Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL ILMIAH

Pengembangan Instrumen Benar Salah Beralasan Dilengkapi


Certainty of Response Index (CRI) Termodifikasi untuk
Mendeteksi Karakteristik Konsepsi Kimia Materi Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan pada Siswa Kelas XI MIA
SMA N 1 Mataram

Oleh :
Ayu Devi Mertaningsih
NIM. E1M 011 003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015

Halaman Pengesahan Artikel Ilmiah

Pengembangan Instrumen Benar Salah Beralasan Dilengkapi


Certainty of Response Index (CRI) Termodifikasi untuk
Mendeteksi Karakteristik Konsepsi Kimia Materi Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan Pada Siswa Kelas XI MIA
SMA N 1 Mataram

Oleh:

Ayu Devi Mertaningsih


NIM. E1M 011 003

PENGEMBANGAN INSTRUMEN BENAR SALAH BERALASAN


DILENGKAPI CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)
TERMODIFIKASI UNTUK MENDETEKSI KARAKTERISTIK
KONSEPSI KIMIA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI
KELARUTAN PADA SISWA KELAS XI MIA SMA N 1 MATARAM
Ayu Devi Mertaningsih
E1M 011 003
Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Mataram
ABSTRAK
Penelitian pengembangan instrumen benar salah beralasan dilengkapi
certainty of response index (CRI) termodifikasi bertujuan menyusun instrumen
benar salah beralasan dilengkapi CRI termodifikasi dan mengetahui karakteristik
konsepsi siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI MIA
SMA N 1 Mataram. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan teknik
pengambilan sampel purposive proporsional sampling. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 71 orang, yaitu 35 siswa kelas XI-MIA 1 dan 36 siswa kelas XIMIA 2. Kelayakan instrumen benar salah beralasan telah diuji karakteristiknya
meliputi validitas isi dengan nilai sebesar 0,73 kategori valid, validitas empiris
didapatkan
20 soal yang valid% sebesardari 22 s
0,32, reliabilitas instrumen sebesar 0,85 dengan kategori sangat baik, daya
pembeda didapatkan 4 soal (20 %) kategori buruk, 5 soal (25 %) kategori cukup,
10 soal (50%) kategori baik, dan 1 soal (5%) sangat baik, tingkat kesukaran
didapatkan 1 soal (5 %) sukar, 9 soal (45 %) sedang, 8 soal (40 %) mudah dan 2
soal (10 %) sangat mudah dan kepraktisan instrumen didapatkan 76,79 % dengan
kategori baik. Dari hasil uji karakteristik instrumen tesebut hanya 15 soal yang
digunakan dalam penelitian ini karena soal dengan kategori sangat buruk dan
sangat mudah tidak layak digunakan. Penggunaan instrumen hasil pengembangan
yang telah diuji kelayakannya dapat menunjukkan karakteristik konsepsi kimia
siswa dengan hasil uji karakteristik konsepsi siswa pada kelas kognitif tinggi
sebesar 55,62 % siswa memahami konsep, 38,67 % mengalami miskonsepsi dan
5,71 % tidak paham konsep sedangkan pada kelas kognitif rendah 51,67 %
memahami konsep, 33,52 % mengalami miskonsepsi dan 14,81 % tidak paham
konsep.
Kata-kata kunci : Instrumen benar salah beralasan, CRI termodifikasi, karakteristik
konsepsi siswa, kelarutan dan hasil kali kelarutan.

DEVELOPMENT OF REASONABLE TRUE FALSE INSTRUMENT


EQUIPPED WITH MODIFIED CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)
TO DETECT CHEMISTRY CONCEPTION CHARACTERISTICS IN
SOLUBILITY AND SOLUBILITY PRODUCT IN CLASS XI MIA
SMA N 1 MATARAM
Ayu Devi Mertaningsih
E1M 011 003

Chemistry Education Study Program, FKIP, Mataram University


ABSTRACT

The aim of true false reasonable instrument equipped with Certainty of


Response Index (CRI) development research are to arrange the reasonable true
false instrument equipped with CRI and to know the characteristics of students'
conceptions in the solubility and solubility product subject matter on class XI
MIA SMA N 1 Mataram. This research is descriptive qualitative research with
sampling technique used purposive proportional sampling. The sample in this
study consist of 71 students, which are 35 students of class XI-MIA 1 and 36
students of class XI-MIA 2. Feasibility instrument reasonable true false instrument
tested by content validation with a value of 0,73 is valid, empirical
validation obtained 20 questions valid f of 0,32, reliability instrument 0,85 in excellent category,
discriminating power
obtained 4 questions (20 %) are worse, 5 questions (25 %) are sufficient, 10
questions (50 %) are good, and one question (5 %) is very good, about the level of
difficulty obtained 1 question (5 %) is hard, 9 questions (45 %) are moderate, 8
questions (40 %) are easy and 2 questions (10 %) are very easy and practical
instruments obtained 76,79 % is in good category. According to the test results of
the characteristics instrument there are only 15 questions used in this study
because questions in the category of very poor and very easy unfit to use.
Aplication instrument which develop by tested used to indicate the characteristic
of student chemistry conceptance with the test results of the students'
characteristic conceptions on high cognitive class by 55,62 % students understand
the concept, 38,67 % misconceptions and 5,71 % do not understand the concept
while in the low cognitive class 51,67 % understand the concept, 33,52 %
misconceptions and 14,81 % do not understand the concept.
Keywords : Reasonable true false instruments, modified CRI, students'
conceptions characteristics, solubility and solubility product.

I. PENDAHULUAN
Setiap proses pembelajaran memiliki tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Perumusan tujuan pembelajaran merupakan langkah pertama yang
harus dilakukan dalam merancang sebuah kegiatan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran merupakan pengikat aktivitas guru dan siswa. Ketercapaian
tujuan pembelajaran dapat diukur melalui penilaian. Arikunto (2012),
menjelaskan

bahwa penilaianevaluationberasaldan d

diterjemahkan menjadi evaluasi yang ber merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana,
dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Bagi seorang
guru, evaluasi pembelajaran adalah media yang tidak terpisahkan dari kegiatan
mengajar, karena melalui evaluasi seorang guru akan mendapatkan informasi
tentang pencapaian hasil belajar.
Setiap proses penilaian membutuhkan suatu alat ukur untuk
mengetahui apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak. Menurut
Matondang

lat(2009),yangmemenuhi apersyaratan akademis dapat

dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau


mengumpulkan data mengenai suatu variabel disebut instrumen. sebagai alat ukur memiliki
karakteristik tertentu. Menurut Arifin (2009),
karakteristik instrumen yang baik adalah valid, reliabel, relevan,
representatif, praktis, diskriminatif, spesifik dan proporsional.
Dalam proses penilain diperlukan alat evaluasi atau instrumen.
Menurut Arikunto (2012), alat evalua dapat digolongkan menjadi 2 teknik, yaitu tes dan
bukan tes (nont
Instrumen evaluasi bentuk tes dipergunakan untuk mengukur aspek kognitif
sementara teknik nontes digunakan untuk mengukur aspek psikomotorik dan
afektif. Teknik tes dibedakan menjadi tes subjektif dan tes objektif. Tes subjektif
pada umumnya berupa uraian yang jawabannya bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata, sedangkan tes objektif adalah tes yang pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif. Adanya banyak pilihan tes untuk mengukur ranah
kognitif siswa seharusnya membuat guru lebih bervariasi dalam

membuat dan memilih instrumen penilaian yang digunakan, tetapi selama ini
guru cenderung memilih salah satu instrumen yang telah biasa digunakan.
Penilain ranah kognitif siswa mencangkup karakteristik konsepsi siswa.
karakteristik konsepsi siswa yang dimaksud yaitu memahami konsep,
miskonsepsi dan tidak paham konsep. Selama ini intrumen yang digunakan
hanya sebatas sebagai alat ukur keberhasilan guru dalam mengajar, jarang
sekali dilakukan pengidentifikasian lebih lanjut mengenai karakteristik
konsepsi yang dimiliki siswa padahal hal ini akan berdampak terhadap hasil
belajar siswa.
Instrumen yang dapat digunakan mengidentifikasi karakteristik
konsepsi siswa adalah tes objektif bentuk benar salah. Tes benar salah
merupakan tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai
alternatif jawaban, yaitu jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah.
Instrumen benar salah yang akan dikembangkan ini dimodifikasi dengan
menggunakan alasan terbuka dan metode certainty of response index (CRI)
termodifikasi. Menurut Cullinane (2011) bentuk intrumen yanng meminta
alasan dari jawaban siswa akan melatih kemampuan siswa dalam memberikan
alasan. Certainty of response index (CRI) merupakan metode yang digunakan
untuk mengukur tingkat keyakinan seseorang terhadap jawaban yang dipilih
berdasarkan skala tertentu. Metode CRI ini memiliki keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya yakni bersifat sederhana dan dapat digunakan
diberbagai jenjang (sekolah menengah sampai perguruan tinggi), sedangkan
kelemahannya adalah metode ini sangat bergantung pada kejujuran siswa.
Untuk mengatasi kelemahan ini dikembangkanlah CRI termodifikasi oleh
Hakim et al. (2012) dengan menggunakan soal objektif bertingkat. CRI
termodifikasi didasarkan pada skala Likert enam tingkat yaitu 0-5. Skala 0
dipilih jika siswa benar-benar menebak jawaban dan skala 5 dipilih jika siswa
benar-benar yakin dengan jawabannya.
Metode CRI yang menggunakan soal objektif untuk saat ini lebih
banyak digunakan pada mata pelajaran fisika dan instrumen bentuk benar
salah diterapkan pada soal-soal biologi. Penulis mencoba menggabungkan

instrumen benar salah beralasan dengan metode CRI termodifikasi sehingga


diharapkan instrumen ini dapat mendeteksi karakteristik konsepsi kimia
siswa.
Materi yang dipilih dalam penelitian ini, yaitu kelarutan dan hasil
kali kelarutan. Materi ini bersifat abstrak dan berurutan, sehingga untuk
memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan harus paham antar sub
konsep yang saling terkait dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Disamping itu, nder (2006) menyatakan bahwa konsep ini merupakan
konsep yang sulit dan kompleks karena mensyaratkan beberapa konsep
seperti kelarutan, kesetimbangan kimia dan fisika, hukum Le Chatelier, kimia
larutan, dan persamaan kimia. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul
Pengembangan Instrumen Benar Salah Beralasan Dilengkapi Certainty of
Response Index (CRI) Termodifikasi untuk Mendeteksi Karakteristik
Konsepsi Kimia Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pada Siswa Kelas
XI MIA SMA N 1 Mataram.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive proporsional sampling. Sampel
dalam penelitian ini adalah kelas XI-MIA 1 sebagai kelas kognitif tinggi dan
MIA 2 sebagai kelas kognitif rendah yang didasarkan pada nilai ulangan
semester ganjil. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 71 siswa yang terdiri
atas, 35 siswa kelas XI-MIA 1 dan 36 siswa kelas XI-MIA 2.
Instrumen benar salah yang akan dikembangkan dimodifikasi dengan
menggunakan alasan terbuka dan metode certainty of response index (CRI)
termodifikasi. Metode CRI termodifikasi yang digunakan didasarkan pada
suatu skala yang diberikaan bersamaan dengan instrumen. Skala yang
digunakan merupakan skala Likert 6 tingkat, 0-5. Pada setiap skala memiliki
persentase kriteria tingkat keyakinan. Skala CRI termodifikasi dan kriterianya
dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 CRI dan Kriterianya


Skala
CRI
0

Kriteria
Totally guessed answer

(Jika dalam menjawab soal 100% menebak)

Almost guess

(Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan 75%-99%)

Not sure

(jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan 50%-74%)

Sure

(jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan 25%-49%)

Almost certain

(jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan 1%-24%)


Certain
5
(jika dalam menjawab soal tidak ada unsur tebakan sama sekali
0%)
(Sumber : Hasan et al. 1999)
Pengolahan dan analisis data meliputi analisis validitas isi
(uji Aikens),validitasVempiris (uji korelasi product moment), reliabilitas soal
menggunakan alpha cronbach, tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal,
dan kepraktisan instrumen untuk mengetahui kualitas dari instrumen
penelitian. Pengujian karakteristik konsepsi siswa didasarkan pada pola
jawaban siswa dan nilai CRI termodifikasi yang diberikan. Pedoman
karakteristik konsepsi siswa dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Pedoman Konversi Karakteristik Konsepsi Siswa
Jawaban
Benar

Alasan
Benar

Nilai CRI
> 2,5

Benar

Benar

< 2,5

Benar
Benar
Salah
Salah
Salah
Salah

Salah
Salah
Benar
Benar
Salah
Salah

> 2,5
< 2,5
> 2,5
< 2,5
> 2,5
< 2,5

Deskripsi
Memahami konsep dengan baik
Memahami konsep tetapi tidak percaya
diri dengan jawaban yang diberikan
Mengalami miskonsepsi
Tidak memahami konsep
Mengalami miskonsepsi
Tidak memahami konsep
Mengalami Miskonsepsi
Tidak memahami konsep
(Sumber : Hakim et al. 2012)

III. HASIL PENELITIAN


Kelayakan instrumen benar salah beralasan telah diuji karakteristiknya
meliputi validasi isi dengan nilai sebesar 0,73 kategori valid, validasi empiris
didapatkan 20 soal yang valid dari 22 soal% pada sebesar 0,32, reliabilitas instrumen sebesar
0,85 dengan kategori sangat baik,
daya pembeda didapatkan 4 soal (20 %) kategori buruk, 5 soal (25 %)
kategori cukup, 10 soal (50%) kategori baik, dan 1 soal (5%) sangat baik,
tingkat kesukaran didapatkan 1 soal (5 %) sukar, 9 soal (45 %) sedang, 8 soal
(40 %) mudah dan 2 soal (10 %) sangat mudah dan kepraktisan instrumen
didapatkan 76,79 % dengan kategori baik. Dari hasil uji karakteristik
instrumen tesebut hanya 15 soal yang digunakan dalam penelitian ini karena
soal dengan kategori sangat buruk dan sangat mudah tidak layak digunakan.
Karakteristik konsepsi siswa yang telah diuji menggunakan instrumen
benar salah beralsan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi baik pada kelas kognitif tinggi maupun kelas kognitif
rendah. Persentase karakteristik konsepsi siswa dapat dilihat pada tabel 3.1 di
bawah ini.
Tabel 3.1 Persentase Karakteristik Konsepsi Siswa pada Setiap Kelas
Karakteristik
Konsepsi Siswa
Paham
Miskonsepsi
Tidak paham

Kelas Kognitif
Tinggi
55,62 %
38,67 %
5,71 %

Kelas Kognitif
Rendah
51,67 %
33,52 %
14,81 %

IV. PEMBAHASAN
Instrumen benar salah beralasan merupakan tes pilihan ganda 3 tingkat
(Three-tier multiple choice questions (TTMCQs)). Instrumen ini terdiri atas
tiga tingkatan, tingkat pertama berupa soal pilihan ganda biasa, tingkatan
kedua berupa kemungkinan alasan memilih jawaban pada tingkatan pertama
dan pada tingkatan ketiga berupa keyakinan terhadap jawaban pada tingkatan
pertama (Dindar et al. 2011). Pada penelitian ini peneliti melakukan
modifikasi pada tingkatan pertama dengan menggunakan soal objektif tipe

benar salah pada tingkatan kedua peneliti menggunakan alasan terbuka sesuai
dengan petunjuk yang diberikan, dan pada tingkatan ketiga peneliti
menggunakan CRI termodifikasi. Alasan peneliti melakukan hal ini, peneliti
ingin mencoba soal objektif tipe yang berbeda untuk menguji karakteristik
konsepsi siswa, alasan yang diharapkan ditulis disini adalah sesuai dengan
petunjuk

yang

diberikan

sehingga

peneliti

dapat

mengidentifikasi

karakteristik konsepsi siswa secara spesifik pada sub konsep materi tersebut,
dan pada tingkatan ketiga peneliti menggunakan CRI termodifikasi.
Penggunaan CRI termodifikasi dapat memberikan keluluasaan pada siswa
untuk memilih tingkat keyakinannya sesuai dengan skala yang tersedia.
Menurut Kirna (2012) CRI efektif untuk mendeteksi dan membedakan
karakteristik konsepsi siswa antara siswa yang memahami konsep,
miskonsepsi dan tidak paham konsep.
Analisis karakteristik konsepsi siswa tercermin dari pola jawaban siswa
serta nilai CRI yang diberikan. Pada kelas kognitif tinggi persentase siswa
yang memahami konsep dan miskonsepsi lebih banyak sedangkan tidak
paham konsep lebih banyak terjadi pada kelas kognitif rendah. Nilai
persentase karakteristik konsepsi siswa dapat dilihat pada grafik 4.1.
Gambar 4.1
Karakteristik Konsep
Siswa.

ase Persent
Klonsepsi Karakteristik
Siswa

60

Berdasarkan

50
40

30
20
10
0

gambar

4.1

pada kelas kognitif tinggi,


siswa yang paham konsep

s sar 55,62 %, siswadan siswa yang tidak paham


e yang

mengalamikonsep sebesar 5,71 %

b miskonsepsi

sedangkan pada kelas

e sebesar 38,67 %,

kognitif rendah siswa yang paham konsep sebesar 51,67 %, siswa yang
mengalami miskonsepsi sebesar 33,52 % dan siswa yang tidak paham konsep
sebesar 14,81 %.
Pada kelas kognitif tinggi rata-rata siswa memiliki kemampuan kognitif
yang tinggi sehingga siswa lebih paham terhadap konsep yang diberikan.
Pemahaman konsep yang tinggi menunjukkan bahwa siswa aktif dalam
kegiatan pembelajaran (Kirna, 2010). Proses perkembangan kognitif yang ada
dalam diri siswa melalui dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi
memberikan kemampuan untuk mengorganisasikan proses-proses fisik atau
proses-proses psikologis menjadi sistem yang teratur dan berhubungan.
Adaptasi memberikan kecendrungan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan mereka. Adaptasi dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi
dan akomodasi. Melalui proses asimilasi seseorang menggunakan struktur
kognitif yang ada dalam dirinya untuk menanggapi informasi baru, kemudian
melalui proses akomodasi terjadi perubahan atau penyesuaian struktur
kognitif yang telah ada sehingga terbentuk struktur kognitif (skemata) yang
baru. Jika informasi baru tersebut dengan struktur kognitif yang suda ada,
mengalami kecocokan maka terjadi kesetimbangan (equilibrium) antara
informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah ada sehingga terjadi
penguatan (Kirna, 2012). Penguatan yang telah terbentuk ini dilanjutkan
dengan proses akomodasi sehingga menimbulkan struktur kognitif (skemata)
yang baru yang sesuai dengan konsep para ilmuwan. Hal ini menunuukkan
bahwa siswa tersebut memahami konsep.
Karakteristik konsep siswa yang selanjutnya adalah miskonsepsi. Dari
hasil analisis data menggunakan CRI termodifikasi menunjukkan bahwa pada
kelas kognitif tinggi lebih banyak mengalami miskonsepsi dibandingkan
dengan kelas kognitif rendah. Siswa dengan rata-rata kognitif tinggi memiliki
kemampuan yang juga tinggi. Mereka memiliki kemampuan untuk
mengkontruksi konsep kognitif yang telah ada dalam diri mereka dengan
informasi baru. Jika informasi baru tidak cocok dengan konsep kognitif yang
telah ada maka terjadi ketidakseimbangan antara informasi baru dengan

struktur kognitif yang ada. Melalui proses akomodasi terjadi perubahan atau
penyesuaian struktur kognitif yang telah ada sehingga terbentuk struktur
kognitif yang baru (Kirna, 2012). Struktur kognitif baru yang mereka hasilkan
ini cenderung berbeda dengan konsep para ahli sehingga hal inilah yang
menimbulkan miskonsepsi.
Menurut Berg (1991), miskonsepsi dapat terjadi pada setiap siswa.
Siswa dengan kemampuan kognitif yang tinggi memiliki kecendrungan
miskonsepsi yang tinggi pula sedangkan siswa yang memiliki kemampuan
kognitif rendah memiliki miskonsepsi yang rendah pula. Hal ini dikarenakan
siswa dengan kemampuan berpikir yang tinggi memiliki banyak alternatif
konsep dan sering menginterpretasi konsep dipikiran mereka tetapi hampir
seluruh konsep tersebut berbeda dengan konsep yang benar. Penelitian ini
juga sesuai dengan yang dilakukan oleh Hakim et al. (2012) bahwa
miskonsepsi lebih banyak terjadi pada siswa yang memiliki kemampuan
kognitif tinggi.
Tidak paham konsep adalah kondisi dimana konsepsi siwa tidak
terstruktur dengan jelas. Berbeda dengan miskonsepsi yang lebih banyak
terjadi pada kelas kognitif tinggi, tidak paham konsep lebih banyak dialami
oleh siswa dengan kemapuan kognitif rendah. Siswa yang tidak memahami
konsep tidak mampu menjelaskan kembali konsep yang telah dipelajarinya
sehingga akan memberikan respon yang tidak jelas (Abraham et al. 1992).
Dalam hal ini, respon ditunjukkan dengan menjawab salah pada pernyataan
tingkat pertama dan tidak memberikan alasan disertai dengan nilai CRI yang
rendah. Tidak memahami konsep diduga karena materi pembelajaran yang
tidak tersampaikan dengan baik dan lemahnya kemampuan diri siswa dalam
menafsirkan penjelasan dari suatu konsep (Zidny et al. 2013). Lemahnya
kemampuan diri siswa dalam menafsirkan suatu konsep diakibatkan oleh
kegagalan proses perkembangan kognitif yang ada dalam diri siswa. Dalam
proses perkembangan kognitif yang menyangkut fungsi organisasi dan
adaptasi melalui proses asimilasi dan akomodasi. Sebelum siswa belajar
tentang konsep sains yang lebih kompleks siswa telah membawa pra-

konseptual tersendiri yang diperoleh dari pembelajaran sebelumnya. Prakonseptual yang dimiliki siswa ini berbeda-beda maka melalui proses
asimilasi. Jika informasi baru tidak cocok dengan struktur kognitif yang telah
ada, maka terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium) antara informasi baru
dengan struktur kognitif yang telah ada. Ketidakcocokan informasi yang ada
ini menyebabkan proses akomodasi tidak berlangsung sehingga tidak dapat
dihasilkan struktur kognitif yang baru. Kegagalan kedua proses ini yang
menyebabkan seorang siswa tidak dapat memahami konsep.
22. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan dan dengan
mengacu pada tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Instrumen benar salah beralasan dilengkapi CRI termodifikasi dinyatakan
layak untuk dijadikan instrumen evaluasi dengan hasil validitas isi 0,73
dengan kriteria valid dan memiliki reliabilitas tes 0,85 yang tergolong
realiabilitas sangat tinggi.
2. Instrumen benar salah beralasan dilengkapi CRI termodifikasi dapat
menunjukkan karakteristik konsepsi siswa. Pada kelas kognitif tinggi
55,62 % siswa memahami konsep, 38,67 % siswa mengalami miskonsepsi,
dan 5,71 % siswa tidak memahami konsep sedangkan pada kelas kognitif
rendah menunjukkan 51,67 % siswa memahami konsep, 33,52 % siswa
mengalami miskonsepsi dan 14,81 % tidak memahami konsep.
5.2 Saran
1.

Pengembangan

instrumen

benar

salah

beralasan

dilengkapi

CRI

termodifikasi perlu dilakukan lebih lanjut pada materi pelajaran kimia agar
dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik konsep siswa sehingga
penanggulangan yang tepat untuk setiap karakteristik konsep siswa dapat
dilakukan.
2.

Penerapan instrumen benar salah beralasan dilengkapi CRI termodifikasi


ini hendaknya dilakukan dengan mempersiapkan siswa terlebih dahulu

agar terbiasa memberikan penjelasan atas jawaban mereka dan tingkat


keyakinan sesuai dengan kriteria yang diberikan.
3.

Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut pada instrumen ini di sekolahsekolah yang lain untuk dapat digunakan secara massal.

DAFTAR PUSTAKA
Abraham MR, Grzybowski EB, Renner JW, Marek EA. 1992. Understanding and
Misund-erstanding of Eight Grader of Five Chemistry Concept Found in
Textbook. Journal of Research in Science Teaching 29(2):105-120.
Arifin, Z. 2013. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik dan Prosedur. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Berg, V. D. E. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. UKSW, Salatiga.
Cullinane, A and Maeve, L. 2011. Two-Tier Multiple Choice Questions: An
Alternative Method of Formative Assessment for First Year Undergraduate
Biology Students. Shannon Consortium, University of Limerick.
Dindar, A., C dan Gebar, O. 2011. Development of A Three-Tier Test to Asses
High School Students Understanding of Acid and Bases. Procedia Social
and Behavioral Science. 15. 600-604.
Hakim, A., Liliasari, dan Kadorohman, A. 2012. Student Concept Understanding
Of Natural Products Chemistry In Primary and Secondary Metabolites
Using the Data Collecting Technique Of Modified CRI. Internasional
Online Journal of Educational Sciences. 4(3). 544-553.
Kirna, I. M. 2010 Determinasi Proposisi Pembelajaran Pemahaman Konsep Kimia
Melalui Implementasi Pembelajaran Sinkronisasi Kajian Makroskopis dan
Submikroskopis. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Jilid 43. Nomor 3.
hlm 185-191.
Kirna, I. M. 2012. CRI Sebagai Pendetekdi Karakteristik Konsepsi Sains Siswa.
Prosiding Seminar Nasional MIPA dan Pembelajaran.
Matondang, Z. 2009. Validitas dan Realibilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal
Tabularasa PPS UNIMED. Vol. 6, No. 1

Onder, I., dan Geban, O. 2006. The Effect of Conceptual Change Texts Oriented
Instruction on Students Understanding of the Solubility Equilibrium
Concept. H. U. Egitim Fakultesi Dergisi(H. U. Journal of Education). 30.
166-173.
Zidny, R., Wahyu, S., Alikusrijadi. 2013. Analisis Pemahaman Konsep Siswa
SMA Kelas X pada Materi Persamaan Kimia dan Stoikiometri melalui
Penggunaan Diagram Submikroskopik serta Hubungannya dengan
Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan
Kimia. Volume 1. No.1.

Anda mungkin juga menyukai