tetapi masih


ukuran lain yang dapat dipergunakan. Akan tetapi, ukuran-ukuran
menonjol sebagai dasar timbulnya pelapisan sosial dalam masyarakat.
pelapisan sosial pada hakikatnya tergantung pada sistem nilai yang
anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.

ada ukurandiatas yang


Jadi kriteria
dianut oleh

HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DAN TANAH


Ada perbedaan antara bertani sebagai gaya hidup (way of life) dengan bertani sebagai
cara mencari pencaharan (way of making a living). Pada frase pertama, factor ekonomi
berbaur dengan factor kekelurgaan, keagamaan, social dan budaya. Jadi bertani bukan segalagalanya. Sedangkan pada frase kedua, bertani sebagai cara penting untuk sumber kehidupan.
Cara bertani sebagai way of life ditemui pada pertanian subsisten di beberapa daerah.
Hasil pertaniannya bukan untuk dijual tetapi hanya untuk keperluan diri dan keluarganya.
Hanya sedikit hasil yang dijual. Keberhasilan pertaniannya tidak diukur dengan uang, tetapi
sebagai prestise. Setelah bertambah keperluan orang, maka kebutuhan juga bertambah, maka
petani mulai menjual hasil pertaniannya, maka mulai berubah dari pertanian subsisten ke
pertanian komersil. Pada saat ini juga terjadi perubahan pola hubungan antara manusia
dengan tanah.
Pada pertanian way of life, tanah dianggap sebagai bagian dari hidupnya, maka
hubungan dengan tanah sebagi hubungan kasih saying. Tidak ada eksploitasi tanah secara
belebihan. Sedangkan pada pertanian modern, tanah dipandang sebagai asset yang bukan
utama, sehingga dieksploitasi hingga melampaui batas kesanggupan lahan.
1. Factor Produksi Pertanian
Pada umumnya factor utama pertanian adalah tanah atau lahan (Land) yang dipakai untuk
usaha bercocok tanam. Factor kedua adalah manusia. Factor ketiga adalah modal.
Hubungan ketiga factor ini akan menentukan berhasil atau tidak nya suatu usahatani.
Bila suatu system social berada pada tingkatan bertani sebagai gaya hidup, faktoe
produksi sering bergantung pada luas lahan dengan tingkat kesuburan tertentu (L), dan
jumlah energi (tenaga manusia, hewan = L), maka tingkat produksi (P) merupakan fungsi
dari lahan dan energi.
P = f (L, E)

P = Produksi
L = Lahan )Land)
E = Energi

Pada pertanian ini luas lahan hanya terbatas pada kemampuan petani dan keluarganya
untuk mengolah lahan. Dengan bertambahnya kebutuhan keluarga, karena jumlah
anggota keluarga yang bertambah, atau karena harus mengeluarkan dana besar untuk
upacara adapt dsb, maka petani menambah luas lahan dengan menambah jumlah dan
kualitas tenaga kerja, misalnya meminta bantuan tetangga atau menggunakan tenaga
ternak.
Jika mereka menambah factor produksi berupa modal (uang atau capital = C), untuk
membeli pupuk, obat-obatan, tractor dsb, maka modelnya juga berubah :
P = f (L . E . C)
Untuk meningkatkan produksi, maka ketiga factor tersebut harus berubah.
2, Peningkatan Keterampilan Petani
Tujuan petani dalam berusahatani adalah bagaimana agar lahan tersebut dapat
berproduksi dengan optimal. Hal ini sering bergantung pada keterampilan petani,

teknologi produksi, dan loyalitas petani terhadap kebiasaan dan adai istiadat yang berlaku
dilingkungan sosialnya.
Hal yang menjadi perhatian petani adalah bagaimana petani membuat keputusan untuk
memanfaatkan lahan. Apa tanaman yang akan diusahakan, kapan akan mengolah lahan,
apakah akan menambah tenaga kerja dsb. Pada beberapa daerah, keputusan petani amat
dipengaruhi oleh kondisi budaya setempat, terutama pada pertnian subsisten. Pada
pertanian yang demikian, benih tidak menjadi masalah, karena sudah tersedia secara turun
temurun.
Pada saat pertanian bergeser pada pertanian komersil, maka pemilihan komoditas menjadi
lebih sulit. Banyak factor yang harus menjadi pertimbangan. Harga factor produksi, harga
jual, permintaan pasar, kondisi politik local, nasional bahkan internasional menjadi bahan
pertimbangan petani dalam mengambil keputusan. Ketersediaan air dan sarana produksi
lain juga menjadi bahan pertimbangan.

2. Pemakaian Tenaga Kerja

Evi remga
Sosiologi pedesaan adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan
manuasia lain, kelompok dn lingkungan.
1. perubahan social adalah perubahan dalam hubungan-hubungan social atau
perubahan terhadap keseimbangan hubungan-hubungan social. Adapun selo
sumardjan mengartikan perubahan social sebagai perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap
dan pola-pola prilakunya diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Pelapisan social diartikan sebagai perbedaan diantara warga di msyarakat
kedalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat
lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada yang kelas sosialnya
tinggi, sedang dan rendah.
3. Kelompok social adalah pengumpulan manusia yang hidup bersama dalam
satu kesatuan social yang disebabkan oleh adanya hubungan timbale balik
yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling tolong
menolong. Kecenderungan manusia untuk membentuk kelompok ini
dipengaruhi oleh nalurinya untuk berkelompok yang disebut gregoriousness,
sehingga Aristoteles pernah menyebut manusia adalah makhlik yang suka
berkelompok.
Jenis-jenis kelompok social dalam masyarakat. Ada 4 syarat kelompok :
a. adanya kesadaran para anggotanya sebagai warga kelompok.
b. Adanya hubungan tibal balik antara anggota dalam kelompok tersebut.
c. Adanya factor pengikat diantara para anggota menjadi satu kelompok, seperti
nasip yang sama, kepentingan yang sama dll.
d. Adanya sruktur, kaidah, serta pola prilaku.

Kelompok yang tidak memeiliki 4 syarat tersebut disebut kelompok tidak teratur.
4. pranata social, system norma khusus atau aturan-aturan mengenai suatu
aktivitas mesyarakat dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pranata
social yang pokok dalam masyarakat tradisional sebagai berikut :
a. pranata ekonomi, lebih sederhana dibandingkan dengan masyarakat modern.
b. Pranata keluarga, memeiliki tugas masing-masing.
c. Pranata pendidikan, kurang disadari arti pentingnya pendidikan untuk masa
depan anak-anak mereka dalam rangka peningkatan taraf hidup.
d. Pranata agama, umumnya masyarakat pedesaan lebih patuh terhadap aturan
agama.
e. Pranata pemerintahan.
5. perbedaan antara masyarakat tradisional dan modern :
a. Aspek prata sosilal tradisional/pedesaan :
-

kekerabatan sangat tebal dan menduduki peranan penting.

Bertumpu pada sector agraris dengan pola gotong royng yang kuat.

Tingkat pendidikan rendah dan belum ada kesadaran pentingnya


pendidikan.

Kehidupan freligius sangat terlihat.

Pola kepemimpinan bersifat karismatik dam primordial.

b. Aspek pranata social modern/kota


-

kekerabatan bukan hal yang penting dan mulai berkurang.

Bertumpu pada sector industri dengan pembagian kerja yang jelas.

Tingkat pendidikan lebih tinggi.

Kehidupan beragama menipis dan mulai luntur.

Pola kepimpinan bersifat formal dan dekratis.

Anda mungkin juga menyukai