Anda di halaman 1dari 24

KERANGKA ACUAN PROGRAM ORIENTASI

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


BAGI STAFF BARU

RSU MITRA SEHAT


TAHUN 2016

A. PENDAHULUAN
Infeksi rumah sakit/ HAIs atau infeksi rumah sakit, yaitu infeksi yang
berhubungan dengan asuhan pelayanan kesehatan, merupakan masalah serius bagi
semua institusi pelayanan kesehatan di seluruh dunia , baik di negara yang sudah maju
maupun yang sedang berkembang. Infeksi di institusi pelayanan kesehatan dapat
menghambat proses penyambuhan dan pemulihan pasien, bahkan dapat menimbulkan
peningkatan morbiditas, mortalitas dan memperpanjang lama hari rawat, sehingga
biaya meningkat dan akhirnya mutu pelayanan kesehatan di instusi pelayanan
kesehatan akan menurun.
Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dimaksudkan
untuk tujuan perawatan atau penyembuhan pasien, bila dilakukan tidak sesuai dengan
prosedur tindakan akan berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi
pasien lain atau bahkan pada petugas kesehatan itu sendiri.
Untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi rumah sakit/ HAIs
maka dilakukan upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi . Untuk dapat
melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi, maka perlu memiliki pengetahuan
mengenai konsep dasar penyakit infeksi maupun pencegahan dan pengendalian
infeksi rumah sakit/ HAIs.
B. LATAR BELAKANG
Institusi pelayanan kesehatan selain memberikan pelayanan kuratif dan
rehabilitative juga memberikan pelayanan prefentif dan promotif. Pelayanan preventif
harus menjadi perhatian di mana saja dan kapan saja pelayanan kesehatan diberikan,
sehingga kejadian infeksi sehubungan dengan pelayanan kesehatan dapat dicegah atau
diminimalkan. Oleh karena itu institusi pelayanan kesehtan harus melaksanakan
program pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit/ HAIs. Salah satu program
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit/ HAIs adalah program orientasi
pencegahandan pengendalian infeksi adalah suatu program pencegahan dan
pengendalian infeksi bagi staff baru dan mahasiswa magang dan praktek agar
mengerti tentang pencegahan dan pengendalian infeksi. Hal ini perlu diadakan karena
setiap tahun ada staff baru yang direkrut dan mahasiswa yang praktek atau magang.

Staff baru dan mahasiswa praktek juga termasuk masyarakat rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan dan berinteraksi dengan lingkungan rumah sakit.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar staff baru dan mahasiswa praktek/magang memiliki pengetahuan dan
pemahaman dasar tentang pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Agar staff baru dan mahasiswa praktek/magang mampu melaksanakan
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
penyampaian materi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit
Kunjungan ke ruangan/unit terkait dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit
C. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan orientasi dilakukan dengan cara presentasi yang dilakukan oleh Tim PPI.
D. SASARAN
Setelah dilakukan progam orientasi staff baru dan mahasiswa praktek/magang
memiliki pengetahuan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit/
HAIs.
E. JADWAL PELAKSANAAN
Pelaksanaan orientasi menyesuaiakan dengan program dari pihak personalia untuk
staff baru dan pihak diklat untuk mahasiswa praktek dan magang.
F. EVALUASI
Kegiatan berupa sosialisasi kepada staff baru dan mahasiswa praktek dan tidak
dilakukan evaluasi.

Yogyakarta, 01 Januari 2016


Mengetahui

dr. Rahadian Faisal


Ketua Panitia PPI

dr. Siti Aisyah S Salam, SU


Direktur Utama

MATERI ORIENTASI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
TAHUN 2016
A. INFEKSI RUMAH SAKIT / HAIs
Infeksi rumah sakit/ HAIs adalah infeksi yang terjadi selama proses perawatan di
rumah sakit atau difasilitas kesehatan lain, dimana pasien tidak ada infeksi atau
tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi didapat di rumah sakit tapi muncul
setelah pasien pulang juga infeksi pada petugas kesehatan yang terjadi di
pelayanan kesehatan.
Penularan penyakit terjadi karena interaksi tiga faktor : (1) agent :
mikroorganisme penyebab infeksi, (2) host : tuan rumah (manusia), (3)
environment : lingkungan dimana host dan agent berinteraksi.
Komponen yang diperlukan sehingga penularan infeksi dapat terjadi adalah :
1. Agen infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Agen
infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur, dan parasit. Ada tiga factor
pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : patogenitas,
virulensi dan jumlah mikroorganisme.
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang dan siap ditularkan kepada orang lain. Reservoir yang paling
umum adalah manusia, binatang, tumbuh tumbuhan, tanah, air, dan bahan
bahan organik lainnya.
3. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan dari mana agen infeksi
meninggalkan

reservoir meliputi saluran pernafasan, saluran pencernaan,

serta cairan tubuh yang lain.


4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi
dari reservoir ke penderita (yang susceptible). Ada beberapa cara penularan
yaitu :
a.

Kontak langsung dan tidak langsung

b.

Droplet Airbone

c.

Melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah)

d.

Melalui vector (biasanya serangga dan binatang pengerat)

5. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksius memasuki
penjamu (yang susceptible) seperti saluran pernafasan, saluran pencernaan,
saluran kemih dan kelamin, selaput lendir serta kulit yang tidak utuh (luka).
6. Penjamu (host) yang susceptible adalah orang yang tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya
infeksi atau penyakit. Faktor khusus yang dapat mempengaruhi adalah umur,
status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau
pembedahan, pengobatan dengan imunosupresan. Faktor lain yang mungkin
mempengaruhi adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi,
gaya hidup, pekerjaan dan heriditer.
Dampak infeksi rumah sakit/ HAIs :
1.

Morbiditas meningkat

2.

Mortalitas meningkat

3.

Kecacatan meningkat

4.

LOS meningkat

5.

Biaya meningkat

6.

Pendapatan rumah sakit menurun

7.

Produktifitas pasien menurun

8.Mutu rumah sakit menurun


9.Citra rumah sakit menurun
10.Tuntutan hokum
Suatu infeksi dikatakan didapat di rumah sakit apabila
1.Pada waktu penderita mulai dirawat di RS tidak didaptkan tanda tanda klinik
dari infeksi tersebut.
2.Pada waktu pendderita mulai dirawat di RS tidak sedang dalam masa inkubasi
dari infeksi tersebut.
3.Tanda tanda klinik dari infeksi tersebut baru timbul sekurang kurangnya
setelah 3x24 jam sejak mulai perawatan.
4.Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.

5.Bila saat dirawat di RS sudah ada tanda tanda infeksi, dan terbukti infeksi
tersebut didapat penderita ketika dirawat di RS yang sama pada waktu yang
lalu, serta belum dilaporkan sebagai infeksi rumah sakit/ HAIs.
Catatan
1.Bila tanda tanda infeksi timbul pada masa kurang dari 3 x 24 jam sejak mula
perawatan, tergantung masa inkubasi dari masing - masing jenis infeksi.
2.Untuk penderita yang setelah keluar dari RS kemudian timbul tanda tanda
infeksi, baru dapat digolongkan sebagai infeksi rumah sakit/ HAIs apabila
infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari RS.
3.Tidak termasuk infeksi rumah sakit/ HAIs ialah : keracunan makanan yang tidak
disebabkan oleh produk bakteri.
B. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT
Pencegahan dan pengendalian infeksi di RS adalah kegiatan yang meliputi
perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya

mencegah kejadian infeksi di RS. Tujuan pencegahan dan pengendalian infeksi di


RS yaitu untuk mencegah atau mengurangi resiko terjadinya infeksi rumah sakit/
HAIs pada pasien, petugas kesehatan dan masyarakat rumah sakit dengan cara
yang cost efektif.
Factor factor yang mempengaruhi keberhasilan pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit adalah :
1.Dukungan manajemen
2.Struktur organisasi
3.Program pengendalian infeksi
4.Peran dan fungsi dari tim PPI
5.Otoritas tim PPI
6.Tersedia fasilitas
7.Komitmen individu
Ruang lingkup pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
1. Kewaspadaa isolasi
Terdiri dari dua macam yaitu :
a. Kewaspadaan standar, meliputi :
1) Kebersihan tangan
2) Penggunaan APD (alat pelindung diri)

2.
3.

4.
5.

6.

3) Pengelolaan limbah dan benda tajam


4) Pengendalian lingkungan
5) Penyuntikan yang aman
6) Kebersihan pernapasan dan etika batuk
7) Praktek lumbal pungsi
8) Perawatan peralatan pasien
9) Penatalaksanaan linen
10) Kesehatan karyawan
11) Penempatan pasien
b. Kewaspadaan berdasarkan transmisi, meliputi
1) Airborne
2) Kontak
3) Droplet
Penggunaan antibiotika yang rasional
Surveilans
a. ILO (infeksi luka operasi)
b. ISK (infeksi saluran kemih, karena pemasangan kateter urin)
c. Pneumonia
d. VAP (Ventilator Associated Pneumonia)*
e. IADP (Infeksi Aliran Darah Primer)*
f. Penggunaan antimikroba
g. Pola mikroorganisme
h. Phlebitis
i. Decubitus
j. MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus)*
k. Hepatitis
l. Luka tusuk jarum
Pendidikan dan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit
a. Staff rumah sakit
b. Pasien, keluarga dan masyarakat RS
Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
a. ILO (infeksi luka operasi)
b. ISK (infeksi saluran kemih, karena pemasangan kateter urin)
c. Pneumonia
d. VAP (Ventilator Associated Pneumonia)*
e. IADP (infeksi Aliran Darah Primer)*
f. Penggunaan antimikroba
g. Pola mikroorganisme
h. Phlebitis
i. Decubitus
j. MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus)*
k. Hepatitis
l. Luka tusuk jarum
Kesehatan karyawan
a. Pemeriksaan kesehatan karyawan
b. Pemberian imunisasi
c. Pengadaan APD
d. Penceghan kecelakaan kerja karyawan
e. Penatalaksanaan kecelakaan luka tusuk jarum.

3. KEWASPADAAN STANDAR
1. Kebersihan Tangan
a. Pengertian
Kebersihan tangan adalah prosedur tindakan membersihkan tangan dengan
menggunakan air mengalir atau dengan menggunakan handrub berbasis
alcohol. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan di air
mengalir menggunakan sabun/antiseptic jika tangan terlihat kotor. Jika
tangan tidak terlihat kotor dapat dilakukan dengan menggunakan handrub
berbasis alcohol.
b. Tujuan kebersihan tangan
Menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara. Mikroorganisme yang terdapat pada kulit :
Flora transient adalah mikroorganisme yang berada dalam lapisan
kulit, diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain
atau permukaan yang terkontaminasi (missal : meja periksa, tempat
tidur dll) selama bekerja. Flora transient tinggal dilapisan luar kulit
dan terangkat sebagian dengan mencuci tangan menggunakan sabun
dan air mengalir ataupun dengan menggunakan handrub berbasis

alcohol.
Flora residen adalah mikroorganisme yang tinggal dilapisan kulit
yang lebih dalam serta didalam folikel rambut dan tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya bahkan dengan pencucian dan pembilasan

dengan sabun dan air bersih.


c. Siapa yang wajib melakukan kebersihan tangan
Setiap orang yang kontak langsung dengan pasien seperti dokter,

perawat, dan petugas kesehatan lainnya (fisioterapi, teknisi)


Setiap orang yang tidak kontak langsung dengan pasien seperti : ahli

gizi, farmasi, dan petugas laboratorium.


Setiap personil yang berkontribusi dengan prosedur yang dilakukan

terhadap pasien.
Setiap orang yang bekerja di rumah sakit.
d. Mengapa harus melakukan kebersihan tangan
Sebagian besar rute tranmisi kuman patogen di pelayanan kesehatan

melalui tangan
Pondasi / pilar utama dalam pencegahan dan pengendalian infeksi

adalah kebersihan tangan


Kebersihan tangan merupakan metode paling penting / efektif untuk
mencegah penyebaran infeksi

Problem utamanya kepatuhan petugas masih sangat rendah


e. Waktu melakukan kebersihan tangan
Segera setelah tiba di rumah sakit
Sebelum masuk dan tinggalkan ruangan pasien
Sebelum dan sesudah kontak dengan lingkungan/benda yang ada
disekitar pasien
Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
Sesudah ke kamar kecil
Sesudah kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya
Bila tangan kotor
Sebelum meninggalkan rumah sakit
Segera setelah melepaskan sarung tangan
Segera setelah melepaskan sekresi hidung
Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan.
f. Lima momen kebersihan tangan
Before patient contact
Before aseptic task
After body fluid exposure risk
After patient contact
After contact with surroundings
g. Kapan melakukan kebersihan tangan
Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun jika tangan telihat kotor
Gosok tangan dengan handrub berbasis alcohol jika tangan tidak

terlihat kotor
Jangan menyentuh kembali area permukaan lingkungan sebelum
melakukan tindakan

2. Penggunan Alat Pelindung Diri (APD)


a. Pengertian
APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan.
b. Tujuan penggunaan APD
Melindungi kulit dan selaput lender petugas dari resiko pajanan darah,
semua jenis cairan tubuh, secret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan
selaput lendir pasien.
c. Jenis APD
Penutup kepala
Tujuan pemakaian : untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme yang
ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat alat daerah

steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas


dari percikan bahan bahan dari pasien.
Manfaat pemakaian :
- Petugas : agar terhindar dari paparan/percikan darah dan cairan
-

tubuh
Pasien

: mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut dan

kulit petugas kepada pasien.


Indikasi pemakaian :
- Tindakan operasi
- Tindakan invasive
- Tindakan intubasi
- Pengisapan lendir
Sarung tangan
Tujuan pemakaian : melindungi tangan dari kontak dengan darah,
cairan tubuh, secret, ekskreta, mukosa, kulit yang tidak utuh dan benda
yang terkontaminasi.
Jenis sarung tangan :
- Sarung tangan bersih
- Sarung tangan steril
- Sarung tangan rumah tangga
Indikasi pemakaian :
Tindakan yang kontak atau diperkirakan akan terjadi kontak dengan
darah, cairan tubuh, secret, ekskreta, mukosa, kulit yang tidak utuh,
selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi.
Manfaat pemakaian :
- Petugas : mencegah kontak dengan darah, cairan tubuh, benda
-

yang terkontaminasi.
Pasien : mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan

petugas
Pelindung wajah
Tujuan pemakaian : melindungi selaput lendir hidung, mulut dan mata
Jenis alat yang digunakan :
- Masker
- Kacamata
- Face shield
Indikasi pemakaian : tindakan yang memungkinkan menimbulkan
percikan terhadap mukosa (mulut, mata, selaput lendir hidung).
Masker hanya digunakan hanya pada saat yang memungkinkan
terjadinya kontaminasi melalui airbone atau droplet.
Manfaat pemakaian :
- Petugas : mencegah membran mukosa petugas terkena kontak
dengan percikan darah dan cairan tubuh pasien.

Pasien : mencegah droplet dari mulut dan hidung petugas yang

mengandung mikroorganisme saat bicara, batuk, bersin.


Gaun
Tujuan pemakaian : melindungi petugas dari kemungkinan genangan
atau percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari
baju.
Jenis gaun :
- Gaun pelindung tidak kedap air
- Gaun pelindung kedap air
- Gaun steril
- Gaun non steril
Indikasi pemakaian :
- Saat membersihkan luka
- Tindakan drainase
- Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang
-

pembuangan/WC/tolet
Menangani pasien perdarahan massif
Tindakan bedah
Perawatan gigi
Tindakan penanganan alat yang memungkinkan pencemaran/

kontaminasi pada pakaian petugas


Segera ganti gaun/pakaian kerja jika terkontaminasi cairan tubuh

pasien (darah)
Manfaat pemakaian :
- Petugas : mencegah kulit petugas kontak dengan percikan darah

dan cairan tubuh pasien.


Pasien : mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan, tubuh

dan pakaian petugas kepada pasien.


Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian : melindungi kaki petugas dari tumpahan/percikan
darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan
tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan.
Jenis sepatu pelindung :
- Sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan
-

telapak kaki.
Sepatu pelindung harus digunakan selama di dalam ruang operasi
dan tidak boleh dipakai diluar, biasa digunakan boot dari bahan

kulit atau plastik.


Sepatu harus bersih dan sepenuhnya menutup kaki sehingga

dapat melindungi petugas kesehatan


Sandal, sepatu terbuka dan telanjang kaki tidak dianjurkan.

3. Pengelolaan Limbah dan Benda Tajam


Limbah menurut PP No. 12 Th 1995 adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau
proses produksi.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh seluruh

kegiatan rumah sakit.


Sumber sumber limbah :
Ruang perawatan
Ruang farmasi
Laboratorium
Perkantoran
Rumah tanggan
Gizi
Dapur
Pemrosesan limbah :
Identifikasi pemisahan labeling packing penyimpanan pengangkutan
treatment disposal
Jenis limbah :

Limbah padat
-

Infeksius : limbah yang berasal dari pelayanan klinis, perawatan,


laboratorium, dan atau semua benda yang sudah terkontaminasi
dengan darah atau cairan tubuh pasien.

Non infeksius : limbah rumah tanggan atau pembungkus alat


medik yang tidak terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
pasien.

Limbah cair : infeksius dan non infeksius

Limbah benda tajam : semua benda yang mempunyai permukaan tajam


yang dapat melukai/merobek permukaan tubuh.

Pemisahan limbah

Sampah infeksius : dressing bedah, kassa verband, kateter, masker, sarung


tangan, dan semua sampah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
pasien.

Sampah non infeksius : kertas, plastic, kardus, kayu, kaleng dan sisa
makanan atau sampah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh
pasien.

Sampah benda tajam : jarum suntik, pisau cukur, silet, pecahan ampul,
objek glass, dampah yang memiliki permukaan/ujung tajam.

Labeling kode warna pembungkus :

Kuning : infeksius

Hitam : non infeksius

Merah : radioaktif

Ungu : cytotoksik

Kotak kuning : limbah benda tajam tahan tusukan dan tahan air.

Pembuangan limbah :

Landfilling

Incinerator

Autoclaving

Microwaving

Chemical densifektion

Irradiation process

Endcapsulasi
4. Pemrosesan Peralatan Perawatan Pasien
Tujuan : memutus mata rantai penularan infeksi dari peralatan medis kepada
pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan lilngkungan rumah sakit.
Pengertian :

Dekontaminasi : suatu proses untuk menghilangkan/memusnahkan


mikroorganisme dan kotoran yag melekat pada peralatan medis/objek
sehingga aman untuk penggunaan selanjutnya.

Pembersihan : suatu proses untuk menghilangkan kotoran yang terlihat


pada peralatan medis/objek dengan menggunakan detergen, enzimatik,
air mengalir, sikat sehingga kotoran/bahan organic hilang dari
permukaan.

Desinfeksi : suatu proses untuk menghilangkan/memusnahkan


mikroorganisme virus, bakteri, parasit, fungi dan sejumlah spora pada
peralatan medis/objek dengan menggunakan cairan desinfektan.

Steriliosasi : suatu proses menghilangkan/memusnahkan semua bentuk


mikroorganisme pada peralatan/objek termasuk endospora yang dapat
dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi dengan menggunakan alat
sterilisator

Klasifikasi alat alat medis ( Dr. Earl Spaulding) :

Peralatan kritis
Peralatan medis yang masuk/kontak kedalam jaringan tubuh steril atau
system pembuluh darah. Contoh : instrument bedah, kateter jantung,
kateter intravena.
Pengelolaan peralatan medis dengan sterilisasi

Peralatan semi kritis


Peralatan medis yang masuk/kontak dengan membrane mukosa tubuh.
Contoh : endotracheal tube, endoscopy, nasogastric tube.
Pengelolaan peralatan medis dengan DTT (desinfeksi tingkat tinggi)

Peralatan non kritis


Peralatan medis yang kontak hanya dengan permukaan kulit yang utuh.
Contoh : tensimeter, bedpan, urinal, linen, stetoskope.

Pemrosesan alat medis habis pakai

Pre cleaning

Pembersihan

Desinfeksi

Sterilisasi

Dekontaminasi :
Indikasi :
-

alat medis habis pakai

Permukaan meja/permukaan lain yang tercemar/tumpahan darah


atau cairan tubuh pasien.

Linen bakas pakai yang tercemar darah/cairan tubuh pasien.

Pembersihan
Cara pembersihan
-

Manual

Masin : ultrasonic, cleaning, washer sterilizer

Desinfeksi
-

Metode desinfeksi :
Panas : washer bed/dish washer 70 - 80 C
Radiasi : UV ( lab : bio safety cabinet dan pipa air)
Filtrasi : heap filter ( membersihkan udara di OK, farmasi)

Klasifikasi desinfeksi
-

Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)


Membunuh semua mikroorganisme kecuali endospora.
Cara : merebus dalam air mendidih selama 20 menit, rendam
dalam
larutan kimiawi : glutalardehyde, hydrogen peroksida

Desinfeksi tingkat ssedang


Membunuuh mikroorganisme bakteri, fungi, virus tetapi tidak
mempunyai aktivitas membunuh spora.
Contoh : ethyl atau isopropyl alcohol 70 90 % ( mudah menguap
dan terbakar), natrium hipoklorit ( bersifat korosif terhadap metal)

Desinfeksi tingkat rendah


Tidak mempunyai daya untuk membunuh mikroorganisme bakteri,
fungi, virus.
Contoh : formaldehid pada konsentrasi kurang dari 4%, ethyl atau
isopropyl alcohol 70 90%, namun tidak mempunyai daya
aktivitas membunuh spora.

Pengemasan
Tujuan dan fungsi : membungkus peralatan medis yang akan
disterilkan dengan baik dan benar sehingga steril peralatan medis tersebut
dapat dipertahankan sampai waktu penggunaaan.
Syarat bahan pengemasan :

Sesuai dengan metode sterilisasi yang dipakai

Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri

Kuat dan tahan lama mudah dugunakan

Tidak mengandung racun

Segel yang baik

Segel Aman dan mudah dibuka

Masa kadaluarsa

Penyegelan kemasan :

Menggunakan tape indicator

Segel harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila dibuka fungsi


segel menjadi hilang

Harus secara rapat, menggunakan segel panas atau segel kertas

Jenis bahan kemasan :

Linen

Kertas

Plastic film

Kombinasi plastik film dan kertas

Sterilisasi
Proses terjadi dengan memaparkan energy thermal dalam bentuk panas
kering/basah, zat kimia da;am wujud cair/gas maupun bentuk radiasi terhadap
suatu benda dalam waktu tertentu. Steril adalah keadaan/kondisi bebas dari
semua mikroorgnisme termasuk spora.
Kriteria sterilisasi yang ideal :

Daya bunuh yang kuat

Daya penetrasi yang baik

Aman/tidak toksik

Bias digunakan untuk semua alat indicator

Proses cepat

Metode sterilisasi

Sterilisasi suhu tinggi


-

Sterilisasi uap (steam heat)


Metode sterilisasi paling tua, aman, efektif, relative tidak mahal,
bersifat non toksik.
Direkomendasikan untuk peralatan yang tahan panas dan tahanuap

Sterilisasi panas kering (dry heat)


Keuntungan : dapat mensterilkan bahan yang tidak tembus steam,
tidak bersifat korosif, mencapai seluruh permukaan alat.
Kelemahan : penetrasi panas lambatsehingga membutuhkan waktu
yang lama, perlu suhu tinggi, dapat merusak bahan karet.
Penggunaannya untuk minyak, serbuk halus, syringe, kaca, gelas,
benda tajam.

Sterilisasi suhu rendah


Ethylene oxide
Untuk sterilisasi alat medis yang sensitive terhadap panas dan uap.
Keuntungan : nonkorosif terhadap plastic, metal dan karet, tidak
berbau
Kelemahan :waktu lama (2 5 jam), biaya tinggi, bersifat toksik,
mutugenik, karsinogenik, iritasi saluran pernafasan, dalam
konsentrasi tinggi dapat menimbulkan pusing, mual, muntah.
Hydrogen peroxide
Kekurangan tidak dapat digunakan untuk linen dan kertas.
Paracetic acid
Keuntungan : tidak merusak lingkungan/aman, waktu cepat 30
45 menit, otomatis.

5. Penanganan Linen
Definisi linen

Linen infeksius
Linen yang terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh kecuali
keringat

Linen non infeksius


Linen kotor yang berasal dari pasien, bagian administrasi, apotik dan
lain lain yang tidak terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh.

Tujuan pengelolaan linen

Untuk memutus rantai transmisi kuman

Untuk meminimalkan infeksi di rumah sakit dengan meningkatkan


standar precaution

Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah ssakit

Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien sehingga


meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

Menjamin ketersediaan linen di setiap unit/ruangan

Penanganan linen diruangan

Penggantian linen pasien


Segera setelah dilepas dari tempat tidur pasien pisahkan linen infeksius
dengan linen non infeksius
Linen infeksius dimasukkan ke dalam kantong plastic berwarna kuning
Penting :
o Tdak melakukan dekontaminasi di ruangan
o Gunakan alat pelindung diri sesuai indikasi
o Tidak meletakkan linen di lantai
o Tidak menyeret linen kotor di lantai
o Tidak meletakkan linen kotor di atas kursi dan meja pasien
serta tidak mengibaskan linen kotor

o Tehnis penanganan linen bersih di ruangan


o Pisahkan ruang penyimpanan linen bersih dan linen kotor
o Tempatkan linen bersih di dalam lemari khusus untuk linen
o Almari dalam kondisi bersih dan tidak lembab
o Linen yang disimpan dalam almari diupayakan terlihat dari luar
(bagian depan almari menggunakan kaca tembus pandang)
o Suhu ruangan 22 - 27 C, kelembaban ruang 45 47%.
o Simpan linen dengan system FIFO
Penanganan linen kotor

Penempatan linen kotor harus dibedakan antara linen kotor terinfeksi


dan yang tidak terinfeksi.

Linen kotor karus dimasukkan kedalam kantong yang kedap air untuk
mencegah kebocoran, kontaminasi lingkungan dan petugas yang
membawanya.

Linen terinfeksi dimasukkan kedalam kantong plastic kuning untuk


mencegah kontaminasi lingkungan dan petugas yang membawanya,

kemudian diikat dan linen yang tidak terinfeksi diletakkan dalam


trolley yang ditutup.
6. Penyuntikan Yang Aman

Tidak memakai ulang jarum suntik, walaupun untuk satu pasien atau
beberapa pasien

Upayakan tidak memakai obat obat/cairan multidose

Pertahankan tehnik aseptic dan antiseptic pada pemberian suntikan

Segera buang jarum suntik habis pakai

Tidak melakukan recapping jarum suntik habis pakai

7. Etika Batuk
Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
menegndalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
Semua pasien, pengunjung dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk
selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah
sekresi pernapasan.
Cara batuk :
Menutup mulut dan hidung saat batuk/bersin pakai tisu
Buang ke tempat sampah kuning bila telah terkena sekret saluran nafas

dan
Lakukan cuci tangan dengan sabun / antiseptik dan air mengalir,

alkohol handrub setelah kontak dengan sekret


Jaga jarak terhadap orang dengan gejala ISPA dengan demam

8. Pengendalian lingkungan rumah sakit


Udara ruangan bersih, tidak bau
Permukaan lingkungan ruangan bersih, tidak kotor, tidak ada debu,

sampah tidak bertebaran


Lingkungan luar rumah sakit bebas binatang kucing, anjing, tikus
Air bersih sesuai syarat mutu air

9. Penempatan pasien
Pasien infeksius di ruang terpisah, beri jarak > 1 m
Kohorting bila tidak memungkinkan bila kedua duanya tidak

memungkinkan konsultasi dengan petugas PPIRS


Kewaspadaan sesuai dengan cara transmisi penyebab infeksi
Pisahkan pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan lingkungannya.

10. Pemeliharaan kesehatan karyawan


Ada pemeriksaan kesehatan secara regular untuk yang beresiko infeksi
Pemberian imunisasi hepatitis pada tempat yang beresiko
Ada flow chart pada petugas kesehatan jika terjadi luka tusuk jarum

atau benda tajam lainnya


Ada alat pelindung diri tersedia

11. Praktek lumbal pungsi


Masker harus dipakai klinisi saat melakukan lumbal pungsi, anestesi

spinal/epidural/pasang kateter vena sentral


Cegah droplet flora orofaring, dapat menimbulkan meningitis
bakterial.

SOAL TEST

NAMA :
1. Mikroorganisme yang tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat sebagian dengan
mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir ataupun dengan
menggunakan handrub berbasis alcohol.
a. Flora transient

c. Flora residen

b. Flora normal

d. Mikroorganisme

2. Kapan melakukan kebersihan tangan?


a. Cuci tangan dengan air sabun jika tangan terlihat kotor
b. Gosok tangan dengan handrub berbasis alcohol jika tangan tidak terlihat kotor
c. Jangan menyentuh kembali area permukaan lingkungan sebelum melakukan
tindakan
d. Semua benar
3. Indikasi pemakaian tutup kepala, kecuali
a. Tindakan operatif
b. Tindakan infasif

c. Tindakan preventif
d. Tindakan intubasi

4. Masker hanya digunakan pada saat yang memungkinkan terjadinya kontaminasi


melalui:

a. Airbone

c. Contact

b. Droplet

d. a dan b benar

5. Plastic warna ungu digunakan untuk menampung sampah


a. Infeksius
b. Non infeksius

c. radioaktif
d. Cytotoksik

6. Penanganan sampah benda tajam yang tidak sesuai


a. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik bekas pakai
b. Meletakkan jarum suntik bekas pakai pada bak instrument dan meminta teman
untuk mesmbuangkan
c. Benda tajam dibuang di box safety
d. Semua benda tajam digunakan sekali pakai
7. Suatu proses untuk menghilangkan/memusnahkan mikroorganisme dan kotoran
yang melekat pada peralatan medis/objek sehingga aman untuk penggunaan
selanjutnya
a. Pembersihan

c. sterilisasi

b. Desinfeksi

d. dekontaminasi

8. Intravena kateter termasuk klasifikasi alat alat medis


a. Kritikal

c. Non kritikal

b. Semi kritikal

d. Benda tajam

9. Tidak dikategorikan infeksi rumah sakit/ HAIs


a. Pada waktu mulai dirawat tidak didapat tanda tanda infeksi tersebut
b. Pada waktu mulai dirawat dalam masa inkubasi
c. Timbul sekurang kurangnya 3x24 jam sejak mulai perawatan
d. Infeksi teersebut bukan residual daari infeksi sebelumya
10. Yang merupakan kewaspadaa standar kecuali
a. Penyuntikan yang aman
b. Pencegahan infeksi rumah sakit/ HAIs
c. Penggunaan APD
d. Penempatan pasien

Hal

: Pengesahan Program Orientasi Staff Baru

Kepada Yth :
Direktur RSU Mitra Sehat
Di Yogyakarta

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya kepada kita.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Amin.
Berikut kami sampaikan Program Orientasi Staff Baru. Mohon untuk disahkan.
Demikian pengajuan dari kami, atas perhatian serta tindak lanjutnya kami
mengucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yogyakarta, 01 Januari 2016
Hormat kami

dr.Rahadian Faisal
Ketua Panitia PPI

Anda mungkin juga menyukai