Anda di halaman 1dari 16

LEMBAR PERSETUJUAN

Referat Dengan Judul


MALARIA

Telah diterima dan disetuji oleh pembimbing sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Angkatan Laut dr.Mintohardjo

Periode 28 Desember 2015 5 Maret 2016

Jakarta, Februari 2016

Dr.S.Abidin,Sp.A

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
hidayat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Refleksi Kasus yang berjudul
Malaria.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan ini tidak lepas dari bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada :
1. dr. S.Abidin,Sp. A., sebagai dosen pembimbing klinik selama stase Ilmu Kesehatan Anak.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda yang telah bersedia memberikan saran dan berbagi ilmunya
kepada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, Tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk
berbagai saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semuanya.

Februari, 2016
Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu
hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktivitas kerja. Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% kabupaten endemis dimana
hanya sekitar 45% penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Berdasarkan hasil
survei komunitas selama 2007 2010, prevalensi malaria di Indonesia menurun dari 1,39 %
(Riskesdas 2007) menjadi 0,6% (Riskesdas 2010). Sementara itu berdasarkan laporan yang
diterima selama tahun 2000-2009, angka kesakitan malaria cenderung menurun yaitu sebesar
3,62 per 1.000 penduduk pada tahun 2000 menjadi 1,85 per 1.000 penduduk pada tahun 2009
dan 1,96 tahun 2010.1
Sementara itu, tingkat kematian akibat malaria mencapai 1,3%. Walaupun telah terjadi
penurunan Annual Parasite Incidence (API) secara nasional, di daerah dengan kasus malaria
tinggi angka API masih sangat tinggi dibandingkan angka nasional, sedangkan pada daerah
dengan kasus malaria yang rendah sering terjadi kejadian Luar Biasa (KLB) sebagai akibat
adanya kasus impor. Pada tahun 2011 jumlah kematian malaria yang dilaporkan adalah 388
kasus. Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 adalah 0,6% dimana
provinsi dengan API di atas angka rata-rata nasional adalah Nusa Tenggara Barat, Maluku,
Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi,
Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Aceh. Tingkat prevalensi tertinggi ditemukan di wilayah timur
Indonesia, yaitu di Papua Barat (10,6%), Papua (10,1%) dan Nusa Tenggara Timur (4,4%). 1
Di Indonesia kematian akibat malaria diperkirakan 3 juta setiap tahun, sepertiga
diantaranya adalah anak. Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan
melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini,
pengobatan cepat dan tepat, serta surveilans dan pengendalian vektor dalam hal pendidikan
masyarakat dan pengertian tentang kesehatan lingkungan, yang kesemuanya ditujukan untuk
memutus mata rantai penularan malaria. Kasus resistensi parasit malaria terhadap klorokuin

ditemukan pertama kali di Kalimantan Timur pada tahun 1973 untuk P. falcifarum, dan tahun
1991 untuk P. vivax di Nias. Sejak tahun 1990, kasus resistensi tersebut dilaporkan makin meluas
di seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu, dilaporkan juga adanya resistensi terhadap
Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di Indonesia. Keadaan ini dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas penyakit malaria. Oleh sebab itu, untuk menanggulangi
masalah resistensi tersebut (multiple drugs resistance) dan adanya obat anti malaria baru yang
lebih paten, maka pemerintah telah merekomendasikan obat pilihan pengganti klorokuin dan SP,
yaitu kombinasi derivate artemisinin dengan obat anti malaria lainnya yang biasa disebut dengan
Artemisinin based Combination Therapy (ACT).1
1.2 Tujuan Penulisan
Diharapkan dengan penulisan laporan ini penulis ataupun pembaca dapat lebih
memahami mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penegakkan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan serta prognosis dari malaria, terutama
pada anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa genus
Plasmodium

yang

dapat

ditandai

dengan

demam

tinggi,

yang

sering

intermiten,

hepatosplenomegali dan anemia. Plasmodium hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.1,2 nelson dan
pedoman

2.2 Epidemiologi
Malaria hanya terdapat pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam
darahnya dapat menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi. Penularan malaria terjadi pada daerah
tropis dan subtropis.
Prevalensi malaria berdasarkan Riskesdas 2010 diperoleh dalam bentuk point prevalence.
Point prevalence menunjukan proporsi orang di populasi yang terkena penyakit pada waktu
tertentu. Data malaria dikumpulkan dengan dua cara yaitu wawancara terstruktur menggunakan
kuesioner dan pemeriksaan darah menggunakan dipstick (Rapid Diagnostic Test/RDT). Besarnya
sampel untuk pemeriksaan RDT yang merupakan subsampel dari sampel Kesehatan masyarakat
adalah sejumlah 75.192 dan yang dapat dianalisis adalah 72.105 (95,9%).
Dari hasil Riskesdas diperoleh Point prevalence malaria adalah 0,6%, namun hal ini tidak
menggambarkan kondisi malaria secara keseluruhan dalam satu tahun karena setiap wilayah

dapat mempunyai masa-masa puncak (pola epidemiologi) kasus yang berbeda-beda. Spesies
parasit malaria yang paling banyak ditemukan adalah Plasmodium falciparum (86,4%)
sedangkan sisanya adalah Plasmodium vivax dan campuran antara P. falciparum dan P. Vivax.
Namun data sebaran parasit perwilayah tidak diperoleh, sehingga tidak dapat diketahui jenis
parasit yang dominan per suatu wilayah.3 buletin malaria

2.3 Etiologi
Malaria biasanya didapat dari gigitan nyamuk anopheles betina yang sudah terinfeksi.
Pada Keadaan lain, malaria berkembang pasca-penularan transplasenta atau sesudah transfusi
darah yang terinfeksi.
Spesies Plasmodium pada manusia adalah:
1) Plasmodium falciparum (P. falciparum).
2) Plasmodium vivax (P. vivax)
3) Plasmodium ovale (P. ovale)
4) Plasmodium malariae (P. malariae)
5) Plasmodium knowlesi (P. knowlesi)
Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P.falciparum dan P. vivax,
sedangkan P. malariae dapat ditemukan dibeberapa provinsi antara lain Lampung, Nusa
Tenggara Timur, danPapua. P ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Pada
tahun 2009 penyebab malaria yang tertinggi adalah plasmodium vivax (55,8%), kemudian
plasmodium falsifarum, sedangkan plasmodium ovale tidak dilaporkan. Data ini berbeda dengan
data riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4% penyebab malaria adalah plasmodium falsifarum,
dan plasmodium vivax sebanyak 6,9%. buletinmalaria
Pada tahun 2010 di Pulau Kalimantan dilaporkan adanya P. knowlesi yang dapat
menginfeksi manusia dimana sebelumnya hanya menginfeksi hewan primata/monyet dan sampai
saat ini masih terus diteliti. Pedoman penatalaksaaan

Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009


Gambar 1. Plasmodium Penyebab Malaria Tahun 2009

2.3 Siklus Hidup Plasmodium


Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk Anopheles.(pedoman)
2.3.1 Siklus Pada Manusia.
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia,sporozoit yang berada
di kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah selama lebih kurang setengah jam.
Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian
berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari10,000 - 30,000 merozoit hati (tergantung
spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer atau disebut juga pre-eritoser yang
berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati
tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang
disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). Pedoman

Pertumbuhan dan pembelahan sel cepat dan terbentuk kista mikroskopik ( Schizont ) yang
mengandung merozoid.Nelson Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke
peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses
perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon)
pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut
siklus eritrositer. Pada P. falciparum setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina).
Pada spesies lain siklus ini terjadi secara bersamaan. Hal ini terkait dengan waktu dan jenis
pengobatan untuk eradikasi. Siklus P. knowlesi pada manusia masih dalam penelitian. Reservoar
utama Plasmodium ini adalah kera ekor panjang (Macaca sp). Kera ekor panjang ini banyak
ditemukan di hutan-hutan Asia termasuk Indonesia. Pengetahuan mengenai siklus parasit
tersebut lebih banyak dipahami pada kera dibanding manusia.pedoman
2.3.2 Siklus Pada Nyamuk Anopeles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di
dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot
berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar
lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak
sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam.
Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium (tabel 1). Masa prepaten adalah rentang
waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah
merah dengan pemeriksaan mikroskopik.

Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium

Tabel 1. Masa Inkubasi Penyakit Malaria


Plasmodium Masa Inkubasi (rata-rata)
P. falciparum

9 14 hari (12)

P. vivax

12 17 hari (15)

P. ovale

16 18 hari (17)

P. malariae

18 40 hari (28)

P.knowlesi

10 12 hari (11)

2.4 Patologi dan Patofisiologi

Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu vertebra dan nyamuk.
Siklus aseksual di dalam hospes vertebra dikenal sebagai skizogoni, sedangkan siklus seksual
yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni. Sporozoit yang aktif dapat
ditularkan ke dalam tubuh manusia melalui ludah nyamuk, kemudian menempati jaringan
parenkim hati dan tumbuh sebagai skizon.
Luas penghancuran sel darah merah tergantung pada lama dan keparahan infeksi.
Hemolisis sering menyebabkan kenaikan dalam bilirubin serum dan pada malaria falsiparum
dapat cukup kuat untuk mengakibatkan hemoglobinuria atau blackwater fever.nelson Pada setiap
infeksi malaria, tingkat anemia lebih besar daripada yang data dikaitkan dengan destruksi sel
oleh parasite secara tersendiri. Perubahan auto antigen yang dihasilkan dalam sel darah merah
oleh parasite mungkin turut menyebabkan hemolysis, perubahan-perubahan ini dan peningkatn
fraglitas osmotic terjadi pada semua eritosit, apakah terinfeksi atau tidak. Hemolisis dapat juga
diinduksi dengan kuinin atau primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukosa-6-phospatdehidrogenase herediter.nelson
Delapan sampai delapan belas jam sesudah parasite memasuki sel darah merah, sel-sel ini
menjadi semakin lengket dan cenderung melekat pada permukaan endotel sinus-sinus dan
pembuluh darah, terutama bila sirkulasi lambat. Sel yang lengket dengan demikian terfiksasi dan
tidak mamu kembali ke sirkulasi umum, walaupun parasite didalamnya matang dengan cara yang
normal. Dengan lebih banyaknya sel yang melekat, aliran dalam pembuluh darah secara
progresif melambat dan okulusi atau bahkan robekan dapat terjadi. nelson

Demam
Mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan bermacammacam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (Tumor Nekrosis Factor) dan IL-6
(Interleukin-6). TNF dan IL-6 akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat
pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada keempat plasmodium

memerlukan waktu yang bebeda-beda. Plasmodium falciparum memerlukan waktu 36-48 jam,
P. vivax/P. ovale 48 jam, dan P.malariae 72 jam. Demam pada P. falciparum dapat terjadi setiap
hari, P. vivax/P. ovale selang waktu satu hari, dan P. malariae demam timbul selang waktu 2 hari.

Anemia
Terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi.
Plasmodium vivax dan P. ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya
2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan P. malariae menginfeksi sel darah merah tua
yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh
P. vivax , P. ovale dan P. malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis. Plasmodium
falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi
akut dan kronis.

Splenomegali
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan oleh selsel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limpa membesar.

Malaria berat
P. falciparum mempunyai patogenesis yang khusus. Eritrosit yang terinfeksi P.
falciparum akan mengalami proses sekuestrasi, yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit
tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh. Selain itu pada permukaan. eritrosit yang
terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen P. falciparum. Sitokin (TNF, IL-6
dan lain lain) yang diproduksi oleh sel makrofag, monosit, dan limfosit akan menyebabkan
terekspresinya reseptor endotel kapiler. Pada saat knob tersebut berikatan dengan reseptor sel
endotel kapiler terjadilah proses sitoadherensi. Akibat dari proses ini terjadilah obstruksi
(penyumbatan) dalam pembuluh kapiler yang menyebabkan terjadinya iskemia jaringan.
Terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh proses terbentuknya rosette, yaitu bergerombolnya
sel darah merah yang berparasit dengan sel darah merah lainnya. Pada proses sitoaderensi ini
juga terjadi proses imunologik yaitu terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF,

IL-6 dan lain lain), dimana mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada
jaringan tertentu. pedoman

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai membahayakan jiwa.
Gejala utama demam sering di diagnosis dengan infeksi lain, seperti demam typhoid, demam
dengue, leptospirosis, chikungunya, dan infeksi saluran nafas. Adanya thrombositopenia sering
didiagnosis dengan leptospirosis, demam dengue atau typhoid. Apabila ada demam dengan
ikterik bahkan sering diintepretasikan dengan diagnosa hepatitis dan leptospirosis. Penurunan
kesadaran dengan demam sering juga didiagnosis sebagai infeksi otak atau bahkan stroke.pedoman
Anak-anak yang mendapat malaria dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang
tidak atau sedikit mempunyai imunitas karena kurangnya kontak sebelumnya dengan penyakit,
yang menjadi sakit serius jika tidak diobati, dan kelompok yang mempunya toleransi pada sekitar
umur 10 tahun karena infeksi malaria berulang pada awal masa anak dimana mereka telah
bertahan hidup, walaipun pertumbuhan dan perkembangan dapat terganggu.nelson

2.6 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.(pedoman)
Diagnosa pasti malaria apabila ditemukan
parasit malaria dalam darah
2.6.1. Anamnesis
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

Pada anamnesis juga perlu ditanyakan:


1. riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria;
2. riwayat tinggal di daerah endemik malaria;
3. riwayat sakit malaria/riwayat demam;
4. riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir;
5. riwayat mendapat transfusi darah
2.6.2. Pemeriksaan Fisik
1. Demam (>37,5 C aksila)
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3. Pembesaran limpa (splenomegali)
4. Pembesaran hati (hepatomegali)
5. Manifestasi malaria berat dapat berupa penurunan kesadaran, demam
tinggi, konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, dan ikterik, oliguria,
urin berwarna coklat kehitaman (Black Water Fever ), kejang dan sangat
lemah (prostration).

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang


Untuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria harus dilakukan
pemeriksaan sediaan darah. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui
cara berikut.
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (standar baku) untuk diagnosis pasti
malaria. Pemeriksaan mikroskop dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis.
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di rumah
sakit/Puskesmas/lapangan untuk menentukan:
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif);
b) Spesies dan stadium Plasmodium;

c) Kepadatan parasit:
1) Semi Kuantitatif
(-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar)
(+) = positif 1 (ditemukan 1 10 parasit dalam 100 LPB)
(++) = positif 2 (ditemukan 11 100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) = positif 3 (ditemukan 1 10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
- Kepadatan parasit < 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 %
- Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka mortalitas > 1 %
- Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %
2) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah
tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Contoh :
Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit 8.000/uL maka hitung
parasit = 8.000/200 X 1500 parasit = 60.000 parasit/uL. Jika dijumpai 50 parasit per 1000
eritrosit = 5%. Jika jumlah eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X 50 =
225.000 parasit/uL.
2) Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi. Tes ini digunakan -14- pada unit gawat darurat, pada
saat terjadi KLB, dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas laboratorium mikroskopis.
Hal yang penting yang perlu diperhatikan adalah sebelum RDT dipakai agar terlebih dahulu
membaca cara penggunaannya pada etiket yang tersedia dalam kemasan RDT untuk menjamin
akurasi hasil pemeriksaan. Saat ini yang digunakan oleh Program Pengendalian Malaria adalah
yang dapat mengidentifikasi P. falcifarum dan non P. Falcifarum.(jurnal RAPID)

3. Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Sequensing DNA


Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada fasilitas yang tersedia. Pemeriksaan ini penting
untuk membedakan antara re-infeksi dan rekrudensi pada P. falcifarum. Selain itu dapat
digunakan untuk identifikasi spesies Plasmodium yang jumlah parasitnya rendah atau di
bawah batas ambang mikroskopis. Pemeriksaan dengan menggunakan PCR juga sangat penting
dalam eliminasi malaria karena dapat membedakan antara parasit impor atau indigenous.
4.Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah:

a. pengukuran hemoglobin dan hematokrit;


b. penghitungan jumlah leukosit dan trombosit;
c. kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali
fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium,
analisis gas darah); dan
d. urinalisis.

2.7 Diagnosis Banding Malaria


Manifestasi klinis malaria sangat bervariasi dari gejala yang ringan sampai
berat, terutama dengan penyakit-penyakit di bawah ini.
1. Malaria tanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut.
a. Demam tifoid
Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut (diare, obstipasi), lidah kotor,
bradikardi relatif, roseola, leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia, uji serologi dan kultur.
b. Demam dengue

Demam tinggi terus menerus selama 2 - 7 hari, disertai keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri
ulu hati, sering muntah, uji tourniquet positif, penurunan jumlah trombosit dan peninggian
hemoglobin dan hematokrit pada demam berdarah dengue, tes serologi (antigen dan antibodi).
Leptospirosis
Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah,
conjunctival injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan
-15nyeri betis yang mencolok. Pemeriksaan serologi Mi

Anda mungkin juga menyukai