Pengayaan MCI
Pengayaan MCI
Oleh:
I Putu Raynantha SW
NIM 105070106111005
Scientia I. K.E.S
NIM 105070100111001
Pembimbing:
dr. S.B. Rianawati, Sp,S(K)
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Judul.................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Definisi.......................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi.................................................................................................2
2.3 Etiologi.......................................................................................................... 2
2.4 Anatomi.........................................................................................................2
2.5 Patofisiologi..................................................................................................4
2.6 Diagnosis......................................................................................................8
2.6.1 Diagnosis Banding...................................................................................11
2.6.2 Penegakan Diagnosis..............................................................................12
2.7Tatalaksana.................................................................................................17
2.7.1 Farmakologi.............................................17
2.7.2 Non Farmakologi.....................................................................................18
2.8 Prognosis....18
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Cognitive Impairment)
merupakan
sindroma penurunan kognitif yang tidak berdampak pada aktivitas harian. Fungsi
Kognitif merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat,
belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi ini juga didefinisikan sebagai
kemampuan
atensi,
kemampuan
eksekutif
memori,
seperti
pertimbangan,
merencanakan,
pemecahan
masalah
serta
menilai,
mengawasi
dan
melakukan evaluasi.
Mild cognitive impairment (MCI) didefinisikan sebagai fungsi kognitif di
bawah normal tetapi tidak cukup untuk diagnosis demensia. MCI berbeda
dengan penyakit Alzheimer atau demensia lainnya; perubahan kognitif pada MCI
tidak berat dan tidak mengganggu aktivitas harian. Tidak semua penderita MCI
mengalami perburukan, sebagian dapat mengalami perbaikan. Akan tetapi,
diketahui bahwa individu dengan MCI memiliki peningkatan risiko untuk menjadi
Alzheimer, terutama jika masalah utama adalah memori.
Prevalensi MCI meningkat seiring usia, yaitu 10% pada usia 70-79 tahun
dan 25% pada usia 80-89 tahun. Petersen melaporkan bahwa 10-15% MCI akan
berlanjut menjadi demensia setiap tahun. Pada studi Mayo Clinic, didapatkan
bahwa prevalensi amnestic MCI usia 70 sampai 89 tahun sebesar 11,1% dan
non-amnestic MCI sebesar 4,9%. Banyak penelitian mengindikasikan risiko
penyakit Alzheimer lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria, demikian juga
MCI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Gangguan
Kongnitif
Ringan
(Mild
Cognitive
Impairment)
1,2
Epidemiologi
Prevalensi MCI menurut Mayo Clinic Study of Aging (2009) pada 2000
lansia berusia 70-89 tahun di Minnesota sebesar 13-15 %, sedangkan
prevalensi demensia sebesar 10-11 % dengan 77% memiliki fungsi kognitif
yang normal. Data epidemiologi berdasarkan penelitian pada populasi lansia
didapatkan sebesar 3-19 % dengan insidensi 8-58 kasus per 1000 lansia per
tahun, dengan risiko menjadi demensia sebesar 11-33 % setelah 2 tahun
paska onset. Namun berdasarkan penelitian lain sebanyak 44 % pasien MCI
diperkirakan akan kembali normal dalam 1 tahun kemudian2,3.
2.3
Etiologi
Penyebab primer MCI diduga dikarenakan degenerative, vaskuler,
depresif,traumatik, komorbid medis 4.
2.4
Anatomi
Sistem limbik berarti batas atau tepi yang diperkenalkan Broca pada
tahun 1878 untuk menunjukkan pada dua girus yang membentuk limbus
atau batas disekitar diencephalon. Sistem ini merupakan suatu konsep
fungsional yang berperan mengatur domain kognitif yang terdiri dari dua
sistem mayor yakni hipokampus dan amigdala4.
1.1 Sistem Hipokampus
Sistem hipokampus secara dominan berfungsi dalam pembentukan
memori yang baru
beberapa bagian di otak. Sirkuit ini disebut Sirkuit Papez yang terdiri
dari struktur: forniks, hipokampus, badan mamilar (mammilary bodies)
dan cingulum.
Informasi sensoris dari korteks parietal,temporal dan oksipital
berkumpul pada cingulate gyrus melalui cingulum, menghantarkan
informasi kepada corpus callosum turun menuju lobus temporalis
(korteks entorhinal- input dari hipokampus). Informasi ini kemudian
dikeluarkan sebagai output hippocampus yang dimulai dari aveus,
pita tipis pada white matter kemudian diteruskan menuju fimbriae dan
crus dari masing-masing forniks. Crura akan bersatu secara anterior
pada splenium dari corpus callosum dan melewati pada batas bawah
dari
septum
pellucidum.
Pada
level
foramen
Monroe,
akan
(serabut
postkommisura).
Traktus
mammilothalamic
dengan input dari nulei basal septal dan hipotalamus. Terdapat output
berkebalikan terhadap area-area tersebut terhadap hipokampus atau
korteks entorhinal melalui struktur-struktur tersebut4.
Stria terminalis : lengkung berbentuk C yang mengikuti ekor dari
nuleus caudatus disekeliling lobus temporalis dan melewati
caudothalamic notch pada tubuh dari ventrikel lateral. Serabutnya
berakhir pada hipotalamus dan nulei septal.
2.5
Patofisiologi
Patofisiologi MCI banyak diketahui seiring perkembangan teknologi
kedokterandalam bidang pencitraaan otak (MRI struktural dan fungsional,
PET,SPECT, DTI) serta proteomik klinis. Secara anatomi, disfungsi memori
pada MCI (khususnya karena Alzeimer) berkaitan dengan deteriorasi,
disfungsi atau atrofi struktural mikro dan makro diantaranya di lobus
temporal medial (regio yang berkaitan dengan dengan pembentukan dan
konsolidasi memori jangka panjang), area midbrain (hipokampus dan
parahipokampus), lobus parietal (terutama bagian inferior medial), serta
frotolimbik termasuk frontal, insular,amigdala,singulat 2.
Secara fungsional, patofisiologi MCI dijelaskan oleh beberapa
penelitian
dengan
menggungakan
fungsional
MRI
dimana
dapat
dan
disfungsi
kolinergik;
(6)
defense
antioksidan/disfungsi
sistem
detoksifikasi; (7) Fosforilasi Tau dan produksi A dan (8) perubahan sintetis
protein7,8.
Disfungsi dan perubahan energi
Energi yang dibutuhkan sel untuk berfungsi normal berupa ATP
dihasilkan dari proses glikolisis (2 ATP), siklus krebs (2ATP) dan
fosforilasi transpor elektron (32 ATP) total 36 ATP. Pada penderita
MCI, diketahui beberapa protein yang terlibat dalam energy
pathway diantaranya :enolase, aldolase, PK ,MDH, ATP sintase,
PGK1 dan glucose-regulated protein precusor. Peningkatan
oksidasi protein-protein tersebut mengakibatkan enzimatik otak
yang menurunkan fungsi protein tersebut, yang mengakibatkan
berkurangnya produksi ATP (untuk bekerjanya fungsi sel normal
termasuk : transduksi sinyal,pemeliharaan gradion ion, sintesis
protein)
dan
rusaknya
ATPase
(yang
bertanggung
jawab
glutamat
ekstrasel
yang
berakibat
pada
8
eksitotoksisitas dan input Ca2+ ke dalam sel, yang berakibat pada
kematian sel3.
Abnormalitas lipid dan disfungsi kolinergik
Defisit kolinergik sentral diduga berperan pada amnesia MCI terkait
dengan kerusakan nukleus basalis Meynert, meskipun penelitian post
mortem menunjukkan up-regulasi dari aktivitas kolin asetil-transferase
(ChAT) di korteks frontalis dan hipokampus sebagai suatu proses
kompensasi3.
2.6
Diagnosis
Pada umumnya, diagnosis Mild cognitive Impairment dibuat apabila
pada seseorang ditemukan beberapa kriteria: ada gangguan memori, fungsi
memori abnormal untuk usia dan pendidikan, aktivitas sehari-hari normal,
9
fungsi kognisi umum normal dan tidak dijumpai demensia .
Fungsi kognitif terdiri dari :
1. Atensi
Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan
satu
stimulus
tertentu
(spesifik)
dengan
mampumengabaikan
stimulus lain baik internal maupun eksternal yang tidak perlu atau
tidak dibutuhkan. Setelah menentukan kesadaran, pemeriksaan
atensi harus dilakukan saat awal pemeriksaan neurobehaviour
karena pemeriksaan modalitas kognitif lainnya sangat dipengaruhi
oleh atensi yang cukup terjaga.
2. Bahasa
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar
yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Oleh karena itu
pemeriksaan bahasa harus dilakukan pada awal pemeriksaan
neurobehaviour. Jika terdapat gangguan bahasa, pemeriksaan
Menggambar
jam
sering
digunakan
untuk
skrining
1
1
terdapat gangguan memori ditambah satu atau lebih gangguan dari area
fungsi kognitif yang lainnya.
3. Non Amnestic MCI - single domain:
terdapat gangguan pada satu area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan
dari area fungsi memori.
4. Non Amnestic MCI - multiple domain:
terdapat gangguan pada dua atau lebih area fungsi kognitif tanpa adanya
gangguan dari area fungsi memori.
Ke empat subtipe klinis tersebut berbeda dalam hal etiologi dan outcome nya.
Amnestic MCI (single domain lebih baik dari yang multiple domain)
mempunyai kemungkinan yang lebih besar mengalami progresifitas menjadi
penyakit demensia Alzheimer. Sedangkan subtipe non-Amnestic mempunyai
kemungkinan
mengalami
progresifitas
menjadi
penyakit
demensia
nonAlzheimer 10
1
2
2.6.1
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dengan gangguan fungsi kognitif diantaranya adalah
2.6.2
Penegakan Diagnosis
dan
membuat
keputusan.
Fenomena
MCI
terutama
banyak
digunakan
dalam
pemeriksaan
gangguan
fungsi
apakah ada tanda penurunan memori atau tidak. Jika ada, maka didiagnosa
dengan MCI amnestik. Jika hanya kelainan memori saja maka MCI amnestik
single domain, jika da keluhan lain MCI amnestik multiple domain. Tapi, jika tidak
ada gangguan memori, disebut MCI nonamnestik. Jika disertai penurunan fungsi
kognitif lain disebut MCI nonamnestik multiple domain, jika tidak disebut 1
MCI
6
nonamnestik single domain.
MCI
berlanjut,
permasalahan
memori
menjadi
lebih
jelas.
1
7
Tidak ada spesifik test yang dapat digunakan untuk mendiagnosa MCI
Tanda dan Gejala klinis sering tidak seluruhnya dimiliki oleh pasien
Penurunan fungsi memori seringkali timbul secara bertahap
Beberapa penyakit lain dapat menimbulkan gejala dan tanda klinis yang
serupa
Masyarakat berfikir penurunan fungsi memori merupakan penurunan
fungsi normal.
2.7
Tatalaksana
Saat
initidak
adapengobatanuntuk
menghilangkan
Farmakalogi
Beberapa obat telah diteliti untuk pencegahan pengembangan progresi
pada
Alzheimer
(donepezil,
galantamine,
rivastigmine)
tidak
1
8
Anti-Oksidan
Zat-zat anti-oksidan seperti vitamin E dapat melindungi sel-sel otak dari
stres oksidatif. Vitamin E adalah senyawa diet dengan sifat antioksidan yang
terlibat dalam pencarian radikal bebas. Studi-studi Laboratorium dan penelitian
pada hewan telah menunjukkan bahwa dengan Vitamin E (400UI/hari)
dimungkinkan mampu dalam memperlambat penurunan kognitif.
10
Tetapi, ada
adalah
obat
yang
meningkatkan
aktivitas
otak
dan
Non-Farmakalogi
Aktivitasfisik,
sosial,
direkomendasikanuntukpasiendengan
bahwakegiatanyangmerangsang
permainan
asahotak
dan
fungsi
MCI,
kognitif,
danmentalsering
banyak
seperti
ahlimenganjurkan
teka-teki
silang,
diskusimungkinbergunauntukpasiendenganMCI.
namun
14
1
9
Prognosis
MCI memiliki risiko tinggi berkembang menjadi demensia. Kecepatan
diagnostik
yang
terpisah.
Namun,
dalam
penelitian,
didapatkan
pengembalian signifikan yang diamati (20% -25%) dari MCI menjadi fungsi
kognitif yang normal.8,14,15,16
Pasien dengan MCI tujuh kali lebih mungkin menderita penyakit
Alzheimer daripada orang usia lanjut tanpa gangguan kognitif. MCI dikatakan
menjadi Alzheimer setelah 6 tahun.1 Dengan demikian, pasien MCI adalah
kelompok risiko tinggi untuk menjadi penyakit Alzheimer. MCI
suatusindrom
peningkatan
neurodegeneratif.
risiko,
bukan
diagnosis
definitif
adalah
penyakit
2
0
BAB III
KESIMPULAN
MCI diketahui sebagai keadaan transisi perubahan kognitif dari proses
penuaan normal ke arah demensia. Individu dengan MCI mampu berfungsi
dalam
kegiatan
harian,
tetapi
mengalami
gangguan
memori,
bahasa,
memperlambat
penatalaksanaan
farmakologis.
untuk
progesivitas
MCI
dibagi
menuju
dua,
demensia.Dalam
yaitu
hal
non-farmakologis
ini
dan
2
1
DAFTAR PUSTAKA
Adam.Maramis,M.2011.Aspek
Neuropsikiatri
Mild
Cognitive
Maeir, A., Harel, H., & Katz, N. 2009. Kettle Test -- a brief measure of
cognitive
functional
performance:
Reliability
and
validity
in
stroke
11 Wee-Kheng, Soo. 2013. Older Adult with cancer and clinical decision making
: The Importance of Assessing Cognition. Cancer forum, Vol. 3.
12 Onwuekwue, O. 2012. Assessment of Mild Cognitive Impairment with Mini
Mental State Examination. 5-7
13 Dong, Y., Sharma, V. K., & Chan, B. P., Venketasubramanian, N., Teoh, H. L.
See, R. C., Tanicala, S., et al. 2010. The Montreal Cognitive Assessment
(MoCA) is superior to the Mini-Mental State Examination (MMSE) for the
detection of vascular cognitive impairment after acute stroke. Journal of the
Neurological Sciences , 299, 15-18.
14 Rilianto, Beny. 2015. Mild Cognitive Impairment : Transisi dari penuaan
normal menjadi Alzheimer.Continuing medical Education IDI.Vol. 42 no. 15.
15Anderson, Nicole, Murphy, Kelly, Troyer, Angela, Living with Mild Cognitive
Impairment, Oxford University Press, 2012.
16Mila C et al (2010) Therapeutical Strategies in Mild Cognitive Impairment, pp
40-45.