Gene Tika
Gene Tika
Gambar 2. Anak sebagai hasil pertemuan antara spermatozoa dari suami dan ovum dari
isteri
Memahami genetika dengan mudah
Ada contoh lain yang menarik. Orang-orang yang telah menikah pada umumnya akan
memiliki anak, yang sebenarnya merupakan hasil pertemuan antara 2 sel kelamin,
masing-masing spermatozoa dari suami dan ovum dari isteri. Di dalam tuba uterina
fallopii ibu, pertemuan dua sel tersebut membentuk satu sel baru yang lengkap yang
dinamakan zigot, yang selanjutnya berkembang menjadi fetus di dalam uterus, kemudian
lahir dan tumbuh sampai dewasa. Selanjutnya anak ini akan bertemu dengan
pasangannya, lalu menikah, memiliki anak, anak tumbuh dewasa, menikah, punya anak
dan seterusnya. Dengan demikian jumlah penduduk di dunia ini menjadi semakin banyak
(ledakan penduduk), sehingga menimbulkan permasalahan baru yaitu pemenuhan
kebutuhan pangan, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan lain-lain. Akhirnya,
manusia menjadi resah dan mencari cara untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk,
supaya pertumbuhan ini tidak demikian pesatnya. Timbullah program family planning
(keluarga berencana/KB) dan seterusnya.
Genetika (ilmu keturunan) adalah cabang dari ilmu hayat yang mempelajari turun
temurunnya sifat-sifat induk atau orang tua kepada keturunannya. Genetika memiliki
beberapa cabang di antaranya: genetika sel, genetika manusia, genetika mikrobia,
genetika molekuler, genetika biokimia, genetika fisiologi, genetika farmasi, genetika
populasi, genetika kuantitatif, genetika tumbuhan, genetika hewan, genetika konseling,
eugenika (usaha untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik), dan sebagainya.
HEREDITAS MANUSIA
Mengapa setiap orang memiliki fenotip yang berbeda? Jawabannya adalah karena setiap
orang dibangun oleh protein yang berbeda. Protein yang menyusun kulit putih dan
protein penyusun kulit hitam adalah protein yang berbeda. Protein yang menyusun
rambut lurus dan rambut keriting adalah protein yang berbeda. Protein yang menyusun
iris mata biru dan iris mata coklat adalah protein yang berbeda, demikian juga protein
yang menyusun telunjuk pendek dan telunjuk panjang. Jadi, pada dasarnya perbedaan
ciri yang kita temukan pada diri masing-masing individu adalah karena perbedaan
protein yang menyusunnya.
Apa yang menyebabkan perbedaan antara protein yang satu dengan protein lainnya?
Penjelasannya adalah karena perbedaan variasi asam-asam amino yang menyusun
protein. Semua protein dibangun oleh asam-asam amino yang berjumlah banyak. Asamasam amino penyusun protein ini ada 20 jenis, yaitu alanin, arginin, asparagin, aspartat,
fenilalanin, glisin, glutamin, glutamat, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, prolin,
serin, sistein, threonin, tirosin, triptofan dan valin. Jika keduapuluh macam asam amino
ini dirangkai menjadi protein dengan berbagai perbedaan urutan, maka protein yang
terbentuk akan berbeda-beda. Gambar 5 menunjukkan bahwa protein A, protein B dan
Protein C memiliki susunan asam amino yang berbeda.
Sains telah bisa menemukan, mengapa seorang ayah yang berfenotip hidung mancung
akan menurunkan fenotip hidung mancung kepada anaknya. Yang jelas protein penyusun
hidung sang ayah tentu serupa dengan protein penyusun hidung sang anak. Tentu jelas
pula bahwa urutan asam-asam amino penyusunnyapun serupa antara sang ayah dengan
sang anak. Berarti di dalam tubuh kita telah terdapat semacam perencanaan atau
pedoman untuk menyusun urutan asam amino sedemikian rupa agar terbentuk protein
yang dapat menampakkan fenotip hidung mancung tadi. Memang telah ada semacam
perencanaan atau blue print (cetak biru) yang disebut gen, yang merupakan bagian dari
DNA di dalam kromosom. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa gen tertentu akan
memberikan perintah untuk membuat urutan asam amino tertentu, sehingga terbentuk
protein tertentu, yang memunculkan fenotip tertentu.
Seperti apakah gen? Gen adalah sepenggal dari untaian panjang DNA. Jadi di dalam DNA
terdapat banyak sekali gen. Apakah DNA? DNA adalah rantai nukleotida yang sangat
panjang yang terletak di dalam kromosom. Apakah kromosom? Kromosom adalah bahan
pembawa sifat keturunan yang terletak di dalam nukleus sel, yang dibangun oleh DNA
dan protein tertentu.
Kalau uraian tadi dibalik, penjelasannya adalah bahwa di dalam nukleus sel terdapat
bahan pembawa sifat keturunan yang dinamakan kromosom. Kromosom tersusun atas
protein dan DNA. DNA yang berupa rantai panjang nukleotida adalah materi genetik
karena untaiannya yang panjang mengandung penggalan-penggalan untaian nukleotida
lebih pendek yang disebut gen-gen. Setiap gen dapat disalin (transkripsi) dan
diterjemahkan (translasi) menjadi urutan asam-asam amino tertentu yang akhirnya
membangun protein tertentu pula. Proses yang berlangsung mulai dari perencanaan
(yaitu berupa gen) sampai dengan terbentuknya hasil (yaitu berupa protein) dipelajari
secara khusus dalam bahasan mengenai sintesis protein.
A. KROMOSOM
Morfologi Kromosom
Jika kita mengambil salah satu sel somatis (sel tubuh), misalnya sel kulit, sel darah putih,
sel otot, sel saraf atau sel lainnya yang memiliki nukleus, maka di dalam nukleus sel
tersebut akan kita dapati 46 kromosom. Ternyata dari ke-46 kromosom tadi ada
pasangan-pasangan kromosom dengan morfologi yang serupa, sehingga dikenal
pasangan ke-1, pasangan ke-2, pasangan ke-3 dan seterusnya sampai dengan pasangan
ke-23. Pasangan kromosom ke-1 sampai dengan ke-22 dinamakan autosom (kromosom
somatis), sedangkan pasangan ke-23 dinamakan gonosom (kromosom seks). Sepasang
gonosom ini, pada wanita lazim diberi simbol XX, sedangkan pada pria lazim diberi
simbol XY. Agar lebih jelas perhatikan Gambar 9 yang menjelaskan morfologi kromosom
saat sel tidak sedang membelah dan bandingkan dengan Gambar 10 yang menjelaskan
morfologi kromosom pada saat sel akan membelah, dengan DNA telah mengalami
replikasi sehingga menjadi ganda.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa secara sistematis morfologi
kromosom membagi kromosom pada sel somatis menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Autosom (kromosom somatis), berjumlah 22 pasang (44 buah) dan tidak berhubungan
dengan penentuan jenis kelamin.
2. Gonosom (kromosom seks), berjumlah sepasang (2 buah), yaitu X dan X untuk wanita
serta X dan Y untuk pria. Kromosom ini berhubungan dengan penentuan jenis kelamin.
Gambar 9. Set kromosom pada sel somatis yang tidak sedang membelah
Gambar 10. Set kromosom pada sel somatis yang akan membelah
Duapuluh tiga pasang atau 46 buah kromosom di atas adalah pada sel somatis.
Bagaimanakah dengan gamet atau sel kelamin? Sel-sel somatis dan sel-sel kelamin
memiliki jumlah kromosom yang berbeda, dengan penjelasan sebagai berikut:
Sel somatis memiliki 2 set kromosom atau 2 genom dan disebut sebagai 2n atau
diploid.
Dalam hal ini 1 set atau 1 genom terdiri atas 23 buah kromosom, sehingga
didapatkan 2 X 23 kromosom = 46 kromosom.
Sel kelamin (spermatozoa dan ovum) memiliki 1 set kromosom saja atau 1 genom
dan disebut sebagai n atau haploid.
Karena hanya memiliki 1 set atau 1 genom saja, maka total yang ada hanya 23
kromosom.
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa seorang pria dan wanita memiliki perbedaan
sel somatis dan sel gamet sebagai berikut:
Gender
Kromosom sel
somatis
46XX
Wanita
44 autosom, 2
gonosom
23X
22 autosom, 1 gonosom
23X
Pria
46XY
44 autosom, 2
gonosom
23Y
atau
22 otosom, 1 gonosom
Gambar 11. Perbedaan kromosom pada sel somatis antara wanita dan pria
Gambar 12. Perbedaan kromosom pada sel kelamin antara wanita dan pria
Pada sel somatis seorang wanita terdapat 44 autosom dan kromosom seks XX (46XX)
Pada sel somatis seorang pria terdapat 44 autosom dan kromosom seks XY (46XY)
Dari hasil spermatogenesis dan oogenesis telah diketahui bahwa sel kelamin bersifat
haploid, maka setiap sel mengandung separuh dari kromosom sel somatis. Dengan
demikian rincian kromosom pada gamet adalah sebagai berikut:
Pada ovum terdapat 22 buah autosom dan kromosom seks X, ditulis dengan simbol
23X.
Pada spermatozoa terdapat 22 buah autosom dan kromosom seks X atau Y, ditulis
dengan simbol 23X atau 23Y.
Berdasarkan rincian tersebut di atas, apabila terjadi pembuahan, maka penentuan jenis
kelamin dan kemungkinan lahirnya anak laki-laki atau anak perempuan adalah sama,
yaitu 1:1. Dengan kata lain, masing-masing berpeluang 50%. Perlu diingat 1:1 adalah
peluang, bukan kenyataan lahirnya anak laki-laki atau perempuan. Jadi jika suatu
pasangan suami isteri mempunyai 5 anak dan seluruhnya perempuan, maka kondisi
tersebut adalah kenyataan bahwa lahirnya kebetulan perempuan terus. Namun
sebenarnya peluang untuk lahir laki-laki sama besarnya. Jadi peluang 50% bukan berarti
bahwa jika memiliki 4 anak, maka harus 2 laki-laki dan 2 perempuan. Gambar 16
memberikan penjelasan secara terstruktur mengenai peluang tersebut.
10
Gula Pentosa
Gula pentosa adalah salah satu jenis karbohidrat monosakarida dengan 5 atom C. Coba
perhatikan struktur gula pentosa berupa ribosa dan deoksiribosa pada Gambar 18. Jika
pada atom C ke-2 (terletak di kanan bawah) terdapat gugus hidroksil (-OH) maka pentosa
ini bernama ribosa. Namun jika pada atom C ke-2 terikat atom hidrogen saja (-H), maka
pentosa ini dinamakan deoksiribosa, karena mengalami kehilangan oksigen (deoksi)
sehingga tinggal atom H saja.
Basa Nitrogen
Basa nitrogen ada 2 golongan yaitu:
1.
Derivat purin yang terdiri atas adenin dan guanin
Kedua basa N ini terdapat di dalam RNA maupun DNA
2.
Derivat pirimidin yang terdiri atas sitosin, urasil dan timin
Dari ketiga basa N di atas, sitosin terdapat dalam RNA dan DNA, urasil hanya ada
pada RNA dan timin hanya ada pada DNA.
Coba perhatikan struktur 5 basa basa N pada Gambar 19 untuk mengetahui secara rinci
perbedaan struktur dari derivat purin maupun derivat pirimidin.
11
Nukleosida
Nukleosida merupakan gabungan antara gula pentosa dengan basa N. Jika gula pentosa
berupa ribosa, maka basa N yang mungkin diikat adalah adenin, guanin, sitosin dan
urasil. Sedangkan jika gula pentosa berupa deoksiribosa, maka basa N yang mungkin
terikat adalah adenin, guanin, sitosin dan timin.
Sistem penamaan nukleosida diatur sebagaimana tertera dalam daftar di bawah.
Timin
Urasil
Sitosin
Guanin
Basa Nitrogen
Adenin
ribosaDeoksi
Ribose
Gula
Pentosa
Nama Nukleosida
Adenosin
Guanosin
Sitidin
Uridin
Deoksiadenosin
Deoksiguanosin
Deoksisitidin
Deoksitimidin
Sebagai contoh, senyawa antara ribosa dengan adenin dinamakan adenosin, senyawa
antara ribosa dengan guanin dinamakan guanosin, senyawa antara deoksiribosa dengan
sitosin dinamakan deoksisitidin. Tidak ada peluang untuk senyawa antara ribosa dengan
timin dan senyawa antara deoksiribosa dengan urasil. Gambar 20 dan Gambar 21
menunjukkan struktur dari delapan macam nukleosida, baik nukleosida purin maupun
nukleosida pirimidin. Yang tergolong sebagai nukleosida purin adalah adenosin,
deoksiadenosin, guanosin dan deoksiguanosin. Sedangkan yang tergolong sebagai
nukleosida pirimidin adalah sitidin, deoksisitidin, uridin dan deoksitimidin.
12
13
Nukleotida
Nukleotida merupakan gabungan antara nukleosida dengan gugus fosfat. Karena ada 8
macam nukleosida, maka juga ada 8 macam nukleotida. Karena ada 4 macam nukleosida
purin, maka juga ada 4 macam nukleotida purin. Demikian juga karena ada 4 macam
nukleosida pirimidin, maka juga ada 4 macam nukleotida pirimidin.
Rincian sekaligus penamaan dari kedelapan nukleotida tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
Terdapat empat macam nukleotida purin dengan komponen penyusunnya yaitu:
- Adenosin monofosfat atau adenilat, yaitu ikatan antara adenosin dengan fosfat
- Deoksiadenosin monofosfat atau deoksiadenilat, yaitu ikatan antara deoksiadenosin
dengan fosfat
- Guanosin monofosfat atau guanilat, yaitu ikatan antara guanosin dengan fosfat
- Deoksiguanosin monofosfat atau deoksiguanilat, yaitu ikatan antara guanosin dengan
fosfat
Gambar 22 menunjukkan struktur keempat macam nukleotida purin.
Terdapat empat macam nukleotida pirimidin dengan komponen penyusunnya yaitu:
- Sitidin monofosfat atau sitidilat, yaitu ikatan antara sitidin dengan fosfat
- Deoksisitidin monofosfat atau deoksisitidilat, yaitu ikatan antara deoksisitidin dengan
fosfat
- Uridin monofosfat atau uridilat, yaitu ikatan antara uridin dengan fosfat
- Deoksitimidin monofosfat atau deoksitimidilat, yaitu ikatan antara deoksitimidin
dengan fosfat
Gambar 23 menunjukkan struktur keempat macam nukleotida pirimidin.
14
DNA
Telah disinggung pada awal bab ini bahwa asam nukleat merupakan polimer nukleotida
(polinukleotida), baik nukleotida purin maupun nukleotida pirimidin. Ada 2 jenis asam
nukleat penting dalam tubuh yaitu DNA dan RNA. Lintasan informasi dasar dalam
pembahasan asam nukleat adalah bahwa DNA mengarahkan sintesis RNA dan RNA
mengarahkan sintesis protein. Perbedaan protein yang disintesis menimbulkan
perbedaan sifat antar individu.
Sebagai polinukleotida, DNA tersusun atas nukleotida-nukleotida. Mari kita lihat kembali
bahwa nukleotida tersusun atas nukleosida-nukleosida. Setiap nukleosida tersusun atas
gula pentosa dan basa nitrogen. Gula pentosa yang menyusun DNA adalah deoksiribosa.
Sedangkan Basa N yang menyusun DNA adalah adenin, guanin, sitosin dan timin. Agar
lebih jelas mari kita perhatikan Gambar 24 yang menunjukkan struktur DNA.
Tampak bahwa setiap gugus fosfat dari satu nukleotida berikatan dengan deoksiribosa
dari nukleotida berikutnya. Dari Gambar 24 terlihat bahwa deoksitimidin monofosfat
(dTMP) berikatan dengan deoksisitidin monofosfat (dCMP), selanjutnya berikatan lagi
dengan deoksiguanosin monofosfat (dGMP), selanjutnya berikatan lagi dengan
deoksiadenosin monofosfat (dAMP), demikian seterusnya. Urutan nukleotida-nukleotida
ini berbeda-beda pada setiap individu, sehingga setiap individu memiliki keunikan
masing-masing yang jelas berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Untaian panjang nukleotida pada DNA ini apabila dipenggal-penggal dikenal sebagai gen.
Jadi yang dimaksud dengan gen pada dasarnya adalah untaian beberapa nukleotida. Gen
yang satu dengan gen lainnya bersambungan membentuk DNA dan DNA setelah
bergabung dengan protein histon atau protamin akan membentuk kromosom.
15
16
Setiap ikatan antara 2 basa N ini membentuk struktur menyerupai anak tangga,
sedangkan deoksiribosa dan fosfat akan membentuk struktur menyerupai ibu tangga.
Jika struktur ini diamati secara utuh akan terlihat struktur seperti tangga tetapi dalam
kondisi terpilin, sehingga disebut sebagai struktur pilinan ganda (double helix). Gambar
26 memberikan ilustrasi model double helix dari DNA tersebut. Model struktur DNA ini
ditemukan oleh Watson dan Crick.
RNA
Sebagaimana DNA, RNA juga merupakan asam nukleat, sehingga juga tersusun atas
nukleotida-nukleotida dengan segala unsur-unsur penyusunnya.
17
18
Nukleotid
a
pertama
U
Nukleotida kedua
Nukleotid
a ketiga
Phe
Phe
Leu
Leu
Leu
Leu
Leu
Leu
Ile
Ile
Ile
Met
Val
Val
Val
Val
Ser
Ser
Ser
Ser
Tyr
Tyr
Term
Term
His
His
Gln
Gln
Asn
Asn
Lys
Lys
Asp
Asp
Glu
Glu
Cys
Cys
Term
Trp
Arg
Arg
Arg
Arg
Ser
Ser
Arg
Arg
Gly
Gly
Gly
Gly
Keterangan:
Phe
: fenilalanin
Ile
: isoleusin
Met
Val
: valin
Ser
Pro
: prolin
Thr
Ala
: alanin
Term
: terminal
His
Gln
: glutamin
Asn
Lys
: lisin
Asp
Glu
: glutamat
Cys
Trp
: triptofan
Arg
Gly
: glisin
Thr
Thr
Thr
Thr
Ala
Ala
Ala
Ala
Leu
Tyr
U
C
A
G
U
C
A
G
U
C
A
G
U
C
A
G
: Leusin
: metionin
: serin
: threonin
: tirosin
: histidin
: asparagin
: aspartat
: sistein
: arginin
19
B. SINTESIS PROTEIN
Sintesis protein mencakup 2 proses utama yaitu transkripsi dan translasi (Gambar 32).
Transkripsi
Pada dasarnya transkripsi adalah proses penyalinan pesan dari DNA ke mRNA, dengan
hasil penyalinan pesan berupa kodon-kodon. Tahap ini diawali dengan melonggarnya
pilinan DNA dalam nukleus sel. Dengan pelonggaran pilinan tersebut maka pasangan
basa N DNA terpisah. Selanjutnya enzim RNA polimerase melakukan penyalinan
(transkripsi). Yang disalin adalah salah satu untai polinukleotida DNA dan hasil salinannya
berupa
mRNA. Untaian yang mencetak mRNA dinamakan untai anticoding atau
antisense, sedangkan untaian yang tidak mencetak dinamakan untai pengkode atau
sense. Karena pasangan basa N sudah lepas, maka untaian antisense dapat mencetak
informasi genetik pada mRNA. Caranya adalah dengan membentuk basa N
komplementer dari DNA pada mRNA. Misalnya jika DNA berisi urutan timin-adenin-sitosin
(TAC), maka kodon mRNA sebagai komplemennya adalah adenin-urasil-guanin (AUG).
Bukan ATG, karena jika pada DNA berupa timin (T), maka pada RNA harus digantikan
oleh urasil (U). Misalnya urutan berikutnya pada DNA adalah TGT maka disalin menjadi
kodon mRNA berupa ACA, TTA menjadi kodon AAU, TTA menjadi AAU, menjadi GGT
menjadi CCA, CCT menjadi GGU, demikian seterusnya.
mRNA yang berisi kodon-kodon ini selanjutnya keluar dari nukleus menuju sitoplasma
dan diteruskan menuju ribosom yang menjadi tempat pencetakan protein. Sementara itu
dengan adanya ATP, tRNA dalam sitoplasma akan berikatan dengan asam amino yang
Memahami genetika dengan mudah
21
sesuai. Kompleks tRNA dan asam amino ini selanjutnya menuju ribosom untuk
berinteraksi dengan kodon mRNA yang sesuai.
Translasi
Pada dasarnya translasi adalah proses penerjemahan pesan (kodon) menjadi asam amino
spesifik. Pada tahap ini, setiap kodon mRNA yang sudah berada di dalam ribosom
berinteraksi dengan tRNA spesifik yang telah membawa asam amino. Dengan pertemuan
ini, berarti telah terjadi penerjemahan (translasi) urutan kode triplet dari kodon mRNA
menjadi suatu urutan asam amino protein spesifik. Caranya adalah antikodon tRNA yang
spesifik untuk asam amino tertentu membentuk pasangan basa N dengan kodon
tertentu dari mRNA. Kodon dengan antikodon adalah pasangan basa N komplementer,
misalnya jika kodon adenin-urasil-guanin (AUG) maka antikodon sebagai komplemennya
adalah urasil-adenin-sitosin (UAC), kodon ACA dengan antikodon UGU, kodon AAU
dengan antikodon UUA, kodon CCA dengan antikodon GGU, kodon GGU dengan
antikodon CCA, demikian seterusnya.
Kodon inisiator dalam sintesis protein adalah AUG yaitu kode untuk asam amino
Met/metionin (lihat kembali daftar kodon mRNA). Maka kodon ini akan berinteraksi
dengan tRNA dengan antikodon UAC yang sudah pasti membawa asam amino metionin
di dalam ribosom. Ingat ribosom adalah mesin pencetak protein. Setelah berhasil
memasukkan asam amino maka kompleks tersebut akan terdissosiasi, mRNA, tRNA,
ribosom terpisah sementara asam amino disusun secara berurutan.
Jika kodon berikutnya adalah UAC (kode untuk Tyr), maka akan berinteraksi dengan tRNA
dengan antikodon AUG yang sudah pasti membawa asam amino Tirosin (Tyr). Tirosin
tersebut dihubungkan dengan metionin yang telah datang pertama tadi dengan ikatan
peptida. Proses tersebut di atas berlangsung secara terus menerus sehingga tersusun
rantai asam amino yang sangat panjang yang dinamakan protein. Jika akhirnya datang
kode Term (UAA, UAG atau UGA), maka berarti sintesis protein harus berhenti.
22
23
24
: Anonikia
: Anonikia
: Normal
25
: Retinal aplasia
: Retinal aplasia
: Normal
26
Beberapa pewarisan sifat dari gen autosom resesif yang penting pada manusia antara
lain:
1. Mata biru, yang diwariskan oleh gen autosom resesif b.
BB : tidak biru
Bb : tidak biru
bb : biru
: normal
: normal
: kistik fibrosis
27
menjadi
tirosin,
PP : normal
Pp : normal
pp : fenilketonuria
28
yang
dapat
Dalam hal ini tirosin tidak dapat diubah menjadi melanin yaitu pigmen atau zat warna
kulit.
AA : normal
Aa : normal
aa : albino
29
D. KODOMINANSI
Kodominansi adalah paduan antara dua jenis gen dominan. Dalam hal ini, gen dominan
ada 2 macam, misalnya HbA dan HbB (meskipun gen tersebut tertulis dalam 3 huruf
anggaplah sebagai 1 huruf). Contoh dari kodominansi adalah terjadinya fenotip golongan
darah dan fenotip anemia sel sabit (sickle cell anemia).
1. Golongan darah AB (diturunkan oleh gen dominan IA dan IB)
Dalam hal ini, gen dominan adalah I namun ada 2 jenis yaitu I A dan IB, sedangkan gen
resesif adalah i. Dengan demikian, terdapat banyak variasi genotip yaitu:
IA IB
IA IA
IA i
IB IB
IB i
ii
:
:
:
:
:
:
golongan
golongan
golongan
golongan
golongan
golongan
darah
darah
darah
darah
darah
darah
AB
A
A
B
B
O
2. Anemia sel sabit/sickle cell anemia (diturunkan oleh gen dominan HbA dan HbS)
HbA HbA
HbA HbS
HbS HbS
: normal
: anemia sel sabit ringan
: anemia sel sabit berat
30
Gambar 48. Struktur sel darah merah pada anemia sel sabit
(Sumber: http://content.revolutionhelath.com)
E. GEN LETAL
Gen letal adalah gen yang menyebabkan kematian pada orang yang memiliki genotip
tersebut. Gen letal ada yang berasal dari gen dominan (gen dominan letal) dan ada pula
yang berasal dari gen resesif (gen resesif letal).
adanya
gerakan-gerakan
HH : letal
Hh : Huntingtons chorea
hh : normal
31
tak
terkendali
: normal
: normal
: letal (ichtyosis congenithal)
32
F. GEN KOMPLEMENTER
Dalam hal ini, gen dominan yang berbeda saling membantu membentuk fenotip tertentu.
P
F1
F2
DD ee
Bisu tuli
Dd Ee
Normal
D E
D ee : bisu
dd E: bisu
dd ee : bisu
dd EE
Dd Ee
bisu tuli
Normal
: normal
tuli
tuli
tuli
Dari paparan di atas tampak bahwa kondisi normal (tidak bisu tuli) terjadi jika terdapat
gen dominan D dan E.
G. RANGKAIAN KELAMIN
Rangkaian kelamin adalah penurunan sifat oleh gen yang terdapat pada kromosom seks,
baik diturunkan oleh gen dominan maupun gen resesif.
WANITA (XX)
B - : gigi coklat
b - : normal
CC
Cc
cc
: gigi coklat
: gigi coklat
: normal
CC
Cc
cc
: normal
: normal
: buta warna
WANITA (XX)
A - : normal
a - : anodontia
AA
Aa
aa
: normal
: anodontia
: anodontia
33
WANITA (XX)
H - : normal
h - : hemofili
HH
Hh
hh
: normal
: hemofili
: hemofili
WANITA
BB : botak
BB
: botak
34
Bb : botak
bb : normal
Bb
bb
: normal
: normal
WANITA
TT : pendek
Tt : pendek
tt : panjang
TT
Tt
tt
: pendek
: panjang
: panjang
35
36
Pada monosomi, set kromosom kurang satu, karena salah satu genom hanya terdiri
atas 22 kromosom saja. Jadi, jumlah kromosom hanya 45 buah, bukan 46. Contoh
monosomi adalah 1-1, 2-2, ...,22-22, 23-__.
Sindroma Turner yaitu perempuan pendek dengan tanda kelamin sekunder tak
berkembang, merupakan contoh dari monosomi (lihat Gambar 56).
Gambar 55. Sindroma Turner, salah satu genom tersusun oleh 22 kromosom saja,
sehingga total hanya 45 kromosom
37
Kelainan ini ditandai dengan kelebihan jumlah kromosom pada salah satu
pasangan. Jika salah satu pasangan berisi 3 kromosom sehingga kelebihan 1 maka
disebut trisomi, jika salah satu pasangan berisi 4 kromosom sehingga kelebihan 2
maka disebut tetrasomi, demikian seterusnya. Contoh dari polisomi di antaranya
Sindroma Kline Felter (XXY), Sindroma XYY, Sindroma XXX dan Sindroma Down.
Sindroma Kline Felter, yaitu lelaki dengan tanda perempuan (lihat Gambar 57).
Kelainan ini disebabkan oleh trisomi pada kromosom seks yaitu XXY (Lihat
Gambar 58).
38
Gambar 58. Sindroma Kline Felter, pasangan kromosom seks berisi 3 kromosom yaitu
XXY.
39
Sindroma XYY, yaitu pria bertubuh tinggi dan agresif (lihat Gambar 59). Sesuai
namanya, kondisi ini ditandai dengan trisomi pada kromosom sex yaitu XYY (lihat
Gambar 60).
Gambar 60. Sindroma XYY, pasangan kromosom seks berisi 3 kromosom yaitu XYY.
Memahami genetika dengan mudah
40
Sindroma XXX (Triple X), yaitu perempuan dengan alat kelamin luar dan dalam
tak berkembang (lihat Gambar 61). Sesuai dengan namanya, kelainan ini
disebabkan oleh trisomi kromosom sex yaitu XXX (lihat Gambar 62).
Gambar 62. Sindroma XXX, pasangan kromosom seks berisi 3 kromosom yaitu XXX.
Memahami genetika dengan mudah
41
Sindroma Down yaitu kecatan mental dengan berbagai tanda khas (lihat Gambar
63). Kelainan disebabkan oleh trisomi pada pasangan kromosom ke 21, sehingga
pada lelaki set kromosomnya adalah 47XY+21 dan pada perempuan 47XY+21
(lihat Gambar 64).
42
Genotip
Antigen dalam
eritrosit
Golongan
darah
IA
IB
A
I dan IB
i
A
B
A dan B
-
A
B
AB
O
Perlu dipahami bahwa antigen akan bereaksi dengan antibodi yang sesuai. Antigen-A
bereaksi dengan antibodi-A dan antigen B bereaksi dengan antibodi-B. Akibat yang
ditimbulkan dari reaksi antigen-antibodi adalah terjadinya penggumpalan darah. Di
dalam darah seseorang tidak akan terjadi reaksi antigen-A dengan antibodi-A atau
antigen-B dengan antibodi-B karena antigen dan antibodi yang cocok tidak berada di
dalam tubuh kita secara bersama-sama. Agar lebih jelas mari kita cermati Gambar 65.
- Pada golongan darah A, terdapat antigen-A namun tidak ada antibodi-A. Yang ada
adalah antibodi-B sehingga tak ada reaksi yang menimbulkan penggumpalan darah.
- Pada golongan darah B, terdapat antigen-B namun tidak ada antibodi-B. Yang ada
adalah antibodi-A sehingga tak ada reaksi yang menimbulkan penggumpalan darah.
- Pada golongan darah AB, terdapat antigen-A dan antigen-B namun tidak ada antibodi-A
dan antibodi-B, sehingga tak ada reaksi yang menimbulkan penggumpalan darah.
- Pada golongan darah O, tidak terdapat antigen-A dan antigen-B, namun ada antibodi-A
dan antibodi_B, sehingga tak ada reaksi yang menimbulkan penggumpalan darah.
43
Gambar 65. Spesifikasi antigen dan antibodi pada berbagai macam golongan darah
(Sumber: http://learn.genetics.utah.edu)
Dengan pemahaman mengenai reaksi antigen-antibodi tersebut, maka berbahaya jika
darah seseorang kemasukan darah orang lain dengan antigen yang sesuai dengan
antibodi. Misalnya, orang yang bergolongan darah A mendapat donor darah B. Antigen-B
dari darah donor akan masuk lalu bereaksi dengan antibodi-B dari darah akseptor,
sehingga terjadilah penggumpalan darah. Hal ini membahayakan jiwa akseptor.
Golongan darah seseorang tidak mesti sama dengan golongan darah dari salah satu
orangtua kandungnya. Dengan adanya 2 macam antigen (A dan B) pada eritrosit, maka
variasi yang timbul pada golongan darah keturunannya menjadi kompleks. Pasangan
suami istri bergolongan darah A dan A, mungkin melahirkan anak dengan golongan
darah A, namun mungkin pula melahirkan anak bergolongan darah O. Coba kita bahas,
berbagai kemungkinan yang ada. Golongan darah A berasal dari genotip I AIA atau IAi.
Dengan demikian, kemungkinan pasangan golongan darah suami istri adalah I AIA dengan
IAIA, IAIA dengan IAi, atau IAi dengan IAi. Kemungkinan-kemungkinan persilangan yang
terjadi dapat dijabarkan sebagai berikut.
IAIA (A)
A
IA
I I (A)
IAIA (A)
I
A
I
IAIA (A)
IA
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
A A
A A
I I (A)
IAIA (A)
anak
anak
anak
anak
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 100%
B adalah 0%
AB adalah 0%
O adalah 0%
44
IAi (A)
A
I
IAIA (A)
IAIA (A)
IA
IA
IAIA (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
i
IAi (A)
IAi (A)
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 100%
B adalah 0%
AB adalah 0%
O adalah 0%
IAi (A)
A
I
IAIA (A)
IAi (A)
IA
i
IAi (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
i
IAi (A)
ii (O)
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 75%
B adalah 0%
AB adalah 0%
O adalah 25%
IBIB (B)
B
I
IAIA (A)
IA
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
IA
IA
IAIA (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
I
I I (AB)
IAIB (AB)
IB
I I (AB)
IAIB (AB)
bergolongan darah
bergolongan darah
bergolongan darah
bergolongan darah
IBi (B)
B
I
IAIB (AB)
IAIB (AB)
A adalah 0%
B adalah 0%
AB adalah 100%
O adalah 0%
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
A adalah 50%
B adalah 0%
AB adalah 50%
O adalah 0%
A B
anak
anak
anak
anak
A B
darah
darah
darah
darah
i
IAi (A)
IAi (A)
IBIB (B)
B
I
IAi (A)
i
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
IB
I I (AB)
IBi (B)
I
I I (AB)
IBi (B)
A B
anak
anak
anak
anak
A B
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 0%
B adalah 50%
AB adalah 50%
O adalah 0%
IBi (B)
B
I
IAIB (AB)
IBi (B)
IA
i
IAi (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
I
IAi (A)
ii (O)
darah
darah
darah
darah
A adalah 25%
B adalah 25%
AB adalah 25%
O adalah 25%
IAIB (AB)
A
IB
45
A A
IA
IA
I I (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
IAIA (A)
IAIA (A)
anak
anak
anak
anak
IAIB (AB)
IAIB (AB)
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 50%
B adalah 0%
AB adalah 50%
O adalah 0%
IAIB (AB)
A
IB
I I (AB)
IBi (B)
I
A
I
IAi (A)
i
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
A A
A B
I I (A)
IAi (A)
anak
anak
anak
anak
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 50%
B adalah 25%
AB adalah 25%
O adalah 0%
ii (O)
i
IAi (A)
IAi (A)
IA
IA
IAIA (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
i
IAi (A)
IAi (A)
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 100%
B adalah 0%
AB adalah 0%
O adalah 0%
ii (O)
i
IAi (A)
ii (O)
IA
i
IAi (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
i
IAi (A)
ii (O)
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 50%
B adalah 0%
AB adalah 0%
O adalah 50%
IBIB (B)
B
IB
I I (B)
IBIB (B)
I
B
I
IBIB (B)
IB
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
B B
B B
I I (B)
IBIB (B)
anak
anak
anak
anak
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 100%
B adalah 0%
AB adalah 0%
O adalah 0%
IBi (B)
B
I
IBIB (B)
IBIB (B)
IB
IB
IBIB (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
i
IBi (B)
IBi (B)
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 100%
B adalah 0%
AB adalah 0%
O adalah 0%
IBi (B)
B
IB
I
IBIB (B)
i
IBi (B)
46
IBi (B)
i
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
IBi (B)
anak
anak
anak
anak
ii (O)
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 0%
B adalah 75%
AB adalah 0%
O adalah 25%
IAIB (AB)
A
I
IBIB (B)
IB
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
IB
I I (B)
IBIB (B)
I
I I (AB)
IAIB (AB)
A B
anak
anak
anak
anak
B B
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 0%
B adalah 50%
AB adalah 50%
O adalah 0%
IAIB (AB)
A
I
IBi (B)
i
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
IB
I I (B)
IBi (B)
I
I I (AB)
IAi (A)
A B
anak
anak
anak
anak
B B
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 25%
B adalah 50%
AB adalah 25%
O adalah 0%
ii (O)
i
IBi (B)
IBi (B)
IB
IB
IBIB (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
i
IBi (B)
IBi (B)
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 0%
B adalah 100%
AB adalah 0%
O adalah 0%
ii (O)
i
IBi (B)
ii (O)
IB
i
IBi (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
i
IBi (B)
ii (O)
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 0%
B adalah 50%
AB adalah 0%
O adalah 50%
IAIB (AB)
A
IB
I I (AB)
IBIB (B)
I
A
I
IAIB (AB)
IB
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
A A
A B
I I (A)
IAIB (AB)
anak
anak
anak
anak
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 25%
B adalah 25%
AB adalah 50%
O adalah 0%
ii (O)
IAIB (AB)
IA
IB
i
IAi (A)
IBi (B)
i
IAi (A)
IBi (B)
47
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
darah
darah
darah
darah
A adalah 50%
B adalah 50%
AB adalah 0%
O adalah 0%
ii (O)
i
ii (O)
ii (O)
i
i
ii (O)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
Peluang kelahiran
anak
anak
anak
anak
bergolongan
bergolongan
bergolongan
bergolongan
i
ii (O)
ii (O)
darah
darah
darah
darah
A adalah 0%
B adalah 0%
AB adalah 0%
O adalah 100%
Pedoman kesimpulan:
Memahami genetika dengan mudah
48
Anti A
+
+
Anti B
+
+
Anti A,B
+
+
+
Golongan darah
O
A
B
AB
Daftar Pustaka
Elrod SL, Stansfield WD, Schaums Outlines Teori dan Soal-Soal Genetika, Edisi 4,
Penerjemah: Tyas DW, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2007
Gandasoebrata, Penuntun laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Jakarta, 1989
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, Biokimia Harper, Edisi 25, Penerjemah:
Hartono A, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001.
Ridley Matt, Genom Kisah Spesies Manusia Dalam 23 Bab, Penerjemah: Kantjono AT,
Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005
Stryer L, Biokimia, Edisi 4, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia
FKUI), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996
Suryo, Genetika Manusia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1997
Suryo, Genetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1998
Soehadi K., Konseling Genetis, Airlangga University Press, Surabaya, 1997
Yuwono Triwibowo, Biologi Molekular, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005
http://3.bp.blogspot.com/_CAGC1YfB4QY/SCvLVNhZYiI/AAAAAAAAAOU/lWeHRyNcsYU/s40
0/thalassemia_big_stomach_spleen_enlargement.jpg
http://content.answers.com/main/content/img/elsevier/dental/f0037-01.jpg
http://content.revolutionhealth.com/contentimages/images-image_popupr7_sicklecells.jpg
http://ghr.nlm.nih.gov/handbook/illustrations/triploidy.jpg
http://graphics2.jsonline.com/graphics/badger/img/may02/5martin506.jpg
http://history.nih.gov/exhibits/nirenberg/images/photos/01_mendel_pu.jpg
http://img379.imageshack.us/img379/5597/sindaktili15sc.jpg
http://img.blogcu.com/uploads/kedicikkopekcik_HUMAN.jpg
http://justbeer.files.wordpress.com/2008/03/bitter-beer-face.jpg
Memahami genetika dengan mudah
49
http://learn.genetics.utah.edu
http://media.photobucket.com/image/Ichthyosis
%20Congenital/lanovsky/ntah/11441270ichthyosis.jpg
http://medicastore.com/images/fibrosis_kistik.jpg
http://micahcummings.com/blog/wp-content/uploads/2009/ 04/img_6175-633x950.jpg
http://naturescrusaders.files.wordpress.com/2009/01/albino_girl_honduras2.jpg
http://pediatrics.aappublications.org/content/vol105/issue1/images/large/pe0104045019.j
peg
http://www.arastiralim.net/wp-content/uploads/2008/02/
cretinism-dwarfism.jpg
myxedematous-endemic-
http://www.bioethics.org.nz/about-bioethics/glossary/images/ chromosome.gif
http://www.bio.miami.edu/dana/104/karyodown.jpg
http://www.biology. arizona.edu
http://www.butler.org/healthGate/images/si55551770_ma.jpg
http://www.curetay-sachs.org/dream.shtml
http://www.dent.unc.edu/research/defects/Images/di_primary_after_t.jpg
http://www.dentiss.com/fileSource/resim1-.jpg
http://www.dkimages.com/discover/previews/843/70011722.JPG
http://www.downssupport.org.uk/images/down%27schild2.jpg
http://www.i-am-pregnant.com/images/Polydactyly.jpg
http://www.nature.com/ejhg/journal/v14/n12/images/5201708f1.jpg
http://www.nature.com/nrendo/journal/v4/n3/images/ncpendmet0747-f1.jpg
http://www.nexusediciones.com/images/alcaptonuria04.jpg
http://www.scielo.br/img/revistas/abd/v80n5/en_a09fig02.jpg
http://www.theflagbearer.com/611px-Blueye.jpg
http://www.triple-x-syndroom.nl/menu150/information+ leaflet+in+english
http://www.wikilearning.com/imagescc/10545/W1102_low.jpg
http://yumizone.files.wordpress.com/2009/03/gol-darah.jpg
50