diartikan sebagai siswa dapat menerangkan sebuah konsep dengan benar, tetapi
pemahamannya masih terbatas. Hasil belajar sebagian besar siswa pada mata
pelajaran biologi tergolong masih rendah. Hal ini terlihat dari data hasil nilai
ulangan tengah semester (UTS) beberapa siswa kelas XI memperoleh nilai
dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75. Sebagian besar siswa
menganggap pelajaran Biologi adalah pelajaran yang menghafal. Sebenarnya,
Biologi merupakan pelajaran IPA yang menyediakan pengalaman belajar untuk
memahami konsep dan proses sains (BSNP, 2006). Jadi pada hakikatnya materi
dalam matapelajaran Biologi itu tidak untuk dihafal melainkan dipahami.
Menurut Erniati (2010) salah satu pendekatan yang bisa meningkatkan
kemampuan literasi sains siswa adalah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
terbimbing. Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing membuat siswa terlibat
langsung dalam pembelajaran sehingga pelajaran akan bermakna bagi siswa. Ciri
utama inkuiri terbimbing siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan konsepkonsep materi secara mandiri, kritis, dan logis. Dalam diri siswa akan berkembang
dengan sendirinya. Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing akan mengubah pola
pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif
mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains) dan
pembelajaran kritis. Balitbang (2006) menyarankan agar pembelajaran sains
dilakukan melalui inkuiri ilmiah, agar terbentuk kemampuan berfikir ilmiah,
bekerja ilmiah dan mengkomunikasikan hasil sebagai bentuk kecakapan hidup.
Zuriyani (2012) menyebutkan bahwa salah satu kelemahan pembelajaran
inkuiri yaitu membutuhkan waktu yang banyak karena guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan misalnya waktu yang telah
diatur oleh sekolah. Selain itu, pembelajaran inkuiri juga memerlukan sumber
belajar yang cukup banyak. Dengan memanfaatkan fasilitas yang terdapat pada
SMA Negeri 5 Malang, solusi untuk mengatasinya yaitu pembelajaran inkuiri ini
dipadukan dengan pembelajaran online. Perpaduan antara pembelajaran ini sering
dikenal dengan pembelajaran berbasis Blended learning. Blended learning adalah
pembelajaran yang memadukan pembelajaran berbasis teknologi dan informasi
dengan pembelajaran berbasis kelas. Blended learning memiliki beberapa
keunggulan antara lain, pendekatan belajar yang beragam, lebih mudah dalam
mengakses pengetahuan, terjadi interaksi sosial, bersifat pribadi, menghemat
biaya, dan memudahkan dalam revisi. Siswa tidak hanya mengandalkan materi
yang diberikan oleh guru, tetapi dapat mencari materi dalam berbagai cara, antara
lain mencari ke perpustakaan, menanyakan kepada teman kelas atau teman saat
online, membuka website, mencari materi belajar melalui search engine, portal,
maupun blog, atau bisa juga dengan media lain berupa software pembelajaran dan
juga tutorial pembelajaran. Melalui pembelajaran ini informasi atau pengetahuan
yang diperoleh seolah-olah menjadi milik siswa sehingga tertanam kuat dalam
memori jangka panjang .
Pembelajaran menggunakan blended learning cenderung menggunakan bahan
ajar yang diperoleh dari internet, salah satunya pada materi sistem pertahanan
tubuh. Di dalam materi sistem imun terdapat materi yang berupa proses misalnya:
proses inflamasi, pembentukan antibodi, pembentukan kekebalan oleh sel, dan
lain lain. Materi yang berupa proses tentunya lebih efektif disampaikan kepada
siswa melalui media gambar bergerak atau video. Sebuah video tidak mungkin
akan diperoleh melalui buku. Oleh karena itu, dengan pembelajaran blended
Rata-rata
Kelas
Pretest
27.50
28.44
Eksperimen
Kontrol
Posttest
87.39
74.53
Rata-rata
Kelas
Pretest
53,78
53,41
Eksperimen
Kontrol
Posttest
88,42
77,29
Redhana (2007) pertanyaan yang sesuai akan dapat membimbing dan memberi
isyarat kepada siswa agar mereka dapat menemukan jawaban sendiri.
Peningkatan hasil belajar kognitif ini selain menggunakan pembelajaran
inkuiri terbimbing, juga ditunjang dengan pembelajaran blended learning.
Pembelajaran blended learning dilakukan diluar jam pelajaran dengan
memanfaatkan teknologi internet dan aplikasi jejaring sosial facebook atau
jejarong sosial lainnya. Penggunaan teknologi internet dimanfaatkan oleh guru
dan siswa untuk saling berkomunikasi terkait dengan materi yang disampaikan
pada pembelajaran tatap muka di kelas. Pembelajaran blended learning antara
guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terjadwal melalui internet, sehingga keduanya dapat menilai sampai berapa
jauh bahan ajar dipelajari. Selain itu, siswa dapat belajar atau mereview bahan ajar
setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan megingat bahan ajar tersimpan
dikomputer. Dengan demikian, secara tidak langsung akan merubah peran siswa
dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Munawar (2011) tentang model blended learning yang
menggabungkan pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran berbasis
web terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X SMA dalam mata
pelajaran Fisika, dan Suhendi (2009), bahwa e-learning dapat meningkatkan
pemahaman siswa dan penguasaan konsep serta memperbaiki sikap belajar
mahasiswa pada materi pencemaran lingkungan. Bantala (2010) menyimpulkan
bahwa pembelajaran menggunakan e-learning terbukti dapat meningkatkan
kemampuan kognitif peserta diklat teknik jaringan komputer dasar. Blended
learning dapat membuat kemandirian peserta didik dan lebih efisien waktu. Lebih
lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Kusairi (2013) menyatakan bahwa
pembelajaran blended learning mampu meningkatkan penguasaan konsep dan
penalaran peserta didik.
Bawaneh (2011) menyatakan bahwa blended learning dapat meningkatkan
performansi peserta didik. Blended learning yang mengkombinasikan metode
tatap muka dan online learning dapat melibatkan peserta didik secara aktif dan
memungkinkan peserta didik mendapat umpan balik. Senada dengan hal ini
Graham (2005) menyatakan blended learning dapat meningkatkan pedagogi,
akses dan fleksibilitas, serta efektivitas biaya. Mujiyanto (2012) menyatakan
bahwa blended learning memiliki kelebihan yaitu siswa memiliki banyak waktu
belajar dibawah bimbingan oleh guru tetapi juga harus dibatasi agar tidak keluar
dari materi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis blended learning berpengaruh
terhadap literasi sains dan hasil belajar siswa. Pembelajaran ini dapat
meningkatkan literasi sains dan hasil belajar siswa yang lebih tinggi pada kelas
yang diberi perlakuan daripada kelas kontrol.
Saran
Guru harus mempertimbangkan alokasi waktu yang tepat karena
pembelajaran inkuiri terbimbing memakan waktu yang cukup banyak. Jika tidak,
maka dapat menjurus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang
dipelajari. Guru dapat menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
blended learning pada materi sistem imun pada sekolah yang memiliki kriteria
seperti SMA Negeri 5 Malang sebagai sarana pembelajaran yang baik untuk
meningkatkan literasi sains dan hasil belajar siswa. Pada saat pembelajaran online,
guru diharapkan bisa mengontrol siswa agar diskusi bisa berjalan dengan lancar
dan tidak menyimpang dari materi. Siswa bisa memanfaatkan pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan blended learning untuk membantu pemahaman konsep
pada materi sistem imun.
DAFTAR RUJUKAN
Bahriah, E.S. 2013. Literasi Sains. (Online), (http://evisapinatulbahriah.
wordpress.com/2012/06/05/literasi-sains/), diakses 3 Januari 2014
Balitbang. 2006. Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: Kemen Han
Bantala, A.P. 2010. Penerapan E-Learning (Learning Management System) untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Peserta Diklat Teknik Jaringan
Komputer Dasar di PPPPTK Bmti Bandung. Tesis Jurusan Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan UPI. Bandung: PPs UPI.
Bawaneh, S.S. 2011. The Effects Of Blended Learning Approach On Students
Performance: Evidence From A Computerized Accounting Course.
Interdisciplinary Journal of Research in Business Vol. 1, Issue. 4, April
2011.p 4350.
BSNP. 2006. Standar Isi. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Bybee. 1997. The Concept of Literacy: A View of the Current Debate as on
Outgrowth of the Past Two Centuries. Electronic Journal of Literacy
Through Science. Volume 1 Issue 1
Depdikbud. 1997. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara
Erniati, L. 2010. Membangun VOIP Secara Sederhana. Jurnal Kependidikan, 20
(2): 187-201
Faizal, A. 2011. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Dalam
Pembelajaran Biologi Melalui Blended Learning Pada Siswa Kelas XI IPA
3 Putra SMA RSBI Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2011/ 2012. (Online), (biologi.fkip.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2011/05/11.001-UPAYA-PENINGKATAN-KEAKTIFANSISWA-MELALUI-IMPLEMENTASI-BLENDED-LEARNING-PADAPEMBELAJARAN-BIOLOGI.pdf), diakses tanggal 30 November 2013.
Graham, C.R., Allen, S., Ure, D. (2005). Beneits and challenges of blended
learning environments. In M. Khosrow-Pour (Ed.), Encyclopedia of
information science and technology I-V. Hershey, PA: Idea Group Inc.
Indrawati, S. 2007. Peningkatan kemampuan bernalar siswa didik melalui
pembelajaran konstruktivistik. Jurnal pengembangan Manusia. Edisi 5.
Kusairi, S. 2012. Implementasi Blended Learning. Malang: Program Studi
Pendidikan Fisika FMIPA UM.
Maikristina, N., Dasna I.W., Oktavia. 2012. Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan
Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Xi Ipa SMAN 3 Malang pada
Materi Hidrolisis Garam, (Online), (http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel68099EE989A697168C97626B63B8B4E4.pdf),
diakses tanggal 12 Mei 2014.
10