Anda di halaman 1dari 29

0

MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK


DOSEN
: - IDA SAMIDAH S.Kp
- PATMAWATI S.Kp.

GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGIS

Oleh
1.
2.
3.
4.

NASRUN PAKAYA
AMIR SYAM
NUR AHSANIYATI
ARRIYANTI

NIM
NIM
NIM
NIM

C 120 02 024
C 120 02 022
C 120 02 020
C 120 02 027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2003

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izinNya tersusunlah makalah dengan judul gangguan sistem Hematologis, sebagai
salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak.
Makalah ini mengulas sedikit beberapa macam gangguan Hematologis
serta cara penanggulangannya.
Penyusun menyadari, makalah ini masih sangatlah jauh dari harapan kita
semua, untuk itulah saran-dan kritik yang bersifat membangun sangatlah
diharapkan sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Makassar, Juni 2003


Penyusun
Kelompok II

BAB I
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK
DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGIS

I.

Anemia
Anemia terdiri dari bermacam-macam yaitu Anemia Fisiologis,
Anemia posthemorrhagik, Anemia zat besi, Anemia Aplastik, Anemia sel sabit,
Anemia Hemolitik, Anemia Diaformik, Anemia Megaloblastik.
1. Anemia Fisiologis
Yaitu menurunnya kadar HB sesudah umur 1 minggu dan tetap
rendah untuk beberapa minggu. Penurunan kadar HB tidak dapat dicegah
dengan pemberian obat hematinik.
a. Berkurangnya sistem critropoetik.
b. Pendeknya umur erytrosit.
c. Peninggian volume darah yang diikuti oleh cepatnya kenaikan BB
dalam 2 bulan pertama terjadi hemodilusi.
2. Anemia Post Hemorhagic.
Etiologi :
Kehilangan darah karena kecelakaan, operasi , pendarahan usus, ulkus
peptikum,

pendarahan

karena

kelainan

obstetris,

hermoroid

ankilostomiasis. Jadi umumnya karena kehilangan darah yang mendadak


atau menahun.
Kehilangan Darah Mendadak.
Pengaruh yang segera timbul :
a. Akibat kehilangan darah yang cepat Reflek kardiovascular fisiologi :
-

kontraksi arteriola.

Pengurangan aliran darah.

Ke organ tubuh yang paling vital (aggt gerak, ginjal, dsb) ke organ
vital (otak dan jantung).

b. Gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang
hilang dan apakah tubuh masih dapat melakukan kompensasi.
c. Kehilangan darah 12 19 % akan memperlihatkan : Pucat, transpirasi,
tachikardi, TD normal atau menurun.
d. Kehilangan darah 15 12 %, TD menurun dan renjatan reversible
e. Kehilangan darah 20 % renjatan irreversibel, angka kematian
meningkat.
Penyebab :
a. Transfusi darah.
b. Plasma (plasma exfander atau plasma subtitute)
c. Darurat IUFD dengan cairan infus apa saja.

Pengaruh lambat :
Beberapa jam setelah perdarahan terjadi pergeseran cairan extravasculer ke
intravasculer berhubungan untuk mempertahankan isi intravascular dan
tekanan akibat terjadi hemodilusi.
Gejala yang ditemukan adalah leukositosis 15.000 20.000 / mm 3, HB,
eritrosit, menurun oleh karena hemodilusi. Sebagai kompensasi sistem
eritopetik memodi hiperaktif, kadang terjadi gagal jantung jika fungsi
gagal yang belum normal : oliguri, on uri, sebagai akibat aliran darah ke
ginjal menurun.
Kehilangan darah menahun
Pengaruhnya terlihat sebagai gejala akibat defisiensi besi, bila tidak
diimbangi dengan masukan besi yang cukup.
3. Anemi Defisiensi Zat besi
Penyakit ini banyak ditemukan terutama mengenai anak yang
sedang tumbuh dan wanita hamil yang keperluan besinya lebih besar
daripada orang dewasa normal.
Etiologi :
a. Masukan kurang : MEP, defisiensi diet relatif yang disertai
pertumbuhan yang cepat.
b. Absorbsi kurang : MEP diare kronis, sindrom malabsorbsi lain.
c. Kebutuhan yang bertambah : infeksi, pertumbuhan yang cepat,

d. Pengeluaran

yang

bertambah

kehilangan

darah

karena

arkilostomiasis, amubiasis yang menahun, polip, dll.


Gejala :
Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit
kepala, iritasi, pucat pada mukosa bibir dan kering, telapak tangan dan
dasar kuku, Konjungtiva, ocular berwarna kebiruan atau putih mutiara,
papil lidah tampak atropi dll.
Potogenesis
Karena kesediaan cadangan besi menjadi kritis, eritropoesis menjadi
abnormal dan mengakibatkan :
a. Ukuran eritrosit berkurang.
b. Konsentrasi HB dalam eritrosit berkurang.
c. Kadar HB dan volume packed cell menurun ( 3 : 3 )
Pengobatan
a. Makanan adekuat, sulfas ferosus 3 x 10 mg / kg BB / hari.
b. Preparat besi parenteral. ( lm, iv).
c. Transfusi darah diberi bila HB kurang dari 5 gr % dan disertai
keadaan umum yang tidak baik.
d. Antelmetik (bila ditemukan cacing penyebab defisiensi besi
( 5 : 436 ).

Komplikasi
a. Perkembangan otot buruk.
b. Daya konsentrasi menurun.
c. Hasil uji perkembangan menurun.
d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun ( 1 : 265 )

PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan
1. Kaji reaksi anak terhadap therapi zat besi.
2. Kaji tingkat aktivitas anak.
3. Kaji tingkat perkembangan anak.
Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktifitas.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan.
3. Keletihan.
4. Resiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
Intervensi keperawatan
1. Pantau efek terapeutik dan efek yang tidak diinginkan dari therapi
zat besi pada anak.
a. Efek samping dari therapi oral (misalnya perubahan warna gigi).

b. Ajarkan tentang cara mencegah perubahan warna gigi.


-

Minum preparat besi dan air, sebaiknya dengan jus jeruk.

Berkumur setelah minum obat.

c. Anjurkan untuk meningkatkan makan makanan berserat dan iar


untuk mengurangi efek konstipasi dari zat besi.
d. Untuk mengatasi kontipasi berat, cobalah menurunkan dosis zat
besi tetap memperpanjang lama pengobatan.
2. Ajarkan pada orang tua tentang asupan menurunkan nutrisi yang
adekuat.
a. Kurangi asupan susu pada anak.
b. Tingkatkan asupan daging dan pengganti protein yang sesuai.
c. Tambahkan padi-padian untuk sayur dan hijau dalam diet.
3. Dapatkan informasi tentang riwayat diet dan perilaku makan,.
a. Kaji

faktor-faktor

yang

menyebabkan

defesiensi

nutrisi

psikososial, perilaku, nutrisional.


b. Buat rencana bersama orang tua tentang pendekatan kebiasaan
makan yang dapat diterima.
c. Rujuk ke ahli gizi untuk evaluasi dan terapi intensif.
4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya, karena zat besi mudah untuk
diserap.
Perencanaan pulang dan perawatan di rumah.

1. Ajarkan tentang pemberian therapi besi.


2. Ajarkan tentang perencanaan makan dan asupan nutrisi. (1:266,267)
4. Anemia Aplastik
Merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel darah
demam darah tepi, sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik
dalam sumsum tulang.
Etrologi
a. Faktor congenital
Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain
seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal, dsb.
b. Faktor didapat.
-

bahan kimia : Benzene, insektisida, senyawa as, Au, Pb.

Obat : Kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), dll.

Radiasi : sinar rontgen, radio aktif.

Faktor indifidu : alergi terhadap obat, bahan kimia, dll.

Infeksi : Tuberkulosis milier, hepatitis, dll.

Lain : Keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin.

Idiopatik

(5:451,452).
Manifestasi klinik

Merupakan

penyebab

yang

paling

sering.

a. Peteki, ekimosis, epistaksis, (muncul lebih dahulu).


b. Ulserasi oral, infeksi bacteri, demam (muncul kemudian).
c. Anemia, pucat, lelah, takikaidro (tanda lanjut).
d. Bercak caf-au-lait, hiperpigmentasi mirip melanin tanpa ibu jari
(anemia fanconi). (1:10).
Patogenesis
a. Berkurangnya jaringan hemopoetik dan bertambahnya ruang lemak
dalam sumsum tulang.
b. Produksi sel kurang, umunya pertama kali tercermin pada jumlah
granulosit dan platelet.
c. Khas terjadinya pansitopeni .(3:61)
Pengobatan
a. Prednison dan testosteron.
Prednison 2-5 mg/kg bb/hari peroral
Testosteron 1-2 mg/kg bb/hari perenteral.
Oksimetolon 1-2 mg/kg bb/hari peroral (perhatikan fungsi hati).
b. Transfusi darah bila diperlukan.
c. Pengobatan terhadap infeksi.
Sebaiknya anak di isolasi diruang suci hama dan pemberian
antibiotik.

10

d. Makanan lunak.
e. Istirahat. (5:454)
Komplikasi
a. Sepsis
b. Sensitisasi

terhadap

antigen

donor

yang

bereaksi

silang

menyebabkan pendarahan yang tidak terkendali.


c. Cangkokan VS penyakit hospes (setelah pencangkokan sumsum
tulang).
d. Kegagalan cangkok sumsum (terjadi setelah transplantasi sumsum
tulang).
e. Leukemia mielogen akut (berhubungan dengan anemia fanconi).

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan.
a. Kaji tempat-tempat perdarahan dan gejala pendarahan.
b. Mengkaji tanda0tanda infeksi.
c. Mengkaji tingkat aktifitas.
d. Mengkaji tingkat perkembangan.
Diagnosa keperawatan.
a. Resiko tinggi cidera.
b. Resiko tinggi infeksi.

11

c. Intoleransi aktifitas.
d. Kelelahan.
e. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
Intervensi keperawatan.
1. Identifikasi dan laporkan tanda dan gejala perdarahan.
a. Tanda-tanda vital (denyut apeks meningkat, nadi lemah dan
cepat, tekanan darah menurun).
b. Tempat perdarahan.
c. Warna kulit (pucat) dan tanda-tanda diaforesis.
d. Kelemahan.
e. Penurunan tingkat kesadaran.
f. Penurunan jumlah trombosit.
2. Lindungi dari trauma.
a. Jangan beri aspirin atau obat-obat non steroid anti inflamasi.
b. Hindari suntikan lm dan suposutoria.
c. Beri obat menstruasi untuk mengurangi menstruasi berlebihan.
d. Usahakan hygiene mulut yang baik.
3.

Lindungi dari infeksi.


a. Hindari kontak dengan sumber infeksi potensial.
b. Usahakan isolasi ketat.

12

4. Beri produk darah dan pantau respon anak terhadap infus (setelah
transplantasi

sum-sum

tulang

untuk

menghindari

sensivitas

terhadap antigen transplantasi donor).


a. Observasi adanya efek samping dan respon yang merugikan.
b. Observasi tanda-tanda kelebihan cairan.
c. Pantau tanda-tanda vital sebelum pemasangan infus.
d. Berikan periode istirahat yang lebih sering. Berikan asuhan
keperawatan

untuk

meningkatkan

toleransi

aktifitas

dan

mencegah kelelahan.
e. Pantau respon terapeutik dan respon yang merugikan terhadap
pengobatan pantau kerja dan efek samping obat.
f. Siapkan anak dan keluarga untuk transplantasi sum-sum tulang.
g. Pantau tanda-tanda komplikasi transplantasi sum-sum tulang.
h. Berikan aktifitas pengalih dan rekreaksi sesuai usia.
i. Berikan penjelasan sesuai usia sebelum pelaksanaan prosedur.
Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah.
1. Berikan instruksi pada orang tua tentang cara melindungi anak dari
infeksi.
a. Batasi kontak dengan agen terinfeksi.
b. Identifikasi tanda / gejala infeksi.

13

2. Berikan instruksi pada orang tua untuk memantau tanda-tanda


komplikasi.
3. berikan instruksi pada orang tua tentang pemberian obat.
a. Pantau respon terapeutik anak.
b. Pantau adanya respon yang tidak menguntungkan.
4.

Berikan informasi tentang sistem penunjang masyarakat kepada


anak dan keluarga untuk adaptasi jangka panjang.
a. Masuk sekolah.
b. Kelompok orang tua.
c. Kelompok anak dan saudara kandung.
d. Nasihat keuangan (1:10,11,12,13).

5. Anemia Sel Sabit


Anemia sel sabit atau penyakit sel sabit Homozigot (HBSS) adalah
gangguan autosom resesif bawaan.
Etiologi
Perubahan psikologis yang menyebabkan menurunnya persediaan
oksigen untuk hemoglobin. Sel sabit tersebut menyebabkan terjadinya
penggumpalan

sel

darah

merah

dalam

pembuluh,

penurunan

penghantaran oksigen, dan bertambahnya destruksi sel darah merah


(eritropoesis).

14

Manifestasi klinik
a. Krisis oklusi pembuluh darah (Krisis nyeri), terjadi akibat iskemia
pada jaringan distal dari okulasi.
b. Iritabilitas.
c. Muntah.
d. Demam.
e. Anoreksia.
f. Nyeri sendi.
g. Daktilitis, rentang gerak berkurang dan extremitas meradang.
h. Ulkus kaki.
i. Stroke.
j. Pendarahan okuler.
k. Retinopati proliperatif.
Pengobatan
a. Pemberian penisilin profilaktik untuk mencegah septikemia (pada
periode baru lahir).
b. Imunisasi tambahan.
c. Analgesik.
Komplikasi.

15

Kurang tidur, pubertas tertunda, fertilitas terganggu, priapismus, batu


empedu, uikus tungkai, penyakit jantung, hati ginjal menahun,
osteomilitis, depresi, depresi, rendah diri, enurisis, resiko tinggi
ketergantungan obat, hubungan anak dengan orang tua renggang,stroke.

PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan

Perubahan fungsi jaringan ; ginjal , serebrum, dan perifer.

Nyeri.

Risiko tinggi keletihan

Risiko tinggi infeksi.

Risiko tinggi kelebihan volume cairan.

Risiko tinggi cidera.

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.

Risiko tinggi koping keluarga tidak efektif : menurun.

Risiko tinggi koping individu tidak efektif : menurun.

Risiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif.

Intervensi keperawatan.
1. Cegah atau minimalkan efek dari krisis sel sabit.

16

a. Sadari bahwa pengkajian dan penanganan dini adalah kunci


pencegahan dan intervensi episode krisis.
b. Hindari dingin dan vasokonstriksi selama episode nyeri.: dingin
dapat meningkatkan terjadinya sikcling.
c. Berikan dan tingkatkan hidrasi (satu setengah sampai dua kali
hidrasi rumatan).
1. Pertahankan dengan ketat asupan dan keluaran.
2. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi.
d. Tingkatkan oksigenesasi jaringan, pantau adanya tanda-tanda
hipoksia-sianosis, hiperventilasi, peningkatan denyut apeks,
frekuensi napas, dan tekanan darah, dan konfusi mental.
2. Berikan periode istirahat yang sering untuk mengurangi pemakaian
oksigen.
3. Pantau penggunaan alat oksigen.
4. Berikan dan pantau penggunaan produk darah dan terapi klasi, kaji
tanda-tanda reaksi tranfusi-demam, gelisah, distritmia jantung,
menggigil, mual dan muntah, nyeri dada, urine merah, atau hitam,
sakit kepala, nyeri pinggang, dan tanda-tanda syok atau gagal
ginjal.
5. Pantau adanya tanda-tanda kelebihan cairan sirkulasi (over-load)dispenai, naiknya frekuensi pernafasan, sianosis, nyeri dada, dan
batuk kering.

17

6. Hilangkan atau minimalkan nyeri.


a. Panas lembab untuk 24 jam pertama.
b. Whirpool

atau

walking

tank,

terutama

jika

terjadi

pembengkakan.
c. Latihan terapeutik.
d. Pemberian analgesik sesuai instruksi, berdasarkan pengkajian
nyeri.
e. Penggunaan

metode

nonfarmakologik

seperti

imajinasi

terbimbing.
7. Cegah infeksi
a. Kaji

adanya

tanda-tanda

infeksi-demam,

malaise

atau

iritabilitas, serta jaringan lunak dan limfonodus yang meradang


dan bengkak.
b. Sadari

bahwa

anak

terutama

rentan

terhadap

sepsis

pneumokokus dan pneumonia (anak kurang dari 3 sampai 4


tahun) dan osteomielitis salmonela.
8.

Pantau adanya tanda-tanda komplikasi


a. Kolaps vascular dan syok.
b. Splenomegali.
c. Infark tulang dan persendian.
d. Ulkus tungkai.

18

e. Stroke.
f. Kebutaan.
g. Nyeri dada atau dispnea.
h. Pertumbuhan dan perkembangan yang tertunda.
9. Beri penjelasan pada anak sesuai usia tentang perawatan di rumah
sakit dan prosedur/tindakan.
10. Beri dukungan emosional pada anak dan keluarga.
a. Dorong agar anak melakukan aktivitas normal.
b. Dorong anak agar bekerja sama dengan anak-anak dan keluarga
yang lain yang juga menderita anemia sel sabit.
11. Anjurkan orang tua untuk melakukan skrining anggota keluarganya.
a. Skrining bayi baru lahir untuk hemoglobinopati.
1. Identifikasi saat lahir. Memungkinkan profilaksis dini
terhadap infeksi.
2. Pemakaian

penisilin profilaktik dianjurkan untuk dimulai

pada periode bayi baru lahir (berusia 4 bulan).


b. Skrining saudara kandung terhadap penyakit dan pembawa sifat
sel sabit.
Perancangan Pulang dan Perawatan di Rumah
1. Beri konseling genetik.

19

2. Beri konseling pada anak tentang mainan, aktivitas rekreasi, dan


partisipasinya dalam olah raga yang sesuai (untuk mencegah
hipoksia akibat aktifitas fisik yang berat dan stress kehidupan yang
berlebihan).
3. beri pengajaran dan petunjuk antisipatif pada orang tua tentang
pencegahan infeksi untuk menjamin bahwa anak diperiksa oleh
dokter jika ada tanda-tanda penyakit; ajarkan pada orang tua caracara memeriksa suhu tubuh dan cara-cara menurunkan suhu tubuh
suhu tubuh tersebut.
4. Bekali orang tua dengan informasi-informasi tentang imunisasi
rutin, selain vaksinasi terhadap Streptococcus pneumonia saat
berusia 2 tahun dan vaksinasi influenza.(1:464-467)

II.

Thalasemia
Suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi
produksi rantai globin pada hemoglobin.
Klasifikasi Thalasemia
A.a. Thalasemia : Defenisi pada rantai a.
B. a. Thalasemia : Defenisi pada rantai a merupakan kasus terbanyak dan
terdiri dari 3 bentuk

20

Thalasemia minor / thalsemia trait : ditandai oleh anemia


mikrositik bentuk heterozigot.

Thalasemia intermedia : ditandai oleh splenemogali, anemia berat,


bentuk homozigot.

Thalasemia mayor : anemia berat, tidak dapat hidup tanpa


transfusi.

Etiologi
Faktor genetik.
Manifestasi klinik.
-

Letargi.

Pucat.

Kelemahan.

Anorexia.

Sesak nafas.

Tebalnya tulang cranial.

Pembesaran limpa.

Patofisiologi.

Normal hemoglobin adalah terdiri dari HB A dengan dua polipeptida


rantai makanan alpa dan dua rantai beta.

21

Pada beta thalasemmia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta
dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan
eritrosit membawa oksigen.

Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai
beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan
hemoglobin

defective.

Ketidak

seimbangan

polipeptida

ini

memudahkan ketidak stabilan dan disintergrasi. Hal ini menyebabkan


anemia dan atau hemosiderosis.

Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada Thalasemia Beta dan gama
ditemukan pada thalasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini
mengalami presipitasi dalam sel eritosit. Globin intra eritrositik yang
mengalami preapitasi yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan
beta atau terdiri dari hemoglobin tak stabil badan Heinz, merusak
sampul eritosit dan menyebabkan hemolisis.

Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi


RBL yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada Bone Marrow
produksi RBC di luar menjadi eritropoitik aktif. Kompensator produksi
RBC secara terus menerus pada suatu dasar kronik dan dengan
cepatnya destruksi RBC menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi
hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC menyebabkan
bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.

22

Pengobatan
a. Pemberian transfusi hingga HB mencapai 10 g/dl.
b. Splenectomy dilakukan untuk mengurangi penekanan pada abdomen
dan meningkatnya rentang hidup sel darah merah yang berasal dari
suplemen (transfusi).
Komplikasi
a. Fraktur patologi.
b. Hepatosplenomegali.
c. Gangguan tumbuh kembang.
d. Disfungsi organ.

PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN


Pengkajian
Pengkajian Fisik

Riwayat keperawatan

Kaji adanya tanda-tanda anemia (pucat, lemah, sesak, nafas cepat,


hipoxia kronik, nyeri tulang dan dada, menurunnya aktivitas, anorexia),
epistaksis berulang.

Pengkajian psikososial

23

Anak : Usia, tugas perkembangan psikososial (Erikson), kemampuan


beradaptasi dengan penyakit, mekanisme koping yang digunakan.

Keluarga : respon emosional keluarga, koping yang digunakan keluarga


penyesuaian keluarga terhadap stress.

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya seluler
yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
2. Tidak tolerasnsinya terhadap aktivitas berhubungan dengan tidak
seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya selera makan.
4. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan dampak penyakit
anak terhadap fungsi keluarga.
Perencanaan
1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat.
2. Anak akan toleran terhadap aktivitas.
3. Anak akan menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
4. Keluarga akan dapat mengatasi dan mengendalikan stress.
Intervensi Keperawatan
1. Fungsi jaringan adekuat.

24

Monitor tanda-tanda vital, pengisian kapiler, warna kulit, membran


mukosa.

Tingkatkan komposisi kepala di tempat tidur.

Periksa dan dokumentasikan adanya rasa nyeri.

Observasi adanya keterlambatan respon verbal, kebingungan, atau


gelisah.

Observasi dan dokumentasikan adanya rasa dingin.

Pertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat dan sesuai


kebutuhan tubuh.

Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

2. Dukung anak tetap toleran terhadap aktivitas.

Nilai kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sesuai dengan


kondisi fisik dan tugas perkembangan anak.

Monitor tanda-tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas,


dan catat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan
denyut jantung, peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat).

Berikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti


melakukan aktivitas jika terjadi gejala-gejala peningkatan denyut
jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau
kelelahan.

25

Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan seharihari sesuai dengan kemampuan anak.

Ajarkan kepada orang tua teknik memberikan reinforcement


terhadap partisipasi anak di rumah.

Buat jadwal aktivitas bersama anak dan keluarga dengan melibatkan


tim kesehatan lain.

Jelaskan dan berikan rekomendasikan kepada sekolah tentang


kemampuan anak dalam melakukan aktivitas, monitor kemampuan
melakukan aktivitas secara berkala dan jelaskan kepada orang tua
dan sekolah.

3. Penuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.

Ijnkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,


rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
anak meningkat.

Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk


meningkatkan kualitas intake nutrisi.

Ijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemeliharaan


makanan.

Evaluasi berat badan anak setiap hari.

26

4. Keluarga akan dapat mengatasi dan dapat mengendalikan stress yang


terjadi pada keluarga.

Berikan dukungan pada keluarga dan jelaskan kondisi anak sesuai


dengan realita yang ada.

Bantu orang tua untuk mengembangkan strategi untuk melakukan


penyesuaian terhadap kisi akibat penyakit yang diderita anak.

Berikan dukungan kepada keluarga untuk mengembangkan harapan


realitas terhadap anak.

Analisa sistem yang mendukung dan penggunaan sumber-sumber di


masyarakat (pengobatan, keuangan, sosial) untuk membantu proses
penyesuaian keluarga terhadap penyakit anak).

Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah

Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai


dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak.

Jelaskan terapi yang diberikan; dosis, efek samping.

Jelaskan perawatan yang diperlukan di rumah

Tekankan untuk melakukan kontrol ulang sesuai waktu yang


ditentukan.(4:23-29)

27

BAB III
KESIMPULAN

1. Gangguan hematologis terdiri dari bermacam-macam diantaranya :


-

Anemia fisiologis.

Anemia posthemorhagik.

Anemia defisiensi zat besi.

Anemia aplastik

Anemia sel sabit.

Anemia hemolitik.

Anemia diaformik

Anemia megaloblastik.

Thalasemia, dll.

2. Kelainan sistem hematologi dapat terjadi pada setiap sistem hematopoetik,,


yaitu pada sistem eritropoetik, granulopoetik, limpoetik atau sistem retikulo
endoteil.
3. Penanganan gangguan hematologis perlu mendapatkan perhatian khusus,
sehingga dapat memperpanjang umur harapan hidup.

28

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz C, Sowden L, Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Penerbit Buku


kedokteran EGC, Jakarta
2. Ida Samidha, Patmawati (karya saduran) Perawatan Anak Buku I, UNHAS,
Makassar.
3. J. A. Child (1990)., Segi Praktis, Hematologi Klinik, Bina Rupa Aksara,
Jakarta Barat.
4. Rita J, Suriadi, Buku Pegangan Praktek Klinik, Asuhan Keperawatan Pada
Anak Edisi I, PT. Fajar Interpratama, Jakarta.
5. Staf Ilmu Kesehatan Anak (1985), Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Penerbit
Info Media, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai