Tekanan Osmosis3
Tekanan Osmosis3
FISIOLOGI TUMBUHAN II
TEKANAN OSMOSIS
Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Rombongan
Hari/jam
Asisten
: Tekanan Osmosis
Tujuan
:
A. Hasil
Konsentrasi
(M)
Tidak
Berplasmolisis
0M
berplasmolisis
19
0,16 M
19
0,18 M
12
13
0,20 M
12
13
0,22 M
12
13
0,24 M
18
0,26 M
20
22,4 MT
atm
273
22,4 0,18 298
atm
=
273
1201,54
atm
=
273
= -4,40 atm
B. Pembahasan
Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan
mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan
ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan
dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan
potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu
potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992). Sel
tumbuhan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sel epidermis bawah daun
Rhoeo discolor, sedangkan konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan adalah 0
M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; 0,24 M dan 0,26 M. Berdasarkan hasil
praktikum, sel tumbuhan yang dimasukan kedalam larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0 M terdapat sel yang tidak berplasmolisis sebanyak 19 sel dan yang
berplasmolisis 6 , hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Tjitrosomo (1987)
bahwa sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel
dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air yang
nilainya tinggi (=0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air yang lebih
rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar sel masuk ke
dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang.
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel
secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat
berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut
tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan
osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika
kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan
oleh perbedaan konsentrasi.
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula,
maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan
dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak
dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi
sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar,
maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya
sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel.
Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan
plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa
atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka
potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif.
Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplsma agar tetap
menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat
lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut
plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh
jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam
sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan
potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai
(Salisbury and Ross, 1992).
Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk
memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel
mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial
osmosis maka potensial turgor harus sama dengan 0. Agar potensial turgor sama
dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis. Plasmolisis adalah suatu proses
lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air
dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992). Menurut Winduwati (2000), karakteristik
permeasi air pada membran osmosis balik telah dipelajari dengan menggunakan
membran komposit modul modul sopitral wound dan larutan klorida dalam air
dalam larutan umpan.
Kesimpulan
1.
2.
3.
Daftar Referensi
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. D Van Nostrand
Company Inc., New York.
Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. Mc Graw Hill
Company. New York.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Plant Physiology. Wadswovth Publishing co,
California.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa, Bandung.
Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Bumi Angkasa, Jakarta.
Winduwati S., Yohan, Rifaid M. Nur. 2000. Karakteristik Osmosis Balik
Membran Spiral Wound. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah
Radio Aktif.