Anda di halaman 1dari 12

BAB III

ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An.B

Umur

: 15 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Sragen

Tanggal pemeriksaan

: 19 Januari 2016

No. RM

: 0125xxxx

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Gatal pada sela jari tangan, pergelangan tangan, dan punggung kaki.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan gata-gatal dan perih pada sela jari
tangan, pergelangan tangan, dan punggung kaki sejak 7 hari yang lalu.
Awalnya pada jari tangan pasien muncul bintik-bintik mlenting kemerahan
yang terasa gatal dan terdapat alur diantaranya. Bintik mlenting kemerahan
kemudian menyebar ke tangan. Gatal dirasakan bertambah pada malam
hari hingga mengganggu tidur. Gatal tidak membaik dengan pemberian
bedak. Rasa gatal yang dirasakan membuat pasien menggaruk kulit hingga
timbul luka akibat garukan dan beberapa luka bernanah. Pasien juga
mengalami demam, lemas, dan nafsu makan menurun.
Sebelumnya pasien tinggal di pondok pesantren dan baru 1 minggu
ini pulang ke rumah karena keluhan gatal semakin memberat hingga
disertai demam. Riwayat orang sekitar yang mengalami keluhan yang
sama dibenarkan oleh pasien, yaitu beberapa teman asrama pasien yang
tinggal dalam 1 kamar. Riwayat penggunaan pakaian bersama disangkal,
namun terdapat riwayat pemakaian handuk bersama dan sering bergantian
selimut.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat sakit asma
b. Riwayat alergi

: disangkal
: disangkal

c. Riwayat keluhan serupa

: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat sakit gula
b. Riwayat sakit asma

: disangkal
: disangkal

c. Riwayat alergi

: disangkal

1. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat mandi

: 2x/hari

b. Riwayat pemakaian pakaian

: pemakaian sendiri

c. Riwayat pemakaian handuk

: pemakaian sering bergantian dengan


teman 1 asrama

2. Riwayat Sosial dan Ekonomi :


Pasien An. B adalah seorang laki-laki berusia 15 tahun. An. B
tinggal di asrama sekolah sejak 2 tahun yang lalu. Asrama tempat pasien
tinggal dihuni oleh sekitar 400 siswa yang terbagi dalam 50 kamar
sehingga 1 kamar digunakan oleh sekitar 8 siswa. Orang tuanya yaitu Tn.
P (51 tahun) dan Ny. H (46 tahun) adalah PNS dengan penghasilan yang
cukup. Untuk menjalani pengobatan, pasien menggunakan BPJS
Kesehatan.
7. Riwayat Gizi
Pasien makan secara teratur tiga kali dalam sehari dengan lauk pauk
yang bervariasi seperti tahu, tempe, telur, dan sayur secara bergantian.
Pasien jarang mengkonsumsi buah-buahan dan susu.
8. Anamnesis Sistem
Keluhan Utama : gatal
a. Kulit

: gatal pada sela jari tangan, pergelangan tangan, dan


punggung kaki, serta tampak bintik-bintik mlenting
kemerahan yang beralur + 1 cm dan terdapat luka
garukan berwarna kemerahan dan bernanah.

b. Kepala

: sakit kepala (-), leher cengeng (-), luka (-), benjolan (-)

c. Mata

: pandangan mata kabur (-)

d. Hidung

: tersumbat (-), mimisan (-)

e. Telinga

: pendengaran berkurang (-), keluar cairan (-)

f. Mulut

: sariawan (-), mukosa basah (+), papil lidah atropi (-)

g. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)


h. Pernafasan

: sesak nafas (-), batuk (-), batuk darah (-), dahak (-)

i. Kardiovaskuler: berdebar-debar (-)


j. Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), diare (-),nafsu makan menurun
(+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan.
k. Genitourinaria : BAK 4-5 kali sehari dan jumlah dalam batas normal.
l. Muskuloskeletal: nyeri sendi (-), nyeri otot (-)
m. Ekstremitas

: Atas : bintik-bintik mlenting kemerahan dan luka


bernanah pada sela jari tangan dan pergelangan
tangan (+), bengkak (-).
Bawah : bintik-bintik mlenting kemerahan dan luka
bernanah pada punggung kaki (+), bengkak (-).

3.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi
kesan cukup.
2. Tanda Vital
BB

: 48 kg

TB

: 150 cm

BMI

: 21,3 status gizi kesan cukup

Tensi

: 110/70 mmHg

Nadi

: 76 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 20 x/menit
Suhu

: 37,9oC per axiler

3. Kulit

Sawo matang, rambut hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-), tampak kunikulus berbentuk
terowongan dan pustul, serta krusta pada daerah ekstremitas atas dan
bawah.
4. Kepala
Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut hitam, sukar dicabut.
5. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi
tanggal (-)
8. Telinga
Membran timpani intak, sekret (-)
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), faring hiperemis (-), dahak (-)
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, KGB tidak membesar
11.Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider
nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-)
12. Abdomen
I: dinding perut sejajar

dinding dada, bintik-bintik mlenting

kemerahan
P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P: timpani seluruh lapang perut
A: bising usus (+) normal
13. Status Dermatologis
a. Distribusi : regional
b. Regio
: sela jari tangan, pergelangan tangan, dan punggung kaki

c. Lesi

: multipel, diskret, bilateral, ukuran milier hingga lentikuler,

menimbul dari permukaan kulit.


d. UKK
: papul eritematosa, pustuk, ekskoriasis, krusta

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
KOH 10%
: ditemukan S. scabiei
Burrow ink test : (+)
E. DIAGNOSIS KERJA
Skabies dengan infeksi sekunder
F. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa:
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI
Jl. Kolonel Sutarto No 132, Surakarta. Tlp 634634
Nama Dokter : Desy Mila, dr
R/ Scabimite cream g 30 tube No. I
uc
R/ Amoxicillin tab mg 500 No. X
3 dd tab 1
R/ CTM tab mg 4 No. VII
1 dd tab 1 noctum
Pro : An. B (15 tahun)
Pro: Nama
Usia

: An. B
:15 tahun

No. RM : 0125 xxxx


2. Non medikamentosa:
a. Edukasi pasien untuk mandi secara teratur menggunakan sabun
b. Edukasi pasien agar karpet, gorden, pakaian, handuk, sprei, dan alat
tidur lainnya dicuci dengan air panas.

c. Edukasi pasien untuk tidak berganti-ganti/bertukar pakaian, handuk


dengan orang lain.
d. Memberikan anjuran untuk mengobati seluruh penghuni yang tinggal
di asrama dan mengalami gejala yang sama.
e. Edukasi pasien agar selalu menjaga higiene diri dan lingkungan.
G. PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

Ad kosmetikam : bonam

BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
A. Scabimite
Terdapat beberapa pilihan obat untuk pengobatan scabies antara lain
Permethrin 5%, Benzyl Benzoat 25%, dan Sulfur. Pada kasus ini dipilih terapi
menggunakan Permetrin 5% dikarenakan selain aman untuk anak-anak, obat
ini juga efektif (hanya sekali pemakaian). Permetrhin merupakan antiparasit
spektrum luas terhadap tungau, kutu rambut, kutu badan serta anthropoda
lainnya. Permethrin dimetabolisir dengan cepat di kulit.
Permethrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel
saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat
repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Cara penggunaan
obat ini dengan dioleskan ke seluruh tubuh terutama di bagian lipatan-lipatan
jari serta bagian yang terdapat terowongan skabies. Lalu dibiarkan selama 812 jam kemudian dicuci bersih. Jika belum sembuh dapat diulang 1 minggu
kemudian.
Kontraindikasi untuk orang-orang yang hipersensitif terhadap
permethrin. Penggunaan Permethrin pada wanita hamil dan menyusui belum
diketahui keamanannya. Aman digunakan pada bayi usia 2 bulan atau lebih.
Karena dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih, gatal,
aritema, hipestesi serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat sementara dan
akan menghilang sendiri.
B. Amoxicillin
Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik golongan beta laktam
yang termasuk famili penicillin yang mempunyai spektrum luas, aktif
terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif. Kegunaan amoxicillin
secara umum adalah untuk pengobatan pada infeksi saluran pernafasan bagian
atas dan bawah, infeksi saluran kemih, saluran cerna, kulit, dan jaringan
lunak. Antibiotik ini adalah bakteriolitik yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga lintas hubungan antara

rantai polimer peptidoglikan linier yang membentuk komponen utama dari


dinding sel bakteri menjadi terganggu.
Obai ini dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman yang peka
terhadap amoksisilin (Amoxicillin) seperti pada otitis media akut, faringitis
yang disebabkan Streptococcus, pneumonia, infeksi kulit, infeksi saluran
kemih, infeksi Salmonella, Lyme disease, dan infeksi klamidia. Amoxicillin
tersedia dalam bentuk tablet, kaplet atau kapsul 250 mg atau 500 mg, 1000
mg dan 125 mg/ 5 ml sirup atau 250 mg/ 5 ml sirup forte.
Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif
pada amoksisilin dan antibiotik betalaktam lainnya seperti penisillinum dan
cephalosporin.
C. Chlorpheniramin Maleat (CTM)
Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan
salah satu antihistamin (AH) generasi pertama yang memiliki efek sedatif.
Berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan
mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. Didalam kasus ini, obat ini
digunakan sebagai anti-pruritus. Dengan efek sedatifnya diharapkan rasa gatal
oleh parasit skabies yang terutama timbul pada malam hari bisa diatasi.
AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan
bermacam-macam otot polos. Secara umum, AH1 efektif menghambat kerja
histamin pada otot polos usus dan bronkus. Bronkokonstriksi akibat
histamine dapat dihambat oleh AH1.Peninggian permeabilitas kapiler dan
edema akibat histamine, dapat dihambat dengan efektif oleh AH1.
Dosis terapi 4 mg dalam satu tablet dimana AH1 umumnya
menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti
kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat. Dosis
pemakaian CTM adalah sebagai berikut: untuk dewasa dosisnya, 3 4 kali
sehari 0.5 sampai 1 tablet. Untuk anak-anak 6 12 tahun, dosis
pemakaiannya, 0.5 x dosis dewasa. Sedangkan untuk anak-anak 1 6 tahun,
dosisnya adalah 0.25 x dosis dewasa. Dalam dosis terapi, AH1 tidak
memperlihatkan efek berarti pada sistem kardiovaskular. obat ini juga
mempunyai efek samping mengantuk. Obat ini mempunyai efek resintensi,

artinya semakin lama kita menggunakan CTM berarti semakin kurang efek
kantuknya. Efek samping lain dari CTM adalah gangguan gastrointestinal,
mulut kering, hipotensi, kelemahan otot, tinitus, euforia, sakit kepala,
merangsang susunan saraf pusat, reaksi alergi, tremor.

PENUTUP

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan


sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei var hominis dan produknya yang
penularannya secara kontak langsung maupun tidak langsung. Pada kasus diatas
diberikan terapi non medikamentosa dan medikamentosa yang meliputi:
1. Edukasi pasien untuk menjaga kesehatan dan kebersihan serta mencegah
penularan.
2. Pemberian scabimite yang berfungsi untuk mengganggu polarisasi dinding
sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan Natrium sehingga akan
memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise
parasit.
3. Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder.
4. Pemberian antihistamin sebagai pengobatan simptomatis.
Prinsip dalam tatalaksana skabies adalah untuk mematikan parasit, menangani
gejala, dan pencegahan penularan.

10

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin MD. 2003. Skabies In. Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Ed
1. Makassar: Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas
kedokteran universitas hasanuddin. p 5-10.
Barry et al. 2014. Scabies. http://emedicine.medscape.com/article/1109204overview#a6 . Diakses 5 Nov 2015.
Bean SF .1993. Human Scabies. In : Champion R., Burton J., Ebling F. Text Book
of Dermatologi. Oxford Blackwell Scientific Publication, London, pp:
1301-1304.
Beggs, J et al. 2005. Scabies Prevention And Control Manual. USA : Michigan
Department Of Community Health. pp : 4-6, 10
Binic I, Aleksandar J, Dragan J, Milanka L.2010. Crusted (Norwegian) Scabies
Following Systemic And Topikal Corticosteroid Therapy. J Korean Med
Sci; 25: 2010. Pp:88-91.
Burns DA. 2004. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals, in:
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of
Dermatology. Vol.2. USA: Blackwell publishing.pp: 37-47.
Burns DA. 2010. Diseases caused by arthropods and other noxious animals In:
Rooks textbook of dermatology 8th ed. United kingdom: Willeyblackwell. Pp: 38.36 38.38.
Currie JB, Mc Carthy JS. 2010. Permethrin and Ivermectin for Scabies. New
England J Med. 2010; 362. Pp: 718.
Etnawati K. 1990. Skabies dalam Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin.
Yogyakarta: Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
kedokteran Universitas Gadjah mada. pp: 89-91.
Handoko RP. 2009. Skabies dalam: Djuanda A., Hamzah M., Aisah S (Ed). Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
pp: 119-22.
Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit Ed 1. Jakarta: Hipokrates. pp;109-13.
Hicks MI, Elston DM. 2009. Scabies. Dermatologic Therapy. November :22/279292.
Maskur Z. 2000. Infeksi Parasit dan Gangguan Serangga dalam : Marwali
Harahap, Prof., Dr.(Ed), Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. pp:
109-113.
11

Neugebauer J. 1983. Atlas of Infectious Disease. Roche, Basle, pp:106.


Stone PS. 2003. Scabies and Pediculosis. In : Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. 6th ed. Vol. II, Mc Graw Hill, New York, pp: 22832285.
Walton SF, Currie BJ. 2007. Problems in Diagnosing Scabies, A Global Disease in
Human and Animal Populations. Clin Microbiol Rev. April. 268-79.
William DJ, Timothy GB, Dirk ME. 2006. Parasitic infestations, stings, and bites.
In: Sue Hodgson/Karen Bowler, editors. Andrews Disease of the skin:
Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: Saunders Elsevier. Pp:453
Wolf K dan Johson RA. 2009. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology, 6th ed. New York:McGraw-Hill. Pp:868-876

12

Anda mungkin juga menyukai