KEDOKTERAN KEPOLISIAN
Lusiana Nova (10.2008.144)
Mahasiswa Semester VII
Program Studi Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Email: pisangkeju90@yahoo.com
Kasus: Anda kebetulan menjadi dokter polisi yang ditempatkan di daerah yang rawan
terorisme. Pada suatu hari anda dipanggil oleh Kasat Serse untuk menemani dia memeriksa
seseorang tersangka. Tersangka adalah seorang laki-laki yang disuga telah meletakkan
sebuah bom di pasar. Bom diduga akan diletakkan pada siang hari pada saat pasar sedang
ramai-ramainya, tetapi saat ini polisi belum mengetahui dimana diletakkannya bom
tersebut. Oleh karena itu polisi akan melakukan interogasi si tersangka dengan cara agak
keras agar dapat memperoleh pengakuan tentang letak bom tersebut. Pada acara tersebut
anda diminta menjadi penasehat petugas reserse yang akan menjaga kesehatan
tersangka.
PENDAHULUAN
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu
yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan
dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa
dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
oranglain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam
usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa
pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya. Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila.
Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni
Pancasila. Bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi
manusia tersebut harus memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam
ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia
bukan
berarti
melaksanakan
dengan
sebebas-bebasnya,
melainkan
harus
2. Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga
perwakilan rakyat;
3. Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan publik;
4. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan
layak bagi kemanusiaan;
5. Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat perlakuan
yang layak dalam hubungan kerja yang berkeadilan;
6. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi;
7. Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup
layak dan memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang
bermartabat;
8. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi;
9. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan pengajaran;
10. Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup
dan kesejahteraan umat manusia;
11. Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat
lokal selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsabangsa;
12. Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional;
13. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing, dan untuk beribadat menurut kepercayaannya itu.
Ketiga, kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan:
bertanggungjawab
atas
perlindungan,
pemajuan,
penegakan,
dan
hak asasi terjadi di Inggris. Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai
dokumen kenegaraan yang berhasil disusun dan disahkan. 3
3. Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak
alam,seperti hak atas hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty, and property)
mengilhami sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat Amerika sewaktu
memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun 1776. Pemikiran John
Locke mengenai hak hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat yang dikenal dengan declaration of independence of the united
states. Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4 Juli
1776, suatu deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh 13
negara bagian, merupakan pula piagam hak hak asasi manusia karena
mengandung pernyataan Bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama
derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh
penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk menikmati
kebahagiaan. 3
4. Hak Asasi Manusia di Prancis
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah
pada awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan
kesewenang-wenangan rezim lama. Naskah tersebut dikenal dengan declaration
des droits de lhomme et du citoyen yaitu pernyataan mengenai hak-hak manusia
dan warga negara. Pernyataan yang dicetuskan pada tahun 1789 ini
mencanangkan hak atas kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan atau
kesetiakawanan (liberte, egalite, fraternite). Lafayette merupakan pelopor
penegakan hak asasi manusia masyarakat Prancis yang berada di Amerika ketika
Revolusi Amerika meletus dan mengakibatkan tersusunnya Declaration des
Droits de Ihomme et du Citoyen. Kemudian di tahun 1791, semua hak-hak asasi
manusia dicantumkan seluruhnya di dalam konstitusi Prancis yang kemudian
ditambah dan diperluas lagi pada tahun 1793 dan 1848. 3
5. Hak Asasi Manusia oleh PBB
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan
piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk
komisi hak asasi manusia (commission of human right). Sidangnya dimulai pada
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny.Eleanor Rossevelt. Baru dua tahun
kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan
di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu
berupa universal declaration of human rights atau Pernyataan Sedunia tentang
HakHak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang
terwakil dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8
negara abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10
Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi Manusia. Konsep HAM ini
dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor Roosevelt dan
secara resmi disebut Universal Decralation of Human Rights. Universal
Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai: 3
Hak untuk hidup
Kemerdekaan dan keamanan badan
Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
Hak untuk mendapat hak milik atas benda
Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
Hak untuk bebas memeluk agama
Hak untuk mendapat pekerjaan
Hak untuk berdagang
Hak untuk mendapatkan pendidikan
Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat
Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.
ASAS-ASAS DASAR
Pasal 2
Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan
tidak terpisahkan dari manusia, yang harusdilindungi, dihormati, dan ditegakkan
demi peringatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan,dan kecerdasan
serta keadilan.
Pasal 3
(1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama
dan sederajat sertadikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dalamsemangat persaudaraan.
(2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan
hukum yang adil sertamendapat kepastian hukum dalam semangat di depan
hukum.
(3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan
manusia, tanpa diskriminasi.
Pasal 4
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati
nurani, hak beragama,hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dan persamaan di hadapan hukum, dan hakuntuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapatdikurangi dalam
keadaan apapun dan oleh siapapun.
Pasal 5
(1) Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan
memperoleh perlakuan sertaperlindungan yang samasesuai dengan martabat
kemanusiaanya di depan hukum.
(2) Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dari
pengadilan yang objektif dantidak berpihak.
(3) Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak
memperoleh
perlakuan
danperlindungan
lebih
berkenaan
dengan
kekhususannya.
BAB III
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
10
Bagian Keempat
Hak Memperoleh Keadilan
Pasal 16
Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka melakukan
sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan
kesalahannya secara sah dalam suatu sidang pengadilan dan diberikan segala
jaminan hukum yang diperlukan untuk pembelaannya, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 17
Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan
mengajukan permohonan,pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana,
perdata, maupun administrasi serta diadili melaluiproses peradilan yang bebas dan
tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjaminpemerikasaan yang
objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan
benar.
Pasal 18
(1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka melakukan
sesuatu tindakpidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan
kesalahannya secara sah dalam suatusidang pengadilan dan diberikan segala
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
11
Pasal 33
(1) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan
yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiannya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan
nyawa.
Pasal 34
Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa, diasingkan atau dibuang
secara sewenang-wenang.
12
Bagian Kelima
Hak Atas Kebebasan Pribadi
Pasal 33
(1) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau
perlakuan yang kejam, tidakmanusiawi, merendahkan derajat dan martabat
kemanusiaannya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas sari penghilangan paksa dan penghilangan
nyawa.
Pasal 34
Setiap orang tidak boleh ditangkap, dittahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau
dibuang secarasewenag-wenang.
BAB IV
KEWAJIBAN DASAR MANUSIA
Pasal 69
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika,
dan tata tertib kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan
tanggung jawab untukmenghormati hak asasi orang lain secara timbal balik
serta menjadi tugas Pemerintah untukmenghormati, melindungi, meneggakan,
dan memajukannya.
Pasal 70
Dalam menjalankan dah dan kewajiban, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dankebebasan orang lain dan untuk
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
13
Pasal 74
Tidak satu ketentuanpun dalam Undang-undang ini boleh diartikan bahwa
Pemerintah, partai, golongan,atau pihak manapun dibenarkan mengurangi,
merusak, atau menghapuskan hak asasi manusia ataukebebasan dasar yang diatur
dalam Undang-undang ini
2. PENYIKSAAN (TORTURE)
Definisi Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun
rohani, pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari orang itu
atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah
dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh orang itu atau orang ketiga, atau untuk
suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atau atas hasutan dari, atau dengan persetujuan,
atau dibiarkan oleh pejabat pemerintahan atau orang lain yang berindak dengan
kapasitas resmi. Hal tersebut tidak termasuk kesakitan atau penderitaan yang timbul
dari, melekat pada, atau berkaitan dengan sanksi-sanksi hukum. Pelanggaran HAM
adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orangtermasuk aparat negara baik
disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yangsecara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
14
akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang
pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggaranHAM ringan selain dari kedua
bentuk pelanggaran HAM berat itu. Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh
baik aparatur negaramaupun bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang
pengadilan HAM). Karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh
hanya ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan
bukan oleh aparatur negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari
penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus
bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan. 4,5
Berdasarkan kasus, dalam interogasi tersangka harus bebas dari tekanan fisik
dan psikologi. Pola penyidikan yang dilakukan kepolisian yang selama ini tidak
dinafikan pula masih menekankan pada pola interogasi. Interogasi hanya istilah dari
intern kepolisian. Yang ada dalam KUHAP hanya istilah bertanya. Penyidik bertanya
kepada tersangka atau terdakwa. Sedangkan interogasi adalah istilah yang mengarah
pada penekanan fisik dan psikologi. Kalau interogasi cenderung kesannya menekan,
dan itu tidak boleh dilakukan karena posisi tersangka dalam keadaan tertekan sehingga
tersangkapun akan memberikan keterangan yang tidak benar. Istilah interogasi
memperlakukan manusia sebagai objek.
Dalam Perkap 7/2006, khususnya dalam Pasal 7 telah dijelaskan bahwa
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menghindarkan diri dari
perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan profesi dan organisasinya, dengan
tidak melakukan tindakan-tindakan berupa:
a. Bertutur kata kasar dan bernada kemarahan;
b. Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas;
c. Bersikap mencari-cari kesalahan masyarakat;
d. Mempersulit masyarakat yang membutuhkan bantuan/pertolongan;
e. Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat;
f. Melakukan perbuatan yang dirasakan merendahkan martabat perempuan;
g. Melakukan tindakan yang dirasakan sebagai perbuatan menelantarkan anak-anak
di bawah umur; dan
h. Merendahkan harkat dan martabat manusia
Pada Perkap 8/2009, khususnya dalam Pasal 11 ayat (1) telah ditegaskan
bahwa setiap petugas/anggota Polri dilarang melakukan:
a. penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang dan tidak berdasarkan
hukum;
b. penyiksaan tahanan atau terhadap orang yang disangka terlibat dalam kejahatan;
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
15
3. Keterlibatan Dokter
Kedokteran Kepolisian atau lebih dikenal sebagai DOKPOL adalah penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran untuk kepentingan tugas kepolisian.
Banyak yang mengira bahwa DOKPOL identik dengan Kedokteran Forensik, namun
sebenarnya adalah berbeda oleh karena Kedokteran Forensik adalah salah satu cabang
ilmu kedokteran yang diterapkan di dalam DOKPOL, sehingga Kedokteran Forensik
merupakan bagian dari penerapan DOKPOL. Ilmu-ilmu lain yang juga merupakan
bagian terapan dari DOKPOL selain Kedokteran Forensik adalah Forensik Klinik,
Psikiatri Forensik, Kedokteran Gigi Forensik, Biomolekuler Forensik, Medikolegal,
Toksikologi kedokteran Forensik, Kedokteran Gawat Darurat, Kesehatan Lapangan,
Kedokteran Lalu Lintas dan sebagainya.
Adapun dasar hukum bahwa DOKPOL berperan dalam tugas kepolisan adalah
tercantum dalam Bab III Pasal 14 ayat 1 butir (h) UU No. 2 Tahun 2001 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi "menyelenggarakan identifikasi
kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian
untuk kepentingan tugas kepolisian". Disini berarti mengungkapkan bahwa DOKPOL
merupakan salah satu pengemban tugas atau fungsi teknis kepolisian harus dapat
berperan dalam penyelenggaraan tugas-tugas pokok kepolisian sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia tersebut.4
16
Hak dokter1
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan keluarganya
4. Menerima imbalan jasa
Kewajiban dokter1
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional
2. Merujuk pasien kedokter yang mempunyai keahlian atau kemampuan lebih baik
apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan
3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah
pasien meninggal dunia
4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu melaksanakannya dan
5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
Hak-Hak Tersangka6
17
(2)
Pasal 51
Untuk mempersiapkan pembelaan :
a. Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang
dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu
pemeriksaan dimulai;
b. Terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang
dimengerti olehnya tentang apa yang didakwakan kepadanya.
Pasal 52
Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa
berhak memberikan keterangan secara bebas keapada penyidik atau hakim.
Pasal 53
(1) Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau
terdakwa berhak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 177.
(2) Dalam hal tersangka atau terdakwa bisu dan atau tuli diberlakukan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178.
Pasal 54
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
18
Pasal 55
Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal 54, tersangka atau terdakwa
berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.
Pasal 56
(1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun
atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima
tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk penasihat hukum bagi mereka.
(2) Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-cuma.
Pasal 57
(1) Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi
penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.
(2) Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan
berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya dalam
menghadapi proses perkaranya.
Pasal 58
Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan
menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada
hubungannya dengan proses perkara maupun tidak.
Pasal 59
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
19
Pasal 60
Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak
yang mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka atau terdakwa
guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan penahanan ataupun untuk usaha
mendapatkan bantuan hukum.
Pasal 61
Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan perantaraan penasihat
hukumnya menghubungi dan menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal yang
tidak ada hubungannya dengan perkara tersangka atau terdakwa untuk kepentingan
pekerjaan atau untuk kepentingan kekeluargaan.
Pasal 62
(1)
Tersangka atau terdakwa berhak mengirim surat kepada penasihat hukumnya, dan
menerima surat dari penasihat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali yang
diperlukan olehnya, untuk keperluan itu bagi tersangka atau terdakwa disediakan
alat tulis menulis.
(2)
Surat menyurat antara tersangka atau terdakwa dengan penasihat hukumnya atau
sanak keluarganya tidak diperiksa oleh penyidik, penuntut umum, hakim atau
pejabat rumah tahanan negara kecuali jika terdapat cukup alasan untuk diduga
bahwa surat menyurat itu disalahgunakan.
(3)
Dalam hal surat untuk tersangka atau terdakwa itu ditilik atau diperiksa oleh
penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara, hal itu
diberitahukan kepada tersangka atau terdakwa dan surat tersebut dikirim kembali
kepada pengirimnya setelah dibubuhi cap yang berbunyi "telah ditilik".
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
20
Pasal 63
Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari
rohaniwan.
Pasal 64
Terdakwa berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum.
Pasal 65
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau
seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang
menguntungkan bagi dirinya.
Pasal 66
Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.
Pasal 67
Terdakwa atau penuntut umum berhak untuk minta banding terhadap putusan
pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan
hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan
pengadilan dalam acara cepat.
Pasal 68
Tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi sebagaimana
diatur dalam Pasal 95 dan selanjutnya.
Pasal 116
21
Dalam pemeriksaan tersangka harus ditanyakan apakah ia akan mengajukan saksi yang
dapat menguntungkan baginya, bilaman ada harus di catat dalam berita acara dan
penyidik wajib memeriksa saksi tersebut.
Pasal 117
Keterangan tersangka diberikan kepada penyidik diberikan tanpa tekanan siapapun dan
dalam bentuk apapun. Dalam hal tersangka memberikan keterangan tentang apa yang
sebenarnya telah dilakukannya sehubungan dengan tindak pidana yang dipersangkakan
kepadanya, penyidik mencatat dalam berita acara sesuai dengan kata-kata yang
dipergunakan oleh tersangka sendiri.
Pasal 129
Dalam hal dilakukan penyitaan suatu benda dari tersangka, maka dalam
pemeriksaannya itu benda tersebut harus ditujukan dan dimintakan keterangan tentang
benda itu.
Kewajiban Tersangka6
Seorang tersangka mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan mengikut undang-undang. Kewajiban-kewajiban tersangka atau terdakwa
yang terdapat dalam KUHAP adalah seperti berikut :
Kewajiban bagi tersangka atau terdakwa melapor diri pada waktu yang ditentukan
dalam hal yang bersangkutan menjalani penahanan kota (Pasal 22 ayat 3 KUHAP).
Kewajiban meminta izin keluar rumah atau kota dari penyidik, penuntut umum
atau hakim yang memberi perintah penahanan, bagi tersangka atau terdakwa yang
menjalani penahanan rumah atau penahanan kota (Pasal 22 ayat 2 dan 3 KUHAP)
Kewajiban menaati syarat yang ditentukan bagi tersangka atau terdakwa yang
menjalani massa penangguhan misalnya wajib lapor tidak keluar rumah atau kota
(penjelasan Pasal 31 KUHAP)
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
22
Wajib menyimpan isi berita acara (turunan berita acara pemeriksaan) untuk
kepentingan pembelaannya (pasal 72 KUHAP)
Apabila dipanggil dengan sah dan menyebut alasan yang jelas, maka wajib datang
kepada penyidik kecuali memberi alasan yang patut dan wajar (Pasal 112 dan 113
KUHAP).
Wajib hadir pada hari sidang yang telah ditetapkan. Kehadiran terdakwa di sidang
merupakan kewajiban bukan merupakan haknya, kadi terdakwa harus hadir di
sidang pengadilan (penjelasan Pasal 154 ayat 4 KUHAP). Bahkan apabila terdakwa
setelah diupayakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat dihadirkan dengan baik,
maka terdakwa dapat dihadirkan paksa (Pasal 154 ayat 6 KUHAP).
Meskipun tidak secara tegas disebut sebagai kewajiban, tetapi pembelaan terdakwa
atau penasehat hukum tentu merupakan suatu keharusan (Pasal 182).
Kewajiban membayar biaya perkara yang telah diputus pidana (Pasal 22 ayat 1)
Meskipun tidak secara tegas merupakan keharusan, sangat logis jika memori
banding perlu dibuat terdakwa yang mengajukan permintaan banding. Pasal 237
KUHAP mengatakan selama pengadilan tinggi, belum memeriksa suatu perkara
dalam tingkat banding, baik terdakwa atau kuasanya maupun penuntut umum dapat
menyerahkan memori banding atau kontra memori banding kepada pengadilan
tinggi.
Miranda Rules
Miranda Rule adalah hak-hak konstitusional dari tersangka yang meliputi hak
untuk tidak menjawab atas pertanyaan pejabat bersangkutan dalam proses peradilan
PBL 30: KEDOKTERAN KEPOLISIAN
23
pidana dan hak untuk didampingi atau dihadirkan penasihat hukum sejak dari proses
penyidikan sampai dan/atau dalam semua tingkat proses peradilan.
Miranda Rule bermula dari tahun 1963 di Arizona, Negara bagian Amerika
Serikat, seorang pemuda bernama Ernesto Miranda ditangkap oleh Kepolisian
setempat karena diduga melakukan tindakan kriminal penculikan dan pemerkosaan
terhadap seorang perempuan berusia 18 tahun.7
Miranda Warning merupakan peringatan yang harus diberikan oleh penyidik
kepada tersangka. Seperti halnya di Negara Amerika Serikat hal ini dikenal dengan The
Four Miranda Warning, yaitu :
You have the right to remain silent. Anything you say can will be used against you in
a court of law. You have the right to be speak to an attorney, and to have an attorney
present during any questioning. If you cannot afford a lawyer, one will be provided for
you at goverment expense.
Anda mempunyai hak untuk diam. Segala sesuatu yang kamu katakan dapat
digunakan untuk melawanmu di pengadilan. Kamu berhak berkonsultasi dengan
lawyer, dan mendapatkan pendampingan pada saat pemeriksaanmu. Jika kamu tidak
punya Lawyer, akan disediakan oleh Negara.
Miranda Rule berisikan hak-hak seseorang sebelum diperiksa oleh penyidik
yang terdiri dari :
1. Hak untuk diam (karena segala sesuatu yang dikatakan seorang tersangka dapat
digunakan untuk melawannya/memberatkannya di pengadilan);
2. Hak untuk mendapatkan/menghubungi penasihat hukum/advokat.
3. Hak bila tidak mampu untuk disediakan penasehat hukum/advokat oleh
penyidik/aparat hukum.
24
rule ini ke dalam system Hukum Acara Pidana kita yaitu sebagaimana yang terdapat di
dalam pasal 56 ayat (1) UU No.8 tahun 1981 yang lebih dikenal dengan KUHAP.
Secara umum prinsip Miranda Rule (miranda principle) yang terdapat dalam
KUHAP yang menyangkut hak-hak tersangka atau terdakwa ada di dalam BAB VI UU
No.8 tahun 1981 tentang KUHAP, sedang secara khusus prinsip miranda rule atau
miranda principle terdapat di dalam pasal 56 ayat (1) KUHAP yang berbunyi sbb :
Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih
atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau
lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada
semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat bagi
mereka. Perlu diketahui bahwa yang ingin dicapai dan/atau ditegakkan di dalam
prinsip Miranda Rule yang terdapat di dalam pasal 56 ayat (1) tentang KUHAP adalah
agar terjamin pemeriksaan yang fair dan manusiawi terhadap diri Tersangka/Terdakwa,
sebab dengan hadirnya Penasihat Hukum untuk mendampingi, membela hak-hak
hukum bagi tersangka atau terdakwa sejak dari proses penyidikan sampai pemeriksaan
di pengadilan.7
25
Pasal 19
Masyarakat berkewajiban:
a. Mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan dalam standar
pelayanan
b. Ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan
publik;dan
c. Berpartisipasi
aktif
dan
mematuhi
peraturan
yang
terkait
dengan
KESIMPULAN
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi. HAM setiap individu
dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi
oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu negara akan
diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam undangundang pengadilan HAM
DAFTAR PUSTAKA
1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja T.D. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Pustaka
Dwipar. 2007.
2. Sejarah
Hak
Asasi
Manusia.
Juli
2008.
Di
unduh
dari
http://emperordeva.wordpress.com/about/sejarah-hak-asasi-manusia/, 11 Januari
2012.
26
3. Hak Asasi
Manusia
Setelah Amandemen.
Juni 2008.
Di unduh
dari
Asasi
Manusia.
Januari
2007.
Di
unduh
dari
27