Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

ENTEROCOLITIS
Pembimbing :
dr. Bambang Sutopo, SpPD, KGEH
Pendamping :
dr. Neneng Trisna I

Oleh :
dr. Asyiyatur Raudhah

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PERIODE JUNI 2015 S/D JUNI 2016
RUMAH SAKIT TINGKAT IV DR.BRATANATA
JAMBI

BAB III
ANALISA KASUS
anamnesis Pasien TN. GS 52 th dengan penyakit
sirosis hepatis, keluhan tambahan BAB cair 2
minggu yang lalu, 4x sehari kira-kira seperempat gelas
belimbing, berlendir, warna kuning kecoklatan kadangkadang ada sedikit bercak darah pada kotoran. BAB
cair ini hilang timbul sejak 1 tahun terakhir. Selain itu
pasien juga mengeluh mual, sering sendawa, tidak
ada muntah, nyeri ulu hati, badan terasa lemas,
demam hilang timbul, nafsu makan menurun dan berat
badan terasa semakin berkurang.
Pemeriksaan fisik abdomen cembung membesar,
Bising usus (+) meningkat, nyeri tekan epigastrium
(+).

anamne
sis

pemeriksa
n fisik

DIARE
KRONIK

ENTEROKOLITIS

Diare buang air besar dengan konsistensi lembek/cair/air saja


dan frekuensinya tiga kali /hari

Penyebab infeksi (virus, bakteri atau parasit), malabsorbsi,


alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.

Klasifkasi diare akut dan diare kronik (persisten, 14 hari).

Enterokolitis Inflamasi yang menyebar atau dalam satu bidang


pada lapisan mukosa dan submukosa usus, yang terjadi pada usus
halus (enteritis) dan kolon (colitis).

Gejala

utama enterokolitis:

diare,

perdarahan pada rektum,


tenesmus,
adanya mukus, dan
nyeri (kram) abdomen.
Berat

atau tidaknya gejala penyakit berjalan


seiring dengan luasnya proses penyakit.

enterokolitis

dapat bersifat akut, rata-rata


gejala klinis bermanifestasi dalam jangka
waktu berminggu-minggu sampai berbulanbulan.

Pemeriksa
an
Penunjang
LED

14 mm/jam, Mixed (Eo/Mo/Ba) 13,0% .


pemeriksaan feses : warna kuning
kecoklatan dengan konsistensi lunak,
lendir : (+), leukosit 0-2, eritrosit 0-1,
Bakteri (+)

enterokolitis pada pasien ini


disebabkan oleh
proses infeksi bakteri.
proses infeksi inflamasi

LED

penanda terjadinya inflamasi,


Meningkat inflamasi
untuk menentukan apakah enterokolitis
aktif sedang berlangsung atau tidak.
Pemeriksaan

tinja

dapat mendeteksi perdarahan atau infeksi


kolon karena bakteri, virus dan parasit.
Mungkin ditemukan eritrosit walau tanpa
perdarahan rektum,
Adanya leukosit terjadi inflamasi atau
infeksi.

Pemeriksa
an
Penunjang
leukosit

5,06 x 103/mm, Hb 9,4 g/dl, trombosit


102 x 103/mm3
pada pemeriksaan kedua diperoleh leukosit 3,5
x 103/mm, Hb 8,9 g/dl, trombosit 102 x 10 3/mm3.
Hasil USG Abdomen asites dengan sirosis
hepatis dan splenomegali.

Gangguan hematologic yang


sering terjadi pada sirosis
hepatis kecendrungan
perdarahan, anemia,
leucopenia, dan
trombositopenia yang diduga

limpa

tidak hanya membesar tetapi juga


lebih aktif menghancurkan sel-sel darah
dari sirkulasi.

Mekanisme

lain yang menimbulkan anemia


defisiensi folat, vitamin B12 dan besi
yang terjadi secara sekunder akibat
kehilangan
darah
dan
peningkatan
hemolisis eritrosit.
hepatis fase dekompensata fungsi
fisiologis hati telah terganggu (pertahanan
tubuh: detoksifikasi dan perlindungan)
lebih mudah terserang infeksi

sirosis

pemeriksaan radiologi upright


chest dan serial Abdomen untuk melihat ada
tidaknya tanda obstruksi, evaluasi colon
yang edema dan ireguler, pneumatosis coli,
dan tanda megakolon toksik.

Disarankan

Colonoscopy

merupakan modalitas yang


paling
bernilai
untuk
diagnosis
dan
penatalaksanaan enterokolitis,

Barium

enema dan kolonoskopi juga


bertujuan untuk mengetahui penyebaran
penyakit dan untuk meyakinkan tidak
adanya kanker.

PENATALAKSANAA
N

IVFD Rl 20 Tts/Menit
Makro,
Ciprofloxacin 2 X 500 mg
metronidazole 3 x 500
mg
Propanolol 3 x 10 mg,
Spironolacton 2x50mg,
Sebivo 1 x 1 tablet,
AHFC 1 x 1 bungkus

intravena menggantikan
cairan yang hilang karena diare
kronik dan sebagai maintenance,
berupa cairan kristaloid isotonis
yang mengandung ion yang mampu
dengan mudah melewati dinding
endotel kapiler.

cairan

Antibiotik

salah satu agen


proinflamasi
disebabkan
oleh
bakteri intraluminal. Pada pasien ini
juga terbukti telah mengalami
enterokolitis akibat infeksi bakteri.

kombinasi ciprofloxacin dan


metronidazol.

Antibiotika

salah satu obat sintetik


derivat quinolone. mekanisme kerjanya
adalah menghambat aktifitas DNA gyrase
bakteri,
bersifat
bakterisida
dengan
spektrum luas terhadap bakteri gram
positif maupun gram negatif.

Ciprofloxacin

metronidazole

bekerja sebagai bakterisid,


amubisid dan trikomonasid. Metronidazol
secarain vitromelawan berbagai spesies
bakteri anaerob.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai