Anda di halaman 1dari 26

Bahan Anorganik dan Mikroba

Pendegradasinya

Oleh:

AMRULLAH M
8136173008
Pendidikan Biologi-A 13
PACASARJANA UNIMED 2014

Bahan Anorganik dan Jenis-jenisnya


Bahan Anorganik adalah senyawa yang berasal
dari sumber daya alam mineral
Bahan senyawa anorganik memiliki kriteria :
o Berasal dari sumber daya alam mineral (
bukan makhluk hidup)
o Tidak mudah terbakar (logam)
o Tidak semua senyawa anorganik yang memiliki
unsur karbon
o senyawa anorganik, tidak memiliki keunikan
atau kekhasan atom karbon karena tidak bisa
membentuk rantai karbon, serta ikatan yang
dibentuk umumnya adalah ikatan ion.

Limbah Anorganik
Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat
diuraikan oleh proses biologi. Limbah ini tidak dapat
diuraikan oleh organisme detrivor atau dapat diuraikan
tetapi dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, limbah
anorganik tidak dapat membusuk karena tidak
mengandung karbon
LIMBAH ANORGANIK BERDASARAN WUJUDNYA :
Limbah padat : seperti plastik, kaca, styrofoam,
logam
Limbah cair : seperti garam anorganik ( magnesium
sulfat, magnesium klorida yang berasal dari kegiatan
pertambangan dan industri) , asam anorganik (asam
sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam
dan bahan bakar fosil)

LIMBAH ANORGANIK BERDASARKAN SUMBERNYA

Limbah domestik : limbah yang berasal dari


rumah tangga seperti botol plastik, botol kaca,
tas plastik, kaleng dan aluminium.
Limbah industri : berasal dari hasil industri,
seperti magnesium sulfat, magnesium klorida,
asam sulfat yang berasal dari industri
pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil.
Limbah pertambangan : merupakan limbah
yang berasal dari pertambangan. Seperti :
logam, Garam anorganik, magnesium sulfat,
magnesium klorida.

Pendegradasian bahan anorganik pada logam


Logam Berat
Logam berat merupakan unsur yang berbahaya di
permukaan bumi, sehingga kontaminasi logam
berat di lingkungan merupakan masalah yang
besar.
Persoalan spesifik logam berat di lingkungan
terutama akumulasinya sampai pada rantai
makanan dan keberadaannya di alam
menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara
maupun air.
logam-logam berat seperti merkuri (Hg),
kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu),
timbal (Pb), dan garam-garam anorganik.

Peranan Mikroba
Mikroba memerlukan logam sebagai fungsi struktural dan
katalis serta sebagai donor atau reseptor elektron dalam
metabolisme energi. Kemampuan interaksi mikroba terhadap
logam antara lain :
Mengikat ion logam yang ada di lingkungan eksternal pada
permukaan sel serta membawanya ke dalam sel untuk
berbagai fungsi sel. Contohnya bakteri Thiobaccilus sp.
Mampu menggunakan Fe dalam aktivasi enzim format
dehidrogenase pada sitokrom.
Menggunakan logam sebagai donor atau akseptor elektron
dalam metabolisme energi.
Mengikat logam sebagai kation pada permukaan sel yang
bermuatan negatif dalam proses yang disebut biosorpsi.

Mikroba mengurangi bahaya pencemaran


logam berat dapat dilakukan dengan cara :
detoksifikasi,
biohidrometakurgi,
bioleaching, dan
bioakumulasi.

Mikroba pendegradasi logam yaitu :


1)

Enterobacter cloacae dan Pseudomonas fluorescens mampu mengubah Cr

2)

Desulfovibrio sp. membentuk senyawa sulfida dengan memanfaatkan

3)

Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri anerobik laut yang

4)

Bakteri pereduksi sulfat contohnya Desulfotomaculum sp. Dalam melakukan


reduksi sulfat, bakteri ini menggunakan sulfat sebagai sumber energi yaitu
sebagai akseptor elektron dan menggunakan bahan organik sebagai sumber
karbon. Karbon tersebut selain berperan sebagai sumber donor elektron
dalam metabolismenya juga merupakan bahan penyusun selnya.

(VI) menjadi Cr (III) dengan bantuan senyawa-senyawa hasil metabolisme,


misalnya hidrogen sulfida, asam askorbat, glutathion, sistein, dll.

hidrogen sulfida yang dibebaskan untuk mengatasi pencemaran logam Cu.

menggunakan sulfur dan besi sebagai penerima elektron untuk


mengoksidasi molekul organik dalam endapan yang bisa menghasilkan energi.

Lanjutan
5) Bakteri belerang, khususnya Thiobacillus ferroxidans banyak
berperan pada logam-logam dalam bentuk senyawa sulfida untuk
menghasilkan senyawa sulfat.
6) Mikroalga contohnya Spirulina sp., merupakan salah satu jenis alga
dengan sel tunggal yang termasuk dalam kelas Cyanophyceae. Sel
Spirulina sp. berbentuk silindris, memiliki dinding sel tipis. Alga ini
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengikat ion-ion logam dari
larutan dan mengadsorpsi logam berat karena di dalam alga terdapat
gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion logam.
Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina,
sulfudril imadazol, sulfat dan sulfonat yang terdapat dalam dinding
sel dalam sitoplasma.

6) Jamur Saccharomyces cerevisiae dan Candida sp. dapat


mengakumulasikan Pb dari dalam perairan, Citrobacter dan Rhizopus
arrhizus memiliki kemampuan menyerap uranium. Penggunaan jamur
mikoriza juga telah diketahui dapat meningkatkan serapan logam dan
menghindarkan tanaman dari keracunan logam berat

Pendegradasian bahan anorganik pada


plastik dan styrofoam
Plastik adalah bahan yang paling banyak digunakan pada jaman
modern ini.
Plastik sifatnya praktis, bersih, dan dapat dibentuk menjadi
berbagai barang yang amat berguna dan memudahkan keseharian
kita.

Walaupun begitu plastik adalah limbah yang disebut-sebut tak


dapat terurai, tak ramah lingkungan, dan merupakan limbah paling
berbahaya dan merepotkan yang menjadi masalah utama
penanganan limbah dunia.
Meskipun bisa terurai, plastik membutuhkan waktu hingga ribuan
tahun untuk dapat terurai. Inilah yang menyebabkan masyarakat
dari kalangan awam hingga para ilmuwan menganggap plastik
sebagai limbah yang tak dapat terurai (Anonim, 2010).

Cont.
Plastik terdiri atas berbagai senyawa yang terdiri polietilen,
polistiren, dan polivinil klorida. Bahan-bahan tersebut bersifat
inert dan rekalsitran. Senyawa lain penyusun plastik yang disebut
plasticizers terdiri:
(a) ester asam lemak (oleat, risinoleat, adipat, azelat, dan
sebakat serta turunan minyak tumbuhan,
(b) ester asam phthalat, maleat, dan fosforat.
(c) Bahan tambahan untuk pembuatan plastik seperti Phthalic
Acid Esters (PAEs) dan Polychlorinated Biphenyls (PCBs)
sudah diketahui sebagai karsinogen yang berbahaya bagi
lingkungan walaupun dalam kon-sentrasi rendah.

Untuk dapat merombak plastik, mikroba harus dapat


mengkontaminasi lapisan plastik melalui muatan elektrostatik
dan mikroba harus mampu menggunakan komponen di dalam atau
pada lapisan plastik sebagai nutrien.

Cont

Styrofoam atau plastik busa masih tergolong keluarga plastik.


Bahan dasar Styrofoam adalah polisterin, suatu plastik yang sangat
ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh. Karena
kelemahannya tersebut, polisterin dicampur dengan seng dan senyawa
butadien. Hal ini menyebabkan polisterin kehilangan sifat jernihnya dan
berubah warna menjadi putih susu (Sulchan&Endang, 2007).
Styrofoam dihasilkan dari campuran 90-95% polystyrene dan 5-10% gas
seperti n-butana atau n-pentana. Bahan dasar Styrofoam adalah
polystyrene. Polystyrene terbuat dari monomer styrene melalui proses
polimerisasi. Polystyrene bersifat inert kimiawi, kaku, transparan, rapuh
(Info POM, 2008).
Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticizer seperti
dioktil platat (DOP), butyl hidroksi toluene, atau n butyl stearat. Plastik
busa yang mudah terurai menjadi struktur sel kecil merupakan hasil
proses peniupan dengan menggunakan gas klorofluorokarbon (CFC)
sehingga membentuk buih (foam). Hasilnya adalah bentuk seperti yang
digunakan selama ini (Sulcan & Endang, 2007).
Styrofoam dapat digunakan untuk mengemas makanan pada rentang suhu
yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena polystyrene sebagai bahan
dasar pembuatan Styrofoam tidak tahan terhadap suhu dan sudah
melembek pada suhu 77C (Hartomo,1992).

Mikroba Perombak Plastik


Plastik banyak kegunaannya tetapi polimer sintetik plastik
sangat sulit dirombak secara alamiah.
Dari alam telah ditemukan mikroba yang dapat merombak
plastik, yaitu terdiri bakteri, aktinomycetes, jamur dan
khamir yang umumnya dapat menggunakan plasticizers
sebagai sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba yang telah
ditemukan mampu merombak polimer plastiknya yaitu jamur
Aspergillus fischeri dan Paecilomyces sp.
Sedangkan mikroba yang mampu merombak dan
menggunakan sumber C dari plasticizers yaitu jamur

Aspergillus niger, A. Versicolor, Cladosporium sp.,Fusarium


sp., Penicillium sp.,Trichoderma sp., Verticillium sp., dan
khamir Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces
cerevisiae, serta bakteri Pseudo-monas aeruginosa,
Brevibacterium sp. dan aktinomisetes Streptomyces
rubrireticuli.

Cont
Untuk dapat merombak plastik, mikroba harus dapat
mengkontaminasi
lapisan
plastik
melalui
muatan
elektrostatik dan mikroba harus mampu menggunakan
komponen di dalam atau pada lapisan plastik sebagai
nutrien.

Plasticizers yang membuat plastik bersifat fleksibel


seperti adipat, oleat, risinoleat, sebakat, dan turunan asam
lemak lain cenderung mudah digunakan, tetapi turunan asam
phthalat dan fosforat sulit digunakan untuk nutrisi.
Hilangnya plasticizers menyebabkan lapisan plastik menjadi
rapuh, daya rentang meningkat dan daya ulur berkurang
(Anwariansyah. 2009. Dalam Anonymous . 2009).

Syarat Proses Bioremediasi


Proses bioremediasi
antaralain:

memerlukan

beberapa

persyaratan

agar

dapat

berlangsung,

a) Mikroorganisme merupakan kunci pada kegiatan bioremediasi. Sehingga organisme


yang digunakan harus dapat merombak polutan secara lengkap dengan kecepatan yang
Reasonable sampai mencapai batas aman.
a) Mikroorganisme memerlukan tambahan sumber C dalam melakukan proses
degradasi polutan. Sehingga, perlu dilakukan penam-bahan elektron aseptor yang
sesuai, tergantung pada spesies mikroba dan kondisi lingkungan setempat, misalnya
O2 untuk polutan yang memerlukan kondisi aerob, nitrat, fumarat atau sulfat untuk
yang memerlukan kondisianaerob.
a) Kondisi lingkungan setempat sangat penting dalam aktivitas degradasi oleh
mikroorganisme, hal ini meliputi ketersediaan oksigen, kelembaban, pH, bahan organik
dan suhu.
a) Proses metabolisme oleh mikroorganisme perombak, hasil metabolismenya
tidak terakumulasi dan tidak menghasilkan metabolit yang lebih toksik dari polutan
induknya.
a) Bioavailability polutan menjadi faktor yang lebih penting untuk keberhasilan atau
kegagalan proses bioremediasi.
a) Faktor ekologi bagi mikroba sangat penting untuk diperhatikan, jangan sampai
mikroba perombak berada dalam kondisi stres secara ekologis atau berkompetisi
dengan mikrobalain yang non degradatif.

Proses Bioremediasi pada

Pseudomonas aeruginosa

Menurut para ilmuwan bahan plastik yang


tertimbun di dalam tanah membutuhkan waktu
ribuan tahun baru bisa diuraikan sepenuhnya
oleh bakteri.
Namun hal itu tidak lagi akan menjadi masalah,
karena sudah ditemukan cara agar proses
penguraian plastik oleh bakteri bisa dipercepat.
Untuk itu hanya membutuhkan media tanah, ragi
dan air, sebagai fermenter atau sarana untuk
proses pembusukan.
Plastik-plastik yang akan dihancurkan
dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tempat
berisi tanah, bercampur ragi dan air.

tanah

sampah
plastik

air

enzim Laccase

ragi

bakteri
pseudomonas
aeruginosa
Gambar . Proses Pendegradasian Plastik

Sampah plastik akan hancur dalam waktu yang luar biasa singkat hanya
tiga bulan berdasarkan hasil penelitian untuk jumlah tertentu dibanding
perkiraan ilmuwan sekitar 200 hingga 1000 tahun. Ini bukan sulap, tapi
merupakan pekerjaan makhluk sangat kecil bernama bakteri Pseudomonas
aeuruginosa (Anwariansyah. 2009. Dalam Anonymous . 2009).
Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat
tersebut tidak ikut bereaksi. Dalam sel makhluk hidup, reaksi- reaksi
kimia dapat berlangsung dengan cepat karena adanya katalisator hidup
atau biokatalisator, yaitu enzim. (S, Amelia, 2010. Dalam Anonymous .
2009).
Oleh karena itu, untuk mempercepat proses penguraian sampah plastik
oleh bakteri pseudomonas ini diperlukan enzim.
Enzim laccase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi senyawa
fenolik seperti dan paradiphenols orto. Enzim laccase secara luas
didistribusikan pada tumbuhan tingkat tinggi dan jamur, seperti golongan
Ascomycetes dan Deuteromycetes juga telah ditemukan di serangga dan
bakteri.
Selain itu enzim laccase juga dapat diperoleh dari screening pada jamur
yang dapat diperoleh dari tanaman seperti kubis, lobak, bit, apel,
asparagus, kentang, pir, dan berbagai sayuran lainnya. (Gaara, 2011. Dalam
Anonymous, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012a. http://siska- theanalyst.blogspot.com/2012/05/perbedaaankimia-organik-dengan-kimia.html. Di akses 29 November 2014
Anonymous.
2012b.Peranan
Bakteri
Pseudomonas
Sp
http://kartikamedia.blogspot.com/. Di akses 29 November 2014

Bakteri.

Anonymous . 2009. Peran Bioteknologi Dalam Bioremediasi Limbah Plastik Dan


Styrofoam http:// watchann. Wordpress .com/. Di akses 29 November 2014.
Anonymous. 2013. Jenis-jenis Sampah. http://mulanovich. blogspot. Com / 2013 / 10
/ jenis - jenis - sampah. Html # ixzz3HSz1l4zf. Di akses 29 November 2014.
Angga. 2009. Pemanfaatan mikroba dalam bioremediasi. http://angga.Blogspot.Com/.
Di akses 29 November 2014
Ratnaningsih, desi. 2012. Peran bioteknologi dalam bioremediasi limbah plastic

dan
Styrofoam. 2010.
November 2014

http:// desi - ratnaningsih. Blogspot. Com/. Di akses 29

Sugiyarto, Kristian handoyo.2000. kimia anorganik I. Yogyakarta : Jurusan


pendidikan kimia
Siregar, Amelia. 2010. Enzim dan Peranannya. http://www.chemistry .org/ . Di akses
29 November 2014

PERANAN BAKTERI DALAM


MENGURAIKAN BAHAN ANORGANIK
Oleh:
Elena Mayanti Nduru
8136173008
Pendidikan Biologi-A
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

Penggolongan Bakteri Berdasarkan


Kebutuhan Nutrisi
1. Berdasarkan sumber karbon
Bakteri autotrof, sumber karbon dalam bentuk anorganik
seperti CO dan senyawa karbonat
Bakteri heterotrof, terbagi atas 2 kelompok:
- Bakteri saprofit, sumber karbon dari bahan organik
dari jasad hidup yang telah mati.
- Bakteri parasit, hidup di dalam jasad hidup lain dan
menggunakan bahan dari hospes-nya.
2. Berdasarkan sumber energi
Bakteri fototrof, sumber energi berasal dari cahaya
Bakteri khemotrof, sumber energi dari reaksi kimia

Lanjutan...

3. Berdasarkan Sumber Energi dan Donor Elektron


Jasad

Sumber energi

Sumber donor
elektron

Contoh

Fotolitotrof

Cahaya

Zat anorganik

Tumbuhan
tingkat tinggi,
alga

Fotoorganotrof

Cahaya

Zat organik

Bakteri belerang
fotosintetik

Khemolitotrof

Oksidasi zat
anorganik

Zat anorganik

Bakteri besi

Zat organik

Jasad heterotrof

Khemoorganotrof Oksidasi zat


organik

4. Berdasarkan kebutuhan oksigen


Aerob, menggunakan O bebas sebagai satu-satunya aseptor
hidrogen dalam proses respirasi.
Anaerob, tidak dapat menggunakan O bebas sebagai aseptor
hidrogen dalam proses respirasi, cth: Clostridium.
Fakultatif anaerob, hidup pada keadaan aerob atau anaerob.
Kapnofil, memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar CO2
tinggi.

Peranan Bakteri Dalam Menguraikan


Bahan Anorganik
Bakteri Khemolitotrof
Cth: Bakteri besi (Thiobacillus ferrooxidant), biasa
digunakan untuk memisahkan logam besi dari bijihnya
(bioleaching).

Peranannya :
mengekstrak logam-logam menjadi bijih logam grade
rendah,
Mengumpulkan ion-ion logam beracun sehingga
bermanfaat untuk memindahkan polutan dari air
limbah,
berguna sebagai sumber slow release fosfat dan
sulfat untuk pemupukan tanah.

Mekanisme Pemanfaatan T. ferrooxidant


dalam pemisahan logam tembaga
1. Bakteri T. ferrooxidans bereaksi dengan senyawa
FeS yang berada dalam batuan.

2. Saat larutan peluluh mengalir melalui batu pengikat


bijih, bakteri mengoksidasi ion Fe dan
mengubahnya menjadi ion Fe.
3. Unsur belerang yang terdapat dalam senyawa FeS
bergabung dengan ion H dan molekul O membentuk
H SO.
4. Ion Fe akan mengoksidasi ion Cu yang terdapat
pada bijih CuS menjadi Cu.
5. Cu bergabung dengan ion sulfat (SO) dari H SO
untuk membentuk CuSO.

Secara ringkas, reaksi pemisahan


tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
CuFeS2 + 4 Fe3+

Cu2- + 5Fe2- + 2 S (1) spontan

4Fe2+ + O2 + 4 H+

4 Fe 3- + 2 H2O

2 S + 3O2 + 2H2O 2 SO4 2- + 4 H CuFeS2 + 4 O2

(2) oksidasi besi


(3) oksidasi sulfur

Cu2- + Fe 2- + 2 SO4 2- (4) Reaksi berakhir

Anda mungkin juga menyukai