Anda di halaman 1dari 22

DASAR-DASAR SAINS

PENGETAHUAN DARI WAKTU KE WAKTU


Dosen pembimbing :
H. Subandi

Oleh :
Kelompok 2
1. Rinanda Nosa Rohma Sari
(140331605572)
2. Riska Khoirun Nisa
(140331606554)
3. Risky Nur Agustin
(140331601366)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

I.

Tujuan

1. Memahami proses perkembangan sains dari waktu ke waktu


2. Menarik pola serta manfaat dari perkembangan pengetahuan alam
3. Memahami aliran-aliran berpikir yang dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan alam yang mewarnai sejarah sains
4. Mendapatkan bahan refleksi untuk memahami perubahan objek dan gaya
berpikir ilmiah di ere digital, yang tengah dialami di masa sekarang dan di
masa yang akan datang

II.

Pembahasan

A. Empat Macam Pengetahuan


Pengetahuan bercirikan beberapa pengetahuan lain yang mendukung atau
pengetahuan lain dapat menjadi pembanding. Proses pengetahuan terbagi jadi
beberapa tahap jika dipilah-pilah. Ada pengetahuan terselubung dan pengetahuan
aktual. Pengetahuan terselubung yaitu pengetahuan rasional yang rumusannya
belum lahir, masih perlu pengkajian lebih dalam dan pemikiran rumit. Sedangkan
pengetahuan aktual yaitu pengetahuan yang dilihat dengan objektif tanpa perlu
abstraksi. Menurut polanya, pengetahuan dibagai menjadi 4 (empat) yaitu :
1. Know that (tahu bahwa)
Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang hanya menyangkut informasi.
Bersifat tidak terlalu mendalam karena hanya memberitahukan sebuah informasi
universal. Pengetahuan ini juga bersifat nyata dan faktual. know that juga bisa
menyangkut konsep, teori-teori, rumus, dan informasi abstrak atau informasi yang
tanpa harus mengamati karena sudah dibuktikan oleh ahli yang
sebelumnya.Contoh : pengetahuan bahwa air laut berasa asin. Hal tersebut adalah
kenyataan yang sudah ada dan kebanyakan orang juga sudah tahu. Pengetahuan
ini merupakan dasar dari pengetahuan-pengetahuan yang lain. Karena konsep dan
teori-teori merupakan hal yang dasar.
2. Know How (Tahu Bagaimana)
Pengetahuan yang bersifat praktis untuk memecahkan masalah-masalah
praktis. Biasanya dikaitkan dengan keterampilan atau skil mengoperasikan suatu
alat. Pengetahuan ini setingkat lebih tinggi dari Know That namun pengetahuan
ini membutuhkan landasan konsep dan teori-teori untuk mendukung keterampilan
atau memecahkan masalah. Contoh : keterampilan para teknisi montor yang

memerlukan latar belakang teori mengenai mesin dan kerjanya. Dalam sains,
pengetahuan ini menunjang penelitian-penelitian yang membutuhkan
keterampilan menggunakan alat.
3. Know About (Tahu Tentang)
Pengetahuan ini lebih tinggi dari 2 pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan ini
menyangkut hal spesifik dari suatu objek melalui pengalaman atau pengelanan
secara langsung. Ungkpan yang lebih lugas yaitu Kenal/mengenal. Pengetahuan
ini juga membutuhkan landasan teoritis dan pengalaman. Mengenal suatu hal
berarti benar-benar tahu tentang hal tersebut. Bukan hanya sekedar tahu atau
sekedar bisa mengoperasikan tetapi menyangkut kemampuan tentang pemecahan
masalah dan menjelasakan tiap bagian objek yang dikenalnya. Contoh nya :
seseorang yang tahu tentang konputer maka ia lebih mengerti bagaimana
menjalankan dan merawatnya jika terjadi kerusakan daripada orang yang hanya
tahu teoritisnya.
4. Know Why (Tahu Mengapa)
Pengetahuan ini merupakan pengtahuan yang lebih mendalam daripada
tingkatan pengetahuan yang lainnya. Pengetahuan semacam ini merupakan
pengetahuan yang membutuhkan kajian yang mendalam dan penelitian yang
keras. Latar belakang teoritis sangat dibutuhkan karena digunakan untuk
menganalisis informasi-informasi agar sampai ke kesimpulan yang valis. Know
Why bisa timbul dari aktivitas sehari-sehari dimulai dari pertanyaan mengapa.
Contohnya: kita mengetahui bahwa hujan turun dari langit, lalu mengapa hujan
turun dari langit?. Mugkin pertanyaan tersebut bisa dijawab bahwa mendung yang
mengandung air berada di langit. Hal itu saja tidak cukup, pasti memunculkan
pertanyaan pertanyaan baru untuk setiap jawaban. Atau bisa saja untuk masalah
yang lebih rumit kadangkala memunculkan pertanyaan yang belum bisa dijawab.
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat membawa sains semakin maju yang
bisa melahirkan penemuan-penemuan baru untuk kehidupan yang lebih baik.

B. Pengetahuan dan Kesadaran


Kesadaran merupakan kata kunci pengetahuan. Kita tahu hal-hal disekitar kita
jika kita menyadari hal-hal tersebut. Pengetahuan bisa timbul jika kata sadar
mengenai kehidupan kita. Memang tidak semua orang sadar hal tersebut.

Kebanyakan orang hanya melakukan kehidupannya dengan biasa-biasa saja.


Jarang sekali orang bertanya mengapa ketika dia melakuan aktivitas.
Memang kehidupan akan selalu berjalan lancar tan kesadaran. Namun banyak
hal-hal yang menarik pada kehidupan yang tidak disadari oleh manusia. Jika kita
tidak sadar, maka kita tidak mengetahuinya. Hal yang penting yaitu, dengan
kesadaran manusia akan bergerak ke kehidupan yang lebih baik. Manusia akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang muncul secara sadar atau
tidak.
Bagi ilmuan, kesadaran diperlukan untuk pemilihan metode dan agar penliti
tidak terjebak dalam pragmatisme sempit. Dengan kesadaran pula, peneliti bisa
terhindar dari manipulasi dan ketidak jujuran. Perkembangan sains akan
berkembang seiring perkembangan kesadaran manusia akan kehidupannya.

C.Skeptis, Subjektivisme, Relativisme


Di tengah ramainya ilmu pengetahuan yang berkembang
dengan sangat pesat, berkembang pula metode dan cara
menarik kesimpulan bagi fakta-fakta yang ada dan metode yang
digunakan. Hal ini sangat berkaitan dengan penentuan
kebenaran menurut macam-macam pengetahuan. Metode ini
sangat beragam dan pelaku harus menentukan metode yang
palling tepat untuk mereka sendiri. Di lain pihak, pemirsa akan
kesulitan mengikuti tiap kemajuan dan penemuan baru, temasuk
kesadaran baru yang timbul dari tiap pengetahuan baru.
Pendapat pertama menyatakan perubahan yang cepat dan
berganti-ganti dalam mencari kebenaran atau alasan terjadinya
suatu fakata akan membuat sekelompok manusia menjadi bosan
dan akhirnya mempunyai sikap skeptis terhadap perubahan yang
dialami di masanya.
Pendapat kedua menyatakan kekeliruan demi kekeliruan
menyebabkan pemirsa bingung dan menimbulkan teka-teki
namun tidak dapat berbuat apa-apa. Teori dan hukum yang

dirumuskan setiap kali diperbarui dan tiap kali menimbulkan


kesan seakan-akan hasil penemuan terbaru belum tentu benar
dan tinggal menantikan saat keruntuhannya. Dapat pula
akhirnya disimpulkan bahwa kebenaran pengetahuan hanya
berlaku pada subjek-subjek tertentu, yang menjadi ciri kaum
subjektivis.
Pendapat ketiga justru menyatakan bahwa kebenaran yang
ada pasti relatif, tergantung pada banyak hal. Pertanyaanpertanyaan tiga kelompok besar ini tetap ada sampai saat ini
karena inilah pertanyaan- pertanyaandasar yang sangat
manusiawi dalam setiap pencarian manusia akan
kebenaran.Pertanyaan- pertanyaan ini akhirnya terbawa ke
dalam kelompok-kelompok pemikir yang nantinya melahirkan
aliran-aliran khas skeptis, subjektif, dan relatif yang menjadi
warna khas perkembangan sains dari zaman ke zaman.
1. Aliran Skeptisme
Yang pertama akan kita bahas adalah aliran skeptisme.
Sejak zaman Yunani kuno, di tengah masyarakat Sofistik sudah
terdapat tokoh-tokoh terkenal diantaranya Gorgias (485-380
SM), yang sering digelari bapak kaum skeptis., yang mengambil
sikap tidak mau percaya akan kebenaran menurut para pemikir
yang ada. Sikap dasar dari kaum skeptis ini adalah bahwa
manusia tidak pernah tahu akan apapun dan manusia tidak boleh
merasa pasti karena pengetahuan yang didapat dari waktu ke
waktu tidak pernah cukup. Kaum sofis yang hidup di Yunani kala
itu meragukan kemungkinan manusia untuk dapat mengetahui
dan mengerti alam secara komprehensif. Penelitian dan
pengamatan akan alam tidak mungkin dilakukan dengan benar
karena semuanya berpusat pada manusia, dan hanya di seputar
kepala manusia, bukan pada objek alam yang diteliti itu,
sehingga tidak boleh percaya kebenaran objektifnya.

Ada tiga pernyataan Gorgias yang terpenting: 1) tidak ada


yang benar-benar ada; 2) kalaupun ada yang benar-benar ada,
kita tidak dapat mengetahuinya; 3) kalupun kita tahu apa yang
benar-benar ada itu kita tak dapat mengkomunikasikannya. Dari
ketiga pernyataan tersebut dapat ditarik implikasi bahwa
pengetahuan sesungguhnya hanya merupakan konstruksi
abstraksi manusia yang dianggap nyata, padahal tidak ada
realitas yang diketahui secara nyata. Manusia tidak sempat lagi
meneliti detil kebenaran karena ada sekian banyak kebenaran
yang ditawarkan, sehingga terkadang kita hanya memilih satu
diantara semua kemungkinan yang mungkin, atau kita hanya
memilih kemungkinan yang paling mengtuntungkan.
Di awal zaman modern banyak orang kembali menjadi
skeptis setelah dicetuskannya teori kebolehjadian Heinsberg
dalam mekanika kuantum dimana digambarkan bahwa letak
electron tidak dapat diketahui secara pasti dan tepat pada saat
yang sama. Banyak para ahli (diantaranya golongan Lingkaran
Wina yang sangat memperhatikan lahir dan berkembangnya
teori kuantum) akhirnya menarik implikasi dari teori ini bahwa
sebenarnya usaha manusia untuk mencari kepastian tidak akan
membuahkan hasil, karena kepastian yang dicari tersebut pada
hakikatnya tidak bisa didapatkan. Bahkan Thomas Samuel Kuhn
(lahir 1992), filusuf sains, pernah meragukan kemampuan ilmu
pengetahuan untuk menemukan kebenaran. Keraguan yang
serupa pasti pernah menyelimuti benak para ahli sains, namun
berbagai peristiwa akan memberikan dampak positif maupun
negatif pada para pelaku sains.
Sikap skeptis itu sendiri muncul karena manusia terlalu
mencari kepastian dan kebenaran tanpa berpikir dengan lebih
mendalam. Ada anggapan bahwa pengetahuan identik dengan
kepastian, dan manusia mencari pengetahuan seperti manusia

mencari kepastian, supaya manusia dapat berpegang pada


kepastian itu dan tidak susah-susah menentukan sendiri mana
yang baik dan mana yang salah menurut dirinya. Kalau manusia
tahu sesuatu, diharapkan bahwa manusia bisa yakin bahwa
sesuatu itu pasti benar dan tidak bisa salah, dan kebenaran itu
bisa dipegang erat-erat, dijadikan pedoman. Sikap semacam ini
sangat berbahaya karena akan mengarah ke fanatisme tertentu.
Karena itu reaksi dari kaum skeptis ada gunanya juga, salah
satunya untuk mengimbangi kaum fanatis ini. Namun dalam
banyak hal sikap skeptis mutlak juga sangat menyulitkan.
Sikap skeptis membantu manusia untuk selalu ragu-ragu
dan mencari, terutama mencari kepastian supaya tidak pelu
ragu-ragu lagi. Keraguan metodologis ini merajai pikiran manusia
di abad pertengahan yang dipelopori oleh Rene Descartes (15961650), ahli matematika yang sangat mengemukakan kesadaran
objektif dari pelaku sains. Ungkapannya yang terkenal adalah:
cogito, ergo sum, saya berpikir, maka saya ada. Menurut
Descartes, segala sesuatu perlu diragukan dan dicarikan
kebenarannya dan kebenaran itu harus dapat disadari dengan
jelas dan dapat dibedakan (clear and distinctive). Melalui
tahapan meragukan, akan dicapai sesuatu yang benar dan tidak
meragukan lagi. Yang diinginkan adalah fakta ekstensial yang
tidak perlu diragukan lagi karena telah dibuktikan melalui proses
berpikir yang disadari. Mengingkari keberadaan diri yang sadar
adalah tidak mungkin, dan ini merupakan kontra pernyataan
skeptis Gorgias yang pertama tadi. Kesadaran yang
memungkinkan untuk menyatakan bahwa sesuatu adalah ada
secara faktual tidak mungkin dibantah, dan argumen ini memang
melawan skeptis mutlak. Juga menurut Descartes manusia
mempunyai kemampuan untuk mengenali dan menangkap
kebenaran, bukan sekedar tahu akan kebenaran. Disini keempat

macam pengetahuan ada dalam proporsinya masing-masing


dealam proses pencarian manusia akan kebenaran.
2. Aliran Subjektivisme
Selain skeptisisme, aliran subjektivisme juga mewarnai
perkembangan pengetahuan manusia. Subjektivisme adalah
akibat secara tidak langsung dari pemikiran Descartes.
Subjektivisme mengendalikan satu-satunya hal yang kita ketahui
dengan pasti adalah diri kita sendiri dalam aktivitas kesadaran
kita. Maka yang diluar subjek bisa diragukan keberadaannya.
Argumen yang melawan skeptisisme dengan kesadaran diri dari
Descartes ternyata membawa sekelompok manusia menuju ke
subjektivisme mutlak.
Karena Descartes, banyak pemikir meyakini bahwa satusatunya hal yang dapat kita ketahui dengan pasti adalah diri kita
sendiri dan kegiatan sadar kita. Hal lain yang berada di luar diri
kita dan tidak diketauhui secara langsung tidak dapat dipastikan
kebenarannya.kebenaran macam itu hanya dapat diterima
setelah melewati argumentasi dan penyimpulan tidak langsung.
Pengetahuan macam ini disebut sebagai pengetahuan tidak
langsung. Jembatan yang menghubungkan antara subjek
pengamat dan yang lain harus benar-benar dipikirkan agar mana
yang dapat dipastikan dan yang tidak dapat dipastikan tidak
menjadi rancu satu sama lain. Lagi pula yang diketahui dengan
pasti oleh subjek ternyata hanya pasti dalam subjek itu sendiri, di
luar diri subjek kembali tidak dapat dipastikan apa-apa.
Keraguan metodis sebagai metode menjajaki kepastian
yang diajukan oleh Descartes ternyata justru menyebabkan
kemunculan skeptisisme model terbaru. Padahal Descartes
bermaksud mengemukakan kemampuan berpikir sampai pada
taraf membedakan dan memilah-milahkan objek dengan jelas
sebagai kriteria kebenaran objektif, yang ternyata sulit dipahami
semua orang. Kebenaran yang tertutup pada diri dan kesadaran

subjek ini ternyata banyak membawa pengaruh dalam dunia


pemikiran manusia zaman itu. Lagipula sebenarnya manusia
tidak boleh menutup diri dengan subjek sebagai pusatnya untuk
mengklaim kepastian pengetahuannya. Tanpa interksi dengan
semua yang di luar diri manusia maka manusia tidak akan
mengenal dirinya dengan sungguh-sungguh. Dan subjektivisme
radikal macam ini tidak dapat dipertahankan, karena setelah itu
manusia pasti bertanya-tanya lagi, meragukan lagi, bahkan
meragukan kepastian yang telah didapat dalam subjeknya
sendiri. Lagipula pengetahuan macam ini bersifat subjektif,
padahal yang diperlukan adalah pengetahuan objektif karena
mengkaji segala sesuatu yang menjadi objek dan keberadaannya
di luar diri manusia yang mengamatinya.
3. Alirann Relativisme
Skeptisime dan subjektivisme dalam banyak hal mudah
untuk dibuktikan ketidakcocokannya bagi pelaku sains atau bagi
siapa saja yang hendak belajar sains, namun lain halnya dengan
relativisme yang muncul sebagai reaksi atas kedua aliran ekstrim
tadi. Menurut aliran relativisme, kebenaran dan kepastian yang
ada tidak dapat diklaim oleh manusia dengan mutlak karena
sifatnya selalu relatif. Sifatnya tidak mutlak karena sangat
tergantung pada subjek yang melihat, situasi dan kondisi saat
itu, kebudayaan dan hukum-hukum yang berlaku saat itu, juga
pandangan masyarakat akan kebaikan dan keburukan yang
berlaku di daerah tersebut saat itu.
Relativisme tidak mudah mempersalahkan yang lain
menyangkut pengetahuan yang telah ada namun menghargai
tiap pandangan lain. Relativisme karenanya sangat menarik
banyak orang karena sifatnya tidak mengemukakan
pertentangan namun membawa damai dengan menerima
semuanya. Lagipula banyak orang terutama di zaman sekarang

telah menyadari pluralitas dan keberagaman yang dimiliki orang


lain atau sekelompok orang lain dari asalnya, budaya dan
kebiasaan, peraturan dan hukum-hukum, keberagaman alam dan
lain sebagainya. Relativisme menawarkan damai dalam
perbedaan.
Hanya saja, jika relativisme dimutlakkan juga, yang terjadi
adalah semacam subjektivisme. Subjek sendiri menjadi acuan
relativitas semua yang ada di luar dirinya, dan akibat tolak ukur
kebenaran menjadi berbeda dari subjek ke subjek. Ccontohnya,
menurut Andi pelangi sore itu adalah hal biasa, dan tidak terlalu
indah dibandingkan mobil keluaran terbaru, sedang menurut Mira
sangat luar biasa, lebih indah dari apapun termasuk baju baru
yang dia beli sebelum itu. Semua tergantung pada situasi dan
kondisi subjek tanpa disadari, tergantung pada situasi dan
kondisi subjek tanpa disadari, tergantung pada budaya setempat,
relatif terhadap apa saja yang melingkupi dan memengaruhi
subjek, menggerakkan subjek yang berpikir dan menyadari objek
tersebut.
Tak beda dengan relativisme subjektif tadi, relativisme
konseptual juga sering terjadi, semua relatif terhadap bingkai
konsep yang dipakai. Dalam banyak hal ini dapat diterima karena
kita harus bicara dalam konteksnya masing-masing, namun di
lain pihak ralativisme semacam ini akan membingungkan karena
apapun bisa dipakai untuk membuat konteks yang dipakai
berbeda, konsep-konsep yang berhubungan dengan topik juga
bisab dibuat berbeda. Tiap kelompok masyarakat mempunyai
bingkai konseptual berbeda, bahasa berbeda, tata hidup
berbeda, paradigma berbeda, jika kita meminjam terminologi
Thomas Samual Kuhn.
Relativisme mengingatkan kita untuk setiap kali berpikir
konseptual dan tidak terjebak pada kesempitan pemikiran

subjektif sendiri. Dengan demikian relativisme mempunyai nilai


positif untuk sedikit meredam aliran ekstrim seperti
subjektivisme dan skeptisisme. Mengenai relativisme, kita perlu
sedikit berhati-hati karena jangan sampai manusia selalu
menerima segala sesuatu karena mangingat bahwa
kebenarannya selalu relatif. Jika diteruskan mungkin semuanya
menjadi benar dan tidak ada yang salah, dimana suasana seperti
ini tidak dapat diterima secara logika apalagi jika menyangkut
objek alam yang jelas.
Relativisme tidak terlalu berperan penting dalam sains,
karena sains membicarakan objek yang pasti dan tidak dapat
dengan mudah didekati dengan subjektivisme, apalagi
skeptisisme. Relativisme lebih berperan dalam ilmu-ilmu sosial
yang sifatnya lebih tidak pasti dan gejalanya dapat setiap saat
berubah-ubah karena tergantung pada lebih banyak parameter.
Relativisme dalam sains akhirnya bisa berupa diterimanya dua
teori yang harus diterima karena belum dapat dipersalahkan.
Contohnya adalah dualism cahaya sebagai gelombang dan
energi, dan masih banyak lagi dualism lainnya karena masingmasing mempunyai kekuatan dalam menjelaskan suatu gejala.
Karenanya masing-masing teori diterima dan tidak
dipertentangkan satu sama lain. Mungkin cara pandang
ilmuawan terhadap kedua teori ini dapat disesuaikan dengan
upaya mendekati kebenaran objektif yang sesungguhnya tentang
alam dan memberi tempat kehal-hal yang belum dapat
dijelaskan oleh teori-teori yang sudah ada.
Dengan melihat ketiga kecenderungan ekstrim dari
manusia dari zaman ke zaman ini maka sudah sepantasnya
kitaberhati-hati dalam menentukan sikap dan tidak terjebak
dalam salah satu ekstrim tadi. Kedudukan subjek dan objek
mempunyai kepentingan sendiri-sendiri dalam menentukan

kebenaran, demikian pula dalam situasi dan kondisi, waktu dan


tempat serta konteks, semuanya membawa pengaruh penting
bagi objek dan subjek, namun bukan berarti ada salah satu yang
bisa dimutlakkan. Karena permutlakkan ini bisa menyesatkan
dan mengakibatkan radikalisme.

D.

Sejarah Sains dan Ilmu Pengetahuan


1. Ciri dan Karakteristik Manusia
Salah satu ciri dan karakteristik manusia adalah berpikir,

dan dengan demikian manusia langsung menjadi subjek. Seperti


yang telah dijelaskan pada sus bab sebelumnya manusia berpikir
dan bertanya, meragukan, dn mengamati, berinteraksi dengan
segala apa yang tampak di luar dirinya, maupun segala apa yang
disadari dirinya. Alam, lingkungan, dan manusia lain diamati oleh
manusia sebagai objek dan disadari sebagai subjektivitas.
Dengan demikian dinamika lingkungan membuat subjek berpikir.
Subjek yang berpikir terus-menerus akan membuat kumpulan
manusia berpikir, akan melahirkan sistem baru, akan
menghasilkan struktur pengetahuan.
Struktur pengetahuan akan objek di luar diri manusia
biasanya bersifat objektif, dan dimengerti oleh manusia lain dan
kelompoknya. Struktur pengetahuan mengenai alam akan
menceritakan secara objektif mengenai alam dengan bahasa
yang akan dimengerti oleh subjek lain yang juga mengamati
alam yang sama. Struktur pengetahuan akan berkembang dan
bertambah sepanjang sejarah karena manusia akan mengamati
alam lingkungannnya dari waktu ke waktu. Tidak heran jika ilmu
berkembang seiring dengan meluasnya pengetahuan manusia.

Perkembangan ilmu merupakan kebutuhan alami, proses


spontan, seperti halnya biji akan tumbuh dan menjadi pohon di
lingkungan hidupnya, dengan bantuan sinar matahari. Ilmu
pengetahuan akan diwariskan turun-temurun, dan tugas
keturunan baru adalah meneruskana dan mengembangkan
pengetahuan dan strukturnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi sepanjang sejarah
peradaban manusia, dan sifat sifat perkembangannnya
akumulatif sampai apa yang kita capai saat ini. Akan lebih
mudah jika kita memahami perkembangan ini ke dalam segmensegmen waktu yang menandai periode perekmbangan ini.
Klasifikasi biasanya didasarkan pada pencapaian zaman tersebut
dan tidak lepas dari daerah dan budaya tempat perkembangan
peradaban. Penemuan-penemuan yang memberikan informasi
mengenai kemajuan berpikir manusia tidak berpusat di satu
tempat, melaikan menyebar di seluruh penjuru dunia daratan
Asia (Cina, India), Yunani, Babilonia, Mesir, dan Irak. Hal ini cukup
memberikan informasi bahwa dimanapun manusia akan berpikir
dan mempelajari alam hidupnya serta berusaha bertahan
mengatasi keganasan alam. Perkembangan ilu pengetahuan
yang mulai berjalan pesat dengan adanya jalur perdagangan,
yang terbukti efektif untuk menyebarkan kemajuan dan informasi
ke seluruh penjuru dunia. Peradaban Timur (Asia) terbukti cukup
memacu perkembangan peradaban barat masa itu.
Semula mungkin manusia hanya hidup di alam dan
bertahan hidup sesuai kebutuhannya. Manusia hanya melihat
apa yang disediakan dan dipaparka alam. Namun tentu itu saja
lama-lam tidak culup. Selain manusia harus bertahan di alam
yang ganas, manusia harus meningkatkan taraf hidupnya, yang
ditandai dengan keinginan menikmati hidup dan mengusahakan
kemudahan-kemudahan dalam hidup dan bekerja. Lalu manusia

lebih membutuhkan stimulasi intelektuan pula. Maka manusia


belajar dari alam dan merenung. Manusia menggunakan rasionya
untuk memecahkan persoalan hidup lain yang penting di masa
itu, disamping usaha untuk mengantisipasi keganasan alam.
Selanjutnya manusia menggunakan rasionya, untuk manipulasi
alam. Hamper semuanya mempunyai kesempurnaan hidup
manusia. Pun saat ini, manusia masih mengejar kesempurnaan.
Manusia manggunakan perasaannya untuk menikmati keindahan
dan hidup. Manusia tidak akan berhenti sampai di situ.

2. Pentahapan Sejarah Perkembangan Sains


Dari sejarah perkembangan sains dapat disimak jejak
peradaban, dan pelajaran paling berharga dalam hidup manusia
berpikir, manusia hidup. Seni adalah bagian lain dari hidup
manusia yang tidak terlalau kita elaborasi di sini, namun peranan
dan gemanya tidak kalah penting dalam hidup manusia.
Sejrah perkembangan sains dapat dibagi menjadi beberapa
tahapan besar berikut ini.
a. Zaman Batu Purba (4 juta-10.000 SM)
Pada zaman ini manusia telah mencapai kemampuan dasar
untuk perkembangan ilmu pengetahuan: membedakan macammacam hal, mengumpulkan berdasarkan kelompok
(mengklasifikasi), mendisain alat-alat bantu kerja, meningkatkan
efisiensi, dan sebagainya. Kemampuan-kemampuan dasar ini
diperoleh untuk bertahan hidup dan berhadapan dengan alam
yang keras.
Di banyak belahan bumi terjadi empat musim, dan ini
berarti manusia harus berlindung di dalam tempat tinggalnya

selam musim dingin dan juga harus ada persediaan makanan. Di


lain pihak manusia juga harus menjaga diri terhadap serangan
binatang buas, yang sering kali tubuhnya jauh lebih besar dan
lebih kuat daripada tubuh manusia.
Bukti kemajuan teknologi dapat dilihat di gua tempat
tinggal mereka, alat berburu (alat dari batu dan tulang belulang
yang jumlahnya lebih dari satu dan bentuknya mirip, ynag
merupakan awal teknologi manusia), lumbung tempat
penyimpanan makanan dan cara-cara pengawetan makanan
secara sederhana untuk persediaaan, gambar di gua
menunjukkan cara mereka berkomunikasi dan juga kebudayaan
serta seni berkomunikasi yang mereka miliki.
b. Zaman Pola Pikir Koheren (10.000-500 SM)
Pada zaman ini peradaban sudah maju dalam rupa
kerajaan di Cina, India, Mesir, Babilonia, dan Yunani. Adanya
kerajaan dan pemerintahan serta rakyat menunjukkan
bagaimana manusia berinteraksi dan hidup bersama.
Kemampuan bahasa sudah berkembang dengan amat baik yang
dapat dilihat dari kemajuan ilmu pengetahuan seperti
matematika dan astronomi, dan juga mitologi kuno yang tidak
dapat dilepaskan dari manifestasi kerinduan manusia untuk
mengerti gejala alam yang saat itu belum terpecahkan.
Di peninggalan di lembah Mesopotamia telah ditemukan 12
rasi bintang dengan nama-nama bintang yang merupakan hasil
pengmatan mendetil para ahli terhadap benda-benda di langit,
dan untuk menghitung waktu sudah digunakan peredaran bulan
dan matahari. Lama matahari berevolusi selama 365 hari dan 29
hari telah dapat dihitung dan juga gerhana matahari maupun
gerhana bulan dapat diramalkan. Dengan demikian teknologi
pertanian juga sudah disesuaikan dengan teknologi saat itu,
bahkan ilmu ramalan dan atrologi juga berkemban pesat, karena

pusat perhatian manusia dalah alam. Didapati bukti agama


politeisme pada zaman itu.
Di Mesir juga sudah didapatkan kemajuan ilmu
matematika, ditemukan bilangan Phi

()

untuk rumus

lingkaran dan benda-benda yang mempunyai unsur lingkaran,


dipergunakannya jam matahari untuk mengatur kehidupan
sehari-hari, pertanian di sekitar Sungai Nil sudah menggunakan
teknologi pula.
Di Cina ditemukan banyak gambar bermakna sebagai
tulisan dan syair kuno yang bijaksana, serta alat hitung abacus
(sempoa) untuk memudahkan pekerjaan menghitung.
Di sekitar 500 SM orang sudah mampu berpikir sangat
abstrak dan berbicara bahasa yang penuh simbolisme.
Perkembangan filsafat di zaman Yunani kuno meerupakan cikal
bakal perkembangan filsafat barat modern. Agama kuno di masa
ini bercirikan politeisme. Diantara abad 15-6 SM telah ditemukan
unsur besi, tembaga,dan perakyang tampak pada peralatanperalatan mereka. Pembuatan alat-alat perunggu juga telah
ditemukan di Mesir.
c. Zaman pola pikir rasio
Pada zaman ini pola pikir Yunani adalah dominan karena
menggunakan akal sehat cara berfikir yang koheren. Beberapa
nama dari masa kejayaan Yunani kuno antara lain :
Thales (624-565 SM) menyatakan bahwa bintang
bersinar dan bulan hanya memantulkan sinar, yang
berpendapat bahwa asal mula semua benda yang ada di
alam semesta adalah air dan didapat dari proses alam.
Anaximander (670-547 SM) menemukan jam matahari
dan mendukung pendapat Thales.
Herakleitos (540-480 SM) menyatakan bahwa api
merupakan keutamaan yang membentuk alam raya.

Phytagoras (580-500 SM) berpendapat bahwa unsureunsur tanah, air, udara dan api merupakan unsur-unsur
utama alam.
Sokrates (470-399 SM) merumuskan metode dialektika
untuk merumuskan kebenaran dan akan berkembang di
dunia pemikiran modern satu milenium kemudian
Demokritos (460-370 SM) menyatakan bahwa materi
yang paling kecil dan tidak dapat dibagi lagi disebut
atomos yang merupakan inti dari segala yang ada di alam.
Empedokles mengungkapkan daya ikat air, api, tanah dan
udara adalah sesuatu yang disebut benci dan cinta.
Memperrkenalkan konsep peluang dan prinsip dinamika.
Plato (427-347 SM) mengatakan bahwa keanekaragaman
di alam merupakan duplikat dari sesuatu yang kekal dan
immaterial, ada dunia ide dan dunia materi.
Aristoteles (384-322 SM) sangat menyumbang
kemajuan berfikir dengan rumusan-rumusan mengenai
metefisika dan logika, yang sudah terlepas dari
penyelidikan manusia akan alam di sekitarnya.
d. Zaman pertengahan (abad 2-14 M)
Zaman ini ditandai dengan karya para teolog ()ahli agama)
yang juga bekerja di bidang ilmu pengetahuan alam.
Perkembangan berfikir penemuan baru banyak terjadi di zaman
ini. Perumusan hukum alam mendasar digabungkan dengan
karya para teolog menjadi warna zaman ini. Berpadunya agama
Islam dan Kristen dalam menggali ilmu pengetahuan membuat
penemuan demi penemuan menjadi fenomenal dan sangat
berguna bagi perkembangan sains di zaman selanjutnya.
e. Zaman sains modern pada zaman renaissance (1417 M)
Zaman ini ditandai dengan bangkitnya akal budi yang
melepaskan diri dari dogma-dogma agama. Beberapa nama dari
zaman renaissance antara lain :

Nicolas Kopernikus (1473-1543) merumuskan bahwa


alam semesta ini heliosentris (matahari adalah pusat tata
surya dan benda lain mengelilinginya).
Thyco Brahe (1546-1601) menemukan bintang baru di
galaksi casiopeai yang cemerlang selama 16 bulan lalu
padam lagi.
Johannes Keppler (1571-1630) merumuskan orbit
benda-benda angkasa yang berupa elips dan meramalkan
terjadinya gerhana matahari dan bulan dengan
menghitung posisi benda langit.
Galileo Galilea (1546-1642) menemukan planet jupiter
dan membuktikan bahwa di bulan terdapat kawah dan
planet tidak mempunyai cahaya sendiri. Langkah-langkah
ilmiah Galileo mulai dikenal dan dilakukan dalam
penyelidikan ilmiah, yaitu (1) observasi (pengamatan); (2)
eliminasi (penyingkiran) untuk yang tidak sesuai dengan
ruang lingkup kajian; (3) idealisasi dan penyusunan teori
secara spekulatif, yang disebut prediksi (meramalkan); dan
(4) setiap saat bisa dilakukan pengukuran dan percobaan.
f. Zaman pola pikir induksi
Zaman ini ditandai dengan gaya berpikir induksi telah
mulai digunakan sebagai landasan dalam penyelidikan ilmiah.
Empirisme besar-besaran yang benar-benar menghantarkan
sains ke kemajuan tekhnologi. Teori dan hukum alam baru
ditemukan pada zaman ini dan berlaku sampai saat ini. Beberapa
nama tokoh dari zaman pola pikir induksi antara lain :
Chistian Huygens menemukan cahaya
Isaac Newton (1643-1727) merumuskan mekanika klasik
Rene Descartes (1596-1650) merumuskan koordinat
cartesious dengan sumbu x dan y sebagai sumbu vertikal
dan horizontal. Decartes juga mewariskan metode berpikir
yang menjadi landasan dasar ilmu pengetahuan modern,
yang dapat dirangkum dalam tiga pernyataan berikut ini :
(1) ragukanlah segala sesuatu (keraguan metodis); (2)

terimalah apa yang anda yakin benar saja; (3) prinsip clear
and distinctive : memilah-milah masalah menjadi bagianbagian terkecil dan jelas (dalam pikiran) untuk tujuan
penyelesaian masalah dengan cepat dan akurat.
Isaac Newton (1643-1727) ahli fisika yang menemukan
teori gravitasi, penemuan bidang optika, rumusan
mekanika, penghitungan kalkulus, pembiasan cahaya
matahari
James Watt (1736-1819) menemukan mesin uap
sehingga memicu terjadinya era keemasan tekhnologi.
g. Zaman kontemporer
Zaman ini ditandai dengan kemajuan ilmu alam terutama
fisika. Setelah percobaan Erns Rutherford (1871-1937),
penemuan J.J. Thomson (1856-1940), eksperimen
Heinsenberg (1901-1976), Erwin Schrdinger (18871951) , dan kawan-kawan sampai merumuskan teori kuantum,
orang mulai menganalisis bahwa fisika merupakan dasar semua
ilmu alam karena subjek materinya mengandung penyelidikan
mengenai unsure-unsur fundamental yang menyusun alam
semesta. Di zaman ini manusia sudah mendapatkan hukum
kekekalan materi dan energi, lahirnya teori big bang dan
mekanika kuantum.
Kemajuan di zaman kontemporer ini ditandai dengan
penemuan tekhnologi canggih, misalnya tekhnologi komunikasi
dan informasi ( computer ). Computer sangat memudahkan kerja
perhitungan dibanyak bidang. Penghitungan rumit yang tadinya
dilakukan dengan kemampuan otak yang membutuhkan waktu
lama sekarang dapat dilakukan dengan bantuan computer yang
bekerja sebagai mesin. Computer juga membantu manusia
melihat secara visual ide-ide yang dipikirkan dan dihitung.
Kemajuan computer masih dipercepat lagi dengan
penemuan baru dibidang teknik pembuatan material baru yang
salah satu aplikasinya adalah sebagai penyimpan data. Di

samping kemajuan elektronika dan bahasa pemrograman, kinerja


computer senatiasa diperbaiki dan ditopang oleh kemajuan
banyak bidang. Computer sendiri menjadi sangat aplikatif dan
digunakan untuk sekian banyak kerja mesin, terutama sebagai
penggerak dan pengendali kerja mesin. Sulit ditemukan mesin
modern yang tidak dioperasikan oleh computer.
h. Sains di masa depan
Sains di masa depan adalah sains digital. Manusia akan
menghadapi kenyataan baru, yakni kenyataan virtual. Tekhnologi
akan jauh berkembang pesat ditandai dengan makin meluasnya
penggunaan tekhnologi modern dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan kemajuan sains di dunia elektronika dan computer dapat
mengubah warna sains empiris maupun sains dedukatif yang
selama ini kita pelajari. Warna baru sains ini juga akan mengubah
peta perkembangan pengetahuan secara umum, bahkan sampai
realitas social sekalipun. Teori-teori perkembangan pengetahuan
yang selama ini dipelajari akan mempunyai warna baru pada
eradigital di masa yang akan datang.

E.Perulangan Pola
Sejarah akan terulang. Ini adalah ungkapan yang memang
sering terbukti. Misalnya dalam pembicaraan mengenai sains,
yaitu ilmu alam yang memuat pengamatan manusia akan alam
di sekitarnya, dapat kita saksikan pola-pola perkembangan ilmu
pengetahuan dan inipun merupakan perulangan sejarah yang
tidak selau teramati. Sejarah mencatat perubahan titik tolak
perkembangan pengetahuan alam makro dan perbintangan, lalu
mengecil skalanya menjadi materi seputar kehidupan (air-apitanah-kayu), mengecil lagi sampai skala mikro seperti unsur
penyusun meteri dan atom. Diawal abad pertengahan terulang
lagi poal yang ternyata mirip dengan pola minat zaman dahulu,
tetepi tentu saja pelakunya berbeda. Terhadap materiyang

dibahas (matahari, tatasurya, benda-benda kecil) dan metode


yang digunakan, penggunaan rasio dan pengamatan empiris
mengalami osilasi alternatif, yang menuju ke kebenaran alam
yang lebih spesifik lagi, serta ke dalam skala yang terkecil
sekalipun, setingkat partikel elementer penyusun atom.
Di lain pihak kebenaran ilmiah yang dicapai dalam skala
kecil akan juga mencerminkan universalitasnya, dengan
ditemukannya berbagai konfirmasi dan berbagai macam
penemuan mutakhir untuk mempertajam kebenaran spesifik
tadi. Demikian dari waktu ke waktu, yang terjadi adalah
pengulangan pola kegiatan manusia dalam menyikapi fenomena
di alam.
Demikian pula dengan sikap manusia dari zaman ke
zaman, skeptisme, subjektivisme, dan bahkan relativisme
berulang pula dengan tokoh dan ciri pemikiran mirip namun
menunjukkan karakter jaman. Gorgias tentu berbeda dengan
Descartes, walaupun keduanya sama-sama meninggalkan gema
saat ini. Perulangan pola tanpa disadari sudah menjadi
keharusan dalam proses, baik proses yang terjadi di alam
maupun proses berpikir manusia. Tanpa perulangan pola, kita
tidak tahu arah suatu proses akan menuju ke mana.
Naik turunnya niat manusia untuk mempelajari alam juga
mempunyai pola serupa. Pada saat ini manusia berpikir untuk
mencapai kebenaran global dengn cara masing-masing. Namun
demikian klaim yang dapat diajukan oleh para ilmuwan tidak
dapat melampaui objek yang dipelajarinya.

III.

Simpulan

Pengetahuan manusia berkembang sedikit demi sedikit dan


mewarnai hidup manusia dari waktu ke waktu. Perkembangan
ilmu sangat cepat dan tidak terbendung di era komputasi dan
telekomunikasi. Dengan demikian alam realitas yang dipelajari
manusia menjadi bertambah, yakni realitas maya yang akan
mewarnai sains di masa yang akan datang. Relitas maya di
zaman digital telah mewarnai perkembangan sains di masa kini.
Demikian pula ilmu lain di luar sains akan merasakan dampak
perkembangan sains dan pengetahuan serta kajian manusia
secara menyeluruh dapat berkembang ke segala arah dengan
akhir yang tidak pernah diduga.

Anda mungkin juga menyukai