Prgonosis Terapi
Prgonosis Terapi
Kebanyakan pasien dengan epilepsi memiliki prognosis yang baik bila kejang dapat
dikontrol dengan antikonvulsan. Sebagian besar pasien tidak mengalami gangguan
psikiatrik dan hanya terjadi bila mengalami kejang-kejang yang tidak terkontrol dalam
jangka panjang/bertaun. Untuk yang mengalami masalah perilaku, obat anti konvulsan
atau operasi mungkin dapat mengatasi beberapa gejala seperti agresi, tetapi mungkin
tidak dapat menegah munculnya gejala lain seperti psikosis dan perilaku suicidal.
Obat-obat antiepilepsi lebih dikenal sebagai obat antikonvulsan. Walaupun memiliki
efek anti kejang juga diduga memiliki aktivitas sebagai psikotropik. Carbmazepin dan
Valproate memiliki kemampuan antimanik dan mood stabilizier.
Belakangan beberapa obat-obat baru diperkenalkan termasuk vigabratin, felbamate,
lamotrigine dan gabapentine. Cara kerja antikonvulsan diduga pada reseptor GABA.
Dalam pengobatan pasien epilepsi dengan gangguan psikiatrik, hal pertama yang perlu
dilakukan
adalah
mengatasi
epilepsinya
dengan
obat
antikonvulsan,
seperti
carbamazepine, asam valproat, gabapentine dan lamotrigine. Hal ke dua yang perlu
diperhatikan adalah obat-obat antipsikotik yang menurunkan ambang kejang. Ini biasanya
tidak jadi masalah tapi kadang-kadang bermakna secara klinis pada pasien epilepsi yang
tidak terkontrol. Hal ke tiga yang perlu disadari adalah potensi terjadinya interaksi antara
antikonvulsan dan antipsikotik. Biasanya obat antikonvulsan meningkatkan metabolisme
antipsikotik dengan akibat penurunan efek terapinya. Sebaliknya, penghentian obat
antikonvulsan dapat mencetuskan peningkatan (rebounddelevation) pada konsentrasi
antipsikotik.
Awal pemberian antipsikotik mengakibatkan inhibisi kompetitif dari metabolisme
antikonvulsan yang berakibat elevasi kadar antikonvulsan dan dapat terjadi toksik. Obatobat antikonvulsan yang baru memiliki potensi interaksi yang lebih kecil. Gabapentine,
lamotrigine, vigabatrin dan tiagabine relatif bebas dari enzim yang menginduksi atau
menginhibisi.
Terapi lain dengan cara operasi mendapatkan bahwa lebih daro 80% penderita epilepsi
yang menjalani operasi temporlobektomi mengalami penurunan frekuensi kejang dan
50% nya bebas kejang selamanya. Pasien epilepsi dengan psikosis mungkin akan terus
menjadi psikosis, perubahan kepribadian dan perilaku suisidal
bahkan
lama
setelah
lobektomi. Pasien dengan gejala psikotik sebelum operasi berisiko tinggi menjadi psikosi
pasca operasi dan hasil akhir yang buruk.
Tinggi
Khlorpomazine
Clozapine
Moderat
Golongan piperazine
e
Thiothixine
Rendah
Flufenazine
Haloperidol
Loxapine
Malindone
Pimozide
Thiorizadine
Risperidone
Olanzapine