otot
jantung
terdiri
darikardiomiopati
dan
miokarditis.Kardiomiopati
dapat
diklasifikasikan
menurut
keterlibatan
organ
389
Kardiomiopati primer
Kardiomiopati primer terutama terbatas hanya pada jantung.Gangguan ini dapat
diklasifikasikan menjadi bentuk genetik dan bentuk didapat, walaupun dapat saling
tumpang tindih dengan bentuk kardiomiopati tertentu, terutama kardiomiopati dilatasi.
Kardiomiopati sekunder
Kardiomiopati sekunder umumnya merupakan bagian dari penyakit multisistem.
Manifestasi jantung dapat menjadi gambaran lokal, walaupun keterlibatan berbagai
organ lebih sering terlihat. Sebaliknya, jika tidak ditemukan bukti penyakit miokardial,
pengamatan secara rutin terhadap keterlibatan jantung dari hasil anamnesis,
pemeriksaan umum dan non-invasif penting dilakukan. Gambar 8.2 berisi contoh
gangguan-gangguan yang terkait dengan kardiomiopati sekunder namun tidak secara
mendalam.
390
Kardiomiopati
Primer
Genetik
DCM
HCM
ARCV
LVNC
Penyakit
penumpukan
glikogen dan
lisosom
Miopati
mitokondria
Didapat
Campuran
DCM
Restriksi
amiloidosis,
sarkoidosis
Inflamasimiokarditis
Induksi stresstakutsubo
Peripartum
Induksi
takikardia
Defisiensi gizi
Toksikalkohol,kemote
rapi
Distrofi
muskular
Gambar 8.1 Kardiomiopati primer dapat dibedakan pada penyebab secara genetis dan didapat pada
penyakit otot jantung1 (DCM = dilated cardiomiopathy/ kardiomiopatidilatasi ; HCM = hipertropic
cardiomiopathy / kardiomiopati hipertrofi ; ARVC = arrhytmogenic right ventricular myopathy/ ; LVNC =
left ventricular non-compaction / ).1 Maron BJ, Towbin JA, Thiene G et al(2006). Definisi dan Klasifikasi Kontemporer
Kardiomiopati.Pernyataan Asosiasi Jantung Amerika dari Komite Konsil KardiologiKlinis, Gagal Jantung dan Kelompok Kerja Antar
Cabang Ilmu PengetahuanBiologi Translasi dan Konsil pada Epidemiologi dan Pencegahan. Sirkulasi 113: 1807-16
391
INFILTRASI
PENUMPUKAN
Amiloidosis
Penyakit Fabry
Hemokromasitosis
ENDOKRIN
Diabetes
Penyakit Tiroid
TOKSISITAS
Feokromositoma
Kardiomiopati
Alkohol
sekunder
Radiasi
Antrasilin
NEUROMUSKULAR
Distrofi muskular
Ataksia Friedrich
AUTO-IMUN
GIZI
SLE
Beri-beri
Arthritis Rheumatoid
Kwashiorkor
Gambar 8.2 Kardiomiopati sekunder dapat menjadi sebuah bagian dari beberapa penyakit umum
sistemik
392
Kardiomiopati dilatasi
Kardiomiopati dilatasi ditandai oleh pembesaran ruang jantung dan disfungsi sistolik,
walaupun disfungsi diastolik juga hampir selalu terjadi. Prevalensinya sekitar 5-8 per
100 000 dan 3 kali lebih sering terjadi pada pria dan orang berkulit hitam dibandingkan
pada wanita dan orang berkulit putih.
Gejala-gejala
Gejala klinis dapat terjadi secara mendadak, disertai edema paru akut, emboli paru atau
sistemik, atau bahkan kematian mendadak, namun lebih sering pasien datang dengan
gejala-gejala gagal jantung kongestif yang progresif, meliputi dispnea saat beraktifitas
berat, ortopnea, paroksismal nokturnal dispnea, dan fatigue. Nyeri pada abdomen
kuadran kanan atas, mual dan anoreksia dapat dikaitkan dengan kongesti hepar.
Sinkop merupakan gejala yang berbahaya dan harus dianggap mewakili kemungkinan
terjadinya aritmia yang fatal kecuali pemeriksaan lebih lanjut mengindikasikan
sebaliknya.
Diagnosis
Diagnosis dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik, elektrokardiografi, foto sinar X
toraks, dan ekokardiografi.
Peningkatan tekanan vena jugularis (JVP), disposisi apeks jantung, dan bunyi
jantung tambahan merupakan penanda klinis gagal jantung. Bunyi retakan pada
paru dan pembengkakan pergelangan kaki merupakan tanda klinis yang secara
393
garis-garis B Kerley).
Ekokardiografi (ECHO) saat ini dianggap sebagai pemeriksaan standar emas
untuk mendiagnosis disfungsi ventrikel kiri (LV). Pembesaran bi-atrial dan
biventrikular sering ditemukan, dan pasien dengan overload volume LV kronis
juga dapat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri (LVH) ringan. Fungsi
sistolik (dan fungsi diastolik) menjadi terganggu. Katup atrioventrikular (AV)
sering ditemukan inkompeten, akibat dilatasi cincin katup. ECHO dapat
menunjukkan adanya komplikasi dari kardiomiopati dilatasi seperti trombus
intramural, dan sangat berharga untuk mengidentifikasi penyebab gagal jantung
lainnya, seperti penyakit jantung hipertensi, infark miokard akut (IMA) yang
diderita sebelumnya, penyakit katup jantung, penyakit perikardial, dan shunt
intrakardial.
Pemeriksaan latihan fisik dengan atau tanpa pengukuran konsumsi oksigen
pernafasan maksimum, berguna untuk menilai kapasitas fungsional dan
prognosis.
Pengamatan EKG ambulatoris penting untuk mengidentifikasi adanya AF
paroksismal dan ventricular tachycardia (VT) yang tidak terjadi secara terusmenerus, yang memiliki implikasi penting secara terapeutik dan prognostik,
secara berurutan.
Jarang terdapat indikasi apapun untuk kateterisasi jantung pada pasien dengan
kardiomiopati dilatasi, kecuali untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit arteri
koroner.
ini tidak bersifat mendalam dan dapat saling tumpang tindih dengan kardiomiopati
tertentu.
Kardiomiopati dilatasi pada dasarnya merupakan diagnosis eksklusi, dan penyebabpenyebab reversibel yang meliputi penyakit arteri koroner, penyakit katup jantung, dan
penyakit jantung kongestif pada orang dewasa harus dipertimbangkan. Perhatian
khusus ditujukan pada riwayat diet dan konsumsi alkohol, karena reversibilitas dapat
dilakukan dengan modifikasi faktor-faktor tersebut.
Pemeriksaan kardiomiopatidilatasi tambahanskrining kardiomiopati
Fungsi ginjal
Liver function tests/ tes fungsi ginjal (LFTs)
Kadar feritin, besi, transferin, B12, dan folat serum
Fungsi tiroid
Serologi virus
Pemeriksaan infeksi (HIV, hepatitis C, enterovirus)
Autoantibodi
kardiomiopati
dilatasi
terfokus
pada
penyembuhan
gejala
dan
memperbaiki prognosis dan kualitas hidup. Kongesti paru dan perifer dapat ditangani
secara efektif menggunakan diuretik. Terapi-terapi farmasi yang penting secara
prognostik menghambat proses neurohormonal yang maladaptif yang melibatkan
sistem saraf simpatis dan aksis renin-angiotensin-aldosteron.
Diuretik
395
Loop diuretik, berguna untuk meredakan gejala akibat kongesti paru dan perifer.
Pengawasan elektrolit dengan hati-hati penting dilakukan, karena deplesi intravaskular
dapat
mengakibatkan
peningkatan
urea,
dan
hipokalemia
sering
ditemukan.
Hipokalemia dapat diatasi melalui pemberian diuretik hemat-kalium seperti amilorid atau
spironolakton.
Spironolakton
adalah
antagonis
aldosteron.Uji
coba
RALES
Beta-blocker
396
Beta-blocker / penyekat beta juga memberikan manfaat simptomatik dan prognostik dan
direkomendasikan pada semua pasien dengan kardiomiopati dilatasi kecuali terdapat
kontraindikasi-kontraindikasi tertentu. Beta-blocker bekerja efektif melalui beberapa
mekanisme, yang meliputi penurunan konsumsi oksigen miokardial, meningkatkan
pengisian LV, inhibisi efek apoptosis katekolamin pada miosit jantung, penanganan
aritmia jantung, dan peningkatan reseptor beta-1. Karena efek inotropika yang negatif,
obat-obat ini diberikan awalnya dalam dosis rendah, yang selanjutnya dititrasi sehingga
dapat meningkat secara bertahap.Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
gagal jantung kongenital.
Antagonis aldosteron
Antagonis aldosteron memperbaiki gejala dan prognosis dan direkomendasikan pada
pasien yang tetap berada dalam NYHA (New York Heart Association) Kelas III
walaupun
dengan
pemberian
ACE-I
(dan
beta-blocker
dengan
dosis
yang
adekuat.Komplikasi yang paling penting yaitu hiperkalemia akibat penggunaan ACEIsecara bersamaan. Ginekomastia yang disertai nyeri merupakan efek samping yang
diketahui, terutama pada pria yang menerima pengobatan digoksin dan anti-androgen.
Agen-agen antiaritmia
Agen antiaritmia tidak terbukti menurunkan insidensi sudden cardiac death / kematian
jantung mendadak (SCD) pada pasien dengan kardiomiopati dilatasi.AF merupakan
aritmia yang sering terjadi pada kardiomiopati dilatasidan mungkin terkait dengan gejala
dekompensasi jantung. Sebagian besar denyut jantung pada individu dapat dikontrol
dengan -blocker, walaupun digoksin dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada
individu yang terus menunjukkan denyut jantung yang cepat walaupun dengan
pemberian -blocker dengan dosis yang adekuat. Tindakan mempertahankan sinus
ritmis biasanya tidak berhasil secara jangka panjang.
Antikoagulasi
397
pacu
intraventrikular dan
jantung
biventrikular
untuk
mengatasi
dis-sinkron
ventrikular. CRT telah terbukti terkait dengan peningkatan yang besar pada
kapasitas fungsional dan tingkat re-hospitalisasi pasien akibat gagal jantung
(lihat hal.404). CRT umumnya dicadangkan bagi individu dengan kompleks QRS
yang lebar (khususnya left bundle branch block / blok cabang berkas kiri (LBBB))
yang mengalami fraksi ejeksi (EF) <35% dan berada pada NYHA kelas III
Transplantasi jantung
Transplantasi jantung orthotopik menggunakan allograft dapat dipertimbangkan pada
pasien yang menderita simptomatik berat walaupun dengan terapi medis yang
maksimal. Ketersediaan organ donor yang terbatas masih membatasi peranan metode
ini. Akibatknya, terdapat ketertarikan yang cukup besar dalam menggunakan organ dari
spesies lain (xenograft). Namun, hambatan teknis tetap terjadi sebelum hal ini dapat
dijadikan pilihan yang memungkinkan. Jantung buatan merupakan bidang lain yang
juga mendapatkan minat dan publisitas yang cukup besar, dan studi klinisnya akan
segera dilakukan.
Kardiomiopati hipertrofi
398
Kardiomiopati hipetrofi ditandai oleh LVH yang tidak dapat dijelaskan dan memiliki
prevalensi 1 dari 500 orang.merupakan gangguan yang heterogen dalam hal
manifestasi klinis, morfologi jantung, dan riwayat penyakit. Walaupun sebagian besar
dari pasien ini memiliki rentang hidup yang relatif normal, kardiomiopati hipertrofi paling
banyak diketahui sebagai penyebab utama SCD terkait-latihan fisik pada orang-orang
berusia muda di bawah 35 tahun.
Genetik
Kardiomiopati hipertrofi memperlihatkan heterogenitas alel dan non-alel yang mencolok,
dengan mutasi yang multipel pada setidaknya 12 gen yang mengkode protein kontraktil
sarkomer. Sebagian besar dari mutasi ini (>70%) merupakan rantai berat -miosin,
troponin T dan gen-gen C protein pengikat-miosin (lihat Tabel 8.1)
Frekuensi (%)
40
25
<10
<5
<5
<1
<1
<0.5
<0.5
Patofisiologi
Landasan makroskopik kardiomiopati hipertrofi yaitu LVH (LVH = left ventricular
hypertrophy / hipertrofi ventrikel kiri), yang biasanya mempengaruhi septum
interventrikular secara asimetris; namun, hampir semua pola LVH dapat terjadi,
termasuk LVH konsentrik seperti yang terlihat pada individu dengan hipertensi, dan
hipertrofi yang terlokalisir hanya pada 1 atau 2 segmen miokardial. Besarnya LVH juga
bervariasi dan berkisar dari LVH ( yang sangat berat (>30 mm) sampai LVH yang
399
sangat ringan (13-15 mm). Juga terdapat kasus-kasus familial dimana satu-satunya
manifestasi dari gangguan ini yaitu EKG yang abnormal.Individu-individu dengan sering
memperlihatkan pemanjangan berkas katup mitral. Secara histologis, terdapat bukti
ketidakaturan miosit, cedera miokardial, dan arteriol intramiokardial yang abnormal.
Terjadi secara bersamaan, gangguan ini bermanifestasi sebagai:
Obstruksi LVOT terjadi sebagai akibat dari gerakan berkas mitral anterior yang maju ke
depan menuju septum interventrikular proksimal yang mengalami hipertrofi pada fase
sistolik. Terdapat dua mekanisme utama yang diusulkan, yang meliputi (1) disposisi
anterior dari otot papilaris dan (2) efek Venturi, yang tercipta akibat ejeksi cepat dari
darah di sepanjang yang sempit, yang menghisap berkas katup mitral anterior
terhadap septum. Lihat juga Tabel 8.2.
Gejala-gejala
Pasien dengan kardiomiopati hipertrofi sering asimptomatik dan sering teridentifikasi
secara insidental selama pemeriksaan medis rutin, pemeriksaan EKG yang abnormal,
atau melalui skrining keluarga setelah diagnosis pada anggota keluarga derajat
pertama.
400
Fatigue dan sesak nafas akibat gangguan pengisian diastolik dan penurunan
curah jantung. Transport atrial sangat penting untuk mempertahankan curah
coronaria.
Palpitasi, pre-sinkope, dan sinkope dapat terjadi akibat aritmia atrial dan
ventrikular atau mekanisme obstruksi curah jantung pada pasien-pasien dengan
Pemeriksaan fisik
Tentukan adanya LVH impuls apikal yang kuat dan bunyi jantung S4). Obstruksi saluran
ke arah luar jantung dapat diketahui melalui impuls apikal ganda dan murmur ejeksi
sistolik yang dimulai dari mid-sistol, yang dapat diperbesar melalui provokasi oleh
manuver-manuver seperti Valsava atau berjongkok. Murmur pansistolik karena
regurgitasi mitral yang diakibatkan oleh SAM katup mitral juga dapat terjadi.
401
Echokardiografi
Echokardiografi tetap menjadi pemeriksaan standar emas karena ketersediaannya yang
luas.Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi adanya, besarnya, dan
distribusi LVH, serta mengidentifikasi pasien dengan obstruksi LVOT basal. Gambaran
echokardiografi yang diketahui meliputi:
402
dari jalur aksesorius dan rangkaian flutter atrial mungkin penting secara
terapeutik.
Pemeriksaan genetik semakin ditingkatkan pengunaannya; namun, diagnosis
genetik saat ini hanya memungkinkan pada 60-70% kasus. Pemeriksaan genetik
secara khusus berguna untuk skrining anggota keluarga jika gen penyebab
dalam proband dapat teridentifikasi.
Antagonis kanal-kalsium
Antagonis kanal-kalsium (verapamil dan diltiazem) memiliki efektifitas yang serupa
dengan -blocker dan dapat digunakan pada pasien dimana -blocker tidak dapat
ditoleransi atau dikontraindikasikan.
404
Penanganan aritmia
Beta-blocker
dan
amiodaron
merupakan
agen-agen
anti-aritmia
pilihan
pada
untuk waktu yang singkat sehingga prosedur ini hanya dicadangkan bagi pasien
dengan obstruksi simptomatik berat yang tidak sesuai untuk dilakukan
pembedahan atau ablasi septum transkoronaria.
Kardiomiopati restriktif
Kardiomiopati restriktif adalah gangguan yang jarang terjadi yang ditandai oleh
gangguan fungsi diastolik akibat penurunan pemenuhan ventrikel. Sangat penting untuk
membedakan kardiomiopati restriktif dari perikarditis konstriktif, karena perikarditis
konstriktif dapat ditangani secara operatif dengan melepaskan perikardium dari
miokardium.
Etiologi
Etiologi dari kasus-kasus idiopatik murni masih tidak jelas. Beberapa kasus bersifat
familial dan cenderung terkait dengan penyakit otot skeletal. Kasus-kasus lainnya
dikaitkan dengan penyakit sistemik, infiltrasi, atau fibrosis endomiokardial.
Gejala-gejala
Pasien
sering
mengalami
pembatasan
toleransi
latihan
fisik
berat
akibat
Diagnosis
Pemeriksaan fisik
Selain tanda-tanda gagal jantung kongestif, bunyi jantung S3,S4, atau keduanya dapat
terdengar dengan jelas. Juga terdapat penurunan x dan y yang menonjol pada JVP,
dan tekanan vena mungkin meningkat pada inspirasi (tanda Kussmaul). Denyut apeks
jantung akan dapat terpalpasi, yang berlawanan pada perikarditis konstriktif.
407
Pemeriksaan
pada left
(LVEDP) dan right (RVEDP) end-diastolic pressures >7 mmHg pada akhir
Penanganan
Penanganan ditujukan untuk mengatasi gejala gagal jantung kongestif dan gangguan
yang menyebabkannya. Kontrol denyut jantung pada AF penting dilakukan, karena
penurunan waktu pengisian ventrikel akan memiliki dampak yang bermakna. Pasienpasien dengan amiloid sangat sensitif terhadap digoksin.
Penyebab-penyebab kardiomiopati restriktif
Miokardial
Non-infiltratif
Idiopatik
Skleroderma
Infiltratif
Amiloid
Sarkoid
Penyakit proses pencadangan
408
Endomiokardial
Fibrosis endomiokardial
Sindroma hipereosinofilik
Metastasis keganasan
Karsinoid
Iatrogenik (radiasi antrasiklin)
Amiloidosis jantung
Amiloidosis adalah gangguan klinis yang ditandai oleh deposisi ekstraseluler dari
protein fibril yang tidak larut. Deposisi amiloid dapat terjadi pada jaringan penghubung
atau pembuluh darah, dan pada berbagai organ termasuk jantung, ginjal, hati, dan
sistem saraf. Amiloidosis jantung didefinisikan secara klinis melalui tanda-tanda
disfungsi miokardial atau sistem konduksi, akibat keterlibatan jantung oleh deposisi
amiloid baik sebagai bagian dari amiloidosis sistemik atau sebagai proses yang
terlokalisir.
Klasifikasi
Amiloidosis AL sistemik merupakan bentuk paling sering dari penyakit amiloid secara
klinis.Fibril-fibril AL terdiri dari imunoglobulin monoklonal rantai ringan dan dapat berasal
dari diskrasia sel-B apapun (misalnya, mieloma, limfoma), walaupun gammopati
monoklonal benign merupakan bentuk yang paling sering ditemukan. Gangguan ini
terjadi dengan distribusi yang sama pada pria dan wanita di atas usia 50 tahun, dan
biasanya menginfiltrasi beberapa organ. Keterlibatan jantung terjadi pada sekitar 90%
pasien dengan amiloidosis AL, dengan sekitar 50% pasien menderita gagal jantung
diastolik.
409
sistemik
pada
lansia
merupakan
kardiomiopati
infiltratif
yang
Patofisiologi
Infiltrasi miokardium ventrikel dengan fibril amiloid terkait dengan penurunan
pemenuhan dan gangguan relaksasi miokardial. Tekanan atrial kiri dan kanan
meningkat secara progresif, mengakibatkan edema paru dan volume perifer yang
berlebihan. Keterlibatan endokardial mengakibatkan regurgitasi mitral dan trikuspid,
sehingga meningkatkan tekanan atrial.Fibril amiloid dalam miokardium memicu
inflamasi dan fibrosis, dan meningkatkan kecenderungan terjadinya aritmia re-entrant
yang fatal. Dilatasi atrial merupakan predisposisi terhadap AF. Keterlibatan jaringan
konduksi jantung secara langsung terkait dengan blok jantung dan kematian mendadak.
410
Ditemukan deposisi amiloid pada arteri koronaria, dan dapat terkait dengan angina atau
kematian mendadak.Keterlibatan perikardial ditandai oleh efusi-efusi kecil, yang
biasanya memiliki kepentingan klinis yang sedikit.
Gambaran klinis
Keterlibatan jantung terlihat pada <4% individu-individu dengan amiloidosis. Presentasi
klinisnya didominasi oleh gagal jantung sisi-kanan, dengan gagal jantung sisi-kiri yang
semakin nyata pada stadium lanjut penyakit.Angina jarang terjadi, dan merupakan
akibat deposisi amiloid pada arteri koronaria intramiokardial. Rasa pusing dan sinkope
diakibatkan oleh beberapa faktor, yang meliputi hipotensi postural yang sekunder
terhadap neuropati autonom, over-diuresis, serta taki- dan bradi-aritmia.
Tanda-tanda klinis: peningkatan JVP, hepatomegali, edema tungkai bawah, dan
ascites sering ditemukan. Pada kasus-kasus berat, keterlibatan LVdikaitkan dengan
hipotensi dan edema paru. Pemeriksaan prekordial secara khas menunjukkan bunyi
jantung 3 yang jelas terdengar, akibat pengisian yang cepat dan mendadak dari
ventrikel pada fase dini diastolik.
Diagnosis
Amiloidosis jantung harus dicurigai pada pasien apapun dengan gagal jantung yang
tidak dapat dijelaskan, terutama jika terdapat bukti echokardiografi dari LVH dengan
dimensi kavitas yang normal.
EKG: bersifat non-spesifik; namun, hilangnya voltase (QRS <0.5 mV pada lead tungkai
dan <1 mV pada lead prekordial) dan pola pseudoinfark dengan inversi gelombang Q
dan gelombang T yang patologis ditemukan pada 50% kasus. Fibrilasi atrial dan atrial
flutter merupakan bentuk aritmia yang paling sering ditemukan, disertai blok jantung
dengan berbagai tingkatan.
Echokardiografi: penebalan dinding LV dengan dimensi kavitas yang normal dan
disfungsi diastolik merupakan gambaran yang ditemukan secara dini. Miokardium
menunjukkan tampilan bercorak yang khas.Penebalan permukaan endokardial,
regurgitasi katup AV, pembesaran bi-atrial, septum interatrial berwarna terang, dan efusi
411
perikardial berukuran kecil juga dapat ditemukan. Pada stadium lanjut dari proses
penyakit, terdapat perburukan pemenuhan ventrikel, yang mengakibatkan terbatasnya
pengisian jantung dan peningkatan pada tekanan atrium kiri dan kanan. Disfungsi
sistolik lebih prevalen pada stadium lanjut dari proses penyakit.
MRI jantung: merupakan pemeriksaan yang banyak digunakan saat ini, yang
menunjukkan gambaran peningkatan subendokardial global yang khas dengan
peningkatan gadolinium secara lambat.
Pencitraan nuklir: penggunaan radio-labelled technetium dapat mendeteksi distribusi
protein amiloid serum namun jarang digunakan dalam praktek klinis, karena kesulitan
teknis yang dihadapi pada organ-organ yang berongga dan bergerak.
Biopsi jaringan: biopsi endomiokardium merupakan pemeriksaan standar emas dan
bersifat diagnostik jika jaringan biopsi diwarnai dengan merah Congo. Jaringan biopsi
menunjukkan
gambaran
pewarnaan
hijau-apel
saat
dilihat
dengan
cahaya
simptomatik
dengan
diuretik
dan
antagonis
aldosteron
merupakan
landasan
toksisitas
jantung.Antikoagulasi
harus
dipertimbangkan,
karena
peningkatan resiko trombus intrakardial dan juga karena AFdan disfungsi sistolik LV.
Pacu jantung diperlukan pada pasien-pasien dengan blok jantung. Peranan
ICDmasih diperdebatkan dengan mempertimbangkan bahwa sebagian besar pasien
dengan amiloidosis jantung yang simptomatik hanya dapat bertahan hidup kurang dari
1 tahun.Peranan pacu jantung biventrikular tidak dapat dijelaskan. Hasil transplantasi
jantung yang disertai kemoterapi dosis tinggi atau transplantasi stem sel autolog masih
dinantikan.
Penyakit fabri
Penyakit Fabri merupakan gangguan penyimpanan lisosom terkait-kromosom X resesif
yang jarang terjadi dan diakibatkan oleh mutasi pada gen yang mengkode enzim galaktosidase A. Defek enzim ini mengakibatkan akumulasi globotriaosilseramid pada
beberapa organ termasuk kulit, sistem saraf, ginjal, mata, dan jantung. Gangguan ini
memiliki prevalensi 1 pada 40 000.Walaupun dengan pola keturunan terkait-kromosom
X wanita juga dapat menderita fenotipe penyakit Fabri, walaupun ringan.
413
Manifestasi-manifestasi ekstra-kardial
Penyakit Fabri merupakan gangguan multisistemik dengan perjalanan klinis yang
progresif.
Manifestasi
klinis
biasanya
terlihat
pada
usia
10
tahun,
dengan
Pemeriksaan
EKG: temuan-temuan EKG meliputi LVHyang paling sering terjadi, interval PR yang
pendek dan gangguan konduksi nodus AV, berkas His, atau percabangannya dapat
ditemukan.
Echokardiografi: abnormalitas yang ditemukan meliputi adanya LVH, yang dapat
ditemukan secara dini dan menjadi satu-satunya temuan. Pembesaran atrial, dilatasi
root
aorta,
dan
penebalan
katup
(katup
414
aorta
dan
mitral)
juga
dapat
ditemukan.Peningkatan
ketebalan
dinding
ventrikel
diakibatkan
oleh
deposisi
416
Pasien sering asimptomatik namun gejala palpitasi, pre-sinkope, dan sinkope dapat
terjadi dan dapat dipicu oleh latihan fisik. ARVC dapat terjadi pada semua golongan
usia dan jenis kelamin, dan presentasi pertama kali pada orang-orang dewasa muda
yang sehat dapat menunjukkan SCD terkait-latihan fisik. Tanda-tanda gagal jantung
kanan yang jelas jarang terjadi. Pasien lain nantinya akan datang dengan gejala gagal
jantung kongestif dengan atau tanpa aritmia ventrikel, dan kasus-kasus stadium lanjut
dapat salah terdiagnosis sebagai kardiomiopatidilatasi. Riwayat alami ARVC dapat
dipisahkan ke dalam sejumlah fase yang berbeda dengan perkembangan gejala yang
progresif dan abnormalitas struktural:
stadium ini.
Gangguan elektrik yang jelas: umumnya dengan aritimia ventrikel yang
simptomatik yang berasal dari RV.Aritmia dapat bervariasi dari denyut ventrikel
yang prematur sampai NSVTdan fibrilasi ventrikel. Secara struktural, terdapat
Diagnosis
Diagnosis pada individu yang terkena dapat sulit dilakukan, terutama selama skrining
keluarga, karena pemeriksaan non-invasif yang standar memiliki sensitifitas yang
buruk.Diagnosis tergantung pada gejala, riwayat keluarga ARVC, abnormalitas EKG,
dan perubahan struktural RV pada pemeriksaan radiologi. Diagnosis didasarkan pada
adanya dua kriteria mayor; satu mayor, dan dua minor; atau empat minor dari
kategori yang berbeda.
417
Pemeriksaan
EKG 12-lead dan signal-averaged EKG: EKG 12-lead dapat menunjukkan hasil
yang normal pada 40% pasien. Inversi gelombang-T pada lead prekordial
ventrikel kanan (V1-V3) merupakan abnormalitas yang menonjol. Juga dapat
ditemukan pemanjangan QRS secara lanjut, yang dikenal dengan gelombang
Epsilon, pada lead V1-V3 yang menunjukkan depolarisasi ventrikel yang
tertunda. EKG signal-averaged menunjukkan potensi yang lanjut pada 50-80%
418
yang paling tipis, meningkatkan resiko perforasi RV. Penyakit ini bersifat tidak
sempurna; sehingga, hasil biopsi yang negatif tidak menyingkirkan patologinya.
ARVC: penanganan
Penanganan
Tidak terdapat pilihan penanganan terbaik untuk pasien dengan ARVC, dan, karena
penyakit ini progresif, antiaritmia tertentu digunakan untuk memberikan manfaat
simptomatik pada pasien dengan aritmia ventrikel yang dapat ditoleransi dengan baik
secara hemodinamik. Karena keterkaitan antara latihan fisik dan SCDpada ARVC,
aktifitas fisik yang berlebihan atau partisipasi dalam kegiatan olahraga harus dihindari.
Pasien yang menderita RV disfungsi LVdapat ditangani menggunakan penanganan
standar pada gagal jantung kongestif, dan pada kasus-kasus berat transplantasi
mungkin dapat dipertimbangkan.
Antiaritmia
Penggunaan -blocker secara tunggal atau dengan kombinasi antiaritmia kelas I dan III
paling efektif untuk mengurangi gejala dengan aritmia ventrikel yang dapat ditoleransi
dengan baik.Sotalol dan amiodaron telah terbukti paling efektif.
Ablasi radiofrekuensi
Sekelompok kecil pasien dengan aritmia obat-refraktoris yang dirasakan memiliki
penyakit yang agak terlokalisir dapat menggunakan pemetaan elektrofisiologi dan ablasi
radiofrekuensi. Namun, harus diingat bahwa ARVCmerupakan penyakit yang progresif,
dan prosedur-prosedur tersebut tidak dapat dianggap sebagai terapi yang permanen
terhadap aritmia-aritmia di masa depan.
Implan defibrilator cardioverter
Pada pasien dengan aritmia ventrikel yang membahayakan atau obat-refraktoris dan
penyebaran penyakit yang luas, ICD mungkin memberikan penawaran tindakan
protektif yang terbaik terhadap SCD.
419
Penggolongan resiko
Tidak terdapat faktor-faktor resiko yang ditemukan atau terbukti spesifik terhadap SCD,
namun penanda-penanda peningkatan resiko meliputi usia muda saat presentasi,
riwayat keganasan dalam keluarga, sinkope yang tidak dapat dijelaskan, disfungsi
ventrikel kanan, keterlibatan ventrikel kiri, adanya VT pada pengamatan ambulatoris,
penyebaran QRS >40 ms, dan mutasi genetik tertentu (terutama penyakit Naxos).
420
Adanya multipel trabekulasi terutama pada apeks dan dinding bebas ventrikel kiri
Multipel resesi intertrabekular yang dalam berhubungan dengan kavitas
ventrikular kiri, terutama ditunjukkan dengan pencitraan berwarna Doppler
421
Struktur 2 lapisan pada endomikardium dengan rasio ketebalan lapisan nonpadat dan padat yang lebih besar dari 2.0 pada orang dewasa pada end-sistole
dalam gambaran aksis-pendek parasternalis.
Temuan-temuan lain dapat meliputi penurunan fungsi sistolik ventrikular kiri, disfungsi
diastolik, trombus ventrikel kiri, dan struktur otot papilaris yang abnormal.
Cardiac magnetic resonance imaging (CMR)
CMR terutama digunakan saat pencitraan EKG yang memuaskan tidak didapatkan.
CMR juga melebihi penggunaan CT pada jantung dan ventrikulogram kiri dalam
meninjau LVNC pada kasus-kasus yang rumit. Gambaran paling baik yang
membedakan LVNC pada CMR yaitu rasio maksimum diastole dari ketebalan lapisan
miokardium non-padat dengan lapisan padat yang lebih besar dari 2.3, yang ditinjau
melalui 3 gambaran aksis-panjang.
Analisis genetik
Biopsi otot, pemeriksaan metabolik, dan tes genetik mungkin berguna saat LVNC
dipertimbangkan sebagai bagian dari sindroma genetik atau metabolik.
Penanganan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk LVNC. Penanganan medis dapat bervariasi seiring
dengan manifestasi klinis, dan terpusat pada penanganan gagal jantung dengan
menggunakan pengobatan yang standar. Antikoagulasi biasanya direkomendasikan
pada pasien dengan AF dan/atau LVEF (LVEF = left ventricle ejection fraction / fraksi
ejeksi ventrikel kiri) <40%, untuk mencegah tromboembolisme sistemik. Pemantauan
dengan analisis Holter 24-jam harus dipertimbangkan untuk dilakukan setiap tahun
untuk mendeteksi aritmia asimptomatik. Terapi ICDdirekomendasikan pada pasien
dengan LVNCyang mengalami gangguan sistolik ventrikel kiri dan NSVT.
Prognosis
Studi-studi awal pada sekelompok kecil individu yang terjangkit menunjukkan bahwa
LVNC terkait dengan prognosis yang jauh lebih buruk dibandingkan bentuk kardiomipati
422
lainnya,
dengan
tingginya
tingkat
mortalitas
dan
morbiditas.Namun,
dengan
peningkatan kewaspadaan terhadap LVNC, bentuk yang lebih tersamar pada pasien
yang sedikit simptomatik atau bentuk yang parah pada pasien yang asimptomatik telah
terdeteksi.
Kardiomiopati iskemik
Kondisi ini didefinisikan sebagai gangguan berat pada fungsi ventrikel kiri (EF / fraksi
ejeksi<35%) dimana mengakibatkan suatu gambaran yang sering tidak dapat
dibedakan
dari
kardiomiopatidilatasidengan
atau
tanpa
riwayat
angina
atau
Kardiomiopati valvular
Pasien dengan penyakit katup jantung akan menderita kardiomiopati yang tidak
tergantung pada lesi katup yang menonjol. Perbaikan pada fungsi jantung sering dapat
terlihat setelah prosedur koreksi penyakit katup jantung.
Kardiomiopati hipertensi
423
Kardiomiopati alkohol
Konsumsi alkohol berlebih secara kronis merupakan penyebab tersering kedua dari
kardiomiopati dilatasidi negara-negara Barat. Mekanisme yang diusulkan meliputi (1)
efek toksik ethanol yang secara langsung menyebabkan apoptosis dan kerusakan
miosit dan asetildehid yang mengakibatkan depresi kontraksi miokardium; (2) defisiensi
nutrisi yang terjadi bersamaan (terutama tiamin); dan (3) jarang terjadi, efek toksik dari
zat-zat aditif (cobalt). Progresi pada kardiomiopati alkohol terkait dengan mean tingkat
konsumsi alkohol per hari dan total durasi konsumsi alkohol (sekitar 1 L anggur setiap
hari selama 5 tahun). Presentasi klinis, diagnosis, dan penanganan menyerupai
kardiomiopati dilatasi. Namun, tidak seperti bentuk kardiomiopatidilatasi lainnya,
abstinensia alkohol secara dini pada proses penyakit dapat menghentikan progresi,
atau bahkan mengalami perbaikan fungsi jantung.
Kardiomiopati metabolik
Berbagai abnormalitas pada metabolisme dapat mengakibatkan kardiomiopati.Seperti
yang pernah disebutkan sebelumnya, penyakit cadangan lisosomal dan glikogen dapat
mengakibatkan
suatu
bentuk
kardiomiopati
restriktif.
Hemokromatosis
juga
Kardiomiopati takotsubo
424
ventrikulografi
kiri
atau
transthoracic
echocardiography
(TTE),
yang
Kardiomiopati peripartum
Kardiomiopati peripartum adalah suatu bentuk kardiomiopati dilatasi. Gejala-gejalanya
terjadi pada trimester ketiga dan diagnosisnya dibuat pada masa peripartum. Sekitar
setengah dari pasien akan menunjukkan proses resolusi yang lengkap atau hampir
lengkap selama 6 bulan pertama post-partum. Dari pasien yang tersisa, beberapa akan
terus memburuk dan mengakibatkan kematian atau dilakukannya transplantasi,
425
sedangkan lainnya akan terus mengalami gagal jantung kongestif kronis. Diagnosis
gangguan ini dibuat dengan menyingkirkan penyebab kardiomiopati dilatasi lainnya,
dan penyebabnya tidak diketahui.
Kardiomiopati nutrisional
Tiamin merupakan koenzim yang penting dalam shunt heksosa monofosfat. Bayi-bayi
yang menyusui dengan diet defisiensi tiamin terutama menderita gagal ventrikel kanan
antara usia 1 dan 4 bulan. Koreksi defisiensi vitamin dengan cepat dapat memperbaiki
kondisi gangguan jantung tanpa komplikasi jangka panjang.
Malnutrisi kalori-protein (marasmus, kwasiorkor) mengakibatkan penipisan dan
atrofi serat otot dan kardiomiopati dilatasi. Penanganan yang hati-hati dapat
memperbaiki gangguan-gangguan tersebut selama rentang waktu beberapa bulan, jika
pasien dapat bertahan hidup pada masa awal.
kardiomiopatdilatasi. Berbagai agen kimiawi dan industrial, radiasi, dan panas yang
berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan miokardial.
Gangguan-gangguan neuromuskular
Keterlibatan jantung pada ataksia Friedreich relatif sering terjadi, walaupun biasanya
asimptomatik. Ataksia Friedreich merupakan sifat autosomal resesif dengan hilangnya
fungsi gen frataxin. Manifestasi klinisnya meliputi ataksia progresif pada keempat
tungkai, diabetes melitus, dan penyakit jantung.Ataksia ini paling sering dikaitkan
dengan kardiomiopati hipertrofi pada elektrokardiografi dan echokardiografi namun
berbeda dari variasi genetik dengan kurangnya ketidakaturan miofibrillaris pada
pemeriksaan histologi. Aritmia ventrikel berat dan komplikasi-komplikasi terkait dengan
kardiomiopati merupakan penyebab morbiditas yang paling sering. Keterkaitannya
dengan kardiomiopati dilatasi jarang terjadi.
Distrofi otot
Muscular dystrophies (MDs) merupakan suatu kumpulan gangguan otot herediter yang
ditandai dengan kelemahan otot skeletal yang progresif. Lebih dari 100 gangguan
dikaitkan dengan distrofi otot, walaupun gangguan yang paling khas meliputi
Duchennes dan Beckers, limb-girdle, facioscapulohumeral, myotonic, oculo-faringeal,
distal, dan Emery-Dreifuss.
Berbagai
jenis
distrofi
otot
merupakan
gangguan
multisistemik,
yang
mempengaruhi otot polos dan otot jantung serta otot skeletal. MDs dapat diturunkan
pada autosomal dominan, autosomal resesif, atau pola keturunan terkait-kromosom X.
MDs
mempengaruhi
miokardium
dan
jaringan
konduksi
secara
menonjol,
menggunakan EKG 12-lead, pada awalnya, dan ambang batas yang rendah pada
echokardiografi penting untuk mengidentifikasi keterlibatan jantung secara dini. Saat
diagnosis kardiomiopati telah dibuat, penanganan gagal jantung standar dengan
menggunakan diuretik, ACE-I, dan -blocker diperlukan. Aritmia dan gejala gagal
jantung kongestif yang sekunder terhadap kardiomiopati dilatasi merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas pada kelompok pasien ini.
Distrofi otot Duchennes (DMD) dan Beckers (BMD ) merupakan gangguan terkaitkromosom X pada gen distrofin. DMD terjadi pada masa kanak-kanak dan merupakan
MD herediter yang paling sering terjadi, dengan hampir tanpa adanya distrofin
membran protein sarkolema. BMD terjadi pada masa dewasa dan terkait dengan
keterlibatan otot skeletal yang tidak begitu berat namun sering disertai keterlibatan otot
jantung yang lebih berat.Keterlibatan jantung meliputi gangguan konduksi nodus AV,
dan disfungsi LV yang dapat berkembang dengan cepat.
Limb girdle muscular dystrophy (LGMD) mempengaruhi otot girdle bahu dan pelvis
dan dapat diturunkan pada pola autosomal dominana atau resesif. Mutasi terjadi pada
gen-gen yang mengkode protein pembungkus nukleus pada otot skeletal.Keterlibatan
jantung terutama menonjol pada LGMD1B (laminopati), LGMD1D, LGMD2E, dan
LGMD2I, dengan kardiomiopati dan penyakit sistem konduksi.
Facioscapulohumeral muscular dystrophy (FSH) merupakan MD autosomal
dominan dengan keterlibatan progresif dari otot girdle fasial, bahu, dan panggul.
Manifestasi
jantung
meliputi
abnormalitas
gelombang-P, penundaan
konduksi
merupakan
yang
disebabkan oleh defek trinukleotida yang berulang pada gen yang mengkode miotonin.
Gangguan ini terkait dengan abnormalitas konduksi AV / atrioventrikular, aritmia atrium
dan ventrikel, dan dibandingkan dengan kardiomiopati pada 10% kasus.SCDdengan
penyebab apapun terlihat pada 30% pasien dengan distrofi miotonik.
Emery-Dreifuss MD memiliki pola keturunan yang bervariasi dan disebabkan oleh
mutasi pada lamin A dan lamin C (protein pembungkus nukleus). Kelemahan otot
428
memiliki distribusi humeral dan peroneal, dengan multipel kontraktur yang sering
menjadi gambaran klinis. Manifestasi jantung meliputi abnormalitas konduksi AV dan
aritmia atrium.SCDakibat takiaritmia ventrikel dapat terjadi.
Miokarditis
Miokarditis adalah proses dimana miokardium menjadi terinflamasi oleh salah satu dari
sejumlah besar agen-agen infeksi. Sayangnya, agen infeksi tersebut jarang dapat
teridentifikasi. Berbagai bakteri, virus, spirochaeta, fungi, parasit, dan riketsia dapat
mengakibatkan miokarditis.
Etiologi
Kerusakan dapat terjadi akibat sejumlah mekanisme, termasuk efek toksik langsung
pada miosit, produksi toksin (misalnya, difteri) dan kerusakan sel yang dimediasi secara
imunologis. Temuan-temuan histologi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk agen
infeksi, stadium penyakit, dan mekanisme kerusakan. Kerusakan yang terjadi dapat
terjadi secara fokal atau difus, dan terdistribusi secara acak di seluruh miokardium.
Gejala-gejala
Komplikasi klinis dari kerusakan yang terjadi dapat berkisar dari infeksi subklinis
asimptomatis sampai gagal jantung kongestif yang berkembang cepat dan fatal.
Komplikasi jangka-panjang juga bervariasi. Pasien-pasien yang awalnya
asimptomatik
dapat
tampil
setelah
masa
latensi
yang
lama
dengan
429
Diagnosis sering dibuat dengan mengidentifikasi penyakit sistemik terkait. Isolasi agen
infeksi jarang dapat tercapai, walaupun jelas akan mendukung diagnosis jika hasilnya
positif. Biopsi endomiokardial dapat berguna dalam memastikan diagnosis namun
seringnya negatif.
Penanganan
Penanganan pasien dengan miokarditis sebagian besar bersifat suportif. Aktivitas fisik
harus dibatasi, karena pada model-model hewan coba latihan fisik ditemukan bersifat
merusak fungsi jantung. Penanganan standar gagal jantung kongestif dan eradikasi
agen infeksi merupakan landasan penanganan. Aritmia simptomatik harus dikontrol,
dan -blocker dapat bersifat kardioprotektif.
Ujicoba terapi imunosupresif pada pasien dengan miokarditis hasilnya
mengecewakan.
Penggunaan
steroid
pada
pasien
yang
sakit
berat
dapat
Miokarditis viral
simptomatik.
Virus-virus lainnya seperti cytomegalovirus (CMV), Dengue, hepatitis, EpsteinBarr virus (EBV), influenza, dan varicella jarang dikaitkan dengan keterlibatan
430
transien.
Infeksi
rubella
pada
trimester
pertama
kehamilan
jantung fetus/neonatus.
Keterlibatan jantung sering
ditemukan
pada
pasien
dengan
human
immunodeficiency virus (HIV; sekitar 50%) namun hanya dapat dibuktikan secara
klinis pada 10%. Presentasi umum yaitu dengan gagal jantung kongestif dan
kardiomiopati dilatasi, akibat efek langsung HIV pada miokardium, walaupun
infeksi oportunistik pada pasien acquired immune deficiency syndrome (AIDS)
merupakan penyebab penting miokarditis lainnya.
Miokarditis riketsia
transien.
Rocky Mountain spotted fever (R. rickettsii) mengakibatkan penyebaran luas
vaskulitis yang melibatkan miokardium. ECHO menunjukkan disfungsi LV yang
tidak
diharapkan,
yang
dapat
menetap
bahkan
setelah
infeksi
telah
disembuhkan.
Scrub typhus (T. rsutsugamushi) mengakibatkan panvaskulitis yang dapat
melibatkan miokardium, menyebabkan perdarahan ke dalam miokardium dan
petechiae subepikardial. Kerusakan jangka panjang tampaknya jarang terjadi.
Miokarditis bakterial
Difteri: miokarditis terjadi pada 20% kasus dan diakibatkan oleh produksi toksin
yang menginhibisi sintesis protein. Tanda-tanda klinis tampak pada akhir minggu
431
dengan
peningkatan
mortalitas,
dan
biasanya diindikasikan.
Penyakit Whipple: (Tropheryma whippelli) dapat melibatkan miokardium dengan
infiltrasi makrofag dengan periodic acid-Schiff (PAS)-positif. Lesi-lesi arteri
koronaria dapat terlihat. Hipertensi arteri pulmonar dapat terjadi. Fibrosis katup
mengakibatkan regurgitasi aorta dan mitral. Terapi antibiotik tampaknya efektif,
Miokarditis spirochetal
jantungkombinasi
dari
invasi
otot
secara
langsung
oleh
dapat terjadi. Sinkope akibat blok jantung lengkap sering ditemukan, dan sering
terdapat ventricular escape rhythms terkait. VT jarang terjadi.
Pemeriksaan
antibodi antimiosin gallium atau indium yang positif dapat mengarah pada
dugaan keterlibatan jantung. Pasien dengan blok jantung derajat 2 atau 3
memerlukan perawatan dan pengawasan di rumah sakit. Penanganan dilakukan
dengan penisilin IV, dan pacu jantung temporer (jika perlu). Peranan steroid dan
terlihat; defek konduksi, aortitis, dan arteritis koronaria juga telah ditemukan.
Syphilis umumnya mengakibatkan aortitis, dan keterlibatan langsung miokardium
dengan gummae jarang terjadi.
Miokarditis protozoa
dewasa.
Setelah rentang waktu rata-rata 20 tahun, 30% pasien memiliki tanda-tanda
penyakit Chagas kronis. Manifestasi klinisnya bervariasi dari seropositifitas
asimptomatik sampai dilatasi ruang jantung yang progresif, dengan gagal jantung
kongestif berat. Defek konduksi AV juga terjadi. Secara histologi, terdapat fibrosis
yang ekstensif namun tidak ada parasit yang terlihat. Aritmia ventrikular sering
terjadi: Ves multifokal dan serangkaian VT dapat terjadi, mengakibatkan sinkope
dan SCD. ECHO menunjukkan gambaran kardiomiopati dilatasi; pada kasuskasus lanjut, tampilan dapat berbeda, dengan hipokinesis posterior disertai
pergerakan septal yang relatif normal.
433
menyembuhkan penyakit.
Keterlibatan miokardial dengan protozoa lainnya (misalnya, tripanosoma,
toksoplasma, atau malaria) jarang terjadi dan biasanya asimptomatik. Penyakit
berat yang fatal kadang-kadang terjadi.
Miokarditis fungal
Infeksi fungal jarang terjadi dan terlihat pada pasien dengan penyakit keganasan
yang timbul bersamaan atau pada mereka yang menerima kemoterapi, steroid,
atau terapi imunosupresif lainnya. Faktor-faktor predisposisi lainnya yaitu operasi
mengakibatkan
lesi-lesi
epikardial
disertai
epikarditis,
yang
sampai beberapa bulan setelah dosis obat terakhir. Gejala-gejalanya dapat sulit untuk
dikendalikan, dan transplantasi jantung telah digunakan pada kasus-kasus dimana obat
penyembuh kanker telah tercapai.
Kokain: obat ini mengakibatkan nyeri dada, berkeringat, dan palpitasi. Pada sejumlah
kecil kasus terdapat iskemia miokardia akibat vasokonstriksi koronaria atau oklusi
trombosis koronaria. Temuan-temuan
terkait
meliputi
aritmia
ventrikular, dan.
kepentingan dari hal ini masih diperdebatkan. Defisiensi selenium berperan terhadap
jenisyang terlihat pada beberapa daerah di Cina, dan kadang-kadang terlihat pada
pasien dengan total parenteral nutrition (TPN) tanpa suplementasi selenium.
Miokarditis hipersentifitas (eosinofilia dan infiltrasi miokardial dengan eosinofil dan
sel-sel raksasa) telah digambarkan terjadi dengan penggunaan berbagai obat, yang
meliputi antibiotik (penisilin, amfoterisin, kloramfenikol, tetrasiklin, sulfonamid), antiepilepsi (fenitoin, karbamazepin), obat antituberkulosis (isoniazid), NSAID (indometasin,
fenilbutazon), sulfonilurea, dan amitriptilin. Gangguan ini jarang terdeteksi secara klinis.
Obat-obatan yang menjadi penyebabnya harus dihentikan dan steroid mungkin
diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
436