Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA UTERINE GROWTH RESTRICTION


Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu
Profesi Ners Departemen Pediatrik di R.Edelweis
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

OLEH:
Anissa Karomatul Baroroh

105070201131017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

A. DEFINISI
Menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang
terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat
standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
IUGR (intrauterine growth restriction) adalah gangguan pertumbuhan
pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi semua parameter (lingkar
kepala, berat badan, panjang badan), yang beratnya dibawah 10 persentil
untuk

usia

gestasionalnya.

Bayi-bayi

antara

persentil

10

dan

90

diklasifikasikan sebagai kelompok dengan berat sesuai usia gestasional.


(Wikjosastro, 2005)
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction
adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan
janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari
usia kehamilannya.
Menurut Gordon(2005), pertumbuhan janin terhambat (Intrauterine
growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran
lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang
pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK
(small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran
berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 %
dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT
pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir
cukup bulan (aterm, >37 minggu). Bila berada di bawah presentil ke-7 maka
disebut small for gestational age (SGA), di mana bayi mempunyai berat
badan kecil yang tidak menimbulkan kematian perinatal.

Gambar 1. Bayi dengan IUGR (kiri)


dan bayi dengan pertumbuhan
normal sesuai usia gestasi

Gambar 2. Pelbagai tipe IUGR (ACC/SCN, 2000).


Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7
2. Tidak adanya proses patologis.
Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:
1. Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita
distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi bermingguminggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,

panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.
2. Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat distress
subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala
normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi
tampak waste dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah
kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan
lebih panjang.
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat
dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badanpun mengalami
perubahan, misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru
dan ginjal bertambah sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan
thimus berkurang dibandingkan bayi prematur dengan berat yang sama.
Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa gestasinya.

B. PERTUMBUHAN NORMAL INTRAUTERIN


Pada masa kehamilan janin mengalami pertumbuhan tiga tahap di
dalam kandungan, yaitu:
1. Hiperplasia, yaitu: Pada 4-20 minggu kehamilan terjadi mitosis yang
sangat cepat dan peningkatan jumlah DNA.
2. Hiperplasia dan hipertrofi, yaitu: Pada 20-28 minggu aktifitas mitosis
menurun, tetapi peningkatan ukuran sel bertambah.
3. Hipertrofi, yaitu: Pada 28-40 minggu pertumbuhan sel menjadi maksimal
terutama pada minggu ke 33, penambahan jumlah lemak, otot dan
jaringan ikat tubuh.

C. PERKEMBANGAN PJT INTRAUTERIN


Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh
kondisi diet rendah nutrisi terutama protein

1.

Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan


Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas
dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa
kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat
pertumbuhan

dan

perkembangan.

Kekurangan

nutrisi

pada awal

kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris.


Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi
hiperglikemia pada kehamilan lanjut
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan
plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta
sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3.

Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan


Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi
interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan
tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi
perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang
diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses
perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.

D. KLASIFIKASI
Antara PJT dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena definisi
keduanya

hampir

mirip.

Tetapi

pada

SGA tidak terjadi

gangguan

pertumbuhan, bayi hanya mempunyai ukuran tubuh yang kecil. Sedangkan


pada IUGR terjadi suatu proses patologis sehingga berat badan janin
tersebut kecil untuk masa kehamilannya.
Berdasarkan gejala klinis dan USG janin kecil dibedakan atas:
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa
kehamilannya. Mempunyai ponderal index dan jaringan lemak yang
normal.

Ponderal index = BB(gram) x 100


PB(cm)
2. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah
yang disebut true fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala,
perut, dan panjang lengan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana
total jumlah sel kurang, ini biasanya disebabkan oleh gangguan
kromosom atau infeksi kongenital misalnya TORCH. Proses
patologis berada di organ dalam sampai kepala.
b. Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana
jumlah total sel normal tetapi ukurannya lebih kecil. Biasanya
gangguan ini disebabkan oleh faktor maternal atau faktor
plasenta.

Asimetris
Simetris
Semua bagian tubuh kecil
Ponderal index normal
Perbandingan kepala, perut
panjang tangan normal
Etiologi: faktor genetik dan infeksi
Jumlah sel-lebih kecil

Kepala lebih besar dari perut


Meningkat
dan Meningkat
Insufisiensi plasenta kronik
Normal

Ukuran sel normal


Kecil
Bayi dengan komplikasi prognosisnya Biasanya

tanpa

buruk
prognosisnya
Tabel 1. Perbandingan IUGR Simetris dan Asimetris

komplikasi

baik

Gambar 3. Size comparison between an IUGR baby (left) and a normal


E. ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau
abnormalitas yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau
menyebabkan ukuran sel menurun. Hal tersebut mungkin terjadi ketika janin
tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena infeksi.
Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya kecil),
kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Maternal
a. Tekanan darah tinggi
b. Penyakit ginjal kronik
c. Diabetes Melitus
d. Penyakit jantung dan pernapasan
e. Malnutrisi dan anemia
f.

Infeksi

g. Pecandu alkohol dan obat tertentu


h. Perokok
2. Uterus dan Plasenta
a. Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
b. Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian sel
pada plasenta), korioangioma.
c. Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
d. Twin-to-twin transfusion syndrome

3. Janin
a. Janin kembar
b. Penyakit

infeksi

(Infeksi

bakteri,

virus,

protozoa

dapat

menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah


infeksi yang sering menyebabkan PJT).
c. Kelainan kongenital
d. Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau
triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan
dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta
polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma
Turner juga berkaitan dengan PJT) .
e. Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin).
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti
kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT.
Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan
simetris dan asimetris dibedakan menjadi:
1. Simetris: Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan
janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional.
Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom,
kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis,
Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat
pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok. Faktor-faktor
lainnya:
a. Pertambahan berat maternal yang jelek
b. Infeksi janin
c. Malformasi kongenital
d. Kelainan kromosom
e. Sindrom Dwarf
2. Asimetris: Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu
kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin
simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain,
lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali,
kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan,
lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang

mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang


terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan
darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan(8).
Faktor-faktor lainnya:
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri
3. Kombinasi Simetris dan Asimetris (Intermediate):
a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa
preparat antikonvulsan.
b. Malnutrisi berat
F. INSIDEN
Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar antara 2%-8%
pada bayi dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%.
Sedangkan angka kejadian untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah
janin dengan PJT.
Pada 1977, Campbell dan Thoms memperkenalkan ide pertumbuhan
simetrik dan pertumbuhan asimetrik. Janin yang kecil secara simetrik
diperkirakan mempunyai beberapa sebab awal yang global (seperti infeksi
virus, fetal alcohol syndrome). Janin yang kecil secara asimetrik diperkirakan
lebih kearah kecil yang sekunder karena pengaruh restriksi gizi dan
pertukaran gas. Dashe dkk mempelajari hal tersebut diantara 1364 bayi PJT
(20% pertumbuhan asimetris, 80% pertumbuhan simetris) dan 3873 bayi
dalam presentil 25-75 (cukup untuk usia kehamilan). Tabel memperlihatkan
daftar statistik yang signifikan pada kejadian dan hasil perinatal diantara
kelompok tersebut.
Kejadian

PJT

PJT

Sesuai usia

Asimetris

Simetris

gestasi

Anomalies
Morbiditas tidak serius
Induksi persalinan (<36

14%
86%
12%

4%
95%
8%

3%
95%
5%

wk)
Tekanan

7%

2%

1%

dalam kehamilan (<32 wk)


Intubasi dalam VK
Neonatal ICU
Respiratory
distress

6%
18%
9%

4%
9%
4%

3%
7%
3%

syndrome
Perdarahan

2%

<1%

<1%

saat

2%
36.6 mgg

1%
37.8 mgg

1%
37.1 mgg

<32

3.5 mgg
14%

2.9 mgg
6%

3.3 mgg
11%

darah

tinggi

intraventrikular
(grade III atau IV)
Kematian Neonatal
Usia
gestasi
persalinan
Kelahiran preterm
mgg
Tabel 2. Kejadian dan Hasil Perinatal

G. MANIFESTASI KLINIS
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat,
dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding
pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat
dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin
tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan
dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meski pada
sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa kehamilan bisa diakibatkan karena
faktor genetik (kedua orangtua kecil), kebanyakan kasus PJT atau Kecil
Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain. Beberapa
diantaranya sbb:
PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul
sangat dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit
ibu. Sementara, PJT yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya
berhubungan dengan problem lain. Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh
tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta tidak

cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini dapat
berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi
mengalami

kematian.

Bayi-bayi

yang

dilahirkan

dengan

PJT akan

mengalami keadaan berikut :


Penurunan level oksigenasi
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi
adaptasi bayi segera setelah lahir)
Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam
kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas
Hipoglikemi (kadar gula rendah)
Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)
H. MORBIDITAS DAN MORTALITAS
Pada kasus PJT bayi lahir dengan asphyxia, meconium aspiration,
hipoglikemi, hipotermi, polisitemi yang semua hal ini menyebabkan kelainan
neurologi baik pada bayi cukup bulan atau kurang bulan.
Resiko kematian pada kehamilan kurang bulan akibat PJT lebih tinggi
daripada kehamilan cukup bulan. Kematian terutama diakibatkan oleh infeksi
virus, kelainan kromosom, penyakit ibu, insufisiensi plasenta, atau akibat
faktor lingkungan dan sosial ekonomi.

I.

PATOFISIOLOGI
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas
dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa
kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal
kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang
simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada
kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan

Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta,


tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai
kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi
antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung
pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan
pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan
membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses
perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.

J. DIAGNOSIS
1. Faktor Ibu
Ibu

hamil

dengan

penyakit

hipertensi,

penyakit

ginjal,

kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda.


2. Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa
pada kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang
di letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila

pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga)


sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita
dapat

mencurigai

bahwa

janin

tersebut

mengalami

hambatan

pertumbuhan.
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel,
hidramnion, janin letak lintang.
3. USG Fetomaternal
Pada

USG

yang

diukur

adalah

diameter

biparietal

atau

cephalometry angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG


ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat kita sebut
sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat
mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak,
khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara
ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi
adanya asimetris PJT.
Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion,
oligohidramnion biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan
biasanya ini menunjukkan adanya penurunan aliran darah ke ginjal.(6)
Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan. Misalnya,
bagi ibu yang memiliki berta badan normal, kenaikannya sampai usia
kehamilan 9 bulan adalah antara 12,5 kg-18 kg, sedangkan bagi yang
tergolong kurus, kenaikan sebaiknya antara 16 kg-20 kg. Sementara, jika
Anda termasuk gemuk, maka pertambahannya antara 6 kg11,5 kg. Bagi
ibu hamil yang tergolong obesitas, maka kenaikan bobotnya sebaiknya
kurang dari 6 kg. Untuk memantau berat badan, terdapat parameter yang
disebut dengan indeks massa tubuh (IMT). Patokannya, bila :
IMT 20 24 = normal IMT 25 29 = kegemukan (overweight) IMT lebih
dari 30 = obesitas IMT kurang dari 18 = terlalu keras
Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama
kehamilan antara 12,5 kg-18 kg, dan seterusnya. Umumnya, kenaikan
pada trimester awal sekitar 1 kg/bulan. Sedangkan, pada trimester akhir
pertambahan bobot bisa sekitar 2 kg/bulan(9).
Berikut batasan pengukuran Ultrasonografi yang ditemukan pada PJT :

Diameter Biparietale. Memiliki variasi fisiologi yang sangat tinggi dengan


semakin bertambahnya usia kehamilan,sehingga bukan merupakan
penentu yang ideal. Hal ini disebabkan oleh lambatnya penurunan
pertumbuhan tulang tengkorak karena malnutrisi dan adanya berubah
bentuk tengkorak oleh kekuatan luar (oligohidramnion, presentasi
bokong). Campbell (1972) 4, mengenali dua pola teknik pemeriksaan.
Pada pola low-profile, pertumbuhan kepala terus rendah di sepanjang
kehamilan dan keadaan ini berkaitan dengan anomali kongenital,infeksi
serta abnormalitas kromosom, sedangkan pada pola late-flattening
ditandai dengan pertumbuhan kepala janin yang sebelumnya normal
diikuti dengan perlambatan pada trimester ketiga. Pola ini berkaitan
dengan faktor maternal dan plasental seperti hipertensi.
Rasio lingkar kepala terhadap lingkar abdomen. Normalnya lingkar
kepala lebih besar dari lingkar abdomen sampai kehamilan mencapai usia
kurang dari 32 minggu. Pada usia kehamilan antara 32 dan 36 minggu,
kedua sirkumferensia tersebut sama besarnya. Setelah usia 36 minggu,
sirkumferensia abdomen biasanya melampaui sirkuferensia kepala.
Lingkar perut (AC),diukur melewati hati. Merupakan parameter yang
paling baik dengan sensitivitas mencapai 82 % dan berguna secara klinik
untuk menggambarkan status nutrisi janin. Teknik ini dapat digunakan
untuk mendeteksi retardasi pertumbuhan janin, disamping itu dapat pula
di bedakan pola pertumbuhan yang simetris ataupun yang tidak simetris.
Perkiraan kualitatif terhadap volume cairan amnion. Dapat digunakan
untuk

mengenali

retardasi

pertumbuhan

janin.

Manning

dkk

mengemukakan bahwa kantong cairan yang ukurannya kurang dari 1 cm,


memiliki korelasi yang erat dengan retardasi pertumbuhan janin. Basticle
(1986) menegaskan bahwa oligohidroamnion merupakan tanda yang
mengkhawatirkan dan kalau keadaannya berat, sering menjadi indikasi
persalinan bayi.
Berat janin. Berbagai rumus yang berbeda

berdasarkan hasil

pengukuran diameter janin, sikumferensia dan daerah dari semua bagian


tubuh dapat digunakan untuk mengukur taksiran berat janin yang dapat
pula digunakan untuk mendeteksi adanya retardasi pertumbuhan.
Derajat plasenta. Plasenta derajat III berhubungan dengan hampir 60%
janin dengan

PJT. Derajat

plasenta ditentukan berdasarkan lempeng

korion. Derajat I memiliki lempeng korion yang halus, biasanya terdapat


pada kehamilan 30-32 minggu dan dapat bertahan hingga aterm. Derajat
II memiliki densitas berbentuk koma dan derajat III memiliki indentasi
lempeng korion.
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya
bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini
menandakan bahwa adanya PJT.
Profil biofisik menurut Manning :
Variebel biofisik*

Skor normal (skor =2)

Skor abnormal

Paling sedikit 1 gerakan

(skor=0)
Tidak terdapat gerakan

nafas dalam 30 detik

nafas lebih dari 30

Gerakan badan janin

Paling tidak 3 gerakan

detik
2 atau ebih sedikit

Tonus

badan janin yang jelas


Paling tidak 1 episode

geraka
Ekstensi perlahan

ekstensi aktif yang diikuti

diikuti fleksi sebagian

fleksi pada badan atau

atau gerakan tungkai

tungkai janin, termasuk

tanpa fleksi atau tidak

membuka tutup tangan


< 26 minggu, paling tidak

terdapat gerakan janin


Kurang dari 2 episode

2 akselerasi pada 10

akselerasi dan selama

denyut selama 10 detik

waktu yang telah

Gerakan nafas

Denyut jantung janin

26-36 minggu, paling

ditentukan

tidak 2 akselerasi pada


10 denyut selama 15
detik
> 36 minggu, paling tidak
2 akselerasi pada 20
denyut selama 20 detik
Volume cairan amnion

Paling tidak 1 kantung

Tidak terdapat kantung

cairan amnion dengan

cairan amnion

ukuran 2x2 cm
* semua parameter dinilai dalam 30 menit

berukuran 2x2 cm

Fungsi Dinamik Janin Plasenta


Skor
Reaktivitas DJJ
Akselerasi-stimulasi
Rasio SD A.Umbilikal
Gerak Napas-stimulasi
Indeks Cairan Amnion

2
2
2
<3
2
10

0
<2
<2
3
<2
< 10

Kurangi 2 nilai pada PJT dan Deselerasi


Apabila hasil Fungsi Dinamik Janin-Plasenta sebagai berikut :

< 5 Seksio Sesaria


5 Usia gestasi < 35 minggu ulangi FDJP dalam 2 minggu dan
bila usia gestasi 35 terminasi kehamilan.
5. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi diabetes mellitus

Screening penyakit infeksi, waspada infeksi TORCH, Syphilis

Pengukuran kadar enzim transaminase, waspada Hepatitis B dan


C

K. DIAGNOSIS BANDING
Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang
tubuhnya kecil secara khas akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula. Jika
wanita itu memulai kehamilannya dengan berat badan kurang dari 100 pound
(<50 kg). Resiko melahirkan bayi yang kecil menurut usia gestasionalnya akan
meningkat paling tidak dengan sebanyak dua kali lipat (Eastman dan
Jackson,1986; Simpson dkk.,1975). Pada wanita yang kecil dengan ukuran
panggul yang kecil, kelahiran bayi yang kecil dengan berat lahir yang secara
genetik dibawah berat lahir rata-rata untuk masyarakat umum, tidak selalu
merupakan kejadian yang tidak dikehendaki.
KOMPLIKASI PJT
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat
menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini
disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak
lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani
kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak

bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi
untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:

Asfiksia

Hipoglikemi

Aspirasi mekonium

DIC

Hipotermi

Perdarahan pada paru

Polisitemia

Hiperviskositas sindrom

Gangguan gastrointestinal

b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari
lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai
sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan
intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan
oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.
2. Ibu

Preeklampsi

Penyakit jantung

Malnutrisi

L. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasienpasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil.
Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin
yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat

untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan


di bawah kondisi optimal.
Untuk

mengenali

pasien-pasien

dengan

resiko

tinggi

untuk

mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti


hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil
pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada
USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia
gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada
pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan
janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung
janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT ditujukan karena tidak ada terapi
yang paling efektif sejauh ini, yaitu untuk melahirkan bayi yang sudah cukup
usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1. Pada PJT pada saat dekat waktu melahirkan, yang

harus dilakukan

adalah segera dilahirkan


2. Pada PJT jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari
pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan
pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan
kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas
fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring
dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300
kal

perhari,

Ibu

dianjurkan

untuk

berhenti

merokok

dan

mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil


dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di
rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah
sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat
pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG
setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya
dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila
penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi

harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan


narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan
untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar
dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif
neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat
pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan
3. Kondisi bayi.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal
(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium
(terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang).
Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan,
dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up pertumbuhan
setelah dilahirkan.

PERAWATAN DAN PENATALAKSANAAN PERTUMBUHAN JANIN


TERHAMBAT PADA KEHAMILAN TRIMESTER KETIGA

Terminasi

Penatalaksanaan pada Pertumbuhan janin terhambata pada trimester


akhir, harus ditentukan apakah ada anomali pada janin atau janin memiliki
kondisi fisiologi yang buruk. Penentuan waktu persalinan sangat penting, sering
kali harus dipertimbangkan antara risiko kematian janin atau terjadinya
persalinan prematur.
Beberapa terapi yang dapat dilakukan sebelum persalinan:
1.

Istirahat
Mungkin merupakan satu-satunya terapi yang paling sering direkomendasikan.
Secara teori istirahat akan menurunkan aliran darah ke perifer dan
meningkatkan aliran darah ke sirkulasi uteroplasenta, yang diduga dapat
memperbaiki pertumbuhan janin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Laurin
Dkk, menunjukkan bahwa rawat inap di rumah sakit tidak bermanfaat, tidak
terdapat perbedaan berat badan lahir antara pasien yang dirawat inap dengan
rawat jalan.

2. Suplementasi Nutrisi Ibu

Pada suatu penelitian ditemukan bahwa kurangnya nutrisi ibu memilki


sedikit efek pada berat lahir. Kekurangan kalori yang berat hingga lebih kecil
1500 kalori per hari dihubungkan dengan penurunan berat bayi lahir rata-rata
hampir 300 gram. Terdapat data yang menunjukkan bahwa suplementasi
nutrisi dalam bentuk asupan kalori oral dan atau suplemen protein memilki
sedikit efek dalam meningkatkan berat badan lahir.
Defisiensi beberapa logam pada asupan makanan ibu juga dihubungkan
dengan PJT. Walles Dkk. membuktikan bahwa kadar seng pada leukosit
perifer, yang merupakan indikator sensitif keadaan seng jaringan, menurun
pada ibu dengan janin dengan PJT.
Asam eikosapentanoid yang terdapat pada minyak ikan, diduga dapat
meningkatkan berat lahir dan dapat digunakan dalam pencegahan dan terapi
PJT. Asam ini bekerja secara kompetisi dengan asam arakhidonat yang
merupakan substrat dari enzim siklooksigenase. Zat vasoaktif, tromboksan
A2 (TxA2) dan prostasiklin I2 (PGI2) telah diteliti sebagai mediator yang
dapat menurunkan aliran uteroplasenta pada PJT idiopatik. Prostasiklin
merupakan vasodilator, dan tromboksan merupakan vasokonstriktor yang
kuat. Keseimbangan antara dua zat ini menghasilkan tonus vaskuler pada
uteroplasenta. Konsumsi minyak ikan diduga menghasilkan penurunan
sintesis tromboksan dan meningkatkan konsentrasi prostasiklin. Perubahan
rasio ini akan menghasilkan vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan
aliran darah utreroplasenta dan meningkatkan berat lahir, sehingga berguna
dalam pencegahan dan terapi PJT.
3. Terapi Farmakologi
Aspirin dan Dipiridamol
Aspirin atau asam asetilsalisilat, menghambat enzim siklooksigenase
secara

ireversibel. Pemberian aspirin dosis rendah 1-2 mg/kg/hari

menghambat aktifitas siklooksigenase dan menghasilkan penurunan sintesis


tromboksan. Pemberian aspirin dosis rendah berkaitan dengan peningkatan
berat lahir rata-rata sebesar 516 gram. Juga ditemukan peningkatan yang
bermakna pada berat plasenta.
Dipiridamol,

merupakan

inhibitor

enzim

fosfodiesterase,

dapat

menghambat penghancuran cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Ini


akan meningkatkan konsentrasi cAMP yang dapat menyebabkan trombosit

lebih sensitif terhadap efek prostasiklin dan juga merangsang sintesis


prostasiklin yang menghasilkan vasodilatasi.
Beta mimetik
Obat ini memilki berbagai efek pada aliran daerah uteroplasenta. Salah
satunya adalah merangsang adenilat siklase miometrium yang menyebabkan
relaksasi uterus. Relaksasi ini akan menurunkan resistensi aliran darah
uterus dan meningkatkan perfusi. Efek vasodilatasi langsung pada arteri
uterina juga meningkatkan perfusi uterus. Secara teori hal ini bermanfaat
pada pengobatan PJT.
M. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun
juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk
mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu
hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi;
tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi
stress;

berolahraga

teratur;

serta

istirahat

dan

tidur

yang

cukup.

Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik
dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan
tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus
baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk
setiap ibu hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah
seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep
dokter kandungan.
4. Olah raga teratur
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu
memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba

6. Periksakan kehamilan secara rutin


Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar
kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT,
dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan
pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu.
Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2
minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai
dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan,
semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan
harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
N. PROGNOSIS
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir
mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka
panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat
muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor
kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara
hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan
(prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT.
Perkiraan saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada negara
sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol 1 kali selama kehamilan
pada tenaga kesehatan, baik bidan maupun dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Alkalay A, 2008. IUGR. http://pdfcontact.com/ebook/pengertian_iugr.html


Bianchi D.W, Crombleholme T.M, DAlton M.E. Intrauterine Growth Restriction. In:
Fetology, Diagnosis and Management of the Fetal Patient. United States of
America: McGrow-Hill Co, Inc, 2000: 929-34
Chatelain F, 2010. Children Born With IUGR.
http//www.sav.sk/journals/endo/full/er0100f.pdf.
Cunninghan FG, Gant NF, Leveno KJ, et al, 2005. Obstetri Williams Vol 1/Edisi
21. EGC. Jakarta.
Harper T, 2008. Fetal Growth Restriction. http://www.emedicine.com.
JamesWD, 2009. IUGR.http://freedownloadbooks.net/-IUGR-pdf.html
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Dalam http://www.klikdokter.com. Diakses
tanggal 25 September 2011
Rockville P and Bethesda, 2010. IUGR.
http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/26/intra-uterine-growth-retardationiugr/
Sasongko W, 2009. Pertumbuhan Janin Terhambat. http://www.botefilia.com.
Sharoon C, 2010. Intrauterine Growth Restriction.
http//www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/pdf/iugr.pdfWikjosastro H, 2005. Ilmu Kandungan Edisi ke2 Cetakan ke4. YBB-SP. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai