Statika Baru Diktat
Statika Baru Diktat
BERBASIS KOMPENTENSI
Mata Kuliah
Kode
SKS
Semester
Prasyarat
: Statika
:
: 3 SKS
: II (Dua)
: Fisika Dasar I dan Matematika I.
menganalisis
Konstruksi Balok
Konstruksi Statis
gerber.
Tertentu Balok gerber.
Mahasiswa dapat
8. Mahasiswa dapat
menghitung/
menganalisis
menganalisis
Konstruksi Balok
Konstruksi Statis
pelengkung tiga sendi.
Tertentu Pelengkung
tiga sendi.
Mahasiswa dapat
7. Mahasiswa dapat
menghitung/
menganalisis
menganalisis Garis
Konstruksi Balok
Pengaruh Konstruksi
Sederhana yang
Statis Tertentu Balok
menerima beban
Sederhana.
bergerak
Mahasiswa dapat
8. Mahasiswa dapat
menghitung/
menganalisis
menganalisis Garis
Konstruksi konsol yang
pengaruh Konstruksi
menerima beban
Statis Tertentu Konsol. bergerak
Daftar Referensi:
1. Buku Ajar Statika.
2. Diktat Mekanika Teknik I oleh Ir. Tjok Gde Majun, Himpunan Mahasiswa
Sipil.
3. Diktat Mekanika Teknik II oleh Ir. Tjok Gde Majun, Himpunan Mahasiswa
Sipil.
4. Statika oleh Soemono.
5. Mekanika Teknik I oleh Ir. Suwarno Wiryomartono.
6. Struktur, oleh Daniel L Schodek.
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan ke
:1
Materi Pokok/Rincian Materi: Pendahuluan, Review materi fisika dasar satu dan matematika
I yang berhubungan dengan mata kuliah ini, Konsep Kesetimbangan Hukum Newton.
Pengalaman belajar: Mengkaji dan diskusi tentang gaya, resultante, momen, momen
koppel, uraian gaya serta keberadaannya pada suatu konstruksi.
Media/Sumber: Pustaka 1- 6
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa dapat menganalisa konstruksi
statis tertentu dengan benar.
Statika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan terapan yang berhubungan
dengan gaya dan gerak. Dasar ilmu ini adalah kesetimbangan atau keseimbangan,
dimana merupakan sebagian kecil atau sub bab dari ilmu fisika dasar. Ilmu ini dikenal
sebagai bagian dari ilmu mekanika atau ilmu gaya. Ilmu ini terbagi atas beberapa
bagian yaitu:
1. Kinematika (ilmu mekanika yang berhubungan dengan gaya yang bergerak
melalui suatu lintasan). Jadi orientasi ilmu gaya disini adalah gaya yang
berhubungan dengan gerak baik gerak beraturan maupun gerak tak beraturan.
Umumnya gaya disini berhubungan dengan besaran kecepatan, percepatan,
grafitasi dan lain lain.
2. Dinamika (ilmu mekanika yang berhubungan dengan benda tegar yang
bergerak). Gaya disini umumnya berkaitan dengan massa suatu benda,
tumbukan dan lain lain atau gaya yang diakibatkan oleh adanya gerak.
3. Statika (ilmu mekanika yang berhubungan dengan gaya gaya yang berada dalam
kesetimbangan atau seimbang.
Statika adalah bagian yang akan dibahas dalam mata kuliah tersendiri dengan bobot 3
sks yang ditawarkan pada semester dua di fakultas teknik sipil, Universitas Udayana.
Tujuan Instruksional Umum mata kuliah ini: agar mahasiswa setelah mengikuti mata
kuliah ini dapat menganalisis konstruksi konstruksi statis tertentu. Kata analisis berarti
mahasiswa berkompeten dalam bidang ini hingga tingkat kognitif 3 (C3). Oleh karena
itu perlu pembelajaran yang mandiri untuk mengasah dan melatih cognitif tersebut
menjadi pemahaman yang dapat dipergunakan dengan lebih baik.
Mata kuliah ini membahas tentang: gaya/vektor, Hukum kesetimbangan, elemen
struktur, balok sederhana, konsol portal statis tertentu dan balok gerber, dimana masing
masing pokok bahasan tersebut mempunyai tujuan instruksional khusus yang akan
dijelaskan pada sub sub bab yang bersangkutan. Hal yang dibahas adalah berkaitan
dengan gaya gaya dalam yaitu: reaksi perletakan, bidang momen, bidang gaya lintang
dan bidang gaya normal serta garis pengaruh dari konstruksi tersebut di atas.
Ilmu ini merupakan ilmu dasar dalam suatu perencanaan struktur bangunan secara
keseluruhan, dimana mutlak harus dihitung atau dianalisis terlebih dahulu sebelum
menentukan desain materialnya. Oleh karena itu ilmu ini harus dipelajari sejak awal
perkuliahan di Fakultas Teknik Sipil hingga akhir masa kuliah kelak. Sampai saat ini
ilmu ststika tetap merupakan ilmu dasar untuk mendalami dan menguasai ilmu lain
seperti konstruksi beton, konstruksi baja, konstruksi kayu dan yang lainnya. Mata
kuliah ini menjadi mata kuliah wajib disejumlah jurusan terutama Fakultas Teknik.
Khusus jurusan sipil materi ini akan sangat bermanfaat dan menunjang dalam
menempuh mata kuliah lain seperti yang telah disebutkan di atas. Misalnya prinsip
gaya, bidang momen dan bidang gaya lintang untuk konstruksi baja, konstruksi beton
dalam menentukan tulangan, analisis lendutan dan yang lainnya.
Ilmu lain yang mendukung mata kuliah ini adalah ilmu fisika dan ilmu matematika.
Kedua ilmu ini merupakan dasar yang harus dikuasai untuk memudahkan mempelajari
dan memahami hingga proses pembelajaran semakin sempurna. Salah satu sub bab
dalam mata kuliah fisika membahas tentang gaya dipelajari kembali untuk
memudahkan mengikuti pembelajaran ini, sedangkan mata kuliah matematika adalah
pemahaman tentang persamaan fungsi yang banyak dipergunakan dalam pembahasan
nanti.
Salah satu model kostruksi yang berkaitan dengan analisis statika adalah seperti
gambar 1.1 di bawah ini. Jembatan jalan raya dan jembatan kereta api.
BAB II
GAYA, RESULTANTE GAYA, MOMEN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menganalisis besaran resultante gaya,
dapat menganalisis komponen gaya, menghitung momen dan momen koppel.
Gaya adalah setiap sebab yang memberikan perubahan keadaan pada suatu benda
baik dalam keadaan diam maupun dalam keadaan bergerak (Hukum Newton I). Gaya
ini merupakan besaran vektor yaitu suatu besaran yang mempunyai besar dan arah yang
dapat menuju ke segala arah. Misalnya: gaya, kecepatan, percepatan dan lain lain, yang
seluruhnya mempunyai suatu nilai tertentu. Dalam ilmu matematika bagian ini dikenal
sebagai bilangan komplek. Jika gaya yang ke segala arah ini dicari komponennya maka
gaya gaya tersebut dapat disederhanakan lagi sehingga komponen gaya dapat dibuat
dalam arah vertikal dan horizontal. Sebuah gaya dikatakan sama apabila besarnya sama
dan arahnya sama. Gaya adalah vektor dengan sifat sebagai berikut: sebuah vektor
dinyatakan oleh sebuah anak panah, yang memiliki titik tangkap gaya, arah gaya dan
besarnya gaya. Satuan gaya adalah kg, ton, newton.
disamping gaya itu sendiri. Dua buah gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah dan
mempunyai garis kerja yang sama atau titik tangkap yang sama akan saling meniadakan
(setimbang). Gaya tidak dapat divisualisasikan, tetapi akibat adanya gaya dapat dilihat
dari kondisi konstruksi yang tidak dapat mempertahankan kesetimbangannya lagi atau
dalam kondisi keruntuhan seperti diperlihatkan dalam gambar2.2 di bawah ini.
Dampak/akibat dari gaya baru dapat dilihat, sementara gayanya sendiri tidak dapat
divisualisasikan.
2.1. BESARAN SKALAR DAN BESARAN VEKTOR.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat membedakan besaran vektor dan
besaran skalar, dapat menganalisis besaran ini dan dapat menggunakannya dalam
analisis konstruksi sederhana.
Besaran skalar merupakan besaran yang hanya mempunyai besar saja.
Contohnya: besaran isi suatu benda, berat jenis, temperatur, waktu dan lain lain.
Besaran vektor merupakan besaran yang mempunyai besar dan arah. Dalam bahasa
matematika dikenal sebagai bilangan komplek. Contoh ini dapat dilihat pada besaran
kecepatan, percepatan dan gaya. Oleh karena itu besaran vektor ini dinyatakan oleh
sebuah anak panah, dimana ujung anak panah menyatakan arah vektor dan panjang
anak panah menyatakan besarnya vektor. Sebuah vektor ditentukan oleh titik tangkap
(titik pangkal) vektor. Titik tangkap gaya ini bekerja pada titik berat suatu bidang atau
titik berat suatu ruang.
Sistem besaran satuan ini merupakan besaran gaya yaitu: ton, newton, kg, kg
newton, paskal dan lain lain. Satuan ini dapat dikonversikan menjadi satuan yang sama
di dalam analisis suatu konstruksi. Maksudnya adalah satuan panjang, satuan berat atau
satuan massa disenergikan ke dalam satuan yang berlaku dalam peraturan atau standar
yang berlaku atau mengikuti software yang mendukungnya.
2.2.
resultante atau dikenal sebagai penjumlahan gaya. Demikian pula jika dilakukan
pengurangan gaya, yang tidak lain adalah penjumlahan dengan bilangan negatif,
dimana tanda negatif menyatakan arah dari sebuah gaya yang sesungguhnya. Gaya
paduan atau resultante dari dua buah gaya atau lebih mempunyai pengaruh yang sama
10
seperti kedua atau lebih gaya tersebut. Resultante gaya dianalisis dengan cara analitis
atau dapat juga dilakukan dengan cara grafis (lukisan). Hal ini sangat ditentukan oleh
kondisi garis kerja gaya gaya tersebut. Kondisi tersebut antara lain:
1. Jika garis kerjanya berimpit.
i= n
R=
Ki
i= 0
Dimana R = resultante.
Ki = gaya ke i
Contoh:
Diketahui susunan gaya dalam satu garis kerja seperti gambar berikut:
K1 = 10 ton
K2= 5 ton
K3=2 ton grs kerja gaya
Gambar 2.6 Gaya dan garis kerja gaya
Jawab:
Cara analitis
i=n
R = Ki
i =0
R = K1 + K2 K3
= 10 + 5 2
= 13 ton ()
Cara grafis
Langkah 1, tentukan skala gaya dan skala gaya, selanjutnya lukis garis kerja gaya.
garis kerja gaya
K2= 5 ton
11
K2= 5 ton
K3=2 ton
K1
K2
12
Langkah 1, lukis garis kerja K1 dan dilanjutkan dengan melukis garis kerja K2.
13
Langkah 2, pada titik perpotongan kedua garis kerja tersebut lukis atau
pindahkan titik titik tangkap gaya ke perpotongan garis kerjanya.
R = K 12 + K 22
14
K1
K2
Grs kerja R
K3
K1
K2
K3
15
i=n
R = Ki
i =0
Cara ini dikenal pula sebagai cara poligon. Dapat pula dikerjakan untuk gaya
gaya dengan arah yang sembarang (tidak sejajar).
Penjumlahan/pengurangan gaya tidak sama dengan penjumlahan/pengurangan
aljabar, sebab penjumlahan/pengurangan gaya bergantung pada sudut antara gaya gaya
yang bersangkutan.
Hasil kali gaya dengan bilangan skalar adalah resultante dengan skalar x gaya
dengan arah yang ditentukan oleh tanda bilangan skalar tersebut. Contoh: 2 x K = R =
2K yang searah dengan K, tapi jika dikalikan dengan bilangan -2 akan menjadi R = 2K. Hal ini berarti arah R berlawanan arah dengan gaya K yang bersangkutan.
Apabila titik tangkap gaya yang sama tetapi tidak terletak pada satu bidang
datar maka penyelesaiannya dapat dilakukan dengan cara membuat ruang jajaran
genjang. Seperti gambar berikut, hal ini perlu pemahaman ilmu matematis tentang
bangun ruang.
16
2.3.
kali dari besarnya gaya K dengan jarak dari titik tersebut ke garis kerja gaya yang
bersangkutan. Sedangkan momen koppel adalah dua buah gaya yang besarnya sama
dan berlawanan arah dengan titik tangkap yang berbeda atau mempunyai jarak satu
sama lainnya. Besarnya momen koppel adalah gaya kali jarak ke dua gaya tersebut.
Sedangkan momen puntir adalah gaya dalam suatu ruang yang mempunyai jarak
terhadap satu garis kerja tertentu.
2.4.
KOMPONEN GAYA
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat menentukan komponen suatu
gaya, dapat menghitung komponen gaya dan dapat mengaplikasikannya pada
suatu konstruksi.
Sebuah gaya dapat diuraikan paling tidak menjadi dua buah gaya yang saling
tegak lurus.
17
Ky
R
Kx
Gambar 2.16. Menguraikan gaya menjadi dua buah gaya saling tegak lurus
Sebuah gaya dapat diuraikan menjadi tiga buah gaya pada garis kerja tertentu.
2.5.
TITIK BERAT
Titik berat sebuah benda adalah titik tangkap gaya berat benda tersebut. Jadi pusat
berat suatu benda berada pada titik berat benda tersebut. Oleh karena itu dalam
perhitungan berat suatu benda yang akan membebani konstruksi diletakkan pada
titik berat benda tersebut. Bab ini tidak dibahas secara detail karena materi titik
berat suatu benda juga dibahas dalam mata kuliah fisika dasar. Untuk itu materi ini
perlu dipelajari lagi untuk pemahaman tentang letak pusat berat suatu benda yang
akan membebani suatu konstruksi.
18
19
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan ke
:2
Materi Pokok/Rincian Materi: Gaya-gaya dalam Bidang Rata., Elemen Struktur, Jenis
struktur statis tertentu dan perletakan.
20
BAB III
BEBAN PADA STRUKTUR ATAU KONSTRUKSI.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mengetahui jenis beban yang bekerja
pada suatu konstruksi, dapat menganalisis jenis beban tersebut bekerja pada suatu
konstruksi.
Struktur dalam hubungannya dengan bangunan merupakan sarana untuk
menyalurkan beban beban dan akibat penggunaan dan atau kehadirannya ke dalam
tanah. Analisa tentang struktur menyangkut pemahaman prinsip prinsip dasar yang
menunjukkan adanya prilaku obyek fisik yang dipengaruhi oleh gaya. Jadi gaya gaya
ini muncul dari beban sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Sebagai contoh: untuk
rumah tinggal, untuk gudang, sebagai rumah sakit atau sebagai stadion, semua ini
mempunyai beban masing masing yang telah ditentukan dalam peraturan pembebanan
Indonesia.
Macam macam beban:
1. Beban terpusat.
Beban terpusat merupakan sebuah gaya baik aksi maupun reaksi yang bekerja
pada suatu konstruksi. Beban ini dikenal pula sebagai beban titik karena hanya
bekerja pada satu titik. Beban ini adalah besaran vektor dengan satuan yang sama
dengan satuan gaya.
P
2. Beban terbagi.
Beban terbagi merupakan kumpulan dari beban terpusat dalam satuan luas
maupun dalam satuan panjang. Beban ini dapat terbagi sama atau disebut beban
merata, dimana setiap satuan luas atau setiap satuan panjang mempunyai beban
terpusat yang sama. Apabila dalam satuan luas atau satuan panjang bebannya tidak
sama dikatakan beban terbagi tidak rata.
q = 1 ton/m
21
Besaran ini mempunyai satuan gaya per satuan panjang, dimana di dalam
analisisnya dapat digabungkan menjadi resultante dengan mencari luas bidang
gayanya yang menangkap pada titik berat bidang gaya tersebut.
3. Beban statis dan beban bergerak.
4. Beban gandar.
5. Beban Mati.
Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu konstruksi atau struktur
yang bersifat permanen.
22
6. Beban hidup.
Beban hidup adalah beban yang terdi yang disebabkan oleh fungsi dari
suatu konstruksi.
7. Beban angin.
Beban angin adalah beban yang disebabkan oleh angin dan bekerja selalu
tegak lurus dengan bidang.
8. Beban Gempa.
Beban gempa adalah beban yang disebabkan oleh terjadinya suatu gempa
bumi.
Kesetimbangan.
Setimbang, seimbang adalah suatu kondisi dimana jika ada gaya yang bekerja
menyebabkan terjadinya resultante gaya yang besarnya sama dengan nol. Kondisi ini
disebut gaya dalam keadaan setimbang. Apabila menimbang sesuatu maka kondisi
setimbang bila sesuatu tersebut mempunyai hal yang sama. Dengan demikian dalam
ilmu statika akan dipelajari bahwa konstruksi yang dibuat haruslah dalam keadaan
setimbang. Semua gaya yang bekerja pada konstruksi tersebut pada intinya dijadikan
satu yang disebut resultante yang besarnya adalah nol. Resultante beberapa buah gaya
tersebut dibuat nol. Dengan demikian terjadilah kesetimbangan. Hukum kesetimbangan
yang dipergunakan adalah hukum Newton III yaitu aksi sama dengan reaksi.
R = Ki = 0
Aksi = reaksi
W+N=0
W
Syarat Kesetimbangan.
Jika R diuraikan menjadi komponen gaya yang saling tegak lurus maka Rx = H =
diarah horinzontal dan Ry = V diarah vertikal. Agar tetap terjadi kesetimbangan maka
komponen gaya inipun haruslah sama dengan nol.
23
Rx = H = Kxi = 0 ...............................................1
Ry = V = Kyi = 0 .................................................2
Apabila gaya gaya ini mempunyai jarak terhadap suatu titik tertentu maka akan timbul
momen. Untuk tetap menjaga kesetimbangan maka momen inipun haruslah besarnya
sama dengan nol.
R.a = Ki. a = M = 0 .................................................3
Ketiga persamaan di atas adalah persamaan kesetimbangan. Persamaan ini akan
selalu dipergunakan dalam menganalisis konstruksi statis tertentu. Secara umum dapat
ditulis sebagai berikut:
H=0
V=0
M=0
Kesetimbangan Stabil
24
Kesetimbangan Labil.
Kesetimbangan sembarang
25
BAB IV
PERLETAKAN/ TUMPUAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menyebutkan macam macam
perletakan, dapat menyebutkan sifat perletakan, dapat menggunakannya dalam suatu
konstruksi.
Perletakan adalah bagian dari elemen struktur yang berfungsi sebagai penerus
gaya ke bagian pendukung yaitu pondasi atau tanah.
4.1.
4.2.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menyebutkan sifat sifat perletakan,
dapat menggunakannya dalam suatu konstruksi dengan benar.
1. Perletakan sendi/engsel adalah perletakan atau tumpuan yang dapat meneruskan
gaya yang melalui titik pusat sendi ke segala arah. Gaya ini jika diuraikan
menjadi dua buah gaya yang saling tegak lurus maka sendi dapat meneruskan
gaya vertikan dan gaya horizontal. Sendi tidak bisa menerima momen yang
berarti momen di sendi sama dengan nol.
2. Perletakan rol/rel adalah perletakan atau tumpuan yang dapat meneruskan gaya
melalui titik pusat rol dan tegak lurus arah gerak rol. Jadi hanya ada satu jenis
gaya yang dapat diterima oleh perletakan jenis ini. Perletakan inipun tidak dapat
menerima momen.
26
3. Perletakan jepit adalah perletakan atau tumpuan yang dapat meneruskan gaya
yang melalui titik pusat jepit. Gaya ini jika diuraikan menjadi dua buah gaya
yang saling tegak lurus maka jepit dapat meneruskan gaya vertikal dan
horizontal. Perletakan jepit dapat menerima momen. Jadi disini momen tidak
sama dengan nol.
4. Perletakan pendel adalah jenis perletakan sendi yang dihubungkan oleh batang
kaku. Jadi sifat sifat sendinya tetap berlaku.
5. Perletakan sederhana adalah perletakan atau tumpuan yang diletakkan saja di
suatu alas tertentu. Perletakan ini hanya dapat menerima satu gaya saja.
6. Perletakan kabel adalah perletakan atau tumpuan yang difasilitasi oleh sebuah
kabel. Jadi hanya dapat menerima gaya tarik yang bekerja pada kabel
4.3.
27
2. Rol/rel
28
4. Pendel.
5. Perletakan sederhana.
6. Perletakan kabel.
29
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
:3
Materi Pokok/Rincian Materi: Balok Sederhana, Reaksi Perletakan., Bidang Momen, Bidang
Gaya Lintang, Bidang Gaya Normal.
Media/Sumber: Pustaka 1- 6
30
BAB V
BALOK SEDERHANA
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menganalisis konstruksi sederhana,
yaitu balok sederhana (simple beam) dengan benar.
31
Pv
.
b
a
Rah
A
Ph
B
L
Rav
Rbv
Uraikan aksi gaya P menjadi komponen yang saling tegak lurus yaitu Ph dan Pv,
dimana Ph = P cos a dan Pv = P sin a. Selanjutnya dengan mempergunakan
persamaan kesetimbangan dapat dianalisis besarnya reaksi perletakan.
H=0
Rah + Ph = 0
V=0
Rav + Pv + Rbv = 0
M=0
32
Momen dimana sama dengan nol? Sudah pasti momen di perletakan sendi dan momen
diperletakan rol sama dengan nol, karena sesuai dengan sifat kedua perletakan tersebut
tidak dapat menerima momen.
Jadi Ma = 0 atau Mb = 0
Mb = 0
Rav.L + Pv.b = 0
Dengan ketiga persamaan tersebut Rav, Rah dan Rbv dapat dihitung. Selanjutnya
Hasilnya dapat dikontrol dengan salah satu persamaan yang belum dipergunakan.
Dalam hal ini adalah persamaan Ma = 0.
Jika bebannya terbagi rata
.q
Rah
A
B
L
Rav
Rbv
Reaksi perletakan dapat dihitung dengan mudah jika beban terbagi rata tersebut dicari
resultantenya dan titik tangkapnya. Resultante beban merata di atas Q = q . L dengan
titik tangkap di setengah L. Selanjutnya dengan persamaan kesetimbangan dapat
dihitung reaksi perletakannya.
H=0
Rah = 0
V=0
Rav + Pv + Q = 0
M=0
Mb = 0
Rav.L + Q . 1/2L = 0
33
5.2.
Bidang momen, bidang gaya lintang dan bidang gaya normal beban
terpusat.
Pv
Rah
A
Ph
L
Rav
Rbv
+ a.b/L . Psin
M
+
D
-
34
Dx = + Rav
Inipun merupakan persamaan garis lurus yang sejajar dengan sumbu x yang berlaku
sepanjang AC yaitu 0xa. Untuk x = 0 Dx = + Rav demikian pula untuk x = a Dx =
+ Rav.
Nx = + Rah
Inipun merupakan persamaan garis lurus yang sejajar dengan sumbu x yang berlaku
sepanjang AC yaitu 0xa. Untuk x = 0 Nx = + Rah demikian pula untuk x = a Nx =
+ Rah.
35
5.3.
Bidang momen, bidang gaya lintang dan bidang gaya normal beban
terbagi rata.
q = t/m
Bidang Momen
A
B
L
Bagian AB
Adakan potongan
sejauh x dari A
Tinjau kiri
Mx = + Rav.x Qx.1/2x
= + Rav.x q x
Persamaan parabola
Berlaku sepanjang AB
yaitu 0xL
Puncak
parabola
adalah
Momen maksimum
Didapat dari turunan
Pertama dari peramaan
Bidang momen di atas.
dMx/dx = 0
Dx = Rav q x
Nx = 0
36
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
:4
37
Contoh soal.
38
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
:5
Materi Pokok/Rincian Materi: Konsol, Reaksi Perletakan, Bidang Momen, Bidang Gaya,
Lintang, Bidang Gaya Normal.
Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu balok konsol
serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.
39
BAB VI
CONSOL/CANTILEVER
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menganalisis konstruksi konsol atau
konstruksi cantilever dengan benar.
Konsol atau cantilever merupakan suatu konstruksi sederhana dimana satu ujungnya
dijepit sedangkan ujung yang lainnya bebas. Umumnya dapat dilihat pada konstruksi
balkon. Kenapa perletakannya hanya jepit?...........
Gambar dalam lingkaran tersebut adalah perletakan jepit. Dalam analisis struktur
konstruksi jembatan atau jalan layang di atas digambarkan seperti gambar
40
Contoh
B
L
Pv = P sin
Ph = P cos
B
L
Mx = - P sin . x
Dx = + P sin
Nx = + P cos
41
B
L
42
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
:6
Materi Pokok/Rincian Materi: Portal Statis Tertentu. Reaksi Perletakan. Latihan Soal.
Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok portal
serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.
43
BAB VII
BALOK PORTAL STATIS TERTENTU
44
45
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
:7
Materi Pokok/Rincian Materi: Bidang Momen. Bidang gaya Lintang. Bidang Gaya Normal.
Balok Gerber/Konstruksi Gabungan. Reaksi Perletakan.
Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok gerber
serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.
46
BAB VIII
KONSTRUKSI GERBER/KONSTRUKSI GABUNGAN
Konstruksi gerber atau konstruksi gabungan adalah beberapa buah konstruksi
yang dijadikan satu dengan penghubung sendi. Apabila tidak ada sendi penghubung ini
maka konstruksi tersebut menjadi konstruksi statis tak tentu yang tidak akan dapat
diselesaikan dengan konsep-konsep konstruksi statis tertentu. Hal ini disebabkan oleh
timbulnya kelebihan reaksi pada perletakan sehingga tiga persamaan kesetimbangan
tidak cukup untuk menyelesaikan masalah tersebut. Gambar berikut menunjukan
contoh konstruksi gabungan.
47
dipikul akan menjadi aksi pada konstruksi sendi penghubung pada konstruksi yang
memikul dengan memberikan arah reaksi yang berlawanan.
Contoh:
48
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
:8
Materi Pokok/Rincian Materi: Bidang Momen. Bidang gaya Lintang. Bidang Gaya Normal.
Balok Gerber/Konstruksi Gabungan. Reaksi Perletakan.
Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok gerber
serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.
49
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
: 11
Materi Pokok/Rincian Materi: Pelengkung Tiga Sendi. Reaksi Perletakan. Bidang Momen.
Bidang Gaya Lintang. Bidang Gaya Normal.
Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok
Pelengkung Tiga Sensi serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.
50
BAB IX
PELENGKUNG TIGA SENDI
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menganalisis konstruksi
pelengkung tiga sensi dengan benar
Konstruksi pelengkung tiga sendi merupakan konstruksi dua buah balok sederhana
dimana ujung ujung balok mempergunakan sendi dan dihubungkan oleh satu sendi
penghubung menjadi satu kesatuan konstruksi yang seimbang. Kenapa ada sendi
penghubung?.......
51
52
Konstruksi pelerngkung tiga sendi mempunyai dua buah sendi perletakan. Hal ini
menyebabkan pada sendi tersebut timbul empat buah reaksi perletakan, dua di titik A
dan dua di titik B. Konstruksi seperti ini tidak dapat diselesaikan hanya dengan tiga
persamaan yang telah dipelajari. Dengan kata lain konstruksi menjadi tipe konstruksi
satais tak tentu. Untuk dapat diselesaikan dengan tiga persamaan kesetimbangan maka
ditambahkan sebuah sendi penghubung. Persamaan yang satu lagi akan didapatkan dari
Jumlah momen di sendi inipun harus sama dengan nol.
Ms = o
Untuk menggunakan persamaan ini cukup ditinjau salah satu bagian saja.
Selanjutnya dapat diselesaikan dengan konsep yang sudah dipelajari di atas.
53
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
: 12
54
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
: 13
Materi Pokok/Rincian Materi: Garis Pengaruh Balok Sederhana. Garis Pengaruh Reaksi
perletakan , Garis Pengaruh Momen. Garis Pengaruh Gaya Lintang.
55
BAB X
GARIS PENGARUH
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menganalisis gaya gaya dalam
konstruksi balok sederhana apabila bebannya dalam keadaan bergerak.
Pada bab sebelumnya hanya dibahas apabila beban-beban yang bekerja pada
suatu konstruksi adalah dalam keadaan diam atau statis. Bagaimana jika beban-beban
tersebut bergerak? Kondisi ini dapat dijumpai pada bangunan jembatan, crane peti
kemas dan lain lain, dimana beban yang dipikulnya selalu dalam keadaan bergerak. Jika
hal ini terjadi maka analisis konstruksinya akan selalu mempergunakan cara garis
pengaruh.
Pada perinsipnya adalah sama, yaitu mempergunakan hukum kesetimbangan
Newton III, hanya saja beban yang bekerja dengan memvariabelkan unsur jarak,
dimana gaya pada konstruksi tersebut bekerja. Dengan demikian aksi yang terjadi
mempunyai variabel jarak yang menyebabkan pula terjadinya reaksi yang berbeda beda
pula tergantung pada letak dari beban yang terjadi. Reaksi perletakan, gaya gaya dalam
yang timbulpun menjadi variabel yang selalu berubah di setiap tempat. Kondisi ini
dipengaruhi oleh letak beban pada saat tertentu.
Beban P terpusat bergerak di atas balok sederhana. Untuk analisis struktur ini
beban P = 1 satuan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan analisis, dimana bilangan
satu adalah bilangan yang istimewa. Keistimewaannya adalah bilangan berapapun
dikalikan dengan satu adalah bilangan itu sendiri. Oleh karena itu apabila nantinya
beban kendaraan yang melewati konstruksi maka jika kalikan akan menjadi beban
tersebut. Lihat gambar di bawah, apabila P = 1 sejauh x dari A, hitunglah reaksi
perletakannya! Hal ini dapat dikerjakan dengan mempergunakan hukum kesetimbangan
yang telah kita pelajari sebelumnya.
Rav = (L-x)/L . P,
karena P = 1, maka
= (L-x)/L
Ternyata Rav adalah fungsi dari x, yaitu fungsi garis lurus yang berlaku 0<x<L
Untuk x = 0, maka Rav = L/L = 1
56
P
x
A
Dengan cara yang sama akan didapatkan garis pengaruh reaksi perletakan di B.
Rbv = x/L . P = x/L Garis Pengaruh Rbv = x/L
0<x<L
57
x
A
B
C P1
P2
y1
1
y2
Gp Rav
+
Saat beban lalu
Lintas seperti
Di atas
Rav = P1.y1 + P2.y2
+
y3
y4
y5
Gp Rbv
1 Rbv = P1.y3 + P2.y4
y6
Gp Mc
Mc = P1.y5 + P2.y6
y7
y8
+
- y9
58
Gp Dc
Dc = P1.y7 + P2.y8
Contoh soal
B
L
D
a
(L-b)
1
+
-
59
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
: 14
Materi Pokok/Rincian Materi: Garis Pengaruh Balok konsol. Garis Pengaruh Reaksi
perletakan , Garis Pengaruh Momen. Garis Pengaruh Gaya Lintang.
Pengalaman belajar: Mengkaji dan menganalisis konstruksi statis tertentu Balok konsol
dengan garis pengaruh serta kegunaannya dalam design suatu konstruksi.
60
Apabila beban
P=1, berada
sejauh x dari B,
maka
Mx = -P.x
=-x
Pers garis lurus
Dimana 0<x<L
X=0 Mx = 0
X=L Mx = - L
Dx = +P
=+1
61
: Statika
Kode
SKS
: 3 SKS
Semester
: II (Dua)
Prasyarat
:-
Pertemuan
: 15
62
63
64