Anda di halaman 1dari 71

BAB II

HASIL PELAKSANAAN PRAKTIK

2.1 Kegiatan Umum (Manajemen Pelaksanaan)


2.1.1 Data Informasi Proyek
Praktik Industri dilaksanakan pada Proyek Relokasi Jalan Tol SurabayaGempol ruas Porong-Gempol Paket 3B Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek


Berikut ini beberapa informasi mengenai Proyek Relokasi Jalan Tol ruas
Porong-Gempol Paket 3B :
(1) Nama Proyek
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

: Relokasi Jalan Tol Ruas Porong-Gempol,


Paket 3B
Lokasi
: Porong-Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur
Sta. 42+650 44+386.5 = 1736,5 Meter
No. dan Tanggal Kontrak
: 85/KONTRAK-DIR/2012 Tgl. : 12/12/2012
No. dan Tanggal Addendum 01 : 01
Tgl. : 12/04/2013
Pemilik Proyek
: PT. Jasa Marga (Persero) Tbk
Konsultan MK
: PT. Eskapindo Matra
Kontraktor
: PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
Nilai Kontrak :
(a) Nilai Pekerjaan
: Rp. 225.674.419.091
(b) PPN
: Rp. 22.567.441.909 +
(c) Total
: Rp. 248.241.861.000

(9) Jenis Kontrak


(10)
(a) Uang Muka
(b) Pembayaran Selanjutnya
(11)

: Unit Price
Sistem Pembayaran :
: 10% Pengembalian 15% setiap Termin
(lunas saat progres 80%)
: Termin bulanan
Waktu Pelaksanaan : 420 Hari kalender

(07 Januari s.d 02 Maret


(12)
(13)
(14)
(a)
(b)
(c)
(d)
(15)
(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

2014)
Masa Pemeliharaan : 365 Hari kalender
Masa Performa : 730 Hari kalender
Jaminan :
Jaminan Uang Muka
: 10%
Jaminan Pelaksanaan
: 5%
Jaminan Pemeliharaan
: 5%
Jaminan Performa
: 5%
Kontruksi :
Main Road
: 2 x 2 lajur (konstruksi Rigid Pavement, t=29 cm)
On Ramp
: 2 lajur (konstruksi Rigid Pavement, t=29 cm)
Off Ramp
: 2 lajur (konstruksi Rigid Pavement, t=29 cm)
Konstruksi bawah : Timbunan borrow material dengan Soil
Improvement (PVD dan PHD)
Fly Over Gempol : Melintasi Rel Kereta Api, Jl. Raya GempolPasuruan, Jalan desa dan Sungai (2 bh)
Panjang F.O.
: 2 x 420 m = (4 x 2 Span)
Konstruksi bawah : 752 Titik, tiang pancang beton 60 cm
Konstruksi atas
: 150 Bh, PC-1 Girder, span = 22,5 m ~ L = 45 m
Jembatan Kali Mati-1: Melintasi sungai Kali Mati
Panjang Jembatan : 4 x 64 m = (4 x 2 Span)
Konstruksi bawah : 278 Titik, tiang pancang beton 60 cm
Konstruksi atas
: 44 Bh, PC-1 Girder, span = 30 m
Jembatan Kali Mati-2: Melintasi sungai Kali Mati
Panjang Jembatan : 4 x 64 = (4 x 2 Span)
Konstruksi bawah : 274 Titik, tiang pancang beton 60 cm
Konstruksi atas
: 44 Bh, PC-1 Girder, span = 30 m
Bangunan Lainnya :
Kantor
Plaza Tol/Gerbang Tol 2 lokasi (On Ramp dan Off Ramp)
Pedestrian Bridge (2 span, = 21 m dan 36 m)

Gambar 2.2 Denah Konstruksi Proyek

2.1.2 Struktur Organisasi Proyek


Pekerjaan konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu
kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Menilik dalam
rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya
proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan, sehingga proyek tersebut
berjalan sesuai dengan yang ditargetkan maka diperlukan suatu manajemen yang
baik.
Manajemen yang baik dapat diperoleh dengan menggunakan suatu sistem
organisasi proyek sehingga efisiensi waktu, efektifitas tenaga kerja, dan
keekonomian biaya dapat tercapai.
Kerjasama antar pihak-pihak yang terlibat harus terjalin dengan baik, agar
pelaksanaan proyek berjalan sesuai rencana. Masing-masing pihak harus
mengetahui hak, kewajiban serta tanggung jawab masing-masing. Unsur-unsur
yang terdapat dalam sebuah proyek adalah :

Owner :
PT. Jasa Marga (Persero) Tbk

Kontraktor :
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk

Konsultan Pengawas :
PT. Eskapindo Matra

Keterangan :
: garis komando
: garis koordinasi
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Proyek
Berdasarkan struktur organisasi diatas, maka dapat diuraikan tugas dari
masing-masing komponen sebagai berikut:
(1) Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik Proyek atau Pengguna Jasa adalah orang/badan yang memiliki


proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan
kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut.
Berlaku sebagai pemilik proyek ini adalah PT. Jasa Marga (Persero)
Tbk. Tugas dan fungsi pemilik proyek adalah sebagai berikut :
(a) Menunjuk Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas.
(b) Menunjuk Kontraktor pelaksana.
(c) Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh penyedia jasa.
(d) Menerima dan mengomentari laporan dari kontraktor melalui Konsultan
Pengawas.
(e) Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
(f) Menyediakan site/lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
(g) Mengurus dan membiayai perizinan.
(h) Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
(i) Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
(j) Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan bila terjadi perubahan.
7

(k) Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan


oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.
(l) Menerima laporan akhir/menutup proyek.
Wewenang pemberi tugas adalah :
(a) Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing
kontraktor.
(b)Pemberi tugas dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan
cara memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi
hal-hal diluar kontrak yang telah ditetapkan.
(2) Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap dalam semua bidang seperti melakukan desain
struktur, membuat gambar struktur lengkap dengan dimensi dan gambargambar pelengkap lainnya.
Konsultan

perencana

dapat

berupa

perseorangan/perseorangan

berbadan hukum/badan hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan


pekerjaan bangunan. Konsultan perencana dalam proyek ini adalah PT.
Eskapindo Matra. Adapun hak dan kewajiban konsultan perencana adalah :
(a)

Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar


rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana

(b)

anggaran biaya.
Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa

(c)

dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.


Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang
hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan

(d)
(e)
(f)
(g)

syarat-syarat.
Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
Melaksanakan kunjungan berkala ke proyek.
Menerima pembayaran (fee).

(3) Konsultan Pengawas


Konsultan Pengawas bertujuan untuk mengawasi teknik pelaksanaan,
waktu, biaya dan mutu agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan
8

perjanjian/spesifikasi

yang

telah

direncanakan/disepakati.

Konsultan

Pengawas (MK) biasanya dipilih oleh owner untuk mengawasi kegiatan yang
dilakukan atau dilaksanakan oleh kontraktor agar segala pekerjaan yang telah
dilaksanakan kontraktor sesuai dengan rencana kerja dan mutu sesuai dengan
dokumen kontrak.
Pemilihan

tim

pengawas

didasarkan

pada

akreditasi

dan

pengalamannya, dengan berkewajiban memberikan laporan harian, mingguan


dan bulanan tentang perkembangan pelaksanaan proyek kepada owner dan
project manager. Konsultan Pengawas (MK) dalam proyek ini adalah PT.
Eskapindo Matra yang juga merangkap sebagai Konsultan Perencana. Adapun
hak dan kewajiban Konsultan Perencana adalah :
(a) Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan.
(b) Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan, seperti:

Mengawasi proyek

Mengawasi kualitas dan kuantitas konstruksi.

Mengawasi keadaan

(c) Mengoordinasi dan mengendalikan kegiatan kontruksi serta aliran


informasi antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan
lancar.
(d) Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan kesalahan.
(e) Mengajukan desain perubahan pada konsultan apabila diperlukan.
(f) Menerima atau menolak material/perlatan yang didatangkan kontraktor.
(g) Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku.
(h) Melakukan perhitungan prestasi proyek
(i) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
(j) Menyusun dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan tambah atau
kurang.
(k) Menjadi jembatan penghubung antara owner dan kontraktor.

(l) Menerima pembayaran (fee).


(4) Kontraktor
Kontraktor pelaksana adalah orang/badan yang menerima pekerjaan
dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah
ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang
ditetapkan. Kontraktor dalam proyek ini adalah PT. Waskita Karya (Persero)
Tbk. Adapun hak dan kewajiban kontraktor pelaksana adalah :
(a)

Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, spesifikasi


teknis, peraturan dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan
(aanwizing) dan
syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.

(b)

Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan


dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.

(c)

Menyediakan material, tenaga kerja dan peralatan sesuai


dengan jadwal yang ada.

(d)

Memanajemen biaya proyek sesuai dengan rencana anggaran


dan cash flow-nya.

(e)

Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang telah disahkan


oleh konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.

(f)

Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal material,


jadwal tenaga kerja dan peralatan.

(g)

Tidak berhak mengajukan biaya tambahan bila ternyata ada


perbedaan volume pekerjaan antara kontrak dengan di lapangan, kecuali
ada pekerjaan tambahan atau perubahan dari owner dan biasanya ada
perhitungan tambah kurang, karena biasanya gambar tidak selalu sama
dengan keadaan lapangan.

(h)

Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian,


mingguan dan bulanan.

(i)

Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah


diselesaikannya sebagai ketetapan yang berlaku.

(j)

Menerima seluruh pembayaran sesuai dengan perjanjian


kontrak.
10

2.1.3 Struktur Organisasi Pemilik


Pemilik proyek atau owner adalah lembaga pemilik pekerjaan atau disebut
sebagai pemilik modal. Owner adalah pihak yang melelangkan pekerjaannya
kepada perusahaan-perusahaan untuk melaksanakan pekerjaan, mulai dari
perencana, pelaksana, sampai lembaga pengawas pekerjaan tersebut.
Pada proyek relokasi jalan tol Surabaya-Gempol, PT. Jasa Marga (Persero)
Tbk adalah pemilik modal. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, yaitu perusahaan
BUMN yang bergerak khusus menangani jalan tol di kawasan Jawa Timur.
Lingkup

perusahaan

meliputi

perencanaan,

pengelolaan,

pengembangan,

pembangunan jalan tol baru, peningkatan fasilitas tol, serta bisnis lain yang terkait
dengan industri jalan tol.

Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT. Jasa Marga (Persero) Tbk


Adapun tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing
komponen organisasi pemilik proyek adalah sebagai berikut :
(1) Pemimpin Proyek
Tugas dan tanggung jawab Pemimpin Proyek adalah :
(a) Memimpin pelaksanaan kegiatan bagian proyek.
(b) Mengatur, membina, mengkoordinir, mengawasi dan mengendalikan
seluruh penyelenggaraan tugas-tugas administrsi dan teknis

kegiatan

11

Proyek dalam rangka mencapai sasaran pembangunan yang ditetapkan


dalam DIP dan PO.
(c) Bertanggung jawab segi fisik dan keuangan atas pelaksanaan pekerjaan
pembangunan di proyek.
(d) Menyelenggarakan hubungan kerja dan koordinasi kerja yang baik
dengan instansi lain yang terkait dengan wilayah kerja bagian proyek.
(e) Memimpin rapat dan meminta laporan kemajuan pekerjaan, kendalakendala lapangan dan sebagainya kepada Kontraktor secara rutin,
misalnya sebulan sekali.
(2) Ka Bag Pengendalian Pelaksanaan dan Pengendalian Mutu
Tugas dan tanggung jawab Kabag Pengendalian Pelaksanaan dan
Pengendalian Mutu adalah :
(a) Mengendalikan proyek sejak awal kegiatan sampai selesai pelaksanaan.
(b) Memberikan semua instruksi kepada konsultan pengawas.
(c) Menyetujui atau menolak pekerjaan tambah kurang.
(d) Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan.
(3) Ka Bag Administrasi dan Keuangan
Tugas dan tanggung jawab Kabag Administrasi dan Keuangan adalah :
(a) Mematuhi peraturan-peraturan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku
bagi pelaksanaan keuangan Daerah dan Negara.
(b) Membuat buku kas umum beserta buku penunjangnya.
(c) Mengadakan data yang bersifat kearsipan yang menyangkut dengan
pembukuan.
(d) Bertangung jawab atas uang kas proyek yang diamanatkan oleh
Pemimpin Proyek.
(e) Menyelenggarakan pengurusan keuangan baik bersifat penerimaan,
penyimpanan dan pengeluaran serta bertanggung jawab sepenuhnya atas
pengolahan keuangan proyek.
(f) Membuat Surat Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pembangunan (SPJP).
(4) Ka Sub Bag Pengendalian Utilitas Fasilitas Tol Jalan dan Jembatan
Tugas dan tanggung jawab Ka Sub Bag Pengendalian Utilitas Fasilitas Tol
Jalan dan Jembatan adalah :
(a) Mempelajari dan mendalami gambar kerja, rencana kerja dan syaratsyarat teknis pekerjaan utilitas fasilitas tol jalan dan jembatan yang
dilanjutkan dengan orientasi lapangan.

12

(b) Bersama-sama

dengan

Pelaksana

dan

Konsultan

memantapkan

rancangan dan rencana kerja yang telah dibuat oleh Site Engineer
Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan dan Pemilik Proyek.
(c) Mengecek perencanaan operasional meliputi : Quality Plan Site
Installation, Metode Pelaksanaan, Shop Drawing, Perhitungan Kontruksi
yang diperlukan, RAPK, Cash Flow, Safety Plan dan Scheduling yang
diajukan Kontraktor.
(d) Membuat laporan-laporan intern dan extern proyek.
(e) Mengadakan komunikasi dengan Kontraktor, Konsultan, dan pengawas
dalam bidang teknik operasional dan administrasi pekerjaan utilitas
fasilitas tol jalan dan jembatan.
(5) Ka Sub Bag Pengendalian Mutu dan Rekasaya Teknik
Tugas dan tanggung jawab Ka Sub Bag Pengendalian Mutu dan Rekasaya
Teknik adalah :
(a) Menjamin mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dan memberi laporan
kepada Pemimpin Proyek.
(b) Mempelajari dan mendalami gambar kerja, rencana kerja dan syaratsyarat teknis pekerjaan pengendalian mutu dan rekasaya teknik yang
dilanjutkan dengan orientasi lapangan.
(c) Bersama-sama dengan Pelaksana dan

Konsultan

memantapkan

rancangan dan rencana kerja yang telah dibuat oleh Site Engineer
Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan dan Pemilik Proyek.
(d) Mengecek perencanaan operasional meliputi : Quality Plan, Site
Installation, Metode Pelaksanaan, Shop Drawing, Perhitungan Kontruksi
yang diperlukan, RAPK, Cash Flow, Safety Plan dan Scheduling yang
diajukan Kontraktor.
(e) Membuat laporan-laporan intern dan extern proyek.
(f) Mengadakan komunikasi dengan Kontraktor, Konsultan, dan pengawas
dalam bidang teknik operasional dan administrasi pekerjaan
pengendalian mutu dan rekasaya teknik.
(6) Staf Pratama Utilitas Fasilitas Tol Jalan dan Jembatan
Tugas dan tanggung jawab Staf Pratama Utilitas Fasilitas Tol Jalan dan
Jembatan adalah :
(a) Mempelajari dan mendalami gambar kerja, rencana kerja dan syaratsyarat teknis pekerjaan utilitas fasilitas tol jalan dan jembatan yang
dilanjutkan dengan orientasi lapangan.

13

(b) Membantu Ka Bag Pengendalian Pelaksanaan dan Pengendalian Mutu


dalam bidang teknik operasional dan administrasi pekerjaan utilitas
fasilitas tol jalan dan jembatan.
(c) Membuat laporan-laporan intern dan extern proyek.
(7) Ka Sub Bag Keuangan
Tugas dan tanggung jawab Ka Sub Bag Keuangan adalah :
(a) Meyelenggarakan data-data kearsipan yang berhubungan dengan buktibukti pembukuan keuangan selama pelaksanaan proyek.
(b) Bertanggung jawab atas pengelolaan admisinistrasi keuangan proyek.
(c) Melaksanakan pembayaran atas persetujuan pelaksana kegiatan serta
menyiapkan surat permintaan pembayaran (SPP).
(d) Menyelenggarakan buku kas umum dengan buku-buku pembantunya.
(8) Ka Sub Bag Adm Umum dan Teknik
Tugas dan tanggung jawab Ka Sub Bag Adm Umum dan Teknik adalah :
(a) Mengadakan komunikasi dengan Kontraktor, Konsultan, dan pengawas
dalam bidang teknik operasional dan administrasi pekerjaan.
(b) Membuat laporan-laporan intern dan extern proyek.
(c) Bersama-sama dengan Pelaksana dan Konsultan memantapkan
rancangan dan rencana kerja yang telah dibuat oleh Site Engineer
Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan dan Pemilik Proyek.
(9) Staf Pratama Adm Umum dan Teknik
Tugas dan tanggung jawab Staf Pratama Adm Umum dan Teknik adalah :
(a) Meyelenggarakan data-data kearsipan yang berhubungan dengan buktibukti pembukuan keuangan selama pelaksanaan proyek.
(b) Bertanggung jawab kepada Ka Bag Administrasi dan Keuangan atas
pengelolaan admisinistrasi keuangan proyek.
(c) Melaksanakan pembayaran atas persetujuan pelaksana kegiatan serta
menyiapkan surat permintaan pembayaran (SPP).
(d) Menyelenggarakan buku kas umum dengan buku-buku pembantunya.
(10) Juru Tata Usaha Keuangan
Tugas dan tanggung jawab Staf Juru Tata Usaha Keuangan adalah :
(a) Menginventaris semua barang-barang milik proyek.
(b) Membuat pembukuan arsip-arsip selama pelaksanaan proyek.
(c) Memelihara peralatan administrasi dan bangunan kantor.
(11) Juru Tata Usaha Umum dan Teknik
Tugas dan tanggung jawab Juru Tata Usaha Umum dan Teknik adalah :
(a) Mempersiapkan daftar biaya berkaitan dengan rancangan dalam bentuk
batas biaya dan target biaya untuk setiap bagian pekerjaan.
14

(b) Menyelenggarakan sistem administrasi umum dan teknis dalam rangka


memperlancar pengelolaan proyek.
(c) Membuat pembukuan arsip-arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan
proyek.
(d) Melaksanakan pengendalian biaya selama pelaksanaan proyek.
2.1.4 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas disebut juga sebagai konsultan supervisi, yaitu
lembaga/orang yang dalam proyek bertugas untuk mengawasi pekerjaan yang
dilaksanakan oleh kontraktor dari awal sampai proyek itu selesai. Fungsi utama
konsultan supervisi adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan
sesuai dengan prosedur yang telah disepakati sehingga proyek dapat berjalan
sesuai target yang telah direncanakan.
Konsultan supervisi pada proyek relokasi jalan tol ruas Porong-Gempol,
paket 3B ini adalah PT. Eskapindo Matra. PT. Eskapindo Matra adalah salah satu
perusahaan besar konsultan konstruksi swasta yang bergerak di bidang
perencanaan, maupun di bidang supervisi.

Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT. Eskapindo Matra

15

Adapun tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing


komponen organisasi pemilik konsultan pengawas adalah sebagai berikut :
(1) Resident Engineer
Tugas dan tanggung jawab Resident Engineer adalah :
(a) Mewakili Konsultan untuk seluruh kegiatan pelayanan yang berkaitan
dengan proyek.
(b) Menjamin bahwa semua isi dari acuan tugas akan dipenuhi dengan baik
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
(c) Menjamin bahwa semua detail teknis lapangan untuk pekerjaan mayor
yang diselenggarakan team supervisi lapangan tidak terlambat.
(d) Koordinasi dan pengawasan terhadap semua kegiatan tenaga ahli di
lapangan/proyek dengan melakukan kunjungan/inspeksi secara periodik
ke lapangan.
(e) Menjaga hubungan kerja dengan Owner/pengguna jasa.
(f) Setiap saat berhubungan dengan pengguna jasa untuk menerima
petunjuk-petunjuk dan keputusan-keputusan akhir.
(g) Menyiapkan rencana kerja detail beserta jadwal waktu bagi masingmasing tenaga ahli.
(h) Memberi pengarahan/memeriksa pekerjaan yang ditugaskan kepada
masing-masing tenaga ahli.
(i) Mengunjungi lokasi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan
memantau kemajuan pekerjaan selama pekerjaan berlangsung.
(j) Memberi rekomendasi untuk menerima atau menolak pekerjaan atau
bahan yang meragukan yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
(k) Pemantauan dengan cermat kemajuan seluruh pekerjaan dan memberikan
peringatan kepada kontraktor bila proyek mengalami

keterlambatan

lebih dari yang ditoleransikan serta memberikan rekomendasikan secara


tertulis bagaimana cara mengejar keterlambatan.
(l) Menyiapkan laporan bulanan kemajuan fisik dan keuangan paket kontrak
yang diawasi dan menyampaikan kepada pengguna jasa.
(m)Mengkoordinir penyelesaian laporan-laporan seperti yang tercantum
dalam dokumen kontrak.
(n) Menyampaikan dan menyiapkan semua surat menyurat dan dukumendukumen penting.
(2) Highway Engineer
Tugas dan tanggung jawab Highway Engineer adalah :

16

(a) Menganalisa data survey lapangan, data lain yang tersedia seperti tipe
dan volume lalu lintas dan meyiapkan detail desain, perkiraan jumlah dan
biaya, serta pekerjaan dan usulan perubahan.
(b) Menyiapkan rencana kerja detail pekerjaan untuk menyelidiki termasuk
pengeboran atau sondir jika diperlukan dan mengkoordinasikan semua
kegiatan tim supervisi dalam melaksanakan rencana kerja di lapangan.
(c) Melaksanakan review design dan usulan perubahan design serta biaya,
meyiapkan gambar teknis untuk membuat laporan pada pelaksanaan
kegiatan pengawasan.
(3) Soil & Material/Pav Engineer
Tugas dan tanggung jawab Soil & Material/Pav Engineer adalah :
(a) Menentukan jenis material bangunan yang akan digunakan.
(b) Mengadakan uji/testing periodik terhadap material yang akan digunakan.
(c) Menentukan komposisi atas material concrete dan grouting yang akan
digunakan.
(d) Mengadakan checking secara periodik pada pelaksanaan pengecoran dan
(e)
(f)
(g)
(h)

grouting.
Mengawasi dan mengontrol uji material di laboratorium.
Mengawasi dan control uji di tempat pencampuran beton.
Mencheck kualitas material yang digunakan.
Mengawasi dan control campuran beton dan pencampuran sampai ke

tempat pekerjaan.
(i) Mengontrol kualitas uji timbun dan uji CBR.
(j) Menghitung kualitas control lapangan dengan statistik.
(k) Membuat laporan penunjang untuk hasil uji material serta membantu
Resident Engineer dalam menyusun laporan akhir.
(4) Geotechnical Engineer
Tugas dan tanggung jawab Geotechnical Engineer adalah :
(a) Mengumpulkan dan mengevaluasi semua data geologi dari laporanlaporan dan data yang ada.
(b) Membuat rencana investigasi geologi tambahan tambahan di lapangan
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)

bila diperlukan.
Melakukan koordinasi dengan laboratorium mekanika tanah dan beton.
Mendiskusikan hasil pengamatan di lapangan bersama tim.
Melakukan pengawasan pekerjaan investigasi geologi tambahan.
Menganalisa hasil investigasi geoteknik dan menyiapkan laporannya.
Melakukan pemetaan geologi detail pada rencana pondasi.
Mengawasi seluruh pelaksanaan galian di pondasi fly over.
Menetukan pondasi yang layak untuk setiap struktur.

17

(j) Menentukan jenis perbaikan pondasi, mengumpulkan dan mengevaluasi


semua data geologi dari laporan-laporan dan data yang ada.
(5) Structure Engineer
Tugas dan tanggung jawab Structure Engineer adalah :
(a) Melaksanakan kaji ulang desain bendungan sesuai dengan kondisi
lapangan.
(b) Merencanakan perubahan-perubahan atau pekerjaan tambah kurang yang
terjadi di lapangan untuk pelaksanaan pekerjaan dengan melakukan
konsultasi terlebih dahulu ke pengguna jasa.
(c) Melakukan peninjauan lapangan terhadap pelaksanaan pekerjaan
bendungan khususnya yang ada hubungannya dengan perubahan desain.
(d) Membuat laporan desain serta membantu Resident Engineer dalam
membuat laporan akhir.
(6) Quantity Engineer
Tugas dan tanggung jawab Quantity Engineer adalah :
(a) Menyerahkan kepada Resident Engineer himpunan data bulanan
pengendalian mutu paling lambat 14 bulan berikutnya. Himpunan data
harus mencakup semua tes laboratorium dan lapangan secara jelas dan
terperinci.
(b) Melakukan semua analisa semua test, termasuk usulan komposisi
campuran (job mix formula) dan justifikasi teknik atas persetujuan dan
penolakan usul tersebut.
(c) Memerintahkan Kontraktor untuk membongkar dan memperbaiki kembali pekerjaan yang kualitasnya tidak sesuai dengan ketentuan.
(d) Menolak material dan peralatan Kontraktor yang tidak memenuhi syarat
dan ketentuan yang berlaku.
(e) Memeriksakan hasil pekerjaan dari Kontraktor apakah sesuai mutu dan
kualitas yang ditentukan.
(7) Chief Inspector
Tugas dan tanggung jawab Chief Inspector adalah :
(a) Mengepalai para Inspector.
(b) Membantu Resident Engineer dalam menyiapkan data untuk final
payment.
(c) Memberikan laporan kemajuan pekerjaan kepada Kelapa Lapangan.
(d) Melaksanakan pengarsipan surat-surat, laporan harian, laporan bulanan,
jadwal kemajuan pekerjaan dan lain-lain.

18

(e) Membuat catatan harian tentang pekerjaan yang dilakukan Kontraktor.


(8) Environment Engineer
Tugas dan tanggung jawab Environment Engineer adalah :
(a) Membuat rencana pekerjaan Amdal.
(b) Monitoring dampak dari pelaksanaan konstruksi bangunan terhadap
lingkungan.
(c) Melakukan pengambilan contoh kualitas udara dan air sekitar lokasi
pembangunan.
(d) Membuat laporan Analisis Dampak Lingkungan.
(9) Plant Inspector
Tugas dan tanggung jawab Plant Inspector adalah :
(a) Membantu tenaga ahli pabrikasi dalam pekerjaan pengawasan konstruksi.
(b) Mengumpulkan laporan terdahulu, data-data, informasi-informasi yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan pabrikasi/plant.
(c) Membuat perhitungan volume pekerjaan dan konstruksi tersebut untuk
dipergunakan dalam perhitungan biaya proyek.
(10) Lab. Technician
Tugas dan tanggung jawab Lab. Technician adalah :
(a) Mengikuti semua kegiatan Kontraktor dan bertugas menguji kendali
mutu dari setiap item pekerjaan.
(b) Mengecek/memeriksa hasil pekerjaan kualitas untuk mendukung
Monthly Certivicate (MC).
(c) Membuat laporan bulanan dari hasil pengendalian kualitas untuk
mendukung data kuantitas setiap bulannya.
(d) Mengikuti pengetesan semua material yang akan dipakai untuk
pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
(e) Melakukan percobaan (triaxial test) yang sudah memenuhi persyaratan
untuk komposisi material yang digunakan.
(11) Quantity Surveyor
Tugas dan tanggung jawab Quantity Surveyor adalah :
(a) Pengecekan dan persetujuan perhitungan mutual check 0% yang
diusulkan oleh Kontraktor.
(b) Memeriksa dan mengevaluasi laporan dari Kontraktor.
(c) Menghitung progress/kemajuan pelaksanaan proyek dibandingkan
dengan jadwal pekerjaan.
(d) Memeriksa berita acara tagihan dan sertifikat pembayaran.
(e) Pengecekan dan persetujuan perhitungan mutual check 100% yang
diusulkan oleh Kontraktor.
(f) Membantu Resident Engineer dalam membuat/menyiapkan laporan akhir.

19

(12) Earthwork & pav Insp


Tugas dan tanggung jawab Earthwork & pavInsp adalah :
(a) Membantu tenaga ahli Earthwork dan pavement/pekerjaan tanah dalam
pekerjaan pengawasan konstruksi.
(b) Mengumpulkan laporan terdahulu, data-data, informasi-informasi yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan Earthwork dan pavement.
(c) Membuat perhitungan volume pekerjaan dan konstruksi tersebut untuk
dipergunakan dalam perhitungan biaya proyek.
(13) Utilitas & Mat.Elec.Insp
Tugas dan tanggung jawab Utilitas & Mat.Elec.Insp adalah :
(a) Review dan persetujuan jadwal rencana kerja dan metode pelaksanaan
Kontraktor untuk utilitas, material dan electrical.
(b) Pengecekan dan persetujuan gambar-gambar pelaksanaan, shop drawing,
working drawing.
(c) Mempekirakan kesulitan-kesulitan yang akan timbul dan berusaha
mencari jalan keluar penyelesaiannya.
(d) Memeriksa dan mengevaluasi laporan dari Kontraktor.
(e) Pengecekan dan persetujuan gambar-gambar pelaksanaan, shop drawing,
working

drawing,

contoh-contoh

material

yang

diusulkan

oleh

Kontraktor.
(f) Menyetujui perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan untuk
pelaksanaan pekerjaan dengan melakukan konsultasi terlebih dahulu ke
direksi lapangan.
(g) Pengecekan dan persetujuan gambar as-built drawing yang diusulkan
oleh Kontraktor.
(h) Membantu Resident Engineer dalam membuat/menyiapkan laporan akhir.
(14) Structure Inspector
Tugas dan tanggung jawab Structure Inspector adalah :
(a) Membantu tenaga ahli struktur dalam pekerjaan pengawasan konstruksi.
(b) Mengumpulkan laporan terdahulu, data-data, informasi-informasi yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan struktur.
(c) Membuat perhitungan volume pekerjaan dan konstruksi tersebut untuk
dipergunakan dalam perhitungan biaya proyek.
(d) Membuat gambar-gambar perencanaan.
(15) Geodetic Surveyor
Tugas dan tanggung jawab Geodetic Surveyor adalah :

20

(a) Membantu dan memberikan saran kepada direksi lapangan dalam


menentukan titik-titik referensi untuk setting out pelaksanaan pekerjaan.
(b) Mengumpulkan dan mengevaluasi semua data peta topografi dari laporan
(c)
(d)
(e)
(f)

dan data yang ada.


Membuat rencana kerja pekerjaan pengukuran di lapangan.
Melakukan pengawasan pekerjaan pengukuran di lapangan.
Memeriksa gambar peta batas pembebasan tanah.
Membantu Resident Engineer dalam menyusun laporan akhir.

(16) Office Manager


Tugas dan tanggung jawab Office Manager adalah mengendalikan, dan
mengorganisasi serta menggerakkan seluruh pegawai kantor supaya pekerjaan
menjadi lancar.
(17) Operator Komputer
Tugas dan tanggung jawab Operator Komputer adalah mengoperasikan, dan
mengontrol komputer untuk memproses data teknik yang dibutuhkan dalam
pekerjaan konstruksi.
(18) Operator CAD
Tugas dan tanggung jawab Operator CAD adalah :
(a) Membuat seluruh gambar kerja yang akan di kerjakan.
(b) Bertanggung jawab atas semua gambar kerja dan kesesuaian data yang
ada.
(19) Office Boy
Tugas dan tanggung jawab Office Boy adalah membersihkan dan merapikan
kantor supaya suasana menjadi nyaman.
2.1.5 Struktur Organisasi Pelaksana
Dalam pelaksanaan suatu proyek diperlukan adanya suatu organisasi yang
baik, hal ini mengingat suatu organisasi itu sendiri merupakan kumpulan beberapa
individu yang saling bekerja sama sesuai dengan keahliannya masing-masing
untuk mencapai suatu tujuan sesuai yang direncanakan.
Pelaksana pekerjaan proyek relokasi jalan tol ruas Porong-Gempol, paket
3B adalah PT.Waskita Karya sebagai kontraktor utama. PT.Waskita Karya dibantu
oleh beberapa sub-kontraktor. Sub-kontraktor ini yang langsung menangani
pekerjaan di lapangan.

21

Gambar 2.6 Struktur Organisasi PT. Waskita Karya


Adapun tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing
komponen organisasi pelaksanaan proyek adalah sebagai berikut :
(1) Kepala Proyek
Kepala Proyek adalah wakil dari perusahaan atau kontraktor yang memimpin
proyek. Adapun tugas dan tanggung jawab Kepala Proyek adalah sebagai
berikut:
(a) Tugas-tugas :
Melaksanakan kebijakan dan keputusan Komite Manajemen (KM)
dan menyediakan semua sarana dan kelengkapan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan pelaksanaan proyek sesuai spesifikasi
secara tepat waktu, efisien dan efektif.
22

Mengkoordinir penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Proyek

(RKAP) untuk diajukan dan dikaji oleh Komite Manajemen (KM)


Melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan oleh KM serta

kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan berkala dengan KM.


Membuat program bulanan termasuk Rencana Prestasi dan.

Anggaran Biaya Proyek untuk bulan berikutnya untuk disetujui KM.


(b) Tanggung Jawab :
Mengelola proses produksi (perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian) beserta penunjangan untuk mencapai sasaran yang

ditetapkan.
Terselenggaranya kegiatan perencanaan, monitoring, evaluasi dan

pengendalian pekerjaan untnuk mendukung proses produksi.


Terselenggaranya kegiatan pengadaan bahan, peralatan yang

diperlukan.
Terselenggaranya hubungan baik dengan pihak-pihak terkait untuk

mendukung kelancaran pelaksanaan/proses produksi.


Terselenggaranya pengadaan, penempatan dan pengembangan SDM.
(c) Wewenang :
Menyetujui kontrak kerja staf proyek, mandor dan pekerja serta

penempatanya.
Melakukan revisi sisa RKAP.
Melakukan negosiasi dan menindak lanjuti pekerjaan tambah/kurang

sebatas wewenangnya.
Menyetujui pembayaran, berita acara sisa bahan, berita acara prestasi
pekerjaan, daftar penerimaan barang (DPB).

(2) Kasie Teknik


Tugas dan tanggung jawab Kasie Teknik adalah :
(a) Menerima dan mempelajari gambar desain dan spesifikasi teknis proyek.
(b) Berkoordinasi dengan Kepala Lapangan dalam pembuatan dan
pengecekan gambar kerja.
(c) Berkoordinasi dengan Kepala Proyek dan Kepala Lapangan dalam
pembuatan Time Schedule dan metode pelaksanaan pekerjaan.
(d) Memberikan instruksi kerja kepada pelaksana sesuai dengan gambar
kerja, Time Schedule dan metode pelaksanaan yang telah dibuat.
(e) Berkoordinasi dengan Kepala Lapangan dan Kasie Loglat dalam
pengadaan material di lapangan dengan memperhatikan jumlah,
spesifikasi teknis dan jadwal pengiriman material oleh pemasok.

23

(f) Bertanggung jawab kepada Kepala Proyek atas keberhasilan proyek


mulai dari persiapan hingga penyerahan proyek.
(3) Kasie Adkont
Tugas dan tanggung jawab Kasie Adkont adalah :
(a) Mengawasi jalannya pekerjaan dan mengontrol mutu pekerjaan.
(b) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan bila hasil pekerjaan tidak
memenuhi standard mutu yang telah ditetapkan.
(c) Berkoordinasi dengan Pelaksana dalam hal pengadaan tenaga kerja.
(d) Berkoordinasi dengan Kasie Teknik dan Kepala Proyek dalam hal
pelaksanaan pekerjaan oleh sub-kontraktor.
(e) Mengatur kinerja para pekerja dan sub-kontraktor agar selesai sesuai
jadwal dengan mutu yang telah ditetapkan sebelumnya.
(f) Berkoordinasi dengan pelaksana saat pembuatan opname mandor dan
sub-kontraktor.
(g) Melakukan penilaian atas kinerja para pekerja dan sub-kontraktor
(h) Melakukan pengujian-pengujian labolatorium.
(4) Kepala Lapangan
Tugas dan tanggung jawab Kepala Lapangan Adalah :
(a) Menerima dan mempelajari gambar desain dan spesifikasi teknis proyek.
(b) Memberikan intruksi kerja kepada pelaksana sesuai dengan gambar kerja,
time schedule dan metode pelaksanaan yang telah dibuat.
(c) Mengawasi jalannya pekerjaan dan mengontrol mutu pekerjaan.
(d) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan bila hasil pekerjaan tidak
memenuhi standart mutu yang ditetapkan.
(e) Berkoordinasi dengan pelaksana dalam hal pengadaan material.
(5) Kasie Loglat
(a) Tugas dan tanggung jawab Kasie Loglat adalah :
Melakukan monitoring pengiriman barang

untuk

menjamin

ketapatan waktu.
Terselenggaranya kegiatan pengendalian barang saat diproduksi (jika

diperlukan) sesuai petunjuk kerja.


Mengajukan surat permintaan material sesuai jadwal yang telah

ditentukan.
Membuat laporan penerimaan material.
Melapor secepatnya kepada manager logistik apabila material yang

didatangkan tidak sesuai dengan permintaan.


Membantu kelancaran proyek dalam hal pengadaan material dan
alat.

24

Memantau dan mengarahkan pengadaan, penggunaan dan pencataan

BBM, tenaga (operator dan mekanik) agar efektif dan efisien.


Menjamin kesiagaan alat agar bisa beroperasi dengan optimal.
Mengarahkan dan memantau pancatatan setiap peralatan atas

penggunaan jam kerja alat serta hasil produksinya secara periodik.


(b) Wewenang
Menyetujui atau menolak penerimaan material.
Menentukan kondisi alat apakah perlu diservis atau siap pakai.
(6) Kasie KSDM
Tugas dan bertanggung jawab Kasie KSDM adalah :
(a) Menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai,
buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas
organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
(b) Memotivasi para tenaga kerja.
(c) Mengawasi para pekerja agar bekerja dengan baik dan efektif.
(d) Membuat hubungan baik dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan/proses produksi.
(7) Pelaksana Timbunan dan Mainroad
Tugas dan tanggung jawab Pelaksana adalah :
(a) Berkoordinasi dengan mandor pada pekerjaan timbunan dan mainroad.
(b) Melakukan pengawasan pekerjaan tumbunan dan mainroad.
(c) Berkoordinasi dengan Kepala Lapangan bila terjadi permasalahan
timbunan dan mainroad.
(d) Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.
(e) Mengkoordinir pekerja agar bekerja efektif dan efisien.
(f) Melaksanakan pekerjaan harian lapangan.
(8) Pelaksana Struktur
Tugas dan tanggung jawab Pelaksana Struktur adalah :
(a) Berkoordinasi dengan mandor pada pekerjaan struktur.
(b) Melakukan pengawasan pekerjaan struktur.
(c) Berkoordinasi dengan Kepala Lapangan bila terjadi permasalahan
struktur.
(d) Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.
(e) Mengkoordinir pekerja agar bekerja efektif dan efisien.
(f) Melaksanakan pekerjaan harian lapangan.
(9) Pelaksana Gerbang Tol dan Fasilitas
Tugas dan tanggung jawab Pelaksana Gerbang Tol dan Fasilitas adalah :
(a) Berkoordinasi dengan mandor pada pekerjaan gerbang tol dan
fasilitasnya.
(b) Melakukan pengawasan pekerjaan gerbang tol dan fasilitasnya.
25

(c) Berkoordinasi dengan Kepala Lapangan bila terjadi permasalahan


gerbang tol dan fasilitasnya.
(d) Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.
(e) Mengkoordinir pekerja agar bekerja efektif dan efisien.
(f) Melaksanakan pekerjaan harian lapangan.
(10) Pelaksana Pembesian
Tugas dan tanggung jawab Pelaksana Pembesian adalah :
(a) Berkoordinasi dengan mandor pada pekerjaan pembesian.
(b) Melakukan pengawasan pekerjaan pembesian.
(c) Berkoordinasi dengan Kepala Lapangan bila terjadi permasalahan
pembesian.
(d) Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.
(e) Mengkoordinir pekerja agar bekerja efektif dan efisien.
(f) Melaksanakan pekerjaan harian lapangan.
(11)

Surveyor
(a) Tugas dan tanggung jawab Surveyor adalah :
Mengenal lingkungan daerah rencana lokasi pekerjaan.
Mempelajari hingga bisa memahami situasi gambar konstruksi.
Membuat rencana prioritas urutan pelaksanaan pekerjaan

pengukuran.
Mencari titik tetap yang telah ada disekitar lokasi pekerjaan.
Melaksanakan seluruh pengukuran untuk gambar pekerjaan terakhir

(as built drawing).


Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran dan

uitzet di lokasi proyek.


Melakukan pengukuran dan uitzet dilokasi proyek.
Berkoordinasi dengan pelaksana pada saat melakukan pekerjaan

pengukuran dan uitzet di lokasi proyek.


(b) Wewenang :
Membuat dan memperbanyak titik tetap disesuaikan dengan titik

terdekat yang telah ada.


Merekomendasikan kepada kepala pelaksana/pelaksana tentang
lokasi pekerjaan yang sudah selesai diukur dan siap mulai dengan
pekerjaan fisik.

(12) Drafter
Tugas dan tanggung jawab Drafter adalah :
(a) Drafter membuat shop drawing berdasarkan daftar yang dibuat Kepala
Lapangan.
(b) Drafter membuat drawing berdasarkan ketentuan dari site engineer.
26

(c) Bertanggung jawab kepada Kepala Lapangan atas tugas pembuatan


gambar yang diberikan serta menyelesaikan tepat pada waktunya.
(13) High Way Engineer
Tugas dan tanggung jawab High Way Engineer adalah :
(a) Menganalisa data survey lapangan, data lain yang tersedia seperti tipe
dan volume lalu lintas dan meyiapkan detail desain, perkiraan jumlah dan
biaya, serta pekerjaan dan usulan perubahan.
(b) Menyiapkan rencana kerja detail pekerjaan untuk menyelidiki termasuk
pengeboran atau sondir jika diperlukan dan mengkoordinasikan semua
kegiatan tim supervisi dalam melaksanakan rencana kerja di lapangan.
(c) Melaksanakan review design dan usulan perubahan design serta biaya,
meyiapkan gambar teknis untuk membuat laporan pada pelaksanaan
kegiatan pengawasan.
(14) Quantity Surveyor
Tugas dan tanggung jawab Quantity Surveyor adalah :
(a) Bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana.
(b) Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pelaksana apakah sesuai
dengan kuantitas yang telah ditentukan.
(c) Menolak pekerjaan pelaksana yang kuantitasnya tidak sesuai dengan
ketentuan.
(d) Memberikan laporan tertulis pada pelaksanaan kegiatan atas hal-hal
yang menyangkut masalah pengendalian kuantitas.
(15) Staf Gudang
Tugas dan tanggung jawab Staf Gudang adalah :
(a) Menyimpan barang yang telah dibeli dan mengaturnya dengan baik agar
barang dapat keluar secara teratur.
(b) Membuat laporan mengenai stock barang.
(c) Mengeluarkan barang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan proyek.
(d) Memberi informasi sedini mungkin atas produk yang sudah mencapai
persediaan yang minimum.
(16) Kepala Administrasi Keuangan
Tugas dan tanggung jawab Kepala Administrasi Keuangan adalah :
(a) Mempersiapkan daftar biaya berkaitan dengan rancangan dalam bentuk
batas biaya dan target biaya untuk setiap bagian pekerjaan.
(b) Menyelenggarakan sistem administrasi umum dan teknis dalam rangka
memperlancar pengelolaan proyek.

27

(c) Membuat pembukuan arsip-arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan


proyek.
(d) Melaksanakan pengendalian biaya selama pelaksanaan proyek.
(17) Staf ADM
Tugas dan tanggung jawab Staf ADM adalah :
(a) Mengurus surat-surat tagihan termin yang merupakan hak kontraktor
kepada Owner.
(b) Mengurus administrasi barang dan tukang dari lapangan ke kantor.
(18) K3LMP
Tugas dan tanggung jawab K3LMP adalah :
(a) Memantau setiap pelaksanaan pekerjaan di lapangan, apakah sudah
memenuhi standart keamanan sesuai prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja (K3).
(b) Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja.
(c) Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh
aktivitas konstruksi.
(d) Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan
efisien.
(e) Mengurangi buangan/limbah yang timbul.
(f) Menjamin proses produksi berjalan aman dan sesuai dengan spesifikasi
teknis yang disyaratkan.
(g) Menjamin komitmen terhadap perlindungan tenaga kerja dan lingkungan
serta pemeliharaannya.
(h) Bertanggung jawab kepada Kepala Proyek atas pelaksanaan/penerapan
K3.
(19) Mandor
Tugas dan tanggung jawab Mandor adalah :
(a) Memimpin pelaksanaan suatu pekerjaan yang meliputi semua pekerjaan
dilapangan berdasarkan bagian masing-masing.
(b) Mengawasi dan memberi pengawasaan kepada pekerja yang dibawahi
agar target yang sudah ditetapkan dapat tercapai.
(c) Bertanggung jawab langsung kepada pelaksana lapangan.
(20) Tukang
Tugas dari Tukang adalah :
(a) Mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan bagiannya masing-masing
sesuai dengan ketrampilannya seperti tukang batu, tukang kayu, tukang
besi dan lain-lain.

28

(b) Dalam pelaksanaan dilapangan para tukang bertanggung jawab kepada


kepala tukang, dengan arti bahwa pelaksanaan pekerjaan berdasarkan
perintah mandor.
(21) Pekerja
Tugas dari Pekerja adalah membantu kelancaran pekerjaan tukang, yaitu
menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan oleh tukang dan mengerjakan
pekerjaan sesuai perintah tukang.
(22) Keamanan
Tugas Keamanan adalah :
(a) Melakukan pengamanan selama pengerjaan proyek ataupun pada waktu
malam hari.
(b) Bertanggung jawab atas barang milik proyek.
2.1.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada proyek relokasi jalan
tol ruas Porong-Gempol paket 3B dibagi berdasarkan ruang lingkup proyek,
dimana setiap pekerja harus menaati peraturan (K3) tersebut.
Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diterapkan oleh PT.
Waskita Karya diantaranya yaitu sebagai berikut :
(1) Peraturan Umum K3
(a) Seluruh karyawan dan pekerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
harus memahami dan mematuhi kaedah, dan peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja.
(b) Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
(c) Pengaturan lalu lintas dilokasi kerja :
Hanya yang mempunyai Surat Izin Mengemudi dan mengoprasikan

alat berat yang diizinkan mengemudikan kendaraan dilokasi proyek.


Kendaraan hanya boleh diparkir pada tempat-tempat yang

disediakan, bukan disembarang tempat pada lokasi proyek.


Dalam memarkir kendaraannya, pengemudi harus memastikan

bahwa kendaraan tidak bergerak saat ditinggalkan.


Kendaraan harus dijalankan sesuai dengan batas kecepatan yang

diizinkan.
(d) Semua yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus peduli dan
tanggap akan bahaya kebakaran yang mungkin timbul.

29

(e) Semua yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus peduli dan
tanggap untuk menjaga kerapihan dan kebersihan pada lokasi masingmasing.
(f) Pada lokasi-lokasi berbahaya harus dipasang tanda-tanda peringatan
adanya bahaya.
(g) Jalan kerja yang memadai dan aman harus disediakan sebagai sarana
keluar masuk pekerja dan inspeksi.
(h) Setiap proyek harus mendaftarkan dan mengikuti program Jamsostek.
(i) Manajemen Proyek atau penanggung jawab K3 harus menetapkan sanksi
atau hukuman terhadap pelanggar peraturan K3.
(j) Harus tersedia data dan nomer telepon instansi-instansi yang terkait
seperti rumah sakit terdekat, kepolisian, dinas pemadam kebakaran,
Depnaker, Asuransi/Jamsostek yang mudah dibaca semua orang.
(k) Untuk proyek dengan kondisi khusus yang tidak tercakup dalam peraturan
atau IK ini, maka Manajemen Proyek harus menetapkan peraturan K3
sesuai dengan kondisi proyek.
(2) Perlengkapan Pelindung Tubuh
(a) Semua pekerja, karyawan dan tamu harus mengenakan topi pengaman
(helm) dan sepatu pengaman saat berada di lokasi kerja.
(b) Sabuk pengaman dan tali penyelamat harus dikenakan saat bekerja pada
ketinggian diatas 2 meter.
(c) Pakai seragam dan tanda pengenal.
(d) Pelindung badan (body protector) jika hal tersebut diperlukan (untuk
tukang/pekerja las diwajibkan).
(e) Menggunakan plangpul/life untuk pekerjaan diatas air.
(f) Sarung tangan harus dipakai sewaktu memegang barang atau benda keras
yang dapat mengakibatkan luka-luka pada tangan (untuk pekerjaan las
diwajibkan).
(g) Alat pelindung pernapasan harus dipakai sewaktu berada pada lokasi yang
penuh debu, atau material lain yang sangat berbahaya.
(h) Alat pelindung telinga harus dikenakan apabila bekerja pada situasi kerja
yang bising.
(3) Tinjauan Pelaksanaan K3
(a) Penanggung jawab fungsi K3 di proyek, harus melakukan Inspeksi
Pelaksanaan K3 secara berkala sesuai dengan form dalam lampiran IK ini.
(b) Manajemen proyek harus melakukan tinjauan manajemen atau rapat
koordinasi mengenai K3 secara mingguan atau disesuaikan denga rapat
koordinasi manajemen, termasuk membahas hasil Inspeksi K3 dan
30

langkah-langkah yang harus ditindak lanjuti. Rapat dihadiri oleh Ketua,


Sekretaris, Anggota P2K3 dan lain-lain sesuai dengan pedoman K3.
(c) Manajemen proyek harus mengevaluasi laporan kecelakaan, dibahas
dalam tinjauan manajemen dan membuat langkah-langkah pencegahan
agar kecelakaan tidak terulang lagi.
(d) Sangat dianjurkan dilakukan pelatihan K3. Dapat dilakukan dalam bentuk
briefing, kampanye, dan lain-lain.
(e) Sangat dianjurkan diadakannya tool box meeting berupa arahan dalam
waktu singkat setiap hari yang dilakukan kelompok kerja yang berisi
pelaksanaan K3 sesuai rencana pekerjaan hari itu.
(f) Dianjurkan dalam pembuatan metode kerja atau IK pelaksanaan pekerjaan
memasukkan identifikasi bahaya dan pengendalian sumber bahaya dari
pekerjaan tersebut.
(4) Rambu-rambu Peringatan
(a) Rambu-rambu peringatan di sini adalah tulisan dan gambar atau simbol
yang

memuat

peraturan-peraturan,

peringatan,

larangan,

maupun

himbauan.
(b) Rambu-rambu harus mudah dibaca pada jarak pandang yang cukup dan
dipahami ( komunikatif ) oleh semua orang yang terlibat dalam proyek.
(c) Jenis rambu, bahan peledak, tipe dan ukuran tulisan, bahasa, jenis simbol
yang digunakan atau gambar, dan warna, disesuaikan dengan kondisi
proyek, pekerjaan dan kebutuhannya, kecuali rambu-rambu yang sudah
ada di jalan raya.
(d) Contoh rambu-rambu :
Peraturan-peraturan seperti : wajib menggunakan helm dan sepatu

pengaman, buanglah sampah pada tempatnya.


Rambu-rambu peringatan seperti : awas ada lubang, hati-hati jalan

licin.
Rambu larangan seperti : dilarang masuk, dilarang parkir.
Himbauan seperti : poster-poster K3.
Identifikasi seperti : pelayanan P3K, bak sampah, toilet, petunjuk
lokasi.

31

Gambar 2.7 Rambu Himbauan

Gambar 2.8 Rambu Peringatan


2.1.7 Mekanisme Rekruitmen Tenaga Kerja

32

Dalam suatu pelaksanaan proyek, peran tenaga kerja sangat menentukan


kelancaran dan kualitas proyek tersebut. Pada proses perekrutan tenaga kerja
harus diperhatikan dengan teliti. Pada proyek ini perekrutan tenaga kerja ada dua
cara, pertama berasal dari PT. Waskita Karya sendiri yang merupakan pekerja
tetap. Untuk pekerja tetap meliputi Kepala Proyek, Kasie Teknik, Kasie Adkont,
Kasie KSDM, dan Kepala Lapangan.
Cara kedua adalah berstatus pekerja harian yang sudah menjadi langganan
PT. Waskita Karya. Perekrutan pekerja harian biasanya dilakukan oleh Kasie di
bidang masing-masing dan disetujui oleh Kepala Proyek. Perekrutan dilakukan
pada saat pelaksanaan proyek berlangsung. Dilakukan dengan cara memilih atau
memakai tenaga kerja yang sesuai dengan tingkat keahlian dan pengalaman
masing-masing tenaga kerja.
2.1.8 Sistem Kesejahteraan dan Pengupahan Tenaga Kerja
Pada setiap kegiatan konstruksi peranan tenaga kerja sangatlah penting.
Agar proses pelaksanaan konstruksi dapat berjalan dengan baik maka diperlukan
peninjauan terhadap kualitas dan sistem pengupahan tenaga kerja. Sistem
pengupahan tenaga kerja pada proyek relokasi jalan tol ruas Porong-Gempol paket
3B sebagai berikut :
(1) Kualitas Tenaga Kerja
Dalam suatu proyek, kualitas dan kuantitas tenaga kerja dapat dilihat
dari produktifitas kerja yang dilaksanakan oleh tenaga kerja itu sendiri.
Dalam setiap pekerjaan kuantitas dan kualitas sangatlah berpengaruh
terutama pada tingkat pendidikan dan pengalaman kerja. Pada proyek relokasi
jalan tol ruas Porong-Gempol paket 3B kualitas tenaga kerja diukur dari
keterampilan, dan pengalaman kerja.
(2) Sistem Pengupahan
Untuk proyek relokasi jalan tol Porong-Gempol paket 3B ini kualitas
tenaga kerja diukur dari keterampilan, dan pengalaman kerja. Sistem
pengupahan dilakukan dengan cara sistem harian yang merupakan sistem
pengupahan yang pembayaran upah pekerjaan dihitung berdasarkan hari kerja
dan kemampuan dari masing-masing pekerjaan. Sistem penyerahannya yaitu
kontraktor langsung membayar ke sub-kontraktor setiap dua minggu sekali

33

sesuai dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan kemudian sub-kontraktor


membayarkan ke pekerja.
(3) Jam Kerja
Jam kerja pada proyek relokasi jalan tol Porong-Gempol paket 3B
yaitu 14 jam/hari untuk jam kerja yang standar. Namun jika ada pekerjaan
yang membutuhkan lembur maka jam kerja ikut bertambah sesuai dengan
pekerjaan tersebut. Hal ini tentunya dilakukan dengan sistem rolling
(bergantian) untuk siang dan malamnya. Sedangkan untuk hari kerja adalah 7
hari/minggu.
2.1.9 Sistem Pengendalian Proyek
Secara umum sistem pengendalian proyek di lapangan mengacu pada
schedule/penjadwalan, anggaran, dan mutu yang telah ditentukan. Adapun hal-hal
yang termasuk dalam sistem pengendalian proyek ini adalah :
(1) Bahan
Untuk pengadaan bahan di proyek ini dilakukan sesuai dengan
kebutuhan di lapangan. Sedangkan pihak yang mengontrol pengadaan bahan
ini adalah pihak loglat. Mulai dari pemesanan, pengiriman, dan penerimaan
bahan di lapangan ditangani oleh pihak loglat.
Pengontrolan ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekurangan atau
keterlambatan dalam pengadaan bahan di lapangan dan pekerjaan di lapangan
tidak

terhambat

dikarenakan

keterlambatan

datangnya

bahan

yang

dibutuhkan. pihak loglat.


Pengontrolan ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekurangan atau
keterlambatan dalam pengadaan bahan di lapangan dan pekerjaan di lapangan
tidak

terhambat

dikarenakan

keterlambatan

datangnya

bahan

yang

dibutuhkan.
(2) Peralatan
Untuk pengadaan peralatan kerja pada proyek ini sebagian disediakan
oleh kontraktor pelaksana, sebagian peralatan para tukang membawa sendiri.
Peralatan yang disediakan oleh kontraktor pelaksana adalah berupa alat-alat
yang tidak dimiliki oleh tukang misalnya, molen, vibrator, pompa air, alat
pemadat, alat penghampar dan lain sebagainya. Untuk peralatan yang dibawa
tukang umumnya palu, gergaji, meteran, untig-unting, dan lain-lain.

34

(3) Tenaga Kerja


Untuk

penyediaan

tenaga

kerja,

pihak

kontraktor

pelaksana

menyerahkan tanggung jawab ini kepada mandor. Nantinya mandor ini yang
akan mencari tenaga kerja, menempatkan mereka sesuai keahlian yang
dimiliki, dan mengatur jumlah pekerja pada jenis pekerjaan yang akan
dilakukan dalam proyek ini, sehingga tidak akan terjadi kekurangan atau
kelebihan tenaga kerja.
(4) Waktu
Pengendalian waktu ini didasarkan pada time schedule pekerjaan.
Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran
proyek. Agar berlangsung tepat waktu, time schedule disusun sebagai alat
kontrol untuk mengukur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya
pelaksanaan. Pekerjaan apa yang harus dilaksanakan lebih dahulu dan kapan
harus dimulai dapat terlihat dengan jelas pada time schedule, sehingga
keterlambatan pekerjaan sebisa mungkin dihindari.
Time schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap
jenis pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga
komulatif prosentase bobot pekerjaan ini akan membentuk kurva S realisasi.
Namun meskipun penjadwalan telah dilakukan sedemikian rupa, akan tetapi
waktu terselesaikanya proyek terlambat dari yang direncanakan, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu a) faktor cuaca, b) faktor peralatan, c)
faktor manusia.
(a) Faktor cuaca
Hujan pada saat pelaksanaan proyek dapat mengakibatkan
terjadinya kerusak bekisting Box Culvert yang sudah terpasang. Pada
pekerjaan pengecoran air hujan mempengaruhi mutu beton yang ada
karena menambah kadar air semen yang berakibat pada turunya mutu
beton. Selain itu, faktor cuaca seperti hujan juga dapat menyebabkan
berhentinya

satu

pekerjaan

dengan

alasan

keamanan

maupun

menghindari penurunan mutu bahan.


(b) Faktor peralatan
Kondisi peralatan sangat mempengaruhi kualitas pekerjaan
dilapangan, dengan peralatan yang baik maka kualitas pekerjaan akan
baik pula, disamping itu pekerjaan akan terselesaikan dengan lebih cepat,
35

karena banyak sekali pekerjaan yang tidak bisa dilakukan dengan cara
manual dengan tenaga manusia, kaluapun bisa secara manual akan
membutuhkan waktu yang lama, sehingga akan memperlambat progres
proyek tersebut dan sangat tidak efisien.
Berikut ini contoh beberapa peralatan yang sangat menggangu
kinerja proyek apabila peralatan ini tidak ada :
Tidak adanya tower crane akan menghambat kinerja pengangkutan

tulangan yang di gunakan untuk tulangan.


Tidak adanya mesin alat pembengkok tulangan sehingga harus di

lakukan secara manual.


(c) Faktor manusia
Kondisi manusia (tukang/pekerja) sangat mempengaruhi kualitas
pekerjaan dilapangan dengan pekerjaan yang baik maka kualitas
pekerjaan akan baik pula, disamping itu pekerjaan akan cepat
terselesaikan dengan lebih cepat, karena banyak sekali pekerjaan
dilapangan yang tidak bisa dilakukan secara santai, sehingga akan
memperlambat progres proyek tersebut dan sangat tidak efisien.
2.2 Kegiatan Khusus (Pelaksanaan Pekerjaan Box Culvert)
Kegiatan khusus yang dilaksanakan selama praktik industri adalah
melakukan pengamatan dan pemahaman tentang pelaksanaan pekerjaan Box
Culvert. Dalam pelaksanaan pekerjaan Box Culvert ada beberapa tahap yang harus
dilakukan untuk memperoleh hasil sesuai dengan rencana. Berikut ini adalah
uraian dari pelaksanaan pekerjaan Box Culvert yang ada di proyek relokasi jalan
tol ruas Porong-Gempol Paket 3B.
2.2.1 Pekerjaan Persiapan
2.2.1.1
Pekerjaan Pembersihan
Pekerjaan persiapan dimulai dari membersihkan lokasi di sekitar daerah
yang akan dikerjakan. Pekerjaan pembersihan dilakukan agar pada saat
pelaksanaan para pekerja tidak terganggu dengan benda-benda yang dapat
menghambat proses pekerjaan.
Pekerjaan pembersihan meliputi pengukuran, dan land clearing. Berikut
uraian pekerjaan pembersihan yang harus dikerjakan.

36

(1) Pengukuran dan Pematokan


(a) Kegiatan ini meliputi pekerjaan pengukuran untuk pemasangan patokpatok sehingga membentuk garis-garis yang sesuai dengan gambar dan
harus memperoleh persetujuan tim pengawas sebelum memulai
pekerjaan. Penentuan patok-patok di lapangan berdasarkan gambar
rencana disebut setting out.
(b) Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan dan kebenaran
pengukuran, kebenaran posisi level dan garis untuk keseluruhan
pekerjaan.
(c) Tim pengawas akan memberikan titik acuan sebagai dasar pengukuran
titik koordinat, batas-batas pekerjaan dan acuan untuk ketinggian.
Seluruh titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada
ukuran setempat, yaitu titik-titik ukur yang ada di lapangan proyek
seperti yang direncanakan dalam gambar-gambar dan disetujui oleh team
pengawas.

Gambar 2.9 Pekerjaan Setting Out


(d) Atas tanggungan sendiri kontraktor harus mengadakan survey dan
pengukuran tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
(e) Setiap tanda yang di buat oleh tim pengawas ataupun oleh kontraktor
harus di jaga baik-baik, bila terganggu atau rusak harus diperbaiki oleh
kontraktor atas tanggungan sendiri.
(2) Land Clearing

37

Pekerjaan land clearing adalah pekerjaan pembebasan area kerja dari


semua jenis benda yang mengganggu pekerjaan konstruksi. Benda-benda
yang harus dibersihkan/dibebaskan meliputi :
(a) Semua tanaman, semak-semak dan pohon-pohon dibersihkan sampai ke
akar-akarnya.
(b) Pada daerah rawa-rawa atau sawah-sawah basah, lumpur harus digali dan
diangkut keluar lokasi sampai didapat tanah yang baik sesuai petunjuk tim
pengawas.
(c) Rumah-rumah yang berdiri tepat pada area letak bangunan rencana harus
dibongkar.
(d) Bekas-bekas hasil pembongkaran bangunan, rumput, tanaman, semaksemak, pohon-pohon, lumpur, dibuang dan diangkut ke luar area proyek.
(e) Cara penimbuanan material bekas pembongkaran bangunan harus rapi
dan sesuai dengan persetujuan tim pengawas.

Gambar 2.10 Metode Pelaksanaan Pembebasan Area Tempat Kerja


2.2.1.2

Penyiapan Alat dan Bahan

38

Penyiapan alat dan bahan merupakan bagian penting untuk menciptakan


kelancaran dari kegiatan konstruksi. Adapun peralatan dan bahan yang digunakan
pada pekerjaan Box Culvert dalam proyek relokasi jalan tol Porong-Gempol Paket
3B adalah sebagai berikut.
(1) Peralatan Survey
Peralatan survey merupakan alat-alat yang pada proyek ini digunakan
untuk pemetaan dan pengukuran lapangan, yang meliputi:
(a)
Theodolith
Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan
as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan
yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan
elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara operasionalnya
adalah dengan mengatur nuovo dan unting-unting di bawah theodolith,
kemudian menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu,
menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan
tadi.
(b) Penyipat Dataran
Alat ini digunakan untuk :
Mencari selisih ketinggian antara dua titik (sering dikenal sebagai

control penyipat dataran).


Mengambil penampang memanjang dan penampang lintang tanah

sepanjang jalur yang diinginkan.


Menetapkan elevasi untuk mengendalikan pekerjaan yang sedang
berlangsung (sering disebut konstruksi penyipat dataran).

Gambar 2.11 Alat Penyipat Datar


(2) Alat-Alat Berat

39

Ketika suatu proyek akan dimulai, kontraktor akan memilih alat berat
yang akan digunakan di proyek tersebut. Pemilihan alat berat yang akan
dipakai merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan suatu
proyek. Alat berat yang dipilih haruslah tepat baik jenis, fungsi, ukuran,
maupun jumlahnya. Ketepatan dalam pemilihan alat berat akan memperlancar
jalannya proyek serta menghasilkan pekerjaan yang efisien, tepat mutu, tepat
biaya, dan tepat waktu.
Berikut ini adalah alat-alat berat yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan Box Culvert :
(a) Backhoe
Penggunaan tenaga manusia pada pekerjaan galian tanah, seperti
galian tanah untuk drainase dan galian tanah untuk widening/pelebaran
jalan akan tidak efisien, dan memakan waktu yang lama, karena volume
pekerjaan yang besar, sehingga diperlukan alat berat berupa backhoe.
Backhoe merupakan alat penggali (excavator) hidrolis, memiliki
bucket yang dipasangkan di depannya. Alat penggeraknya berupa traktor
dengan roda ban atau roda kelabang (Crawler). Crawler atau roda
kelabang pada backhoe membuat backhoe dapat bekerja di medan yang
buruk. Backhoe bekerja dengan cara menggerakkan bucket ke arah bawah,
kemudian menariknya menuju badan alat. Backhoe digunakan untuk
penggalian di bawah permukaan serta untuk penggalian material keras.
Keefektifan kinerja backhoe di lapangan, biasanya tergantung pada
kehandalan operator, dan kondisi alat. Mengoperasikan backhoe memang
cukup sulit, dibutuhkan keahlian khusus sehingga tidak sembarang orang
dapat

mengoperasikannya.

Operator

yang

tidak

handal

akan

mengakibatkan penggunaan backhoe pada pekerjaan proyek akan tidak


efektif, biaya operasional besar sedangkan hasil pekerjaan tidak
banyak/tidak memuaskan. Backhoe dan operatornya merupakan satu
kesatuan yang harus diperhatikan, agar pekerjaan yang menggunakan
backhoe dapat berjalan dengan baik dan efisien.
Kinerja Backhoe biasanya di kombinasikan dengan dump truck
pada pekerjaan galian tanah. Tanah digali, kemudian diisikan pada dump
truck untuk diangkut ke lokasi pembuangan.

40

Gambar 2.12 Backhoe


(b) Dump Truck
Dump truck adalah truck yang dipergunakan untuk memindahkan
atau membuang suatu material hasil galian dari lokasi proyek ke lokasi
yang telah ditetapkan kemana material tersebut itu dibuang/dijual
(demikian pula sebaliknya). Dump truck biasanya dilengkapi dengan
mesin

hidraulik

pada

bagian

baknya,

sehingga

memudahkan

pembuangan/pembongkaran tanah maupun material dari dalam bak.


Bagian belakang dump truck ditutup dengan terpal saat membawa
material, hal ini bertujuan agar material tidak terjatuh dijalan dan debunya
tidak menggangu pengguna jalan lain.

Gambar 2.13 Dump Truck


(c) Trailer

41

Trailer digunakan untuk mengangkut peralatan maupun bahan


yang mendukung pekerjaan dari satu lokasi ke lokasi lain dimana
pengangkutan tersebut hanya dimungkinkan dengan menggunaksn trailer.
Misalnya pengangkutan tulangan yang telah dipabrikasi di stockyard
untuk dibawa ke lokasi pekerjaan/pemasangan. Baja tulangan untuk Box
Culvert yang dipabrikasi di stockyard, memiliki dimensi dan bobot yang
cukup besar untuk dapat diangkut ke lokasi pemasangan sehingga
pengangkutan hanya dimungkinkan dengan menggunakan trailer.

Gambar 2.14 Trailer


(3) Peralatan Pabrikasi
Peralatan pabrikasi yang dimaksud adalah peralatan-peralatan yang
berkaitan dengan pekerjaan proyek yang dilakukan secara berulang-ulang,
dan dilakukan pada tempat yang sama, serta output produk yang sama, tidak
jauh berbeda seperti perakitan rangkaian baja tulangan, pencetakan beton
kerb. Berikut peralatan pabrikasi yang digunakan di lapangan :
(a) Mesin Las
Mesin ini mampu menghasilkan listrik sendiri dengan generator
diesel yang ter-include di dalam mesin las listrik ini, listrik yang
dihasilkan dipakai untuk proses pengelasan.
(b) Bar Bender
Bar Bender merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan berdiameter besar, seperti pada pembengkokan tulangan
sengkang, pembengkokan pada sambungan/overlap tulangan Box Culvert,
juga pada tulangan balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dan bar
cutter haruslah ada dalam suatu proyek besar karena untuk memenuhi
kebutuhan pembesian baik itu precast atau pasang di tempat.

42

Gambar 2.15 Bar Bender


(c) Bar Cutter
Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standar. Saat
diperlukan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan
terhadap tulangan yang ada. Ada 2 Bar Cutter yang digunakan, yaitu :
Bar Cutter manual
Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja tulangan menggunakan
penggerak tenaga manusia dengan kapasitas maksimum diameter 16

mm.
Bar Cutter listrik
Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual
adalah Bar Cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan
diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi disamping dapat
mempersingkat waktu pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat
dilakukan sekaligus seperti tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan
pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah tulangan diameter 16 mm, 2
buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm

Gambar 2.16 Bar Cutter Manual

43

Gambar 2.17 Bar Cutter Listrik


(4) Peralatan Pengecoran
(a) Bekisting
Bekisting atau acuan atau perancah merupakan cetakan beton yang
terbuat dari bahan kayu atau logam, atau gabungan dari keduanya, dimana
campuran beton akan dituangkan pada bekisting ini, sehingga ketika
beton mengeras akan membentuk seperi bentuk bekisting.
Bekisting dapat digunakan berulangkali, namun bekisting harus
dibongkar, dirawat, disimpan dengan baik. Salah satu hal yang dapat
dilakukan oleh kontraktor untuk memperpanjang usia bekisting adalah
mengharuskan orang yang sama untuk memasang dan membongkar
bekisting tersebut.

Gambar 2.18 Papan-papan Bekisting


(5) Bahan

44

Mewujudkan suatu bangunan konstruksi, tentunya membutuhkan


bahan-bahan konstruksi. Bahan-bahan ini dibelanjakan dari dana yang
diberikan owner kepada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan. Bahanbahan yang digunakan pada pekerjaan ini, diantaranya :
(a) Semen Portland (Portland Cement)
Semen Portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat
hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker (bahan ini terutama terdidri dari silikat-silikat kalisium yang
bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan. Bahan baku
pembuatan semen adalah bahan-bahan yang mengandung kapur, silica,
alumina, oksida besi, dan oksida-oksida lain.
Dilihat dari segi penggunaannya, semen portland dibagi kedalam 5
jenis yakni:
Jenis I : Semen portland jenis umum (normal Portland Cement), yaitu
jenis semen portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton secara
umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus, misalnya pembuatan

trotoar, urung-urung, pasangan bata, dan sebagainya.


Jenis II : Semen jenis umum dengn perubahan-perubahan (modified
Portland Cement). Semen ini memiliki panas hidrasi yang lebih
rendah dan keluarnya panas lebih lambat dari pada semen jenis I. Jenis
ini digunakan untuk bangunan tebal-tebal seperti pilar dengan ukuran
besar, tumpuan dan dinding tahan tanah tebal, dan sebagainya. Panas
hidrasi yang agak renda dapat mengurangi terjadinya retak-retak
pengeresan. Jenis ini juga dapat digunakan untuk bangunan bangunan

drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat agak tinggi.


Jenis III : Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high earlystrength-portland-cement). Jenis ini memperoleh kekuatan besar
dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk perbaikan
bangunan-bangunan beton yang segera digunakan atau yang acuannya

perlu segera dilepas.


Jenis IV : Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low
heat-portland-cement). Jenis ini merupakan jenis khusus untuk
penggunaan yang memerlukan panas hidrasi serendah-rendahnya.

45

Kekuatannya tumbuh lambat. Jenis ini digunakan untuk bangunan

beton massa seperti bendungan bendungan gravitasi besar.


Jenis V : Semen portland tahan sulfat (Sulfate-resisting-Portland
Cement). Jenis ini merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya
untuk penggunaan pada bangunan-bangunan yang kena sulfat, seperti
di tanah atau air yang tinggi kadar alkalinya. Pengerasan lebih lambat
dari pada semen portland biasa.

(b) Retarder
Retarder adalah bahan kimia pembantu untuk memperlambat
waktu pengikatan (setting time) sehingga campuran akan tetap mudah
dikerjakan (workable) untuk waktu yang lama.
Retarder akan membungkus butir semen dengan OH - sehingga
memperlambat reksi awal dari hidrasi-nya. Terbentuknya garam Ca dalam
air mengurangi konsentrasi ion Ca dan memperlambat kristalisasi selama
fase hidrasi.
Kegunaan Retarder adalah memperlambat waktu pengikatan (set)
dan pengerasan (hardening). Efek sampingannya adalah menaikkan
kekuatan akhir beton, karena :
Mengurangi kecepatan evolusi panas (untuk pengecoran yang luas

dalam cuaca panas)


Menghindari terjadinya campuran dingin (cold joints), yaitu pada
pengecoran beton massif dimana pengecoran lapisan demi lapisan

memakan waktu yang cukup lama atau pengecoran yang terganggu.


Untuk pengangkutan yang lama, misalnya pada pembuatan beton jadi
(ready mix), menunda pengikatan awal (initial setting) dengan tetap

menjaga workabilitas-nya.
Untuk kondisi penulangan yang sulit dan tidak umum, pada proyek ini
misalnya pada pengecoran pier dimana pier ini berukuran cukup besar
dan jarak yang dalam.

Kelemahan dari Retarder adalah:

Mengakibatkan bleeding.
Memperbesar susut plastis.
Adanya tendensi pengurangan kekuatan pada umur dini (1 sampai 3
hari).
46

(c) Air
Air

untuk

pembuatan

dan

perawatan

beton

tidak

boleh

mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis


atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan baja tulangan. Sebaiknya
dipakai air bersih yang dapat diminum. Air yang baik, yang tidak
mengandung 3B yaitu tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa.
(d) Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pegisi dalam campuran mortar atau beton. Hampir 75% dari volume beton
terdiri atas agregat, dengan demikian maka sifat-sifat dan perilaku agregat
akan sangat berpengaruh terhadap kondisi alami dan perilaku keteknikan
beton. Kekuatan beton secara umum sangat dipengaruhi oleh kekuatan
dari agregat yang digunakan, karena pada dasarnya kekuatan beton
mengandalkan kekuatan agregat. Kekuatan pecah batuan untuk agregat
beton umumnya berkisar antara 700 dan 3000 kg/m2.
Kekuatan beton juga dikontrol oleh efektivitas ikatan antara
agregat dengan semen. Saat kondisi kering, semen dapat mengalami
penyusutan (shrinkage). Apabila agregat yang digunakan memiliki
kekuatan yang tinggi, gejala penyusutan pada semen dapat diminimasi
dan antara semen agregat bisa terikat dengan baik. Kekuatan ikatan antara
semen agregat juga dipengaruhi oleh tekstur agregat. Permukaan yang
kasar pada suatu agregat akan menghasilkan ikatan (interlocking) yang
lebih kuat dari pada agregat dengan permukaan yang halus.
Beberapa agregat memiliki potensi reaksi alkali, baik dari jenis
batuan beku, sedimen maupun metamorf. Secara umum, jenis batuan yang
cukup banyak digunakan sebagai agregat dan memiliki potensi reaksi
alkali cukup tinggi antara lain yaitu batuan beku yang berkomposisi asam
hingga intermedier, seperti granit, riolit, syenit, diorit, dasit, dan andesit.
Mineral-mineral silikat hadir cukup dominan pada batuan ini.
Reaksi alkali antara agregat dengan semen dapat menyebabkan
terjadinya proses pengembangan (expansion) yang ditandai oleh hadirnya
jel silika dan umumnya diikuti oleh adanya retakan (cracking) pada beton.
Retakan pada beton akan mengakibatkan hilangnya kekuatan beton
tersebut dan hal ini sangat membahayakan dalam penggunaannya,

47

terutama untuk konstruksi beton pada bangunan bangunan sipil. Agregat


dapat dibedakan menjadi :
Agregat Kasar
Penyebutan agregat kasar, karena ukuran butirannya yang
cukup besar. Agregat kasar untuk pembuatan beton biasa disebut
dengan split. Pekerjaan beton di Proyek ini, menggunakan split
dengan ukuran butir 14-19 mm. Agregat kasar perlu diperhatikan sifat
mekanik, agar meiliki kekuatan yang baik.

Gambar 2.19 Sample Split, dengan Ukuran Butir 14-19 mm

Agregat Sedang
Agregat sedang sering pula dikenal dengan sebutan screen.
Screen memiliki ukuran butir yang lebih kecil dari agregat kasar,
sehingga dapat mengisi celah-celah antara susunan agregat kasar.
Ukuran butir agregat yang digunakan pada proyek ini adalah screen 5
14 mm. Penggunaan agregat kasar, screen dan abu batu membuat
komposisi agregat memiliki gradasi continue (menerus) sehingga
mengurangi resiko terbentuknya celah pada beton.

Gambar 2.20 Screen Ukuran Butir 5 - 14 mm


Agregat Halus

48

Agregat halus yang digunakan pada proyek ini yaitu abu batu.
Abu batu didapat dari stone crusher/instalasi penghancur batu.
Penggunaan abu batu sebagai agregat halus lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan pasir, karena pada dasarnya abu batu
merupakan sisa material batu yang dipecah, sehingga sifat materialnya
serupa dengan batu.

Gambar 2.21 Sampel Abu Batu


(e) Baja Tulangan
Baja Berbentuk batang yang digunakan untuk penulangan beton
dalam perdagangan disebut besi beton. Berdasarkan bentuknya dibagi
menjadi baja tulangan polos dan baja tulangan sirip (Deform). Baja
tulangan polos merupakan batang baja yang permukaannya licin,
sedangkan baja tulangan sirip merupalan batang baja dengan bentuk
permukaan khusus untuk mendapatkan pelekatan (Bounding) pada beton
yang lebih baik dari pada baja tulangan polos dengan luas penampang
sama.
Tulangan baja deform terdiri atas dua jenis berdasarkan siripnya
yakni batang baja tulangan bersirip teratur dan baja tulangan yang
dipuntir.

49

Gambar 2.22 Berbagai Diameter Tulangan yang Digunakan dalam


Proyek
Berikut ini adalah data tulangan yang digunakan dalam proyek ini:
Tabel 2.1 Data Tulangan yang Dipakai dalam Pekerjaan Pembesian
Notasi Tulangan
S6
S8
S10
S13
S16
S19
S22
S25
S29
S32
S36

Diameter (mm)
2
8
10
13
16
19
22
25
29
32
36

Unit Weight (kg/m)


0.222
0.395
0.617
1.040
1.580
2.230
2.980
3.850
5.180
6.310
7.990

2.2.2 Pekerjaan Galian Struktur


Pekerjaan galian struktur pada proyek ini dilakukan dengan menggunakan
excavator. Pekerjaan galian ini harus sesuai dengan ukuran Box Culvert yang
direncanakan dan ukuran galian dilebihkan sedikit untuk tempat bekisting.
Langkah-langkah dalam pekerjaan penggalian tanah dapat diurutkan
sebagai berikut :
(1) Time surveyer memberi tanda bagian mana yang harus digali sebelum
penggalian dilakukan.
(2) Penggalian dilakukan dengan menggunakan excavator pada daerah yang

50

sudah diberi tanda oleh time survey, dan tanah hasil galian tersebut diletakkan
pada tempat yang sudah ditentukan.
(3) Time survey mengecek kedalaman tanah yang suda digali.
(4) Merapikan bagian sisi-sisi galian dan membersihkan dari runtuhan tanah.

Gambar 2.23 Pekerjaan Penggalian Tanah dengan Excavator


Setelah pekerjaan galian struktur selesai, pekerjaan dilanjutkan dengan
timbunan pasir tebal 10 cm, kemudian pekerjaan lantai kerja (Lean Concrete)
tebal 10 cm. Dalam pelaksanaan lantai kerja (Lean Concrete), permukaan galian
harus diperiksa kepadatan dan kerataannya sesuai spesifikasi. Permukaan galian
harus bersih dari kotoran, lumpur, batu lepas dan bahan asing lainnya yang
memungkinkan mengurangi kekuatan lantai kerja (Lean Concrete).

51

Gambar 2.24 Lantai Kerja (Lean Concrete)


2.2.3 Pekerjaan Pembesian
Tulangan untuk Box Culvert terlebih dahulu dibuat di stockyard, sebelum
pekerjaan penggalian dimulai. Sehingga ketika penggalian selesai, tulangan hanya
tinggal dirangkai ditempatkan pada galian Box Culvert. Pekerjaan pembesian yang
meliputi perhitungan diameter tulangan, jarak antar tulangan dan sebagainya harus
memenuhi syarat-syarat dari pembesian sebagai berikut :
(1) Persyaratan Peraturan Beton Indonesia 1971 seperti panjang kait, panjang
penyaluran, panjang stek dan jarak antar tulangan.
(2) Pengikatan tulangan harus kuat, supaya dalam pengecoran tidak mengalami
pergeseran tempat. Pengikatan dilakukan dengan menggunakan kawat baja
dan las listrik.
(3) Untuk menjaga tercapainya selimut beton yang diinginkan maka pada
tulangan diberi spacer di empat sisi, sepanjang tulangan, dengan jarak 2000
mm.
(4) Pengelasan harus memenuhi ketentuan perencana, yaitu harus sesuai dengan
Structural Welding Code Reinforced Steel. Menggunakan electrode E90xx,
dan saat pengelasan, tidak boleh merusak batang tulangan utama.
(5) Pemasangan tulangan harus benar-benar sesuai dengan gambar rencana serta
daftar pembesian yang dibuat oleh kepala pelaksana yang sudah disetujui oleh
konsultan pengawas, kecuali ditentukan lain ataupun ada revisian desain.

52

I
M
P
e
k
k
m
n
a
e
b
o
y
g
t
r
t
u
i
e
a
j
a
o
s
k
c
n
t
n
u
a
e
a
g
n
t
k
d
n
b
a
e
e
s
r
t
n
P
s
e
a
u
g
e
t
s
n
l
k
a
m
u
g
a
e
n
b
r
a
k
n
m
e
t
i
a
g
b
l
s
i
a
i
u
a
n
l
s
a
k
n
i
n
u
d
r
t
e
a
u
n
n
l
g
a
n
g
a
b
n
e
n
d
r
a
t

Gambar 2.25 Breakdown Pekerjaan Pembesian


Pekerjaan pembesian meliputi antara lain :
(1) Membuat bestart (daftar memotong besi)
Tahap ini merencanakan daftar pemotongan besi sesuai dengan
gambar rencana dan besi di lapangan.
(2) Memotong tulangan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
Memotong tulangan harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai
bestart dan diupayakan supaya tidak terjadi kesalahan juga diupayakan agar
sisa potongan seminim mungkin. Harga besi tulangan sangatlah mahal, dan
apabila terjadi kesalahan saat pemotongan akan membuat potongan tidak
dapat digunakan lagi. Sedangkan besi sisa potongan harganya jatuh di
pasaran, sehingga hal ini akan membuat kerugian.
(3) Membentuk kait dan sengkang
Pekerjaan ini membutuhkan alat pembentuk seperti bar bender,
ataupun pembengkok tulangan tradisional yang dibuat sendiri. Batang-batang
tulangan dipotong sesuai dengan kebutuhan, kemudian dibentuk dengan bar
bender sesuai dengan bentuk di gambar.
(4) Menyusun tulangan pada tempatnya sesuai dengan gambar rencana
Setelah komponen-komponen tulangan telah dibuat, kemudian
disusun sesuai dengan gambar. Selesai tulangan-tulangan ditempatkan tepat
pada posisinya, sesuai dengan gambar, maka tulangan tersebut diikat dengan
las.

53

(5) Mengikat tulangan yang berhubungan satu sama lain dengan dilas
Memulai pekerjaan pembesian, sebelumnya kepala pelaksana harus
membuat daftar rencana pembesian yang mendetail berdasarkan gambar
rencana konstruksi yang lengkap, seperti diameter tulangan, panjang
tulangan, banyak tulangan yang dibutuhkan, panjang bengkokan, jarak antar
tulangan, tempat penghentian dan penyambungan tulangan.

Gambar 2.26 Detail Penulangan Box Culvert Kali Mati 2


Pekerjaan pemotongan dan pembengkokan tulangan dilakukan di
stockyard. Pekerjaan ini memerlukan gambar konstruksi dan daftar rencana
pembesian karena kebutuhan tulangan yang bervariasi.
Mempertimbangkan tingginya harga besi tulangan, maka pekerjaan
pemotongan dan pembengkokan tulangan harus diusahakan se-efisien

54

mungkin dengan mengusahakan agar sisa potongan tulangan sesedikit


mungkin. Oleh karena itu pekerja dituntut mengusahakan pemanfaatan
sepenuhnya dari batang besi tulangan, dan meminimalisir potongan sisa
tulangan yang tidak berguna.
Setelah pemotongan dan pembengkokan selesai, pekerjaan dilanjutkan
dengan perakitan tulangan. Perakitan tulangan dilakukan langsung diarea
rencana pembangunan Box Culvert. Apabila penyambungan tulangan Box
Culvert telah selesai, selanjutnya pada setiap sisi tulangan dipasang beton
decking dengan jarak yang sudah ditentukan digambar rencana. Fungsi dari
beton decking ini antar lain untuk mengatur ketebalan selimut beton dan
mengatur tulangan agar tetap berada didalam selimut beton.

Gambar 2.27 Beton Decking


Ketika tulangan sudah terangkai, pengawas mengecek tulangan Box
Culvert dan kemudian bila telah disetujui, maka kemudian tulangan tersebut
dilas pada beberapa titik sehingga tidak terlepas dari posisinya.

55

Gambar 2.28 Pelaksanaan Perakitan Tulangan


2.2.4 Pekerjaan Bekisting dan Perancah
Setiap pekerjaan pengecoran sebelumnya harus dilakukan pemasangan
bekisting dan perancah sebagai wadah beton atau cetakan konstruksi yang akan
dibeton. Dalam hal ini, pekerjaan Box Culvert perlu dilakukan pemasangan
bekisting dan perancah. Namun tiap konstruksi memiliki bentuk, bahan, dan
metode pemasangan bekisting dan perancah yang berbeda.
Bekisting dan perancah dipasang sesuai dengan ukuran dan bentuk yang
ada pada Construction Drawing (CD). Fungsi bekisting dan perancah adalah
untuk membentuk beton sesuai dengan bentuk yang diinginkan, karena itu harus
dipasang kaku dan rapat agar dapat menahan tekanan saat dilakukan pengecoran.
Persyaratan Umum yang harus dipenuhi pada pekerjaan bekisting dan
perancah adalah sebagai berikut :

56

(1) Bekisting dan perancah harus kokoh dan kuat, agar bentuk penampang beton
sesuai dengan yang diharapkan.
(2) Struktur bekisting dan perancah harus mampu menahan beban beton segar,
beban sendiri, beban akibat getaran vibrator dan beban angin.
(3) Kerapatan sambungan pada panil harus terjamin sehingga tidak terjadi
kebocoran pada sambungan antar panil serta pada sudut pertemuan antar panil
ketika beton telah di corkan.

Gambar 2.29 Bahan-bahan untuk Pembuatan Bekasting dan Perancah


Perakitan panil-panil bekisting harus dilakukan dengan teliti sesuai gambar
rencana. Panil-panil bekisting harus dibuat kokoh agar pada saat pembongkaran
bekisting tidak mudah rusak dan bisa dipakai lagi untuk bekisting Box Culvert
lainnya.

57

Gambar 2.30 Pembuatan Panil-panil Bekisting


Pada pekerjaan bekisting dan perancah, kita harus melaksanakan timbunan
pasir tebal 10 cm dan pekerjaan lantai kerja (Lean Concrete) tebal 10 cm. Setelah
lantai kerja cukup keras, kemudian bekisting dan pembesian lantai Box Culvert
dipasang. Pasang pembesian dinding Box Culvert setelah itu bekisting dinding
ditempatkan dan dipasang dengan menggunakan perancah yang kokoh dan kuat.

Gambar 2.31 Skema Pekerjaan Bekisting dan Perancah Box Culvert


Pekerjaan bekisting merupakan salah satu dari parameter biaya yang
paling penting untuk dipertimbangkan dengan seksama, terutama untuk konstruksi
dari struktur bangunan beton bertulang. Untuk menilai ekonomi pada bekisting
dan perancah yaitu dengan penggunaan ulang yang maksimum dari bahan-bahan
bekisting dan perancah. Kondisi ini sangat menguntungkan dimana dimensidimensi distandarkan dan menghasilkan sejumlah pengulangan dari bekisting.

58

Manfaat dari rencana penggunaan ulang, hanya dapat terlaksana jika


bekisting tersebut dapat dilepaskan dan digunakan ulang tanpa terlalu banyak
kerusakan. Oleh karena itu dalam merancang bekisting harus mudah dipasang dan
dibongkar adalah penting.
Pada perancah harus dipasang dengan kuat untuk menopang berat muatan
beton tanpa mengalami lendutan saat proses pengecoran. Selain harus kuat
menopang berat, perancah harus mudah dibongkar agar ketika saat pembongkaran
bekisting tidak rusak.

Gambar 2.32 Pemasangan Bekisting dan Perancah Box Culvert


Setelah bekisting terpasang, pada permukaan panil-panil bekisting harus
dilumuri dengan pelumas bekisting. Hal ini bertujuan agar beton yang mengeras
nantinya tidak menempel pada beskisting, dan bekisting dapat dibuka dengan
mudah.

59

Gambar 2.33 Bekisting Oil


2.2.5 Pekerjaan Pengecoran
Sebelum pengecoran, dilakukan kontrol kualitas terhadap kondisi
bekisting, posisi penempatan pembesian, jarak antar tulangan, ketebalan beton
decking, ukuran besi yang digunakan dan kebersihan Box Culvert yang akan dicor.
Setelah dilakukan kontrol kualitas terhadap bekisting dan pembesian maka
pekerjaan pengecoran siap dilakukan.
Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan dengan baik karena pekerjaan
ini merupakan bagian yang paling kritis menentukan berfungsi tidaknya suatu Box
Culvert. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi bila pada
tahapan ini gagal maka gagal pula Box Culvert tersebut secara keseluruhan.
Pengecoran disebut gagal jika bekisting tersebut tidak terisi benar dengan
beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air,
tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat.
Alat-alat yang digunakan dalam proses pengecoran Box Culvert adalah
sebagai berikut :
(1) Concrete Pomp
Concrete Pomp digunakan apabila lokasi penuangan beton segar sulit
dijangkau. Namun ada beberapa syarat dalam penggunaan Concrete Pomp,
yaitu jarak yang harus dijangkau tidak lebih dari 30 m, karena belalai
Concrete Pomp hanya sepanjang 30 m. Syarat lainnya adalah Concrete Pomp
hanya dapat digunakan untuk beton segar dengan agregat 5-20 mm dan 20-40
mm, karena apabila agregatnya lebih besar dari 20-40 mm, agregat dapat
tersendat di dalam belalai Concrete Pomp.

60

Gambar 2.34 Concrete Pomp


(2) Truck Mixer
Truck Mixer merupakan alat pengangkut beton yang siap untuk dicor.
Truk ini memiliki kapasitas 8 m3, namun biasanya Truck Mixer hanya diisi 56 m3 tergantung medan yang ditempuh. Karena apabila Truck Mixer diisi
terlalu penuh beton dalam Truck Mixer dapat tumpah dan berceceran di
sepanjang jalan menuju lokasi pengecoran. Jumlah Truck Mixer yang
beroperasi disesuaikan dengan kebutuhan beton yang akan dicor.

Gambar 2.35 Truck Mixer


(3) Vibrator
Vibrator merupakan alat penggetar untuk memadatkan campuran
beton segar supaya bekisting dapat terisi dengan rata. Vibrator dapat langsung
masuk ke dalam campuran dan dapat dipindahkan dengan mudah. Jarum
vibrator bergetar dengan kecepatan lebih dari 7000 rpm. Jarum dihubungkan
ke motor penggerak oleh selang yang flexibel. Ujung belalai vibrator
dimasukkan dalam adukan beton dengan posisi vertikal. Ujung vibrator

61

diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja. Penggetaran dilakukan


selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan.

Gambar 2.36 Vibrator


Ketika pengecoran dilaksanakan, Truck Mixer yang membawa beton segar
dari Batching Plan datang ke lokasi pengecoran. Kemudian dari Truck Mixer
tersebut akan diambil sampel beton segar untuk diperiksa suhunya dan juga
workability oleh pengawas lapangan dengan menggunakan uji slump di lokasi
pengecoran.
Untuk pemeriksaan workability hanya dilakukan pada beton segar yang
dibawa oleh Truck Mixer pertama, selanjutnya pengujian workability di lokasi
pengecoran hanya dilakukan bila diperukan saja. Selain itu suhu udara jg harus
diperiksa. Seluruh hasil pemeriksaan itu akan dicatat oleh pengawas lapangan
sebagai laporan.

Gambar 2.37 Alat Pengukur Suhu Udara

62

Gambar 2.38 Alat Pengukur Suhu Beton Segar


Pengawas lapangan melakukan pengujian slump yang bertujuan untuk
mengukur kelecakan beton segar dan dipakai pula untuk memperkirakan tingkat
kemudahan dalam pengerjaannya. Uji slump adalah suatu uji empiris/metode yang
digunakan untuk menentukan konsistensi/kekakuan dapat dikerjakan atau tidak
dari campuran beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workabilitynya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang
digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan,
kelebihan, atau cukup air.
Kadar air dalam campuran beton sangat diperhatikan karena menentukan
tingkat workability-nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair akan
menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran
beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk
dicetak.
Percobaan ini menggunakan alat-alat sebagai berikut :
(1) Corong baja yang berbentuk kerucut (konus) berlubang pada kedua ujungnya.
Bagian atas berdiameter 100 mm, dan tinggi 300 mm.
(2) Tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm.
Pengujian ini harus dilakukan dengan baik dan benar. Adapun cara
pelaksanaan adalah sebagai berikut :
(1) Mula-mula corong baja ditaruh di atas tempat yang rata dan tidak menghisap
air (pelat baja), dengan diameter yang besar di bawah dan diameter yang kecil
di atas.
(2) Adukan beton dimasukkan ke dalam corong tersebut dengan hati-hati dan
corong dipegang erat-erat agar tidak bergerak. Jumlah adukan beton
dimasukkan kira-kira sebanyak sepertiga volume corong.
(3) Lalu adukan dalam corong ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali dengan tongkat
baja.
63

(4) Kemudian adukan kedua yang kira-kira volumenya sama dengan yang
pertama dimasukkan, dan ditusuk-tusuk pula, seperti adukan yang pertama.
Penusukan jangan sampai menusuk lapisan yang pertama.
(5) Bila lapisan kedua sudah ditusuk, lalu adukan ketiga dimasukkan dan ditusuk
pula, sebagaimana adukan sebelumnya.
(6) Kemudian, tarik corong lurus ke atas, dan perhatikan penurunan bagian atas
adukan betonnya.
(7) Ukur dan catatlah penurunan permukaan atas beton segar tersebut. Besar
penurunan adukan beton tersebut disebut nilai slump.

Gambar 2.39 Pelaksanaan Uji Slump untuk Pemeriksaan Workability


Dalam pengujian slump pada campuran beton Box Culvert Kali Mati 2
memperoleh nilai slump sebesar 7,7 cm. Hasil nilai slump ini telah mencapai
kriteria syarat slump dari pekerjaan Box Culvert yaitu sebesar 7,5 + 2,5 cm.
Setelah pekerjaan uji slump terpenuhi, pengawas lapangan memperbolehkan
pekerja untuk melaksanakan tahap pekerjaan selanjutnya.
Setelah semua pemeriksaan oleh pengawas lapangan telah dilaksanakan,
maka pengecoran pun dilaksanakan. Pengecoran dilaksanakan dengan menggunakan Concrete Pomp. Alasan digunakannya Concrete Pomp adalah karena
penumpahan beton segar tidak dapat dijangkau Truck Mixer. Namun Concrete
Pomp hanya dapat digunakan untuk beton dengan agregat 5-20 mm atau 20-40
mm.
Apabila beton dengan agregat lebih besar dari 5-20 mm atau 20-40 mm,
maka tidak dapat digunakan Concrete Pomp karena agregat dapat tersendat dalam
corong pompa. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut, Truck Mixer akan
menuangkan beton segar ke dalam bak penampung yang ada pada Concret Pomp,
64

kemudian Concrete Pomp akan memompa beton segar dari bak penampung untuk
dituangkan pada bekisting.
Pada saat penumpahan beton segar, jarak mulut pompa dengan lantai
pengecoran maksimal 1,5 m. Hal ini dikarenakan agar beton segar yang
ditumpahkan tidak terlalu berceceran sehingga kualitas beton dapat terjaga. Saat
pengecoran dilaksanakan pekerja akan mengiringi dengan memasukan Vibrator ke
dalam beton yang baru saja ditumpahkan oleh Concrete Pomp agar beton menjadi
padat dan tidak ada udara di dalamnya.
Pengecoran dilaksanakan secara continue, maksudnya penuangan beton
dengan Concrete Pomp tidak boleh terputus atau ada selisih waktu yang terlalu
lama. Maksimal selisih waktu yang dapat ditoleransi adalah 10 menit. Oleh sebab
itu Truck Mixer tidak boleh terlambat datang. Hal ini dikarenakan agar tidak
terjadi perbedaan suhu yang signifikan antara beton yang sudah dituang dengan
beton yang baru dituang dan beton dapat setting secara merata.

2.2.6 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


Hal yang sangat penting sekali terhadap kualitas hasil beton adalah tata
cara bongkar dan masa izin bongkar bekisting. Bekisting yang bisa dibongkar per
panil akan lebih baik, sehingga bekisting yang dibongkar bisa langsung di
support/disokong oleh support seperti pipe support. Bongkaran bekisting yang
sekaligus akan menimbulkan retakan beton yang ekstrim akibat penurunan
/lendutan lantai beton yang tiba-tiba.
Makin lama bekisting terpasang setelah cor, tentunya makin baik. Akan
tetapi tentunya hal ini mengakibatkan jumlah penyediaan bekisting semakin
banyak akibat bekisting tidak bisa dipakai ulang dengan cepat. Peraturan yang
mengizinkan masa bongkaran bekisting tentu berlainan.
Pembongkaran bekisting pada pekerjaan Box Culvert dilakukan setelah
beton dianggap bisa untuk menahan berat sendiri dan sedikit beban kerja yaitu
dengan kekuatan minimum 75% dari kekuatan rencana. Pada saat bekisting
dilepas, tidak boleh terjadi lendutan yang berlebihan dan tidak menimbulkan
kerusakan pada beton.
Pada pelaksanaan pembongkaran bekisting Box Culvert, pembongkaran
bekisting dikerjakan 1-2 hari setelah pengecoran. Adapun urutan dari pekerjaan
pembongkaran bekisting yaitu :
65

(1) Melepas penguat dan penyangga samping.


(2) Melepas baut pada besi klem pengaku.
(3) Melepas papan bekisting Box Culvert dengan menggunakan linggis.
Pembongkaran bekisting dan perancah pada bagian bawah beton tidak
boleh dibongkar dahulu sebelum dipastikan beton tersebut sudah mencapai
kekuatan yang cukup. Ketika beton memiliki kekuatan yang cukup, semua
cetakan harus dibongkar dan disingkirkan dari lubang Box Culvert supaya
pekerjaan yang lain tidak terganggu.
Cetakan yang telah disingkirkan, segera dikumpulkan dan ditumpuk
ditempat yang aman. Hal itu bertujuan agar cetakan tidak rusak dan bisa dipakai
kembali.

Gambar 2.40 Bekisting Box Culvert yang Telah Dibongkar


2.2.7 Pekerjaan Perawatan Beton
Perawatan beton ialah suatu tahap akhir pekerjaan pembetonan, yaitu
pekerjaan menjaga agar permukaan beton segar selalu lembab. Perawatan beton
sangat diperlukan agar kualitas beton tetap terjaga selama pengerasan/pematangan
beton. Penguapan dapat menyebabkan kehilangan air yang cukup berarti sehingga
dapat mengakibatkan proses hidrasi berjalan tidak sempurna, dengan konsekuensi
berkurangnya kekuatan beton.
Penguapan dapat juga menyebabkan penyusutan kering terlalu awal dan
cepat, sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik yang menyebabkan retak,
kecuali bila beton telah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tegangan
ini. Memperhatikan hal di atas, maka direncanakan suatu perawatan untuk

66

mempertahankan beton supaya terus menerus berada dalam keadaan basah selama
periode beberapa hari dan bahkan beberapa minggu.
Pada tahap ini, perawatan beton dilakukan dengan melindungi beton dari
sinar matahari. Kain goni adalah alat yang digunakan untuk menutupi beton
tersebut. Kain goni harus dibasahi supaya permukaan beton selalu lembab. Dalam
pelaksanaan perawatan beton ini sekurang-kurangnya harus selama 7 hari.
Adapun cara kedua adalah dengan memberikan membrane-forming curing
compound (selaput pengawet). Caranya adalah seluruh permukaan beton harus difinishing terlebih dahulu dan selama masa finishing, beton harus dilindung dengan
metode perawatan air.
Bahan pengawet selaput harus digunakan setelah cetakan dibongkar atau
air permukaan sudah hilang. Bahan ini harus disemprotkan pada permukaan beton
satu kali lapisan atau lebih dengan kecepatan sesuai instruksi dari pabrik
pembuatnya.
Bila bahan pengawet selaput pecah atau rusak sebelum berakhirnya
periode perawatan, daerah yang rusah harus segera diperbaiki dengan memberikan
tambahan material pengawet selaput. Pada pekerjaan Box Culvert ini, metode
yang kedualah yang digunakan untuk perawatan beton.

Gambar 2.41 Perawatan Beton dengan Menyemprotkan Selaput Pengawet

67

Gambar 2.41 Dimensi Box Culvert Kali Mati 2


2.3 Pembahasan
Dari praktik industri ada banyak penyesuaian antara teori yang didapat
dibangku perkuliahan dengan pelaksanaan dilapangan. Dalam pembahasan ini ada
beberapa hal yang dapat diamati dan berhubungan dengan tujuan khusus dengan
praktik industri yaitu pekerjaan Box Culvert. Tujuan dari pembahasan praktik
industri ini untuk menjelaskan hasil studi lapangan dengan mengacu pada
berbagai pustaka, sehingga menghasilkan dukungan atau penolakan hasil studi
terhadap kajian pustaka. Berikut hasil dari temuan dilapangan dengan kajian
pustaka :
(1) Pekerjaan Persiapan
Tabel 2.2 Perbandingan Teori dan Temuan Lapangan Alat dan Bahan
Pekerjaan Persiapan Pembuatan Box Culvert
No Teori
1
Syarat besi yang
digunakan : (a) Bersih
dari karat; (b) Lurus; (c)
Memisahkan jenis besi
saat penyimpanan.
(Timbul Purwoko dan
Bedjo, 1982)
2

Hal yang perlu


diperhatikan : (a)
Kebutuhan dan jenis

Temuan Lapangan
Keterangan
(a) Besi yang telah berkerat Sesuai
dipisahkan dan tidak
digunakan; (b) Besi
diluruskan sebelum diukur
dan digunakan untuk
tulangan; (c) Besi disimpan
dengan baik dan
dipisahkan menurut ukuran
diameternya.
(a) Kebutuhan tulangan
Sesuai
sudah diperhitungkan
sedemikian rupa; (b)
68

tulangan; (b) Sesuai


anggaran; (c)
Penggunaan tulangan
harus efisien. (Timbul
Purwoko dan Bedjo,
1982)

Pemilihan tulangan telah


disesuaikan dengan
anggaran; (c) Penggunaan
ekstra dari potongan
tulangan pokok.

(2) Pekerjaan Galian Struktur


Tabel 2.3 Perbandingan Teori dan Temuan Lapangan Pekerjaan Galian
Struktur
No Teori
1
Syarat pekerjaan galian
struktur yang digunakan :
(a) Mengatur drainase
alamiah dari air yang
mengalir pada
permukaan tanah, untuk
mencegah galian
tergenang air; (b)
Memeriksa bahwa segala
pembongkaran dan
pembersihan ditempat
galian sudah
dilaksanakan; (c)
Mengukur elevasi
pemanpang melintang
sebelum pekerjaan
galian. Rencana Kerja
dan Syarat (RKS)

Temuan Lapangan
Keterangan
(a) Membuat saluran air
Sesuai
sementara sebagai tempat
mengalirnya air; (b)
Pembersihan dan
pembongkaran sudah
dilaksanakan dengan baik,
bekas material
pembersihan ditempat yang
jauh dari tempat kerja; (c)
Pengukuran elevasi
dilakukan sebelum
pekerjaan galian.

(3) Pekerjaan Pembesian


Tabel 2.4 Perbandingan Teori dan Temuan Lapangan Pekerjaan
Pembesian
No Teori
1
Besi yang digunakan : (a)
Mutu S11 0136-80
(grade BJTP 24), atau
JIS G 3112 (grade SR
24), atau AASHTO M31
(grade 40) untuk batang
berdiameter 9 mm atau
kurang; (b) Mutu S11
0136-80 (grade BJTP
40), atau JIS G 3112

Temuan Lapangan
Tulangan yang digunakan
sesuai dengan yang di
tentukan.

Keterangan
Sesuai

69

(grade SD 40), atau


AASHTO M31 (grade
60). Pada penulangan
anyaman baja harus
mengikuti AASHTO
M55 untuk batang
berdiameter 10 mm atau
lebih. Rencana Kerja dan
Syarat (RKS)
(a) Pembengkokan besi
beton harus dilakukan
dengan hati-hati dan
teliti/tepat pada posisi
pembengkokan sesuai
gambar dan tidak
menyimpang dari PBI;
(b) Sebelum penyetelan
dan pemasangan dimulai,
Kontraktor harus
membuat rencana kerja
pemotongan dan
pembengkokan baja
tulangan (bending
schedule). Rencana Kerja
dan Syarat (RKS)
(a) Tulangan harus bebas
dari kotoran, karat, dan
bahan lain yang
mengurangi daya lekat;
(b) Tulangan harus
dipasang sedemikian
rupa hingga sebelum dan
selama pengecoran tidak
berubah tempatnya; (c)
Perhatian khusus perlu
dicurahkan terhadap
ketepatan tebal penutup
beton; (d) Pada tulangan
harus dipasang dengan
penahan jarak (beton
decking) yang terbuat
dari mutu beton paling
sedikit sama dengan
mutu beton yang akan
dicor. (P.B.I 1971)

Pembengkokan besi
dilakukan dengan hati-hati
dan teliti dengan
menggunakan alat bar
bender dan Sebelum
penyetelan pelaksana
membuat rencana kerja
pemotongan dan
pembengkokan.

Sesuai

(a) Tulangan di rangkai


dan diikat dengan kuat; (b)
Tulangan yang sudah
selesai dirangkai
dibersihkan dahulu dengan
cara disemprot dengan air
sebelum dicor; (c)
Tulangan diberi beton
decking dengan ketebalan
yang telah ditentukan.

Sesuai

(4) Pekerjaan Bekisting dan Perancah

70

Tabel 2.5 Perbandingan Teori dan Temuan Lapangan Pekerjaan


Bekisting dan Perancah
No Teori
1
Cetakan Beton
(Bekisting) adalah
cetakan yang dibuat
sesuai bentuk beton yang
akan dicetak, bekisting
bisa dari material besi
ataupun plywood, pada
umumnya bekisting
menggunakan bahan
plywood. Rencana Kerja
dan Syarat (RKS)
2
Cetakan beton harus
dipasang sedemikian
rupa sehingga tidak akan
terjadi kebocoran atau
hilangnya air selama
pengecoran, tetap lurus
(tidak berubah bentuk)
dan tidak bergoyang.
Rencana Kerja dan
Syarat (RKS)
3
Cetakan beton harus
dibuat kuat sehingga
tidak memungkinkan
terjadinya perubahan
bentuk atau melengkung,
garis ketinggian dan
dimensi beton
sebagaimana
diperlihatkan pada
gambar. Rencana Kerja
dan Syarat (RKS)

Temuan Lapangan
Papan bekisting dibuat dari
plywood.

Keterangan
Sesuai

Pemasangan papan
bekisting diberi besi klam
penguat dan penyokong
agar bekisting tidak
goyang dan tetap lurus.

Sesuai

Papan bekisting diberi besi


pengaku agar tidak terjadi
perubahan bentuk atau
melengkung.

Sesuai

(5) Pekerjaan Pengecoran


Tabel 2.6 Perbandingan Teori dan Temuan Lapangan Pekerjaan
Pengecoran
No Teori
1
Syarat slump test : slump
yang digunakan dalam
perkerjaan ini adalah 7,5
+ 25 cm, sesuai yang

Temuan Lapangan
Hasil uji slump sebelum
pengecoran adalah 7,7 cm.

Keterangan
Sesuai

71

ditetapkan oleh konsultan


pengawas. Rencana
Kerja dan Syarat (RKS)
Pengecoran dilakukan
selapis demi selapis dan
tidak dibenarkan
menuangkan adukan
dengan menjatuhkan dari
suatu ketinggian
melebihi 1 meter, yang
akan menyebabkan
pengendapan agregat.
Rencana Kerja dan
Syarat (RKS)
Syarat adukan beton : (a)
Kuat desak dicapai
dalam 28 hari/ketentuan
yang berlaku; (b) Adukan
mudah dikerjakan,
kohesif, dan segregasi
minimal; (c) Durbilitas
sesuai persyaratan (d)
Penyelesaiaan akhir yang
baik. (Murdock, 1986:
116)
Sarat pengecoran : (a)
Tempat adukan dekat
dengan pengecoran (b)
Continue sampai selesai;
(c) Pemadatan dengan
Vibrator. (Timbul
Purwoko dan Bedjo,
1982: 33)

Pada saat pengecoran


beton dituangkan sedikit
demi sedikit dengan
ketinggian + 0,5 meter, hal
ini agar penuangan beton
bisa rata kepadatannya.

Sesuai

(a) Dalam waktu + 28 hari


bekisting Box Culvert
sudah dapat dilepas; (b)
Adukan kohesif, mudah
dikerjakan, dan teksturnya
bagus tidak terjadi segresi;
(c) Durabilitas
diperkirakan sesuai dengan
persyaratan; (d)
Penyelesaiaan akhir
dilakukan dengan baik.
(a) Beton dari ready mix
disalurkan dengan
concrete pump langsung ke
bekising Box Culvert yang
akan dicor; (b) Pekerjaan
dikerjakan sampai selesai
satu bidang; (c) Digunakan
vibrator untuk pemadatan
Box Culvert.

Sesuai

Sesuai

(6) Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


Tabel 2.6 Perbandingan Teori dan Temuan Lapangan Pekerjaan
Pembongkaran Bekisting
No Teori
1
Pembongkaran bekisting
dilakukan saat beton
berumur 28 hari ketika
kuat desak telah
memenuhi syarat.
(Wuryati dan Candra
2001: 44)

Temuan Lapangan
Dalam waktu 1-2 hari
setelah pengecoran
bekisting sudah dilepas.

Keterangan
Kurang
sesuai

72

Pada saat bekisting


dilepas, tidak boleh
terjadi lendutan yang
berlebihan dan tidak
menimbulkan kerusakan
pada beton. Rencana
Kerja dan Syarat (RKS)
Pembongkaran bekisting
tidak dibenarkan
menggunakan linggis
maupun alat bantu lain
yang dapat memberikan
gaya tarik yang besar.
(Wigbout 1997: 286)

Tidak tejadi lendutan yang Sesuai


berlebihan dalam pekerjaan
pembongkaran Box
Culvert.

Untuk mempercepat
Kurang
pekerjaan, pembongkaran
sesuai
bekisting dilakukan dengan
linggis namun dengan
sangat hati-hati tanpa
merusan beton.

(7) Pekerjaan Perawatan Beton


Tabel 2.8 Perbandingan Teori dan Temuan Lapangan Pekerjaan
Perawatan Beton
No Teori
1
Pekerjaan perawatan
beton dengan bahan
pengawet selaput. Syarat
pekerjaan perawatan
beton : (a) Seluruh
permukaan beton harus
di-finishing terlebih
dahulu dan selama masa
finishing, beton harus
dilindung dengan metode
perawatan air; (b) Bahan
pengawet selaput harus
digunakan setelah
cetakan dibongkar atau
air permukaan sudah
hilang; (c) Bahan ini
harus disemprotkan pada
permukaan beton satu
kali lapisan atau lebih
dengan kecepatan sesuai
instruksi dari pabrik
pembuatnya; (d) Bila
bahan pengawet selaput
pecah atau rusak sebelum
berakhirnya periode
perawatan, daerah yang
rusah harus segera

Temuan Lapangan
(a) Permukaan beton tidak
di-finishing terlebih dahulu
dan beton tidak dilindungi
dengan metode perawatan
air; (b) Bahan pengawet
selaput digunakan setelah
bekisting dibongkar; (c)
Bahan pengawet selaput
disemprotkan lapis demi
lapis sampai rata; (d)
Bahan pengawet segera
diperbaiki ketika
kondisinya rusak.

Keterangan
Kurang
sesuai

73

diperbaiki dengan
memberikan tambahan
material pengawet
selaput. Rencana Kerja
dan Syarat (RKS)

74

Anda mungkin juga menyukai