Anda di halaman 1dari 9

TATALAKSANA

RENCANA TERAPI A
(untuk mengobati diare tanpa dehidrasi )
Tiga cara terapi diare dirumah :
1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi.
Gunakan cairan yang dianjurkan , seperti larutan oralit,makanan yang cair
(seperti sup,air tajin ) dan kalau tidak ada air matang .Berikan larutan ini sebanyak
anak mau , berikan jumlah larutan oralit seperti dibawah. Pemberian larutan ini
teruskan hingga diare berhenti.
2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi
ASI diteruskan.
Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan,
Untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat , dapat diberikan
susu.
bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat berikan bubur bila
mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan. Tmbahkan 1
atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi. Berikan sari buah segar atau pisang halus
untuk menanbahkan kalium. Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau
tumbuk makanan dengan baik. Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya
6 kali sehari. Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan porsi
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik
Dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut :
buang air besar cair lebih sering
muntah berulang-ulang
rasa haus yang nyatak
makan atau minum sedikit
demam
tinja berdarah

Jika akan diberi larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang
diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit yang cukup untuk 2 hari

Tunjukkan kepada ibu cara memberikan oralit Berikan sesendok the tiap 1-2 menit
untuk anak dibawah umur 2 tahun Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih
tua Bila anak muntah, tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan lebih lama
( misalnya sesendok tiap 2-3 menit Bila diare berlanjut setelahoralit habis beritahu ibu
untuk memberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cara pertamas atau kembali
kepada petugas kesehatan untuk mendapat tambahan oralit

RENCANA TERAPI B
(Untuk terapi dehidrasi ringan/sedang)
Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama ialah 75 ml/kgBB. Bila berat badan
anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit sesuai
tabel dibawah ini:
Umur
Jumlah

< 1 tahun
300 ml

1 4 tahun
600 ml

> 5 tahun
1200 m

oralit

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah


ASI diteruskan.
Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat asi berikan juga 100 200 ml air

masak selama masa ini.


Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi

lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2 3 menit.


Bila kelopak mata anak bengkak hentikan pemberian oralit dan air masak atau asi beri
Oralit sesuai rencana tetapi a bila pembengkakan telah hilang Setelah 3-4 jam nilai
kembali anak menggunakan bagan penilaian kemudian pilih rencana terapi a , b atau c

untuk melanjutkan terapi.


Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi a, bila dehidras telah hilang anak
biasanya kemudian mengantuk dan tidur.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang rencana terap b , tetapi

tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi a.


Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi c.
RENCANA TERAPI C
(Untuk dehidrasi berat)
Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum , berikan oralit sewaktu
cairan I.V dimulai.
Catatan: larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula larutan
Hartman untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer Asetat. Jika larutan Ringer
Laktat tidak tersedia, larutan garam normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan. Larutan
glukosa 5% (dextrosa) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
Beri 100 ml/kg.catatan Ringer laklat ( atau cairan normal selain bila ringer laktat tidak
tersedia ) dibagi sebagai berikut :
Umur
Bayi < 1 tahun

Pemberian 1
1 jam

Kemudian
5 jam

Anak =1 tahun

jam 1 jam

2 jam 3 jam

Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum
tercapai pencepat tatasan Intravena.
Juga berikan oralit (5ml/kg/jam),bila penderita bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (

bayi)atau 1-2(anak).
Setelah 6jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita mengunakan Tabel

Pernilaian.
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan terapi.

Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO , tiap 1 liter mengandung


natrium klorida 3,5 g/ l
ntrium bikarbonat 2,5 g / l
kalium klorida 1,5 g / l
glukosa 20 g/ l
Elektrolit yang dikandung:
- natrium 90 mMol/l
- Klorida 80 mMol/ l
- Kalium 20 mMol/l
- Bikarbonat 30 mMol/l
- Glukosa 111mMol/l
-

Promotif: penjelasan kepada orang tua mengenai gejala diare dan dehidrasi dan

yang terpenting penjelasan mengenai penanganan yang cepat dan tepat bila si anak
telah menunjukkan gejala dehidrasi.
Pemantauan
Nilai kembali anak setiap 15 30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba. Jika hidrasi
tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih cepat. Selanjutnya, nilai kembali anak
dengan memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan kemampuan anak untuk minum, sedikitnya
setiap jam, untuk memastikan bahwa telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang cekung akan
membaik lebih lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu bermanfaat dalam
pemantauan.
Jika jumlah cairan intravena seluruhnya telah diberikan, nilai kembali status hidrasi anak,
menggunakan Bab 1 Pediatri Gawat Darurat

Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten) setelah pemberian rehidrasi
intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus BAB cair
selama dilakukan rehidrasi.

Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda dehidrasi ringan,
hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam Rencana Terapi B). Jika anak bisa
menyusu dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering memberikan ASI pada anaknya.

Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, ikuti pedoman p Rencana Terapi A. Jika bisa,
anjurkan ibu untuk menyusui anaknya lebih sering. Lakukan observasi pada anak setidaknya
6 jam sebelum pulang dari rumah sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan
penanganan hidrasi anak dengan memberi larutan oralit.
Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5ml/kgBB/jam) ketika anak bisa
minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 34 jam untuk bayi, atau 12 jam pada anak
yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium, yang mungkin tidak cukup
disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat berhasil diatasi, beri tablet zinc

ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana indikasi pasien diare yang harus masuk rumah sakit ?
Pasien diare dengan dehidrasi berat
Pasien diare dengan dehidrasi ringan-sedang tetapi tidak bisa menerima rehidrasi
oral, contohnya memuntahkan kembali saat sesudah meminum oralit.
2. Bagaimana hubungan diare dan demam yang dialami ?
Ada hubungan demam ringan dengan diare. Diare yang dialami Amir adalah
dikarenakan infeksi oleh virus. Pada orang yanng mengalami infeksi maka akan
terjadi demam sebagai respon dari peradangan. Adapun mekanismenya adalah sebagai
berikut: Toksin NSP4 ini akan dirangsang oleh sistem imun tubuh mengeluarkan
mediator inflamasi seperti IL-1, IL-2, TNF- (pirogen endogen) merangsang sel
endotel dihipotalamus (di termostat) melepaskan asam arakidonat dibantu enzim
fosfolipase A2 memacu sintesis PGE2 (prostaglandin E2) melalui jalur cox

(cyclooksigenase) meningkatkan set point di hipotalamus suhu tubuh naik


demam.
Diare dengan lendir dan darah ini dapat terjadi pada infeksi E. hystolitica, T.
trichiura, cacing tambang, dan A. lumbricoides. Mekanisme peradangan sebagai efek
dari infeksi ini dapat menjadi rujukan terjadinya infeksi, karena hal ini juga diperkuat
oleh terjadinya keluhan panas. Seperti mekanisme infeksi pada umumnya, panas atau
demam ini terjadi akibat adanya rangsangan terhadap metabolisme asam arachidonat,
yang berakibat peningkatan PGE2 sehingga bekerja di hipotalamus. Rangsangan
terhadap metabolisme asam arachidonat ini dilakukan oleh pirogen endogen (IL-1)
sebagai akibat rangsangan oleh pirogen eksogen yang ada pada agen infeksius.
Selanjutnya, set point suhu pada hipotalamus menjadi kacau, sehingga tubuh berusaha
untuk mencapai set point palsu tersebut dengan mekanisme demam sebagai salah
satu usaha termogenesis

3. Interpretasi dan mekanisme abnormal?


Pemeriksaan
Hb (gr/dl)
Leukosit (/mm3)

Normal
10.5-13.0
6000-17.000

Pada kasus
12.8
9.000

Interpretasi
Normal
Normal

DC
Basofil
Eosinofil
Net. Batang

0-1
0-3
5-11

0
1
16

Normal
Normal
Meningkat , infeksi

Net. Segmen
Limfosit
Monosit

15-35
45-76
3-6

48
35
0

akut
Meningkat
Menurun
Menurun

Infeksi akutneutrofil meningkat.


Basofil tidak meningkat menunjukkan bukan reaksi dari alergi dan ulcerative colitis,
eosinofil tidak meningkat menunjukkan bukan infeksi dari parasit.

a. Urin
Macroscopic : yellowish colour
Normalnya: umumnya agak bening, atau kuning bening
Kasus: Lebih kuning dari warna urin normal (Abnormal)
Mekanisme abnormal: Hipovolemi retensi airurin pekat, volume sedikit
warnanya lebih kuning dari urin bening biasa
Microscopic : WBC (-), RBC (-), protein (-)
kemungkinan diare pada kasus ini tidak disebabkan oleh infeksi bakteri
(Normal)
b. Feces
Faeces routine
Macroscopic : water more than waste material, blood(-), mucous(-)
Microscopic :WBC: 2-4/HPF, RBC 0-1/HPF
Interpretasi: WBC meningkat, tidak ada pendarahan pada saluran gastrointestinal
infeksi virus pada saluran cerna penyebab diare WBC meningkat.
Banyaknya air pada feces daripada ampas karena infeksi virus (Rotavirus)
memnginvasi 2/3 proximal ileum virus berikatan dengan enterosit pada villi
virus berkembang biak sehingga enterosit lisis menyebabkan gangguan
pada villi (pemendekan villi) kripta hipertropi dan hiperplasi kripta
semakin dalan, sekresi meningkat, absorpsi berkurang

enterosit kurang

matang dan pembentukan enzim-enzim pencernaan kurang sempurna


makanan tidak sempurna di digesti beban osmotic intraluminal tinggi
penarikan cairan ke intraluminal banyaknya air daripada ampas pada feces.
Pada kasus ini tidak ditemukan adanya darah dan mucus karena tidak
terjadi nekrosis mukosa dan juga tidak terjadi ulkus. Adanya ulkus menyebabkan
eritrosit dan plasma keluar ke lumen sehingga tinja bercampur darah.
4. Bagaimansa factor resiko pada kasus?
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:
Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan bayi
a. Tidak memadainya penyediaan air bersih
b. Pencemaran air oleh tinja
c. Kurangnya sarana kebersihan (MCK)
d. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
e. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis

f. Gizi buruk
g. Imunodefisiensi
h. Berkurangnya asam lambung
i. menurunnya motilitas usus
j. menderita campak dalam 4 minggu terakhir
k. Faktor genetic

Faktor lainnya:
l. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi
tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar
antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia
atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah
subtropik, diare karena bakteri lebih sering terjasi pada musim panas, sedangkan
diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di
daerah tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat
terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau,
sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
5. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus?
Diare , Muntah non projektil (muntah apa yang dimakan)
Dehidrasi, Minum dengan lahap
Demam ringan, Jumlah urinasi kurang dari biasanya

Gejala lainnya:
Pada bayi dan anak, mula-mula akan menjadi cengeng, gelisah, nafsu makan
berkurang atau bahkan tidak ada.
Anus dan sekitarnya lecet
Berat badan turun, pada bayi akan terlihat ubun-ubun cekung.
Tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat
kering.

Anda mungkin juga menyukai