Oleh
1.
2.
3.
4.
NASRUN PAKAYA
AMIR SYAM
NUR AHSANIYATI
ARRIYANTI
NIM
NIM
NIM
NIM
C 120 02 024
C 120 02 022
C 120 02 020
C 120 02 027
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izinNya tersusunlah makalah dengan judul gangguan sistem Hematologis, sebagai
salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak.
Makalah ini mengulas sedikit beberapa macam gangguan Hematologis
serta cara penanggulangannya.
Penyusun menyadari, makalah ini masih sangatlah jauh dari harapan kita
semua, untuk itulah saran-dan kritik yang bersifat membangun sangatlah
diharapkan sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
BAB I
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK
DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGIS
I.
Anemia
Anemia terdiri dari bermacam-macam yaitu Anemia Fisiologis,
Anemia posthemorrhagik, Anemia zat besi, Anemia Aplastik, Anemia sel sabit,
Anemia Hemolitik, Anemia Diaformik, Anemia Megaloblastik.
1. Anemia Fisiologis
Yaitu menurunnya kadar HB sesudah umur 1 minggu dan tetap
rendah untuk beberapa minggu. Penurunan kadar HB tidak dapat dicegah
dengan pemberian obat hematinik.
a. Berkurangnya sistem critropoetik.
b. Pendeknya umur erytrosit.
c. Peninggian volume darah yang diikuti oleh cepatnya kenaikan BB
dalam 2 bulan pertama terjadi hemodilusi.
2. Anemia Post Hemorhagic.
Etiologi :
Kehilangan darah karena kecelakaan, operasi , pendarahan usus, ulkus
peptikum,
pendarahan
karena
kelainan
obstetris,
hermoroid
kontraksi arteriola.
Ke organ tubuh yang paling vital (aggt gerak, ginjal, dsb) ke organ
vital (otak dan jantung).
b. Gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang
hilang dan apakah tubuh masih dapat melakukan kompensasi.
c. Kehilangan darah 12 19 % akan memperlihatkan : Pucat, transpirasi,
tachikardi, TD normal atau menurun.
d. Kehilangan darah 15 12 %, TD menurun dan renjatan reversible
e. Kehilangan darah 20 % renjatan irreversibel, angka kematian
meningkat.
Penyebab :
a. Transfusi darah.
b. Plasma (plasma exfander atau plasma subtitute)
c. Darurat IUFD dengan cairan infus apa saja.
Pengaruh lambat :
Beberapa jam setelah perdarahan terjadi pergeseran cairan extravasculer ke
intravasculer berhubungan untuk mempertahankan isi intravascular dan
tekanan akibat terjadi hemodilusi.
Gejala yang ditemukan adalah leukositosis 15.000 20.000 / mm 3, HB,
eritrosit, menurun oleh karena hemodilusi. Sebagai kompensasi sistem
eritopetik memodi hiperaktif, kadang terjadi gagal jantung jika fungsi
gagal yang belum normal : oliguri, on uri, sebagai akibat aliran darah ke
ginjal menurun.
Kehilangan darah menahun
Pengaruhnya terlihat sebagai gejala akibat defisiensi besi, bila tidak
diimbangi dengan masukan besi yang cukup.
3. Anemi Defisiensi Zat besi
Penyakit ini banyak ditemukan terutama mengenai anak yang
sedang tumbuh dan wanita hamil yang keperluan besinya lebih besar
daripada orang dewasa normal.
Etiologi :
a. Masukan kurang : MEP, defisiensi diet relatif yang disertai
pertumbuhan yang cepat.
b. Absorbsi kurang : MEP diare kronis, sindrom malabsorbsi lain.
c. Kebutuhan yang bertambah : infeksi, pertumbuhan yang cepat,
d. Pengeluaran
yang
bertambah
kehilangan
darah
karena
Komplikasi
a. Perkembangan otot buruk.
b. Daya konsentrasi menurun.
c. Hasil uji perkembangan menurun.
d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun ( 1 : 265 )
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan
1. Kaji reaksi anak terhadap therapi zat besi.
2. Kaji tingkat aktivitas anak.
3. Kaji tingkat perkembangan anak.
Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktifitas.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan.
3. Keletihan.
4. Resiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
Intervensi keperawatan
1. Pantau efek terapeutik dan efek yang tidak diinginkan dari therapi
zat besi pada anak.
a. Efek samping dari therapi oral (misalnya perubahan warna gigi).
faktor-faktor
yang
menyebabkan
defesiensi
nutrisi
Idiopatik
(5:451,452).
Manifestasi klinik
Merupakan
penyebab
yang
paling
sering.
10
d. Makanan lunak.
e. Istirahat. (5:454)
Komplikasi
a. Sepsis
b. Sensitisasi
terhadap
antigen
donor
yang
bereaksi
silang
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan.
a. Kaji tempat-tempat perdarahan dan gejala pendarahan.
b. Mengkaji tanda0tanda infeksi.
c. Mengkaji tingkat aktifitas.
d. Mengkaji tingkat perkembangan.
Diagnosa keperawatan.
a. Resiko tinggi cidera.
b. Resiko tinggi infeksi.
11
c. Intoleransi aktifitas.
d. Kelelahan.
e. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
Intervensi keperawatan.
1. Identifikasi dan laporkan tanda dan gejala perdarahan.
a. Tanda-tanda vital (denyut apeks meningkat, nadi lemah dan
cepat, tekanan darah menurun).
b. Tempat perdarahan.
c. Warna kulit (pucat) dan tanda-tanda diaforesis.
d. Kelemahan.
e. Penurunan tingkat kesadaran.
f. Penurunan jumlah trombosit.
2. Lindungi dari trauma.
a. Jangan beri aspirin atau obat-obat non steroid anti inflamasi.
b. Hindari suntikan lm dan suposutoria.
c. Beri obat menstruasi untuk mengurangi menstruasi berlebihan.
d. Usahakan hygiene mulut yang baik.
3.
12
4. Beri produk darah dan pantau respon anak terhadap infus (setelah
transplantasi
sum-sum
tulang
untuk
menghindari
sensivitas
untuk
meningkatkan
toleransi
aktifitas
dan
mencegah kelelahan.
e. Pantau respon terapeutik dan respon yang merugikan terhadap
pengobatan pantau kerja dan efek samping obat.
f. Siapkan anak dan keluarga untuk transplantasi sum-sum tulang.
g. Pantau tanda-tanda komplikasi transplantasi sum-sum tulang.
h. Berikan aktifitas pengalih dan rekreaksi sesuai usia.
i. Berikan penjelasan sesuai usia sebelum pelaksanaan prosedur.
Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah.
1. Berikan instruksi pada orang tua tentang cara melindungi anak dari
infeksi.
a. Batasi kontak dengan agen terinfeksi.
b. Identifikasi tanda / gejala infeksi.
13
sel
darah
merah
dalam
pembuluh,
penurunan
14
Manifestasi klinik
a. Krisis oklusi pembuluh darah (Krisis nyeri), terjadi akibat iskemia
pada jaringan distal dari okulasi.
b. Iritabilitas.
c. Muntah.
d. Demam.
e. Anoreksia.
f. Nyeri sendi.
g. Daktilitis, rentang gerak berkurang dan extremitas meradang.
h. Ulkus kaki.
i. Stroke.
j. Pendarahan okuler.
k. Retinopati proliperatif.
Pengobatan
a. Pemberian penisilin profilaktik untuk mencegah septikemia (pada
periode baru lahir).
b. Imunisasi tambahan.
c. Analgesik.
Komplikasi.
15
Nyeri.
Intervensi keperawatan.
1. Cegah atau minimalkan efek dari krisis sel sabit.
16
17
atau
walking
tank,
terutama
jika
terjadi
pembengkakan.
c. Latihan terapeutik.
d. Pemberian analgesik sesuai instruksi, berdasarkan pengkajian
nyeri.
e. Penggunaan
metode
nonfarmakologik
seperti
imajinasi
terbimbing.
7. Cegah infeksi
a. Kaji
adanya
tanda-tanda
infeksi-demam,
malaise
atau
bahwa
anak
terutama
rentan
terhadap
sepsis
18
e. Stroke.
f. Kebutaan.
g. Nyeri dada atau dispnea.
h. Pertumbuhan dan perkembangan yang tertunda.
9. Beri penjelasan pada anak sesuai usia tentang perawatan di rumah
sakit dan prosedur/tindakan.
10. Beri dukungan emosional pada anak dan keluarga.
a. Dorong agar anak melakukan aktivitas normal.
b. Dorong anak agar bekerja sama dengan anak-anak dan keluarga
yang lain yang juga menderita anemia sel sabit.
11. Anjurkan orang tua untuk melakukan skrining anggota keluarganya.
a. Skrining bayi baru lahir untuk hemoglobinopati.
1. Identifikasi saat lahir. Memungkinkan profilaksis dini
terhadap infeksi.
2. Pemakaian
19
II.
Thalasemia
Suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi
produksi rantai globin pada hemoglobin.
Klasifikasi Thalasemia
A.a. Thalasemia : Defenisi pada rantai a.
B. a. Thalasemia : Defenisi pada rantai a merupakan kasus terbanyak dan
terdiri dari 3 bentuk
20
Etiologi
Faktor genetik.
Manifestasi klinik.
-
Letargi.
Pucat.
Kelemahan.
Anorexia.
Sesak nafas.
Pembesaran limpa.
Patofisiologi.
21
Pada beta thalasemmia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta
dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan
eritrosit membawa oksigen.
Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai
beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan
hemoglobin
defective.
Ketidak
seimbangan
polipeptida
ini
Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada Thalasemia Beta dan gama
ditemukan pada thalasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini
mengalami presipitasi dalam sel eritosit. Globin intra eritrositik yang
mengalami preapitasi yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan
beta atau terdiri dari hemoglobin tak stabil badan Heinz, merusak
sampul eritosit dan menyebabkan hemolisis.
22
Pengobatan
a. Pemberian transfusi hingga HB mencapai 10 g/dl.
b. Splenectomy dilakukan untuk mengurangi penekanan pada abdomen
dan meningkatnya rentang hidup sel darah merah yang berasal dari
suplemen (transfusi).
Komplikasi
a. Fraktur patologi.
b. Hepatosplenomegali.
c. Gangguan tumbuh kembang.
d. Disfungsi organ.
Riwayat keperawatan
Pengkajian psikososial
23
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya seluler
yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
2. Tidak tolerasnsinya terhadap aktivitas berhubungan dengan tidak
seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya selera makan.
4. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan dampak penyakit
anak terhadap fungsi keluarga.
Perencanaan
1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat.
2. Anak akan toleran terhadap aktivitas.
3. Anak akan menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
4. Keluarga akan dapat mengatasi dan mengendalikan stress.
Intervensi Keperawatan
1. Fungsi jaringan adekuat.
24
25
Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan seharihari sesuai dengan kemampuan anak.
26
27
BAB III
KESIMPULAN
Anemia fisiologis.
Anemia posthemorhagik.
Anemia aplastik
Anemia hemolitik.
Anemia diaformik
Anemia megaloblastik.
Thalasemia, dll.
28
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA