Anda di halaman 1dari 48

ROLE PLAY

RONDE KEPERAWATAN

Disusun Oleh :
1.

Dimas Arya

2.

Habib Mashuda

3.

Dwiana Wahyu

4.

Maria Sayekti

5.

Eko Septian

6.

Siti Nurjanah

7.

Sutiono

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2015
KATA PENGATAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
managemen keperawatan yang berjudul role play ronde keperawatan. Tugas ini
disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Managemen Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan,Universitas Kadiri, Tahun Ajaran 2015.
Penyusunan Tugas ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.

Wiwin S., S. Kep, Ns sebagai dosesn pengajar untuk mata kuliah


Keperawatan Keluarga.

2.

Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
terima kasih untuk kalian semua.
Penulis juga menerima segala saran dan kritik dari semua pihak. Akhirnya

penulis berharap, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kediri,5 Mei 2015

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen adalah suatu upaya kegiatan untuk mengarahkan,
mengkoordinasi, mengarahkan dan mengawasi dalam mencapai tujuan
bersama dalam sebuah organisasi. Manajemen keperawatan adalah upaya
staf keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan
rasa aman kepada pasien, keluarga, serta masyarakat.
Manajemen sangat penting diterapkan di dalam ruangan agar semua
kegiatan tertata rapid an terarah, sehingga tujuan dapat dicapai bersama,
yaitu menciptakan suasana yang aman dan nyaman baik kepada sesama staf
keperawatan maupun pasien.
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model praktik keperawatan
professional (MPKP) yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde
keperawatan. Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan dimana perawat
primer dan perawat asosiet bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
klien, dank lien dilibatkan secara langsung dalam proses penyelesaian
masalah tersebut.
Ronde keperawatan diperlukan agar masalah klien dapat teratasi
dengan baik, sehingga semua kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi.
Perawat professional harus dapat menerapkan ronde keperawatan, sehingga
role play tentang ronde keperawatan ini sangat perlu dilakukan agar

mahasiswa

paham

mengenai

ronde

keperawatan

dan

dapat

mengaplikasikannya kelak saat bekerja.


1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proses ronde keperawatan dalam manajemen keperawatan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum:
Untuk menjelaskan ronde keperawatan dalam management keperawatan
1.3.2

Tujuan Khusus:
1. Mengetahui dan memahami pengertian ronde keperawatan
2. Mengetahui dan memahami karakteristik ronde keperawatan
3. Mengetahui tujuan ronde keperawatan
4. Mengetahui manfaat ronde keperawatan
5. Mengetahui dan memahami tipe-tipe ronde keperawatan
6. Mengetahui dan memahami tahapan ronde keperawatan
7. Mengetahui hal-hal yang harus dipersiapkan dalam ronde keperawatan
8. Mengetahui komponen yang terlibat dalam ronde keperawatan

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Beberapa ahli mengungkapkan pengertian dari ronde keperawatan.
Chambliss (1996), ronde keperawatan adalah pertemuan antara staff yang
usai kerja melaporkan pada staf yang mulai kerja tentang kondisi pasien,
dengan staf menjelaskan apa yang telah dilakukan dan mengapa dilakukan
yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka kerja berfikir staf, dan
secara sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk menangani masalah
medis.
Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat
dengan perawat, perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan
bahwa ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih
perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan
membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya
serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan
perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde
keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs dengan anggota
stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek
perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan
pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang
dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat
pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.

Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik


yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan
pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.
2.2 Karakteristik Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan mempunyai beberapa karakteristik sebagai
berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.

Klien dilibatkan secara langsung


Klien merupakan fokus kegiatan
Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
Kosuler memfasilitasi kreatifitas
Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,

perawat
6. Primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2.3 Tujuan Ronde Keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu:
tujuan bagi perawat dan tujuan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan bagi
perawat menurut Armola et al. (2010) adalah:
1. Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien
2. Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
3. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format
studi kasus
4. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan
penilaian keterampilan klinis
5. Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta
6. Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan
Ronde keperawatan selain berguna bagi perawat juga berguna bagi
pasien. Hal ini dijelaskan oleh Clement (2011) mengenai tujuan pelaksanaan
ronde keperawatan bagi pasien, yaitu:
1. Mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke hari
2. Mengamati pekerjaan staff
3. Membuat pengamatan khusus bagi pasien dan memberikan laporan
kepada dokter mengenai, missal: luka, drainasi, perdarahan, dsb.
4. Memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
5. Melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
6. Mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien

7. Memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan kepada


pasien
8. Memeriksakan kondisi pasien sehingga dapat dicegah, seperti ulcus
decubitus, foot drop, dsb
9. Membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien sehingga
perawat memperoleh wawasan yang lebih baik
10. Memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan
2.4 Manfaat Ronde Keperawatan
Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh
perawat, diantaranya:
1. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
pada perawat. Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan
adalah membantu mengembangkan keterampilan keperawatan, selain itu
menurut Wolak et al. (2008) denga adanya ronede keperawatan akan
menguji

pengetahuan

perawat.

Peningkatan

ini

bukan

hanya

keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja, tetapi juga peningkatan


secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolak et al. (2008)
peninkatan kemampuan perawat bukan hanya keterampilan keperawatan
tetapi juga memberikan kesempatan pada perawat untuk tumbuh dan
berkembang secara profisonal.
2. Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat dapat mengevaluasi
kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement
(2011) melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,rintangan yang
dihadapi oelh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat
dinilai. Hal ini juga ditegaskan oleh Oconnor (2006) pasien sebagai alat
untuk menggambarkan parameter penilaian atau teknik intervensi.
3. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan
mahasiswa perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan
yang menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat (Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi mahasiswa
perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat pengalaman secara
nyata dilapangan (Clement, 2011).

4. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membanu mengorientasikan


perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak
mengetahui mengenai pasien yang dirawat di ruangan. Dengan ronde
keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde keperwatan membantu
mengorientasikan perawat baru pada pasien (Clement, 2011).
5. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian
Febriana (2009) ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima
kali dibanding tidak lakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al. (2009)
dengan tindakan ronde keperawatan menurunkan angka insiden pada
pasien yang dirawat.
2.5 Tipe-tipe Ronde
Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi
kepustakaan. Diantaranya adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada
empat tipe ronde yaitu matrons rounds, nurse management rounds, patient
comfort rounds dan teaching nurse.
1. Matron nurse menurut Close dan Castledine (2005) seorang perawat
berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai
jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa
standart pelayanan, kebersihan dan kerapihan, dan menilai penampilan
dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
2. Nurse management rounds menurut Close dan Castledine (2005) ronde
ini adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan
implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas tindakan
yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga pada proses
interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat
dan head nurse.
3. Patient comport nurse menurut Close dan Castledine (2005) ronde disini
berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit.
Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan
pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan dimalam hari, perawat
menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.
4. Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan antara
teacher nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat, dimana terjadi

proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh perawat atau
mahasiswa perawat. Dengan pembelajaran langsung. Perawat atau
mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung
pada pasien.
Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round,
physician-nurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds
adalah ronde yang dilakukan antara perawat dengan perawat. Physiciannurse adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh dokter dengan perawat,
sedangkan interdisciplinary rounds adalah ronde pada pasien yang
dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat,
ahli gizi serta fisioterapi, dsb.
2.6 Tahapan Ronde Keperawatan
Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :
1. Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan),
orientation (orientasi).
2. Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi),
observation

(pengamatan),

instruction

(pengajaran),

summarizing

(kesimpulan).
3. Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi), preparation (persiapan).
Langkah-langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Penetapan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
b.
c.
d.
e.
f.

langka) minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.


Menentukan tim ronde
Mencari sumber atau literature
Membuat proposal
Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan

keperawatan yang dilakukan, dan hambatan selama perawatan


2. Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.

b. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.


c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor atau
kepala ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan
dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya
4. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai

1)
2)
3)
1)
2)

berikut.
a. Struktur
Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.
Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan.

c. Hasil
1) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2) Masalah klien dapat teratasi.
3) Perawat dapat :
a) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
b) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
c) Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
2.7 Hal Yang Dipersiapkan Dalam Ronde Keperawatan
Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa
dilakukan persiapan sebagai berikut:

1. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
2.
3.
4.
5.
6.

yang langka).
Menentukan tim ronde keperawatan.
Mencari sumber atau literatur.
Membuat proposal.
Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung ?;
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?

2.8 Komponen Terlibat Dalam Ronde Keperawatan


Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini
adalah perawat primer dan perawat konselor, kepala ruangan, perawat
associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan
lainnya.
1. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
b. Menjelaskan masalah keperawata utama.
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
2. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang
bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara
lain :
1) Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjtunya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional.
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde
keperawatan ini untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.

Kriteria pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.

2.9 Proposal Pelaksanaan Ronde


RENCANA PELAKSAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS
DIAGNOSA MEDIS GAGAL JANTUNG (COF)
DIRUANG PENYAKIT DALAM
Topik

: Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan


intoleransi aktivitas diAgnosa medis gagal jantung (COF)

Sasaran

: pasien Tn. D(40 tahun)

Hari/Tanggal : Kamis, 7 Mei 2015


Waktu

: 60 Menit, (pukul. 11.00-12.00 WIB

Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi yaitu intoleransi
aktivitas
2. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan
lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
Sasaran
Pasien Tn. D umur 40 tahun yang dirawat dikelas II nomer tempat tidur 4 ruang
dalam

Materi
1. Teori askep pasien dengan gagal jantung (COF)
2. Masalah-masalah yang muncul dengan pasien COF dan intervensi
keperawatan pada pasien dengan COF dengan masalah keperawatan
intoleransi aktivitas
Metode
Diskusi
Media
1. Dokumen/ status pasien
2. Sarana diskusi : Kertas, pulpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan.

Kegiatan Ronde Keperawatan


Waktu

Tahap

Kegiatan

Pelaksana

Kegiatan

Tempat

Pasien
1 hari sebelum

Pra ronde

Pra ronde

Penanggung

Ruang

jawab

Penyakit

Ronde

1. Menentukan kasus dan topic


2. Menentukan tim ronde.
3. Menentukan literature
4. Membuat proposal
5. Mempersetujuan pasien
6. Diskusi pelaksanaan
Pembukaan

Kepala ruangan

Nurse

1. Salam pembuka
2. Memperkenalkan tim ronde
3. Menyampaikan identitas dan masalah pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde
Penyajian masalah

(Karu)

station

ronde

5 menit

30 Menit

1. Memberi salam dan memperkenalkan pasien dan


keluarga kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan
pasien.
3. Menjelaskan masalah pasien dan pencana yang
telah dilaksanakan dan serta menetapkan prioritas
yang perlu didiskusikan.

dalam

PP

Mendengarkan

Nurse
station

Validasi data
4. Mencocokan dan menjelaskan kembali data yang Karu,PP,Perawat,

Mendengarkan

R.

telah disampaikan.
Konselor.
5. Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang
Karu,PP,Perawat,
masalah keperawatan tersebut
konselor.
6. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau

respon dan

Perawatan

menjawab
pertanyaan.

konselor atau kepala ruang tentang masalah


pasien

serta

rencana

tindakan

yang

akan

dilakukan.
7. Menentukan tindakan keperawatan pada masalah
10 menit

Pasca
ronde

prioritas yang telah ditetapkan.


1. Evaluasi
dan
rekomendasi
keperawatan.
2. Penutup.

Karu

intervensi Karu,
Superevisor,Pera
wat
konselor,Pembim
bing

Nurse
station

Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan diruang penyakit dalam
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
Menumbuhkan

pemikiran

tentang

tindakan

keperawatan.

keperawatan

yang

berorientasi pada masalah pasien


4) Meningkatkan kemmpuan modifikasi rencana asuhan keperawatan
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
2.10 Tinjauan Teori Gagal Jantung
2.10.1 Definisi
Gagal Jatung adalah suatu keadaan patolofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolism jaringan dan atau kemampuannya ada
kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal.
2.10.2 Epidemiologi
Gagal jantung merupakan akhir fungsi ventrikel yang merosot akibat
berbagai penyakit jantung. Gagal jantung bukan suatu diagnosa. Untuk
dapat member terapi yang tepat perlu diketahui etiologi ggal jantung. Di
Eropa dan Amerika Utara penyebab utama gagal jantung adalah iskemia
akibat penyakit arteria koronaria(70%). Kausa sindrom klinis gagal jantung
umumnya adalah disfungsi ventrikel kiri. Disfungsi ventrikel kanan jarang,
dapat terjadi akibat hipertensi pulmonal kronis, emboli paru masif.
2.10.3 Etiologi
Faktor

predisposisi

gagal

jantung

adalah

penyakit

yang

menimbulkan penurunan fungsi ventrikel dan keadaan yang membatasi

pengisian ventrikel. Faktor pencetus termasuk meningkatnya asupan garam,


ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, IMA(mungkin
yang tersembunyi), serangan hipertensi, aritmia akut, infeksi atau demam,
emboli paru, anemia, tirotoksikosis, kehamilan dan endokarditis infektif.
2.10.4 Klasifikasi
Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu atrium kanan dan
atrium kiri yang dipisahkan oleh septum intratrial, serambi kanan dan
serambi kiri yang dipisahkan oleh septum intraventrikuler. Gagal jantung
dapat terjadi pada salah satu bagian jantung misalnya jantung bagian kiri
ataupun jantung bagian kanan, dan juga bisa terjadi pada kedua-duanya.
Kondisi pada penyakit gagal jantung bukanlah berarti bahwa jantung
berhenti bekerja (cardiac arrest), melainkan jantung tidak mampu lagi
memompakan darah seperti biasanya yang terjadi pada orang normal tanpa
kelainan gagal jantung.
Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena
adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah
jantung kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastolic dalam ventrikel
kiri dan volum akhir diastolic dalam ventrikel kiri meningkat. Sedangkan
gagal jantung kanan karena gangguan atau hambatan pada daya pompa
ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa
didahului oleh adanya gagal jantung kiri. Bila gangguan jantung kiri dan
jantung kanan terjadi bersamaan. Dalam keadaan gagal jantung kongestif,
curah jantung menurun sedemikian rupa sehingga terjadi bendungan
sistemik bersama dengan bendungan paru.
2.10.5 Patofisiologi
Sindrom gagal jantung disebabkan oleh beberapa komponen:
1. Ketidak mampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna
mengakibatkan stroke volum dan cardiac output menurun.
2. Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel(systolic
overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga
menurunkan curah ventrikel.

3. Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel(diastolic


overload) akan menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolic
dalam ventrikel meninggi.
4. Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja
jantung dimana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi
keadaan gagal jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi
tidak mamu untuk memenuhi kebuthuna sirkulasi tubuh.
5. Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk
kedalam ventrikel atau pada aliran balik venous return akan
menyebabkan pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah
jantung menurun.
Gagal jantung kanan maupun kiri dapat disebabkan oleh beban
kerja(tekanan atau volume) yang berlebihan dan atau gangguan otot jantung
itu sendiri. Beban volume atau preload disebabkan karena kelainan ventrikel
memompa darah lebih banyak semenit sedangkan beban tekanan atau
afterload disebabkan oleh kealinan yang meningkatkan tahanan terhadap
pengaliran darah ke luar jantung. Kelainan atau gangguan fungsi miokard
dapat disebabkan oleh menurunnya kontraktilitas dan oleh hilangnya
jaringan kontraktil (infark miokard).Dalam menghadapi beban lebih,
jantung menjawab (berkompensasi) seperti bila jantung menghadapi latihan
fisik. Akan tetapi bila beban lebih yang dihadapi berkelanjutan maka
mekanisme kompensasi akan melampaui batas dan ini menimbulkan
keadaan yang merugikan. Manifestasi klinis gagal jantung adalah
manifestasi mekanisme kompensasi.
2.10.6 Manifestasi Klinis
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan,
gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal
jantung kongestif. Gejala dan tanda yang timbulpun berbeda, sesuai dengan
pembagian tersebut.
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu deffort, fatig, ortopnea,
dispnea nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung, Irama derap,

ventricular heaving, takikardi, pulsus alternans, ronchi dan kongesti vena


pulmonalis. Pada gagal jantung kanan timbul fatig, edema, anoreksia dan
kembung. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan hipertrofi jantung kanan,
heaving ventrikel kanan, irama derap atriu kanan, murmur, tanda-tanda
penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, asites, hidrotoraks,
peningkatan tekanan vena, hepatomegali, dan edema pitting. Sedng, pada
gagal jantung kongestif terjadi manistasi gabungan gagal jantung kiri dan
kanan.
New York Association (NYHA)membuat klasifikasi fungsioanal
dalam empat kelas:
1. Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan.
2. Kelas 2: Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari
aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluahan.
4. Kelas 4: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun
dan harus tirah baring.
2.10.7 Pemeriksaan diagnostik
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi
atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah
imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan
dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan
stenosi katup atau insufisiensi. Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat
kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan
ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
5. Rontgen dada

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan


dilatasiatau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah
abnormal.
6. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif
akut menjadi kronis.
7. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini)
atauhipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
8. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik
BUNdan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
9. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung kongesti
2.10.8 Penatalaksanaan
Terapi Farmakologis yang dapat dilakukan pada pasien gagal jantung
adalah sebagai berikut :
1. Glikosida jantung.
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung, memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan
mengurangi edema
2. Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi Na+ dan air mlalui ginjal.Penggunaan
harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan
terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
4. Diet
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan
edema.
2.10.9 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan gagal ginjal adalah


sebagai berikut :
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya
dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal
dari gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi
kerusakan pada katup jantung
3. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan

penumpukan

cairan

yang

menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat


menyebabkab jaringan parut yang mengakibatkanhati tidak dapat
berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung
daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan
Anda akan mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan
risiko terkena serangan jantung atau stroke.

BAB 3
Asuhan Keperawatan Pada Tn.D Dengan Gagal Jantung (COF)
di Ruang Penyakit Dalam
3.1 Pengkajian
1.
Anamnesa
Nama

: Tn. D

Usia

: 40 Tahun

Jenis Kelamin

:L

Suku/Bangsa

: Jawa / Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

:Jl. Pegalan No 25 Kediri

Tgl MRS

: 2 Mei 2015

Tgl Pengkajian : 3 Mei 2015

1) Riwayat penyakit / keluhan utama :Lemah saat melakukan


aktivitas, sesak nafas, sulit tidur, sulit makan

2) Riwayat penyakit sekarang :


Pasien mengalami kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas
ringan yaitu merasakan sesak ketika tidur, berdiri lama.
3) Riwayat Penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien pernah menderita nyeri dada dan hipertensi
Pasien pernah minum obat captopril saat dia pusing. Pasien tidak
4)

memiliki alergi.
Riwayat penyakit keluarga :
Ayah pasien meninggal dengan penyakit jantung.
5) Riwayat pekerjaan/ kebiasaan :
Setiap hari pasien hanya bekerja di sawah. Pasien sering merokok.
Selama 2 hari habis 1 bungkus.
2. Pengkajian
1) Breathing
a) Terlihat sesak dengan aktifitas ringan
b) RR : 27X/menit
c) Penggunaan otot bantu napas
d) Ekspansi dada tidak penuh
e) Wheezing (+)
f) Ronchi (+)
g) Irama irreguler, dangkal
h) Batuk (+)
2) Bleeding
Inspeksi

: adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema

ekstrimitas
Palpasi

:nadi :102 tampak melemah, tidak teratur, takikardi

Perkusi

:Pergeseran batas jantung

Auskultasi : TD 160/100mmHg. Ronchi (+), whezing (+)


3)

Brain
Kesadaran compos mentis, Sianosis perifer, wajah meringis,
gelisah sambil menangis, merintih, meregang dan menggeliat.
4) Bladder
Oliguria, Edema ekstrimitas
5) Bowel
Mual, muntah, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan
6) Bone
Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap
7) Psikososial

Integritas ego : menyangkal, takut mati, marah, kuatir.


Interaksi sosial : kurang interaksi dengan wanita, menghabiskan
waktu untuk bekerja, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tgl

No Pemeriksaa

Hasil

Ket

Normal

13/06/2 1

n
GDS

157 mg/dL

Naik

70-120 mg/dL

011

Ureum

37,38 mg/dL

Naik

10,0-50,0 mg/dL

Creatinin

1,05 mg/dL

Normal

0,60-1,3 mg/dL

SGOT

12 L

Normal

< 25

5
SGPT
Tgl No Jenis

21 L
Hasil

Normal < 25
Ket
Normal

13/ 1

Pemeriksaan
WBC

8,2 x103/L

Normal

1,1-10,9 K/L

06/ 2

RBC

4,98 x 106/L

Normal

4,20-6,30 M/L

11

HGB

15,8 g/L

Normal

12,0-18,0 g/L

LYM

19,4 %L

Normal

0,6-4,1 22,0-40,0 %L

MID

10,8 %M

Normal

0,0-1,8 0,1-19,0 %M

GRAN

69,8 %G

Normal

2,0-7,8 36,0-66,0 %G

HCT

39,3 %

Normal

37,0-51,0 %

MCV

79,0 FL

Normal

80,0-97,0 FL

MCH

31,7 Pg

Normal

26,0-32,0 Pg

10

MCHC

40,2 g/dL

Normal

31,0-36,0 g/dL

11

RDW-CV

13,3 %

Normal

11,5-14,5 %

12

RDW-SD

39,2 Fl

Normal

35,0-56,0 %

13

PLT

228x103 /L

Normal

150.500 L

Tgl
No Jenis pemeriksaan
Diagnosa
13/06/11 1
EKG
a.
HR 102 x/m
b.

4.

Takikardi

Terapi
Tanggal

Nama obat

Dosis

Waktu pemberian

13/06/11

oral :
Carpiaton

1-0-0

Pa

Cravit

0-1-0

Si

Novales

0-0-1

Pa

Q-ten

1-0-1

Pa

Zypras

0-0-1

Ma

Dulcolax

0-0-II

Ma

plazogrel

0-1-0

Monecto

2x1/2

injects :
ceftri

1.2

renatac

2.1

RL + 1Amp Aminop

12tpm

Si
Pa

So

Pa

So

Pa

So

3.2 Analisa Data


Data fokus
DS:
Px mengatakan

Etiologi

Masalah
Ketidakefektifan

Fungsi pompa jantung kiri

pola nafas

sesak.
DO:
-

RR 27 x/m
Tampak retraksi

dinding dada.
Penggunan
otot

bantu pernafasan.
Bunyi Ronchi (+)
Wheezing (+)
Edema pulmo

DS:
Px mengatakan sesak.

Darah menumpuk di jantung


kanan
Darah menumpuk di PD

pulmo
Permeabilitas pembuluh darah
pulmo
Perpindahan cairan ke
Penurunan Curah

Px mengatakan sakit
kepala
DO:

ektrasel

jantung

- TD 160/100 mmHg
- RR 27 x/m
- Nadi 102 x/m

Edema paru
Hiperventilasi

Ds :
Pasien

mengatakan

Kompensasi jantung
Intoleransi

sesak saat jalan kaki


lama

atau

kadang

Suplay darah kejantung

Aktifitas

kadang tidur tiba-tiba


Kerja jantung

sesak
Do:
- RR : 27x/mnt
- TD 160/100mmHg
- EKG
mengalami
gangguan
- Diepsneu

02 ke jantung
metabolism anaerob

saat

beraktivitas ringan
- Merasa letih
- Merasa lemah

SV

Ds:
Pasien

mengatakan

sering cepat letih saat


aktivitas lama
Do:
-

Kurang energi
Letargi
Lesu
Tidak mampu
memulihkan
energi setelah
tidur sekalipun

Ds:
Keluarga mengatakan
pasien tidak makan
Do:
-

Nyeri abdomen(-)

Keletihan

Bising

usus

Ketidakseimbang

hiperaktiv
Tampak
kurang

an Nutrisi kurang

minat

dari kebutuhan

dengan

makanan
Membran mukosa

pucat
Ketidak mampuan
memakan
makanan

Ds:
Pasien

mengatakan

sering

batuk

dan

sesak
Do:
-

Batuk (+)
Sputum

jumlah berlebihan
Ronchi (+)
Wheezing (+)
RR 27x/mnt
Napas cepat ,

dangkal
Gelisah
Kesulitan

dalam

mengeluarkan
suara
Ds:
keluarga

pasien

mengatakan
ekstremitas

bawah

pasien benkak
Do:
-

Nadi 102x/mnt
Sianosis
Akral dingin
CRT 4 detik/

Ketidakefektifan
bersihan
napas

jalan

TD

Ketidakefektifan

160/100mmHg
Warna
tidak

perfusi

jaringan

perifer

kembali ketungkai
saat
-

tungkai

diturunkan
Tampak

edem

ekstremitas bawah
Ds:
Keluarga

pasien

mengatakan

pasien

sulit tidur
Do:
-

Tampak lelah, lesu


RR 27x/mnt
TD 160/100 mmHg
Nadi 102 x/mnt
Ds :
Keluarga mengatakan
pasien diusianya 40
tahun belum menikah
karena pasien hanya

kurangnya
kebutuhan tidur

memikirkan
kondisinya
Do:
- Pasien

tampak

gelisah
- Tampak

ekspresi

ketidakberdayaan,
ketidakbergunaan
Ds:
pasien
ingin

Harga diri rendah


situasional

mengatakan
sembuh

penyakitnya

dari

Do:
-

Tampak gelisah
Insomnia
Kontak mata buruk
Berfokus pada diri

sendiri
- Tampak khawatir
- Peningkatan keringat,
-

Tremor
RR 27x/mnt
TD 160/100 mmHg
Nadi 102x/mnt
Pupil melebar
Sering
kesemutan

Ansietas

pada ekstremitas
Ds :
Pasien
ingin

mengatakan
tahu

tentang

penyakitnya
Do:
- Tampak gelisah
- Keluarga
sering
bertanya

tentang

penyakit pasien dari


penyebab,
komplikasi terjadi

Kurangpengetahu
an

3.3 Diagnosa Keperawatan yang muncul


1. Intoleransi Aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
2. Gangguan pola napas b.d kerusakan ventrikular
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mokus dalam jumlah berlebih
4. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokardial,
frekuensi, irama dan konduksi listrik.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai oksigen
6. Keletihan b.d peningkatan kelemahan fisik
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.dpenyakit yang
dialami
8. Kurangnya kebutuhan tidur b.d perubahan status kesehatan
9. Harga diri rendah situasional b.d gangguan fungsional
10. Ancietas b.d perubahan dalam status kesehatan
11. Kurang pengetahuan mengenai kondisi b.d kurang pemahaman tentang
kondisi gagal jantung.

3.4 Intervensi
No. Dx
Dx 1

Diagnosa keperawatan
Intoleransi aktivitas

Tujuan dan kriteria hasil


b/d NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
ketidakseimbangan antara
selama 2x24 jam, diharapkan :
suplai
dan
kebutuhan
a. dapat berpartisipasi dalam aktivitas
oksigen
DS:
fisik tanpa disertai peningkatan
Pasien mengatakan sering
tekanan darah, nadi, dan RR
cepat lelah saat beraktivitas
b. mampu melakukan aktivitas sehari
DO:
hari (ADLs) secara mandiri
- RR 27 x/m
c. tanda tanda vital normal
- TD 160/100mmHg
d. energi psikomotor
- Perubahan hasil EKG
e. mampu berpindah tanpa bantuan alat
- tampak tidak nyaman pasien f. status kardiopulmonari adekuat
g. sirkulasi status baik
saat beraktivitas
h. status respirasi adekuat
- dipsneu saat beraktivitas
- tampak lemah, letih

Intervensi/NIC
1. Bant klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang

sesuai

dengan

psikologi, sosial
3. Bantu
untuk

kemampuan

fisik,

mengidentifikasi

dan

mendapatkan sumber yang diperlukan untuk


aktivitas yang diinginkan
4. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi rota, krek
5. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
6. Bantu klien membuat jadwal latihan
7. Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktifitas
8. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktifitas
9. Bantu asien untuk mengembangkan motivasi

Dx 2

Ketidakefektifan pola nafas

NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diri dan penguatan


10. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan

b.d Hiperventilasi
DS:
Pasien mengatakan sesak.
DO:
- RR 26 x/m
- Tampak retraksi
Dx. 3

dada.
- Penggunan

otot

pernafasan.
- Bunyi paru krecles
- Edema pulmo
Ketidakefektifan

selama 1x24 jam, diharapkan :

spiritual

a. Tidak ada retraksi dinding dada


b. Tidak menggunkan otot bantu

1.
pernafasan
2.
c. Bunyi paru vasikuler
3.
dinding
d. Menunjukkan jalan nafas yang paten 4.
bantu

RR 16-20 x/m

NIC :

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


Monitor frekuensi & irama pernapasan.
Monitor aliran oksigen
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap

oksigenasi
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
6. Posisikan

NOC :
bersihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan

jalan nafas b/d peningkatan selama 1x24 jam, diharapkan :


jumlah mukus
a. Dapat melakukan batuk efektif dan
DS:
suara nafas bersih, tidak dipsneu
Pasien mengatakan sesak,
b. Klien tidak merasa terkekik, irama nafs
batuk.
reguler, RR 16-20x/m, ronchi (-),
DO:
wheezing (-)
- Batuk (+)
c. Mampu mengidentifikasi mencegah
- Peningkatan jumlah sputum
- Ronchi (+)
faktor yang dapat menghambat jalan
- Wheezing (+)
nafas
- RR 27x/mnt
- Napas cepat , dangkal

pasien

semifowler

untuk

memaksimalkan ventilasi dan pertahankan


posisi pasien.

- Gelisah
Penurunan Curah jantung :
b.d Kerusakan ventrikular
NOC :
DS:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Pasien mengatakan sesak.
selama 1x24 jam diharapkan Curah
Pasien mengatakan sakit
jantung efektif dengan kriteria hasil :
kepala
DO:
a.Tekanan systole dan diastole dalam
TD 160/110 mmHg
rentang yang diharapkan: systol 90-120
RR 26 x/m
Nadi 102 x/m
diastol 40-60.
b.Tidak ada tanda-tanda sianosis
c.Bunyi jantung S1 dan S2

NIC :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


Catat bunyi jantung
Kaji kulit terhadap sianosis
Pantau intake dan output cairan
Berikan istirahat total pada pasien di tempat
tidur
Berikan lingkungan tenang dan nyaman.
Batasi pengunjung
Pantau EKG
Kolaborasi :
Berikan oksigen sesuai indikasi.
Obat sesuai indikasi : Diuretik, vasodilatoR

3.5 Implementasi Dan Evaluasi


Hari/Tanggal
Minggu, 3 Mei 2015

No. Dx
Dx 1

Implementasi
Evaluasi
1. Membant klien mengidentifikasi aktivitas S:
yang mampu dilakukan
Pasien mengatakan sering cepat lelah saat
2. Membantu klien memilih aktivitas konsisten
beraktivitas
sesuai kemampuan fisik, psikologi, sosial
O:

3. Membantu

klien

mengidentifikasi

dan - RR 27 x/m
- TD 160/100mmHg
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
- Perubahan hasil EKG
aktivitas yang diinginkan
- tampak tidak nyaman
4. Membantu untuk mendapatkan alat bantuan
beraktivitas
aktivitas seperti kursi roda, krek
- dipsneu saat beraktivitas
5. Membantu untuk mengidentifikasi aktivitas - tampak lemah, letih

pasien

saat

yang disukai
A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
6. Membantu klien membuat jadwal latihan
P:
7. Membantu
klien
mengidentifikasi
1. Membantu klien memilih aktivitas
kekurangan dalam beraktifitas
8. Menyediakan penguatan positif bagi yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
aktif beraktifitas
9. Membantu klien mengembangkan motivasi 2.
3.
diri dan penguatan
10. Memonitor respon fisik, emosi, sosial, dan
4.
spiritual

psikologi, sosial
Memonitoring jadwal latihan klien
Membantu klien mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktifitas
Membantu klien mengembangkan

motivasi diri dan penguatan


5. Memonitor respon fisik,

Senin, 4 Mei 2015

emosi,

sosial, dan spiritual


6. Kolaborasi :
Pemeriksaan Rehabilitasi Medik
1. Membantu klien memilih aktivitas konsisten S:
sesuai kemampuan fisik, psikologi, sosial

Pasien mengatakan cepat lelah saat

2. Memonitoring jadwal latihan klien


beraktivitas agak berkurang
3. Membantu
klien
mengidentifikasi
O:
kekurangan dalam beraktifitas
- RR 25 x/m
4. Membantu klien mengembangkan motivasi
- TD 160/100mmHg
diri dan penguatan
- Perubahan hasil EKG
5. Memonitor respon fisik, emosi, sosial, dan - tampak lemah, letih
spiritual
7. Kolaborasi :
Pemeriksaan Rehabilitasi Medik

A : Intoleransi aktivitas teratasi sebagaian


P:
1. Membantu klien memilih aktivitas
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologi, sosial
2. Memonitoring jadwal latihan klien
3. Membantu klien mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktifitas
4. Membantu klien mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
5. Memonitor respon fisik,

Selasa, 5 Mei 2015

emosi,

sosial, dan spiritual


6. Kolaborasi :
Pemeriksaan Rehabilitasi Medik
1. Membantu klien memilih aktivitas konsisten S:
sesuai kemampuan fisik, psikologi, sosial
2. Memonitoring jadwal latihan klien

Pasien mengatakan cepat lelah saat

3. Membantu

klien

mengidentifikasi beraktivitas berkurang

kekurangan dalam beraktifitas


O:
4. Membantu klien mengembangkan motivasi
- RR 25 x/m
diri dan penguatan
- TD 160/100mmHg
5. Memonitor respon fisik, emosi, sosial, dan - dipsneu saat beraktivitas
- tampak lemah, letih
spiritual
A : Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P:
1. Membantu klien memilih aktivitas
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologi, sosial
2. Memonitoring jadwal latihan klien
3. Membantu klien mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktifitas
4. Membantu klien mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
5. Memonitor respon fisik, emosi, sosial,
dan spiritual

Lampiran 1
Scenario Roll play
Tokoh drama :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Maria sayekti sebagai keluarga pasien


Dimas aria sebagai pasien
Dwiana wahyu sebagai ilmu gizi
Eko Septian sebagai perawat
Siti Nurjanah sebagai perawat primer / ketua tim
Habib Mashuda. sebagai kepala ruang
Sutiono sebagai dokter

Di ruang penyakit dalam sebuah rumah sakit yang sudah menerapkan model
praktik keperawatan professional, akan dilakukan ronde keperawatan. Tahap
pra ronde keperawatan.
Semua Tim medis berkumpul di ruang pertemuan penyakit dalam.
Karu (habib)

: Assalamualaikum.wr.wb.
Terima kasih untuk semua yang telah hadir disini, dr.
Sutiono, dari ilmu gisi bu dwiana, perawat primer siti, dan
perawat eko. Sesuai dengan rencana yang kita sepakati
sebelumnya,

yaitu

kita

akan

melakukan

ronde

keperawatan. Dalam ronde keperawatan kita besok, kita


ambil kasus OF. Disini pasien yang dilakukan ronde
keperawatan adalah pak dimas kelas 2. Untuk anggota
timnya dr. Sutiono, bu dwiana wakilan ilmu gisi, perawat
siti sebgai perawat primer, pak eko perawat eko sebagai
perawat ascosiant, saya sendiri sebagai karu.
Untuk memperlancar ronde keperawatan besok mohon
kerjasamanya. Saya kira sekian, untuk informasi ronde
keperawatan untuk besok yang diberikan pada pasien
dimas dan anggota tim nya. Terima kasih.
(Pertemuan untuk penentuan kasus dan penentuan anggota tim ronde keperawatan
selesai.Esok harinya, Kepala ruangan dan perawat primer langsung melakukan
persiapan pasien, meminta persetujuan, dan pengkajian lanjut).
Habib (karu) : assalamualaikum.wr.wb

Pak dimas, bagaimana keadaannya? Apa yang masih dikeluhkan?


Dimas (pasien): dada saya masih sesak pak. Padahal saya disini sudah seminggu,
tapi ko belum sembuh sembuh pak. Semalaman ini saya tidak bisa
tidur.
Habib (karu)

: nah sekarang, coba pak dimas bantalnya begini. ()sambil


membantu posisi semifowler. Sekarang tidur sambil begini coba
pak. Masih sesak apa tidak?

Dimas (pasien): iya, pak.


Habib (karu)

: selain itu ada keluhan lagi pak?

Maria (keluarga): dimas juga tidak mau makan pak.


Habib (karu)

: lho knapa pak dimas tidak mau makan?

Dimas (pasien) : dada saya sesak pak. Jadi nafsu untuk makan apalagi bubur yang
hambar begini.
Habib (karu)

: iya pak. Tapi setidaknya pak dimas harus tetap makan meskipun
sedikit untuk mendukung kesembuhan pak dimas

Dimas (pasien) : iya pak. Saya itu binggung mau makan sesak. Selama seminggu
bubur dan hambar pak.
Habib (karu)

:begini pak dimas, bu mariasaya mau meminta persetujuan pada


pak dimas dan bu maria untuk melakukan ronde keperawatan
nanti pada pak dimas.Untuk anggotanya tim ronde keperawatan
nanti dengan dr sutiono, perawat siti dan eko, bu dwiana dari ahli
gisidan saya sendiri. Ronde keperawatan ini adalah suatu kegiatan
yang nantinya pasien dan keluarga akan diajak diskusi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.

Dimas (pasien) : oh begitu.. terus nanti saya bagaimana pak?


Habib (karu)

: ini paka dimas dan bu maria tinggal menyetujui saja . dengan


ronde keperawatan ini, nanti masalah pak dimas Insyaallah akan
bisa diatasi.

Maria (keluarga): benar begitu pak.


Habib (karu)

: Insyaallah bu. Bagaimana bersedia ya pak?

Dimas (pasien) : iya pak, kami setuju.

Habib (karu)

: baik. Kalau begitu sekarang silahkan pak dimas tanda tangan


disini (sambil memberikan lembar persetujuan).
Iya. Sekarang silahkan perawat siti untuk melakukan pengkajian
lebih lanjut masalah yang lebih lanjut pada pak dimas dan
keluarga

Siti (PP)

:Pak dimas terasa berat ya pak di dada?

Dimas (pasien) : ya sus. Kalau dibuat tidur begitu kadang-kadang juga sesak.
Apalagi tidur seperti ini saya itu lama-lama juga telentang kurang
nyaman sus.
Siti (PP)

: iya. Tapi untuk sebaiknya tidurnya posisi seperti ini ya pak.


Supaya sesaknya berkurang. (sambil angguk-angguk kepala pak
dimas).
Nah, coba saya cek dulu ya...(sambil melakukan auskultasi pada
dada).
Dan untuk masalah makan, pak dimas diupayakan untuk tetap
makan. Jangan sampai tidak makan pa. Nanti jika telat makan
atau tidak makan, sakitnya akan lebih lama.
Untuk makan pak dimas makan sendiri atau dibantu inu?

Maria (keluarga): saya bantu sus. Jika makan sendiri 2 sendok begitu sesaknya
meningkat dan gemetar sus.
Siti (PP)

: ya. Bu maria bisa membantu pak dimas untuk tetap melakukan


aktivitasnya. Tapi pak dimas tetap harus berusaha sendiri untuk
melatih pak dimas dan bu maria bisa membantu mengawasi
kondisi pak dimas.

Maria (keluarga):iya sus.


Siti (PP)

: untuk BAB pak dimas masih bisa pergi ke kamar kecil?

Maria (keluarga):jika BAB , Pak dimas selama disini baru 3 kali sus. Yang
pertama saya ajak ke toilet. Kedua pakek pembalut. Dan yang
kemarin terakhir saya ajak ke toilet. Saat ke toilet, saya itu takut
sus, badane gemetar, keringat dingin, dan sesak. Saya suruh
pelan-pelan sus.

Siti (PP)

: jika memang belum kuat pakek pembalut dulu bu untuk


sementara. Jika sesaknya sudah menurun perlahan-lahan ke
toilet sambil dibantu.

Maria (keluarga): iya bu.


Siti (PP)

: pak habib untuk pengkajiaanya sudah selesai pak.

Habib (karu)

: iya sudah. Mohon kerja samanya ya pak, bu. Saya keruangan


dulu.

Maria (keluarga):iya pak.


(kemudian ketua ruangan dan perawat primer keluar dari ruang 2. Anggota tim
ronde berkumpul di ruang pertemuan. Satu jam kemudian mereka menuju ruangan
pasien dimas).
Siti (PP)

:selamat siang pak dimas, bu maria.

Dimas (pasien):siang bu,pak.


Siti (PP)

:iya ini dr sutiono, bu dwiana perwakilan ahli gizi, perawat eko,


pak habib. Ini pak dimas pasien yang akan dilakukan ronde
keperawatan. Pak dinas saat ini sedang menderita COF. Beliau
dirawat disini sudah satu minggu.sejak awal masuk sampai
sekarang pak dimas masih mengeluh sesak napas. Hasil
pengkajian yang telah saya lakukan pak dimas masih merasakan
sesak saat makan sendiri, atau saat pergi ke kamar kecil dengan
bantuan keluarga. Pak dimas ketika melakukan itu merasakan
gemetar, takut, sesak napas meningkat, akral dingin dan
evaporesis. Tindakan yang sudah diberikan oksigenasi, cek darah
lengkap GDS mengalami kenaikan, ureum juga mengalami
kenaikan. EKG takikardi.terai yang sudah diberkan secara oral
carpiaton, novales, Q ten. Dan secara injeksi ceftriason, renatac,
infus RL + 1 aminophilin.
Akan tetapi samai sekarang pasien masih sering mengeluh sesak
napas saat melakukan KDM.

Dr sutiono

:iya. Obatnya setiap hari diminum kan pak?

Dimas

: iya pak

Dr sutiono

:untuk makannya bagaimana bu?

Maria (keluarga):tidak teratur dok. Sejak kemarin dimas tidak mau makan karena
sesak. Makanan dari sini pak dimas juga kurang nafsu dok.
Katanya tidak suka bubur terusan dan rasanya hambar. Jadi susah
makan.
Dwiana (ilmu gisi):begini pak, untuk makanan bubur ini supaya tidak
meningkatkan kerja tubuh pak dimas. Dan mudah dicerna. Jadi
sekarang ini dianjurkan untuk mengurangi tinggi garam, makanan
bersantan, berkaldu pak,bu. Hal ini untuk menunjang kesembuhan
pak dimas.
Jadi pak dimas, diusahakan tetap makan ya. Makanan dari sini
sudah disesuaikan dengan resep yang ditentukan.
Maria (keluarga): iya bu. Dimas ingat-ingat penjelasan bu dwiana. Kalau dirumah
itu sayur yang diminta itu sering bersantan bu. Sayur seperti sop
seperti itu jarang mau bu.
Dwiana (ilmu gisi): lho jangan begitu pak dimas. Begini ya pak dimas bu maria,
bukannya tidak boleh makan. Tai setidaknya dikurangi, jangan
keserinagan. Nanti takut menjadi mengganggu status kesehatan
pak dimas.
Maria (keluarga): berarti ikan yang diasinkan itu juga tidak boleh ya bu. Karena
rumah saya itu dekat tempat pengasinan. Jadi kadang kadang
masak itu. Dan dimas juga suka makan untuk lauk.
Dwiana (ilmu gisi): iya bu. Ikan yang diasinkan juga tidak boleh. Kalau buat
sayur juga jangan terlalu asin nanti takut tekanan darah pak dimas
meningkat dan sesak lagi.
Maria (keluarga):iya bu. Kalau begitu saya akan selalu mengingatkan dimas.
Eko (perawat asociant): coba sekarang pak dimas makan bubur ini
Maria (keluarga)

:saya bantu ya pak?

Eko (perawat asociant):jangan dulu bu. Biar pak dims makan bubur sendiri.
(tampak gemetar pak dimas saat menyendok buburnya yang kedua)
Dr sutiono

:iya bagus pak.

Habib (karu)

:begini pak dimas, bu maria dan tim anggota ronde dapat


disimpulkan bahwa pak dimas ini belum bisa melakukan aktivitas
KDM dengan mandiri.
Sekarang, bagaimana sebaiknya? Ada yang punya usul?

Eko (perawat asc): kita harus melakukan ronsent dulu pak. Untuk mengetahui
keadaan jantung pasien.
Habib (karu)

: iya untuk mengetahui keadaan jantung. Jika memang kondisinya


memang tidak baik, apa perlu melakukan cangkok jantung pak?

Dr sutiono

:saya belum bisa memastikan , kita lihat dulu hasilnya ronsent.


Dan untuk tindakan EKG harap di lakukan setiap pagi. Setelah
keluar hasilnya baru saya bisa menentukan.

Dwiana (ilu gisi): saya rasa itu perlu pak.


Siti (PP)

: Iya pak.

(pemecahan masalah pun telah ditemukan. akhirnya anggota tim ronde keluar).
Habib (karu)

: Iya sudah kalau begitu. Terima kasih banyak pada pak dimas, bu
maria atas kerjasamanya. Mari anggota tim ronde setelah ini
kumpul di ruang pertemuan.

Maria dan dimas: sama-sama pak


(kemudian anggota tim ronde keluar dan menuju ruang pertemuan).
Habib (karu)

:nah, terima kasih telah berkumpul kembali disini. Barusan kita


melakukan ronde keperawatan pada pak dimas. Untuk intervensi
selanjutnya dari kesimpulan tadi kita lakukan ronsent pada pak
dimas dan melakukan pemeriksaan EKG setiap pagi. Semoga
kondisi jantung pak dimas tidak buruk, jika buruk kita akan
melakukan tindakan lebih lanjut.

Dr sutiono

: iya. Jika kondisi buruk, kita hanya bisa melakukan cangkok


jantung. Itupun kalau ada persetujun dari pasien atau keluarga.
Karena hal ini tindakan yang tidak mudah.

Habib (karu)

:Iya dok. Sekian kita akhiri penutupan ronde keperawatan kali ini.
Dan saya ucapkan terima kasih atas kerja samanya.

BAB 3

PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping
pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan
akantetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor,
kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota
tim.

3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa
Sebagai calon perawat profesional harus dapat memahami dan menguasai
kegiatan ronde keperawatan di lapangan kerja, untuk menyelesaikan masalah
yang belum teratasi oleh klien
2. Bagi institusi
Semoga dapat bermanfaat dan wawasan bagi adik-adik dan rekan mahasiswa
atau pembaca tentang ronde keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.

(2011).Manajemen

Keperawatan:

Aplikasi

dalam

Praktik

Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika


Nursalam dan Ferry Efendi. 2009. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Nursalam. 2013. Managemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Professional.


Jakarta: Salemba Medika.
Ratna Sitorus, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.
Jakarta:EGC
Sitorus R. & Yulia. 2005. Modelpraktek keperawatan profesional di Rumah Sakit
Panduan Implementasi. Jakarta: EGC
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 . Jakarta:
Prima Medika
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika.

Lanpiran 2 WOC gagal jantung


P. menimbulkan
fx ventr: Arteri
koroner,
Factor predisposisi hipertensi,
kardiomyopati,
penyakit
pembuluh darah,
penyakit jantung
congenital,
Keadaan yang
membatasi
pengisian
ventrikel
Stenosis mitral,
kardiomyopati,
penyakit
pericardial,

-hilangnya
jaringan
kontraktil
(infark
miokard)
Kontraktilitas
miokard

Beban berlebihan
Beban sistolik >
kemampuan
ventrikel (systolyc
overload)

Kontraktilitas

- asupan garam
-ketidakpatuhan
menjalani pengobatan
anti gagal jantung
-IMA(mungkin yang
tersembunyi)
-hipertensi
-aritmia akut
-demam atau infeksi
-emboli paru
-anemia
-tirotoksikosis
-kehamilan
-endokarditis infektif.

faktor pencetus

Preload >
kapasitas
ventrikel
(diastolic

Kebutuhan
metabolik

V dan P akhir
diastolik dalam
ventrikel

Kebutuhan
sirkulasi
tubuh
Kerja
jantung
maksimal

Gangguan
aliran venous
return
Hambatan
pengisian
ventrikel

stroke
volum dan
cardiac
output

Output
ventrikel

Hambatan
pengosongan
ventrikel

CO tinggi
CO

CO

Kebutuhan
belum
terpenuhi

BEBAN
JANTUNG

Penurunan Curah
Jantung

GAGAL
JANTUNG

GAGAL
POMPA
VENTRIKEL

GAGAL POMPA
VENTRIKEL
KANAN

Forward
failure
Suplai
darah ke
jar

Backward
failure
Suplai O2
ke otak

Renal flow

LVED

Tekanan
diastole
Bendungan
atrium kanan
Bendungan
vena sistemik
penimbunan
as.laktat

Tekanan vena
pulmonal

RAA
Metabolis
me

sinkop

Asidosis
metabolik

Penuruna
n perfusi
jaringan

aldosteron

ADH
Retensi Na
+H2O

ATP
fatigue
Intoleransi
aktifitas

Tekanan
kapiler paru

Edema
paru

Risiko tinggi
kelebihan
volume cairan
Terdapat jarak
(cairan ) antara
alveolus-kapiler

Gangguan
pertukaran gas

lien

Beban
Vent
kanan
Hipertroph
i ventrikel
kanan
Penyempit
an
ventrikel
kanan

hepar

splenomeg
ali

hepatomeg
ali

Mendesak
diafragma
Sesak
napas
Pola nafas tidak
efektif

Keterangan:
RAA : Renin Angiostensin Aldosteron
LVED : Left Ventricle End Diastolyc

Kurangnya pengetahuan
b.d kurangnya
pemahaman tentang
penyakit

Lampiran 3 surat persetujuan ronde


SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN
RONDE KEPERAWATAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
.
Adalah suami/istri/orang tua/anak dari pasien :
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
.
Ruang
No. RM

:
:

Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.


Kediri,..
Perawat yang menerangkan

Penanggung Jawab

.
Saksi-saksi :

.
Tanda Tangan

1. ..
2. ..

( ..)
(...)

Anda mungkin juga menyukai