Anda di halaman 1dari 2

Terkonsolidasinya Kelompok Kiri, Sebuah Ancaman?

on 30 Nov 2013 at 10:06 WIB


Share
Comment (0)
Citizen6, Jakarta: Pasca momentum peringatan peristiwa G30SPKl, kegiatan kelompo
k kiri atau kelompok anti status quo terus mewarnai perkembangan situasi politik
dan sosial di dalam negeri. Dalam kaitan ini, sejumlah elemen gerakan kiri sepe
rti Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (Pembebasan) dan Komite
Rakyat Bersatu (KRB) mendukung gerakan aksi mogok nasional buruh pada akhir bul
an Oktober 2013.
Sementara itu, kelompok kiri yang bergerak di bidang kemahasiswaan, pemuda, dan
buruh yang bergabung dengan elemen gerakan lain dalam satu wadah lndonesian Peop
le's Alliance (lPA) melakukan aksi menolak pelaksanaan event KTT APEC 2013 di Ba
li. Dengan alasan bahwa pertemuan tersebut hanya dijadikan legitimasi oleh pemer
intah untuk menggadaikan dan menjual negeri demi kepentingan asing. Direncanakan
aksi penolakan dari IPA tersebut akan berlanjut hingga pelaksanaan KTM WTO Ke-9
pada Desember 2013 di Bali.
Sedangkan, kelompok kiri yang menjadi korban Orde Baru ataupun mereka yang "ditu
duh" pernah terlibat PKI juga terus berkonsolidasi, dimana mereka mengubah nama
organisasinya, dan sekarang ini masih terfokus pada pembenahan internal, di anta
ranya penyempurnaan AD/ART. Sedangkan untuk memperkuat organisasi, mereka mengun
dang para tokoh atau aktivis kiri senior berinisial "TSL" yang merupakan mantan
organisasi rakyat yang didirikan PKI yaitu Pemuda Rakyat'65 Pekalongan yang nota
bene merupakan kader dari mendiang tokoh PKI, Sudisman dan "TST" yang tercatat
sebagai simpatisan atau donatur. Yang bersangkutan juga bekas anggota MAHID '65
serta mantan CGMI untuk memberikan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman terhad
ap jajaran pengurus, sehingga ke depan diharapkan organisasi mereka dapat tampil
menjadi koordinator dari organisasi-organisasi yang berfaham kiri, yang terkons
olidasi di segala lini kehidupan masyarakat.
Kaderisasi dan Dukungan Asing
Selain melakukan konsolidasi dan pembenahan internal organisasi, para aktivis at
au tokoh senior yang tergabung dalam beragam kelompok kiri di Indonesia juga ter
us menerus secara intens melakukan kaderisasi dan memberikan pendidikan politik
bagi generasi muda kiri, untuk memelihara dan meningkatkan militansi mereka. Hal
ini terbukti dalam penyelenggarakan pendidikan politik bagi calon anggotanya ke
lompok kiri di awal Oktober 2013, di rumah salah satu sekretaris jenderal organi
sasi tersebut di Kota Surabaya.
Tidak hanya itu saja, mereka juga melakukan upaya penyatuan faksi-faksi dalam tu
buh gerakan kiri di Indonesia yang dilaksanakan di Jakarta ataupun Pati, Jawa Te
ngah pada pertengahan Oktober sampai minggu keempat Oktober 2013 dengan dengan m
elibatkan para tokoh PKI atau gerakan kiri yang masih hidup. Seperti SU, BR yang
juga tercatat sebagai warga negara Jerman, SD yang juga mantan Tapol '65, serta
diikuti oleh kalangan cucu-cucu mereka.
Konon, rumors yang beredar di kalangan kelompok gerakan kiri adalah upaya penyat
uan tersebut muncul dari desakan para tokoh partai di sejumlah daerah yang sanga
t merindukan kembali kebangkitan partai. Untuk mencapainya hanya satu cara yang
harus dilakukan yaitu membangun kembali partai dengan cara membentuk satu wadah
yang memiliki otoritas besar untuk dapat menyatukan gerak dan langkah seluruh to
koh dan kader partai serta tetap menggunakan nama PKl.

Menyadari setiap perjuangan selain memerlukan dukungan moral dan juga keuangan a
tau finansial, maka kelompok gerakan kiri juga tidak kesulitan dalam mendapatkan
dukungan moral maupun finansial dari aktivis kiri yang tinggal di luar negeri.
Seperti yang mereka peroleh dari organisasi bernama "SI" yang bermarkas di Peran
cis yang memberikan bantuan modal kepada mantan Tapol/Napol tahun 1965, serta me
ndukung atau mensponsori setiap kegiatan pertemuan dengan para aktivis/tokoh kir
i di berbagai daerah di Solo, Klaten, Kendal, Wonogiri, Pacitan, Magetan, dan Ma
lang.
Salah satu tokoh mereka dalam berbagai pertemuan selalu mengatakan, saat ini dip
erlukan sebuah kekuatan bersama yang melibatkan generasi muda dan tokoh tua untu
k membangun kembali struktur organisasi partai yang telah hancur pasca peristiwa
1965. Meskipun rencana pertemuan generasi muda kiri di Yogyakarta pada 27 Oktob
er 2013 telah dibubarkan paksa oleh Front Anti Komunis lndonesia (FAKI).
Kelompok kiri yang dikoordinir oleh tokohnya bernama "STM" yang pernah tinggal d
i Inggris, namun sekarang tinggal di Surabaya ini, juga akan akan melakukan pemu
taran film Ihe Act Of Killing di SLTA, kampus, dan berbagai daerah di lndonesia
sebagai upaya propaganda untuk mengaburkan sejarah PKI dan membentuk opini para
generasi muda bahwa PKI telah didzalimi.
Strategi propaganda untuk merekonstruksi peristiwa G3OS/PKI juga sudah dilakukan
melalui diskusi "Bedah Persepsi Anti PKI:Gugat TAP MPRS 2511966, Pelarangan PK|
/Marxisme Leninisme lnkonstitusional". Kesimpulan diskusi tersebut menurut penul
is adalah panitia diskusi berupaya menciptakan image bahwa PKI tidak terlibat ku
deta, karena sebenarnya seluruh peristiwa yang terjadi pada tahun 65 merupakan r
ekayasa kubu Soeharto untuk menggulingkan Soekarno.
Dalam perspektif intelijen strategis, terkonsolidasinya gerakan kiri di Indonesi
a sudah berpotensi menimbulkan ancaman, walaupun dalam kadar ancaman yang bersif
at "minor", karena kegiatan mereka belum berpengaruh secara signifikan terhadap
perkembangan situasi dan kondisi nasional. Meskipun demikian, penulis menggarisb
awahi bahwa adanya konsistensi perjuangan kelompok kiri melalui beragam kegiatan
dan modus operandi perlu diwaspadai oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia y
ang tidak menginginkan kebangkitan ajaran ideologi komunis di Indonesia. Karena
tugas ini tidak semata-mata tugas dari aparat pemerintah saja, melainkan tugas s
eluruh rakyat Indonesia. (Datuak Alat Tjumano/mar)
Datuak Alat Tjumano, peneliti senior di Forum Dialog (Fordial) dan pewarta warga
.

Anda mungkin juga menyukai