Bab3 Anak
Bab3 Anak
ANALISIS KASUS
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu keadaan menurunnya laju filtrasi
glomerulus (LFG) yang bersifat tidak reversibel dan terbagi dalam 4 stadium sesuai
dengan jumlah nefron yang masih berfungsi. Pada anak-anak GGK dapat disebabkan
oleh berbagai hal, terutama karena kelainan kongenital, glomerulonefritis, penyakit
multisistem, dan lain-lain1,2.
Gagal ginjal kronik adalah apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50
ml/menit/1.73m2 luas permukaan tubuh, oleh karena dibawah kadar fungsi ginjal
tersebut gangguan asidosis metabolik dan hiperparatiroidisme sekunder telah tampak
nyata, pertumbuhan mulai terganggu, dan progresivitas penurunan fungsi ginjal akan
terus berlanju1,2.
Dalam arti luas GGK menunjukkan bahwa pada anak tersebut telah terjadi
penurunan fungsi ginjal, tetapi beratnya gangguan fungsi ini bervariasi dari ringan
sampai berat. Kebanyakan penulis membuat klasifikasi berdasarkan presentase laju
filtrasi glomerulus (LFG) yang tersisa. GGK dibagi atas 4 tingkatan yaitu :
1. Gagal ginjal dini
Ditandai dengan berkurangnya sejumlah nefron sehingga fungsi ginjal yang ada
sekitar 50-80% dari normal. Dengan adanya adaptasi ginjal dan respon metabolik
untuk mengkompensasi penurunan faal ginjal maka tidak tampak gangguan klinis.
2. Insufisiensi ginjal kronik
Pada tingkat ini fungsi ginjal berkisar antara 25-50% dari normal. Gejala mulai
dengan adanya gangguan elektrolit, gangguan pertumbuhan dan keseimbangan
kalsium dan fosfor. Pada tingkat ini LFG berada di bawah 89 ml/menit/1,73m2.
3. Gagal ginjal kronik
Pada tingkat ini fungsi ginjal berkurang hingga 25% dari normal dan telah
menimbulkan berbagai gangguan seperti asidosis metabolik, osteodistrofi ginjal,
anemia, hipertensi, dan sebagainya. LFG pada tingkat ini telah berkurang menjadi di
bawah 30 ml/menit/1,73m2.
1
Banyak
diantaranya
bisa
mencapai
umur
dewasa.
Sebaiknya
nefron yang masih baik. Bila adaptasi ini tidak terjadi, akan timbul retensi natrium
yang akan membahayakan tubuh. Meningkatnya ekskresi natrium ini disebabkan
karena meningkatnya rejeksi tubular dengan akibat meningkatnya fraksi ekskresi
natrium (FeNa). Faktor-faktor yang dapat meningkatkan FeNa pada pasien GGK
belum jelas diketahui. Suda, dkk dalam penelitiannya pada pasien GGK (LFG antara
11-66 ml/menit/1,73m2 melaporkan kemungkinan peningkatan FeNa disebabkan
pembentukan faktor natriuretik atrial. Tetapi penderita GGK ini tidak dapat
mengeliminasi beban natrium ini dengan cepat, yaitu pada pasien GGK dengan LFG
subnormal (LFG rata-rata 34ml/menit/1,73m2) hanya mampu mengekskresi setengah
dari jumlah natrium dalam waktu 2 jam setelah diberi infus NaCl, dibanding orang
normal. Hal ini menunjukkan toleransi pasien GGK terhadap peningkatan masukan
natrium yang tiba-tiba adalah buruk dan dapat menimbulkan perubahan volume
ekstraseluler dengan segala akibatnya5.
Sebaliknya pasien GGK tidak mampu menurunkan ekskresi natrium pada saat
diberikan diet dengan restriksi natrium. Konsentrasi minimum natrium urin pada
pasien GGK ringan sampai sedang adalah 25-50 mEq/L. Hal ini disebabkan karena
ketidakmampuan nefron distal meningkatkan reabsorbsi natrium. Bila diberikan
restriksi garam secara tiba-tiba pada pasien GGK akan menimbulkan penurunan
volume cairan ekstraseluler, perfusi ginjal dan LFG. Pasien Ggk karena penyakit
ginjal interstitial, displasia ginjal, dan penyakit ginjal kistik adalah yang paling sering
menyebabkan salt wasting ini. Tubulus ginjal pasien GGK karena nefropati obstruktif
ditemukan kurang responsive terhadap aldosterone endogen5.
- Kalium
Keseimbangan kalium relatif dapat dipertahankan pada LFG di atas 10
ml/menit/1,73m2. Homeostasis kalium pada pasien GGK dipertahankan dengan
meningkatkan ekskresi renal dan ekstrarenal. Ekskresi renal dicapai dengan
meningkatkan ekskresi fraksional (oleh proses sekresi tubulus ginjal) pada nefron
yang masih berfungsi. Sedangkan ekskresi ekstrarenal terutama melalui feses yaitu
sebanyak 75% (pada orang normal 20%). Walaupun demikian keadaan hiperkalemia
tetap merupakan ancaman bagi pasien GGK, karena mungkin saja mereka mendapat
3
kalium dalam jumlah besar tiba-tiba misalnya dari makanan, transfusi darah, keadaan
sepsis, ataupun asidosis4,5.
Pada pasien GGK selain hiperkalemia dapat terjadi hipokalemia. Keadaan
hipokalemia biasanya terjadi akibat pemakaian diuretik seperti hidroklortiazid,
furosemid atau bisa juga akibat pemberian diet rendah kalium. Gejalanya adalah
penurunan atau hilangnya refleks otot yang akan sangat berbahaya bila mengenai
otot-otot interkostal karena dapat menyebabkan henti napas (respiratory arrest)4,5.
- Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik biasanya ditemukan pada pasien GGK dengan LFG <25%
dari normal, ditandai dengan penurunan kadar bikarbonat plasma (tCO 2 12-15
mEq/L) dan peningkatan senjang anion. Asidosis metabolik terjadi akibat
ketidakmampuan pengeluaran ion hidrogen atau asam endogen yang dibentuk karena
insufisiensi sintesis amonium pada segmen nefron distal. Meningkatnya senjang
anion terjadi akibat retensi anion seperti sulfat, fosfat, urat, dan hipurat dalam plasma
(pada ginjal normal anion ini diekskresi oleh filtrasi glomerulus). Juga ada bukti yang
menunjukkan bahwa kebocoran bikarbonat ginjal berperan dalam menimbulkan
asidosis ini, seperti pada sindrom Fanconi, asidosis tubular ginjal tipe IV, dan
hiperparatiroidisme sekunder4,5.
Asidosis pada GGK dini (LFG 30-50% normal) lebih sering berupa tipe dengan
senjang anion normal (hiperkloremik) dan sebaliknya pada GGK yang berat (LFG
<20ml/menit/1,73m2) biasanya berupa senjang anion yang besar. Selain terlibat dalam
patogenesis terjadinya gangguan pertumbuhan dan memperburuk hiperkalemia yang
telah ada, asidosis juga menimbulkan keadaan katabolik pada pasien GGK.
Manifestasi klinis asidosis adalah takipneu, hiperpneu, dan perburukan hiperkalemia
dan mungkin gangguan pertumbuhan4,5.
- Gangguan keseimbangan cairan
GGK dihubungkan dengan gangguan dalam pemeketan urin. Pada keadaan
restriksi cairan, orang normal mampu memekatkan urin sampai 1.500 mosmol/L,
sedangkan pasien GGK biasanya tidak mampu memekatkan urin di atas 300
mosmol/L. Berat jenis dan osmolalitas urin seringkali mirip dengan plasma. Hal ini
4
disebabkan karena dengan bertambahnya nefron yang rusak, beban osmotik ekskresi
yang ditanggung oleh nefron yang tersisa semakin bertambah. Dengan demikian
mengakibatkan reabsorbsi air oleh tubulus berkurang dan menyebabkan berat jenis
urin mirip dengan plasma (300 mosmol/L dan berat jenis 1,010, disebut isostenuria).
Isostenuria yang resisten terhadap pemberian pitresin dari luar pada GGK,
menunjukkan adanya gangguan terhadap respons tubulus terhadap ADH yang juga
berperan dalam terjadinya isostenuria. Hal di atas sering terjadi pada GGK yang
disebabkan oleh uropati obstruktif, displasia ginjal, penyakit ginjal kistik dan
interstitial.
mencukupi atau dibatasi. Dehidrasi yang berulang dan syok akan memperburuk LFG.
Anak yang demikian dianjurkan untuk tidak dibatasi masukan cairannya dan segera
mencari pertolongan bila terserang gastroentritis. Pasien juga tidak dapat
mengencerkan urin secara maksimal dan tidak dapat membuang kelebihan cairan
tubuh secara tepat dan efektif sehingga dapat timbul masalah kelebihan cairan4.
- Anemia
Anemia normositer, normokromik merupakan komplikasi GGK yang biasa
ditemukan dan berhubungan dengan derajat GGK. Penyebab utama anemia pada
GGK adalah berkurangnya produksi eritropoietin, suatu hormon glikoprotein yang
diproduksi ginjal (90%) dan sisanya diproduksi di luar ginjal (hati dan sebagainya).
Kadar eritropoietin serum nyata menurun pada pasien GGK berat, tetapi korelasi ini
tidak jelas pada LFG >20ml/menit/1,73m2. Anemia pada pasien dapat dikoreksi
dengan pemberian eritropoietin rekombinan dan responsnya tergantung dari dosis
yang diberikan. Dengan terapi ini terlihat perbaikan pada toleransi latihan, fungsi
kognitif dan kualitas hidup keseluruhan. Mekanisme lain terjadinya anemia pada
GGK adalah pemendekan umur eritrosit menjadi 2/3 umur normal, toksisitas
aluminium karena pemakaian obat-obat pengikat fosfat yang mengandung
aluminium, iatrogenik karena kehilangan darah sewaktu dialisis dan pengambilan
contoh darah, serta terjadinya defisiensi asam folat pada pasien yang sedang
menjalani dialisis. Anemia yang terjadi karena toksisitas aluminium mempunyai
gambaran mikrositik, hipokromik yang mirip dengan defisiensi zat besi, tetapi
5
tumbuh
rekombinan
dapat
mempercepat
pertumbuhan
anak
tapi
badan yang rendah, yang membutuhkan asupan energi sampai 120% RDA. Untuk
mencapai EAR yang sesuai umur dan energi, sebagian besar anak dengan GGK
membutuhkan suplemen kalori dalam bentuk polimer glukosa atau emulsi lemak,
dimana pada bayi dan anak-anak kecil, diperlukan nutrisi tambahan melalui pipa
nasogastrik.
3. Untuk mencegah atau mengobati hiperparatiroidisme sekunder, kadar fosfat
plasma harus dipertahankan antara mean dan -2SD untuk umurnya, dengan cara
membatasi diet fosfat dan pemakaian kalsium karbonat sebagai pengikat fosfat.9
Sumber fosfat terbanyak adalah susu, keju dan yoghurt.
4. Pada binatang coba, diet rendah protein terbukti mampu menghambat laju
penurunan fungsi ginjal. Pada anak-anak, yang kebutuhan proteinnya lebih tinggi
untuk pertumbuhannya, restriksi protein ternyata tidak bermanfaat dalam
menghambat laju penurunan fungsi ginjal,10 dan bahkan akan mengakibatkan
gagal tumbuh.11 Anak-anak dengan GGK sebaiknya memperoleh asupan protein
minimum sesuai EAR for age (lihat tabel). Tetapi bila kadar urea darah anak tetap
diatas 120 mg/dl, barulah dilakukan restriksi protein secara bertahap sampai kadar
ureumny menurun. Restriksi protein tidak perlu diberlakukan bila protein telah
mencapai 6% dari kebutuhan total kalori. Beberapa penelitian mengenai
pemberian diet protein yang dicampur dengan asam amino essensial atau analog
ketoasidnya menunjukkan perbaikan keadaan umum, perbaikan pertumbuhan dan
fungsi ginjal, namun diet ini sangat kompleks, mahal, rasanya tidak enak, dan
belum ada penelitian yang membuktikan bahwa diet ini lebih unggul dibanding
kelompok kontrol dengan makanan yang kurang kompleks7,8.
- Hipertensi
Hipertensi dapat berasal dari penyakit ginjal primer, misalnya nefropati refluks,
penyakit ginjal polikistik autosomal resesif, atau karena GGK yang telah lanjut,
akibat retensi natrium dan air. Pengendalian tekanan darah pada GGK, bukan saja
untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi itu sendiri, melainkan
juga untuk mencegah progresivitas penurunan fungsi ginjal. Bila tidak ada circulatory
volume overload, sistolik dan diastolik dalam pemeriksaan berulang lebih dari 90
10
persentil untuk umur, perlu diberikan terapi antihipertensi untuk prevensi komplikasi
hipertensi dan menghambat laju GGK. Bila ada tanda-tanda circulatory volume
overload sebagai penyebab hipertensi, diberikan diuretik dari golongan furosemide
dengan dosis 1-3 mg/kg dan diet rendah garam8.
- Infeksi
Anak-anak dengan kelainan ginjal rentan mengalami infeksi saluran kemih
berulang. Bila menderita refluks vesiko-ureter perlu diberikan antibiotik dosis
rendah sebagai profilaksis7,8.
- Anemia
Anemia pada GGK adalah anemia normokromik normositer, karena produksi
eritropoietin yang tidak adekuat. Eritropoietin rekombinan (rHuEPO) telah dipakai
secara luas untuk mencegah anemia pada GGK. Disamping eritropoietin masih ada
faktor lain yang dapat mempermudah terjadinya anemia antara lain menurunnya daya
survival sel darah merah, inhibisi sumsum tulang terutama oleh PTH, kehilangan
darah
intestinal,
dan
paling
sering
defisiensi
besi
dan
folat.
mereka
menghadapi
stadium
gagal
ginjal
terminal9,10.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum anak masuk dalam stadium GGT:
1. Anak harus telah mendapatkan imunisasi lengkap sebelum dilakukan transplantasi,
setidak-tidaknya 3 bulan sebelum dimulainya TPG.
2. Anak-anak dengan GGK yang mengalami disfungsi buli-buli, misalnya buli-buli
neurogenik, atau katup uretra posterior harus diatasi terlebih dahulu sebelum
transplantasi dilakukan.
3. Anak-anak yang membutuhkan dialisis sebelum transplantasi, tetapi tidak sesuai
untuk dialisis peritoneal, hendaknya dibuatkan fistula arteri-vena untuk akses
hemodialisis9,10.
- Terapi Pengganti Ginjal
Tujuan terapi Gagal Ginjal Terminal pada anak-anak tidak hanya untuk
memperpanjang hidup anak, namun juga untuk meningkatkan kualitas hidup secara
keseluruhan, dengan tujuan utama adalah kehidupan masa dewasa yang lebih baik.
Transplantasi ginjal yang berhasil merupakan terapi pilihan untuk semua anak dengan
gagal ginjal terminal. Transplantasi ginjal dapat dilakukan dengan donor ginjal yang
berasal dari keluarga hidup atau jenazah1,2.
Dialisis merupakan pelengkap dari transplantasi yang diperlukan pada saat
sebelum atau antara transplantasi, dan bukanlah merupakan pilihan alternatif dari
transplantasi. Ada 2 pilihan dasar yaitu hemodialisis atau dialisis peritoneal. Tetapi
pilihan tidak selalu dapat dilakukan, bila misalnya terdapat kesulitan untuk
memperoleh akses fistula A-V, maka pilihan hanyalah dialisis peritoneal, atau
misalnya adanya adhesi intra-abdominal, maka dialisis peritoneal tidak bisa dipilih,
kecuali hemodialisis7,9.
Seorang anak dipersiapkan untuk dilakukan transplantasi apabila laju filtrasi
12
mendapat ginjal dari donor hidup,12 sedangkan di Amerika Utara donor hidup
mencapai 50% dari seluruh donor yang diterima anak-anak yang berusia kurang dari
21 tahun pada tahun 1987-200010.
Angka kelangsungan hidup anak-anak dengan gagal ginjal kronik saat ini
semakin baik. Dari 1070 anak yang berumur kurang dari 18 tahun saat menerima
ginjal donor jenazah di Inggris dan Irandia dalam periode 10 tahun (1986-1995): 91
(9%) meninggal dengan penyebab kematian: 19% oleh karena infeksi, 4.5%
lymphoid malignant disease, 4.5% uremia karena graft failure.13 Sedangkan data dari
Amerika Utara melaporkan angka kelangsungan hidup 5 tahun setelah transplantasi
donor hidup berkisar antara 80.8% pada anak-anak yang berusia kurang dari 1 tahun
saat ditransplantasi, sampai 97.4% pada anak-anak yang berusia antara 6-10 tahun. 1,2
,10.
Sebagai penutup ingin kami tekankan bahwa terapi GGK adalah seumur hidup,
meskipun telah dilakukan transpantasi ginjal. Tetapi masa depan mereka tidaklah
seburuk seperti yang dibayangkan, banyak diantara mereka sekarang telah berhasil
dalam profesi dan kehidupan keluarga.
BAB IV
KESIMPULAN
Penderita ini mengalami gagal ginjal kronik derajat 4-5 (gagal ginjal terminal)
dikarenakan kerusakan ginjal yang terjadi sudah lebih dari 3 bulan saat ini dengan
14
eksaserbasi akut dengan tanda sindrom uremik, anemia, dan hipervolemia sehingga
pasien ini membutuhkan penanganan dialisa segera yang dilanjutkan dengan dialisis
kronik, sambil menunggu kemungkinan untuk dilakukan transplantasi ginjal.
Prognosis pasien ini meragukan, karena fungsi kedua ginjal (LFG total) sudah
menurun progresif mencapai 10,6 mL/menit, namun terdapat jaminan untuk
pembiayaan menjalani hemodialisa jangka panjang ataupun kemungkinan tindakan
transplantasi ginjal melalui ASKES.
15