Anda di halaman 1dari 13

5.

1 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin Kala I Persalinan


5.1.1 Memberikan Dukungan Persalinan
Menunggu kelahiran bayi akan menjadi saat-saat yang paling menegangkan sekaligus
melelahkan bagi ibu maupun keluraga. Kehadiran suami atau kerabat dekat saat proses
persalinan

akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress dan

kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan. Kehadiran suami akan
membawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan
ibu secara fisik. Suami harus tetap berada di sisi istriya agar setiap saat ia membutuhkan,
sang suami senantiasa ada dan siap membantunya. Mendampingi seorang istri harus
dengan kesabaran total, kalaupun seorang istri terkesan ketus dan menjengkelkan, sang
suami harus bisa menerima dengan besar hati, karena istri sedang mengalami ketegangan
yang luar biasa.
Dukungan pada persalinan dapat di bagi menjadi dua yaitu:
1. Dukungan Fisik
Adalah dukungan langsung berupa pertolongan langsung yang diberikan oleh keluarga
atau suami kepada ibu bersalin.
2. Dukungan Emosional
Adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian maupun ungkapan empati yang akan
menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa di cintai dan diperhatikan oleh suami, yang
pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan.
Beberapa keuntungan yang akan didapatkan saat melibatkan suami atau keluarga dalam
persalinan :
Memberi rasa tenang dan penguat psikis pada melahirkan
Dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan.
Ditengah kondisi yang tidak nyaman , istri memerlukan pegangan, dukungan dan
semangat untuk mengurangi kecemasan dan ketakutannya selama persalianan.
Membantu mengurangi rasa nyeri saat persalinan
Dengan adanya pendamping maka akan memberikan rasa nyaman dan aman bagi ibu
yang sedang mengalami persalinan karena adanya dukungan dari orang yang paling di
sayang sehingga mampu mengurangi rasa sakit dan nyeri yang dialami.

5.1.2 Pengurangan Rasa Sakit


Di harapkan ibu pernah mendapat penyuluhan tentang teknik relaxsasi saat anc , bila ibu
belum pernah maka di ajarkan terlebih dahulu teknik relaxsasi , penyuluhan yang di
berikan pada saat anc dengan penyuluhan yang di berikan saat in partu harus sama supaya
tidak bingung . Bidan harus mengingatkan tentang tenik relaxsasi terutama teknik
bernapas.
Manfaat teknik relaxsasi :
- Mencegah otot-otot dari kelelahan khususnya otot besar pada Rahim
- Menolong ibu mengatasi stress persalinan sehingga lebih menikmati pengalamannya
- Menolong menghemat energy
- Membantu ibu dalam berkomunikasi lebih efektif dengan orang-orang di sekitarnya
- Membantu bayi dalam kelahiran

Jika ibu rilex , ibu tidak akan mengalirkan hormon stress ke sistem tubuh bayi
Memang tidak mudah untuk betul-betul rilexs dalam persalinan .namun dapat di lakukan
dengan teknik dan bantuan sederhana , khususnya dari pendamping persalinan .mendapat
dukungan dalam persalinan merupakan faktor penting dalam menciptakan pengalaman
persalinan yang positif bagi ibu . Selain itu , menghasilkan hasil yang positif bagi bayi.
Kebanyakan ibu terbebas dari rasa sakit dan rasa tidak nyaman di antara dua kontraksi
inilah saat yang tepat memeriksa tubuh , khususnya di bagian yang tegang . Pendamping
dapat membantu memijat atau jika suami , memeluk dan mencium ibu agar lebih tenang
dan tetap fokus dalam latihan pernafasan, baik saat terjadi kontraksi atau di antara
kontraksi juga dapat membantu.
5.1.3 Persiapan Persalinan
a. Tempat melahirkan
Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan jarak tempuh dari rumah untuk
memperkirakan waktu sampai ke rumah sakit. Perhatikan kepadatan lalu lintas paada
jam-jam tertentu sehingga anda dapat mempersiapkan jalur alternative untuk cepat
sampai ke rumah sakit. Prosedur masuk, fasilitas yang ada , biaya persalianan, lokasi
kamar bersalin harusnya sudah diketahui agar dalam keadaan darurat mempercepat
sampai ke tujuan. Tempat plasenta harus sudah direncanakan dimana plasenta akan

diurus, apakah dirumah atau di tempat bersalin. Namun biasanya sudah disiapkan
ditempat persalinan.
b. Hindari kepanikan dan ketakutan
Beri ibu penjelasan bahwa setelah melahirkan ini ibu akan mempunyai buah ahti yang
didambakannya. Dan ingatkan ibu untuk menyimpan tenaga untuk proses melahirkan
nanti, karena tenang akan hilang jika ibu cemas dan gelisah. Dengan sikap tenang, ibu
akan dapat melalui saat-saat persalinan dengan baik dan lebih siap. Dukungan dari
orang-orang terdekat , perhatian dan kasih saying tertentu akan membantu memberikan
ibu semangat untuk ibu.
c. Persiapan kebutuhan untuk persalinan
Perkiraan jarak antar rumah dengan rumah sakit seta lalu lintas yang harius dilalui jika
akan bersalin sangat dibutuhkan. Dan perkirakan juga kapan waktu persalianan untuk
mengatur jadwal berpergian jauh.
Untuk Ibu, setelah melahirkan :
Baju yang dapat dibuka dari depan (berkancing di depan) agar dapat menyusui.
Bra yang sesuai
Untuk Bayi :
Kain flannel beberapa buah (3 - 4 buah)
Pakaian bayi
Popok
Sarung tangan, sarung kaki, topi (penutup kepala)
Bedak, minyak angin
Selimut untuk membungkus bayi selama di perjalanan pulang.
5.1.4 Pemenuhan Kebutuhan Fisik dan Psikologis ibu dan keluarga
Pemberian Cairan dan Nutrisi
Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu memastikan ibu untuk mendapat asupan
(makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan kelahiran bayi.Karena fase aktif
ibu hanya ingin mengkonsumsi cairan. Maka bidan menganjurkan anggota keluarga untuk
menawarkan ibu minum sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan , karena
makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan berlangsung akan memberikan

lebh banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi ini bila terjadi akan memperlambat
kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur.
Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energi setiap jam, dan jika
tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan otot dan kelaparan yang sangat. Jika
glukosa tidak tersedia, cadangan lemak digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada
akhirnya terjadi ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton.
Efek lain ketosis ringan selama persalinan tidak diketahui. Cairan IV bukan pengganti yang
adekuat untuk asupan oral (cairan tersebut sering kali tidak adekuat dalam satuan
kilokalori; satu liter dekstrosa 5% dalam air [D5W] atau salin normal mengandng 225
kilokalori). Kelebihan beban cairan pada ibu, hiponatremia, penurunan mortalitas,
hemodilusi, dan asidosis laktik, juga hiperglikemia neonatus, hiperinsulinemia dengan
hipoglikemia, hiponatremia, asidosis, ikterus dan/atau takipnea sementara dapat terjadi.
Sepuluh persen glukosa harus dihindari.
5.1.5 Tanda Bahaya Kala I
Selama mas kehamilan ibu dianjurkan sering melakukan pemeriksaan kehamilan yang
berguna untuk mengetahui masalah yang terjadi baik pada ibu maupun pada janin. Dengan
sering melakukan pemeriksaan kehamilan ibu dan mengetahui tanda-tanda bahaya
kehamilan dan persalinan yang harus segera ditindak lanjuti. Adapun tanda-tanda bahaya
dam persalinan yaitu :
1. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak teras mulas.
Persalinan berlangsung sejak ibu mulai merasa mulas sampai kelahiran bayi. Persalinan
tersebut biasanya berlangsung kurang dari 12 jam. Ibu yang melahirkan anak pertama.
Bila bayi belum lahir lebih dari 12 jam sejak mulainya mulas, maka persalinan tersebut
terlalu lama. Perlu dilakukan tindakan, ibu perlu mendapat pertolongan di rumah sakit
untuk menyelamatkan janin dan mencegah terjadinya perdarahan atau infeksi pada ibu.
2. Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan
Jika keluar darah banyak sebelum bayi lahir ibu harus segera diberi pertolongan, karena
ibu bisa kekurangan darah. Biasanya perdarah disebabkan oleh plasenta yang telah
terlepas (solusio plasenta) dan plasenta previa.
3. Tali pusat / tangan dan kaki terlihat pada jalan lahir.
Jika hal itu terjadi proses persalinan harus diatasi oleh tenaga ahli.

4. Tidak kuat mengenjan


Saat persalinan ibu membutuhkan tenaga yang banyak, untuk itu membutuhkan asupan
energy yang banyak. Jika ibu suadah tidak kuat lagi mengejan, ibu memerlukan tindakan
segera seperti vakum dan forseb.
5. Mengalami kejang-kejang
Ibu yang mengalami kejang-kejanga yaitu ibu yang mengalami eklamsia yang dapat
menimbulkan kematian baik pada ibu maupun bayi.
6. Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas
Normalnya ketuban pecah beberapa saat sebelum melahirkan. Jika sebelum tanggal
perkiraan persalinan ibu telah merasa keluarnya cairan dalam jumlah banyak dari
kemaluan (pecahnya ketuban), segeralah pergi ketenaga kesehatan , karena ketuban
pecah dini meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
7. Air ketuban keruh dan berbau
Jika air ketuban keruh dan bau itu merupakan tanda bahaya yang dapat membahayakan
keadaan bayi, maka dari itu bayi harus segera di lahirkan.
8. Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
Ibu yang mengalami gellisah dan kesakitan harus diberi dukungan baik dari tenaga
kesehatan maupun keluarga.
5.1.6 Evidance Based
Evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence Base dapat
diartikan sebagai berikut:
Evidence : Bukti, fakta
Base : Dasar
Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.
Pengertian Evidence Base menurut sumber lain:
Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil
penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.

Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan


berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
Manfaat Evidence Base :
1) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
2) Meningkatkan kompetensi (kognitif)
3) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan yang
bermutu
4) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
5.1.7 Lima Benang Merah
Pada setiap persalinan baik fisiologis maupu patologis terdapat lima aspek dasar yang
disebut dengan Lima Benang Merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang bersih dan aman yang selalu berlaku dalam penatalaksanan persalinan
mulai dari kala I hingga kala IV, termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir.
Lima Benang Merah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. MEMBUAT KEPUTUSAN KLINIK
Membuat keputusan merupakan proses menentukan penyelesaian masalah dan asuhan
yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus :
a. Akurat
b. Komprehensif bagi pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan
c. Aman
Menurut Varney ( 1997 ), membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui
serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah
kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti
( evidence based ), keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai
tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan terfokus
pada pasien.
Dalam membuat keputusan klinik, terdapat 7 langkah Varney yang berurutan, yaitu :
a. Pengumpulan data

b. Interpretasi data untuk mendukung diagnosis dan identifikasi masalah


c. Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalah
d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk menghadapi masalah
e. Menyusun rencana asuhan ( intervensi )
f. Melaksanakan asuhan ( implementasi )
g. Memantau atau mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi solusi
2. ASUHAN SAYANG IBU DAN BAYI
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan
ibu. Cara yang paling mudah membayangkan mengenai asuhan sayang ibu adalah
menanyakan pada diri kita sendiri. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah
dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
3. PENCEGAHAN INFEKSI
Pencegahan infeksi ( PI ) harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya.
Pencegahan infeksi ( PI ) adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang diberikan
kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong
persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan selama kunjungan antenatal atau
pascapersalinan atau bayi baru lahir atau saat menetalaksana penyulit. Tujuan tindakan PI
dalam pelayanan asuhan kesehatan, antara lain :
a. Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan
jamur
b. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan
HIV / AIDS
Beberapa istilah tindakan dalam pencegahan infeksi :
a. Asepsis ( teknik aseptik )
Semua usaha mencegah masuknya mikroorganisme ke tubuh yang berpotensi untuk
menimbulkan

infeksi

dengan

cara

mengurangi

atau

mikroorganisme pada kulit, jaringan, dan benda mati (alat)


b. Antisepsis

menghilangkan

sejumlah

Pencegahan

infeksi

dengan

cara

membunuh

atau

menghambat

pertumbuhan

mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh dengan menggunakan larutan antiseptik
misalnya yodium ( 1-3% ), alkohol ( 60-90%), hibiclon, savlon, dan betadine.
c. Dekontaminasi
Tindakan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman
berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh.
d. Mencuci dan membilas
Tindakan tindakan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau
benda asing misalnya debu, kotoran dari kulit atau instrumen atau peralatan.
e. Desinfeksi
Tindakan untuk menghilangkan hampir semua atau sebagian besar mikroorganisme dari
benda mati.
f. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )
Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme ( kecuali beberapa bakteri
endospora ) pada benda mati atau instrumen.
g. Sterilisasi
Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora bakteri pada
benda mati atau instrumen.
4. PENCATATAN (REKAM MEDIK) ASUHAN PERSALINAN
Pencatatan (pendokumentasian) adalah bagian penting dari proses membuat keputusan
klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan
asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Partograf adalah
bagian terpenting dari proses pencatatan selama persalinan. Mengkaji ulang catatan
memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif
dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu
atau bayinya.
Pencatatan rutin adalah penting karena :
a. Sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi kesesuaian dan
keefektifan asuhan atau perawatan, mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang
diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan pada rencana asuhan atau
perawatan

b. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan klinik


c. Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang diberikan
d. Dapat dibagikan di antara para penolong persalinan sehingga lebih dari satu penolong
persalinan akan memberikan perhatian dan asuhan pada ibu atau bayi baru lahir
e. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan
berikutnya, dari satu penolong persalinan ke penolong persalinan lainnya, atau dari seorang
penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya.
f. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus
g. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik nasional dan daerah, termasuk catatan
kematian dan kesakitan ibu atau bayi baru lahir
5. RUJUKAN
Rujukan diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Syarat bagi
keberhasilan upaya penyelamatan yaitu kesiapan untuk merujuk bayi dan atau bayinya ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi). Setiap
penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk
melaksanakan kasus kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir seperti :
a. Pembedahan termasuk bedah sesar
b. Transfusi darah
c. Persalinan mengggunakan ekstraksi vakum atau cunam
d. Pemberian antibiotik intravena
e. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir
Oleh karena sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi, maka pada saat ibu
melakukan kunjungan antenatal anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana
rujukan bersama suami dan keluarganya. Dan tawarkan agar penolong mempunyai
kesempatan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang
perlunya rencana rujukan apabila diperlukan.
Dari beberapa persiapan persiapan dan informasi yang harus dimasukkan dalam rencana
rujukan, untuk memudahkan bagi penolong untuk mengingat hal hal penting tersebut
maka terdapat singkatan BAKSOKUDA.
B : BIDAN

A : ALAT
K : KELUARGA
S : SURAT
O : OBAT
K : KENDARAAN
U : UANG
D : DARAH
A:
5.1.8 Asuhan Sayang Ibu dan Cara Meneran
Konsep Asuhan Sayang Ibu
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:
a. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan
hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga
privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
b. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan,
menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu
dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
c. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
d. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
e. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa
yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.
Prinsip Umum Sayang Ibu
a. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.
b. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada
indikasi.
c. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan
jiwa ibu.
d. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.
e. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
f. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.

g. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.


h. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
Adapun cara-cara meneran yang baik bagi ibu diantaranya :
1.Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dorongan alamiah selama kontraksi.
2.Jangan anjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat meneran.
3.Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
4.Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk ibu mungkin merasa lebih mudah untuk
meneran, jika ia menarik lutut kea rah dada dan menempelkan dagu ke dada.
5.Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat pantat saat meneran.
6.Tenaga kesehatan ( bidan ) tidak dianjurkan untuk melakukan dorongan pada fundus
untuk membantu kelahiran bayi karena dorongan pada fundus dapat meningkatkan
distosia bahu dan rupture uteri.
5.2 Pemantauan Kemajuan Persalinan, Kesejahteraan Ibu dan Janin
5.2.1 Penggunaan Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada
pembukaan 4 cm (fase aktif) yang digunakan pada setiap ibu bersalin tanpa memandang
apakah persalinan itu normal atau komplikasi (Saifuddin, 2002).
Partograf Harus Digunakan Untuk:
1.

Semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan
partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun dengan adanya penyulit.

2.

Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan,
swasta, Rumah sakit, dll)

3.

Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan,
asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis obgyn, bidan, Dr umum,
Residen, dan mahasiswa bidan serta mahasiswa kedokteran) wajib melaporkan
Partografnya.
(APN, 2008)

4.

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya
penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).

Partograf Mulai Diisi Bila :


1.

Ibu yang masuk dalam persalinan :


fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10, lamanya<20.
fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10, lamanya<20.

2.

Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :


bila infus oksitosin dimulai
bila persalinan dimulai

3.

Masuk untuk induksi persalinan :


pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin
induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)
bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.

Partograf Tidak Dibuat Pada Kasus-Kasus :


1.

Partus prematurus

2.

Akan dilakukan seksio sesar elektif

3.

Pada saat akan dilakukan seksio sesar darurat

4.

Bekas seksio sesar 2 kali

5.

Bekas seksio sesar klasik

6.

Kasus preeklampsia dan eklampsia

5.2.2 Pemeriksaan Dalam


Tujuan Pemeriksaan Dalam
1. Untuk mendeteksi dini adanya komplikasi/ peyulit
2. Memantau jalannya persalinan, apakah masih fisiologis atau sudah termasuk patologis
3. Memantau pembukaan serviks
4. Menilai penurunan bagian terendah dari janin
5. Memantau keadaan ketuban sudah pecah atau masih utuh
Hal hal yang Perlu Dinilai pada Saat Pemeriksaan Dalam yaitu :
1. Vulva Vagina yaitu dimana Ibu ditempatkan pada posisi yang memudahkan untuk
inspeksi dan pemeriksaan. Kekerapan

pemeriksaan vagina selama persalinan dapat

meningkatkan morbiditas infeksi khususnya pada kasus ketuban pecah dini.

2. Konsistensi Portio : dimana akan menjadi tipis dan lunak bahkan tidak teraba saat
pembukaan lengkap.
3. Pembukaan Serviks yaitu ditentukan dengan memperkirakan diameter rata-rata (ukuran
diameter leher rahim yang teregang). Dilatasi serviks ditentukan dengan pemeriksaan VT
dan dinyatakan dengan diameter serviks.
4. Air Ketuban ( utuh/pecah) yaitu bila cairan ketuban pecahnya diragukan, masukkan
speculum dengan hati-hati dan cairan dicari di fornik posterior. Cairan diperiksa untuk
mengetahui adanya warna atau mekonium.
5. Presentasi dan posisi janin
6. Penurunan bagian terbawah janin yaitu untuk menentukan sampai di mana bagian
terendah janin turun ke dalam panggul pada persalinan maka dapat digunakan bidang
Hodge yang terdiri atas empat bidang:
Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis dan promontorium.
Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi
spina iskiadika kanan dan kiri.
Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak
setinggi os koksigeus.
7. Penyusupan kepala janin/ molase
a.

0 = tulang kepala janin terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah

b.

1 = tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

c.

2 = tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi masih dapat dipisahkan

d.

3 = tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat di pisahkan

Anda mungkin juga menyukai