ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An.B
Umur
: 15 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Sragen
Tanggal pemeriksaan
: 19 Januari 2016
No. RM
: 0125xxxx
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Gatal pada sela jari tangan, pergelangan tangan, dan punggung kaki.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan gata-gatal dan perih pada sela jari
tangan, pergelangan tangan, dan punggung kaki sejak 7 hari yang lalu.
Awalnya pada jari tangan pasien muncul bintik-bintik mlenting kemerahan
yang terasa gatal dan terdapat alur diantaranya. Bintik mlenting kemerahan
kemudian menyebar ke tangan. Gatal dirasakan bertambah pada malam
hari hingga mengganggu tidur. Gatal tidak membaik dengan pemberian
bedak. Rasa gatal yang dirasakan membuat pasien menggaruk kulit hingga
timbul luka akibat garukan dan beberapa luka bernanah. Pasien juga
mengalami demam, lemas, dan nafsu makan menurun.
Sebelumnya pasien tinggal di pondok pesantren dan baru 1 minggu
ini pulang ke rumah karena keluhan gatal semakin memberat hingga
disertai demam. Riwayat orang sekitar yang mengalami keluhan yang
sama dibenarkan oleh pasien, yaitu beberapa teman asrama pasien yang
tinggal dalam 1 kamar. Riwayat penggunaan pakaian bersama disangkal,
namun terdapat riwayat pemakaian handuk bersama dan sering bergantian
selimut.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
c. Riwayat alergi
: disangkal
1. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat mandi
: 2x/hari
: pemakaian sendiri
b. Kepala
: sakit kepala (-), leher cengeng (-), luka (-), benjolan (-)
c. Mata
d. Hidung
e. Telinga
f. Mulut
: sesak nafas (-), batuk (-), batuk darah (-), dahak (-)
3.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi
kesan cukup.
2. Tanda Vital
BB
: 48 kg
TB
: 150 cm
BMI
Tensi
: 110/70 mmHg
Nadi
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu
3. Kulit
Sawo matang, rambut hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-), tampak kunikulus berbentuk
terowongan dan pustul, serta krusta pada daerah ekstremitas atas dan
bawah.
4. Kepala
Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut hitam, sukar dicabut.
5. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi
tanggal (-)
8. Telinga
Membran timpani intak, sekret (-)
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), faring hiperemis (-), dahak (-)
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, KGB tidak membesar
11.Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider
nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-)
12. Abdomen
I: dinding perut sejajar
kemerahan
P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P: timpani seluruh lapang perut
A: bising usus (+) normal
13. Status Dermatologis
a. Distribusi : regional
b. Regio
: sela jari tangan, pergelangan tangan, dan punggung kaki
c. Lesi
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
KOH 10%
: ditemukan S. scabiei
Burrow ink test : (+)
E. DIAGNOSIS KERJA
Skabies dengan infeksi sekunder
F. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa:
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI
Jl. Kolonel Sutarto No 132, Surakarta. Tlp 634634
Nama Dokter : Desy Mila, dr
R/ Scabimite cream g 30 tube No. I
uc
R/ Amoxicillin tab mg 500 No. X
3 dd tab 1
R/ CTM tab mg 4 No. VII
1 dd tab 1 noctum
Pro : An. B (15 tahun)
Pro: Nama
Usia
: An. B
:15 tahun
: bonam
Ad sanam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
Ad kosmetikam : bonam
BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
A. Scabimite
Terdapat beberapa pilihan obat untuk pengobatan scabies antara lain
Permethrin 5%, Benzyl Benzoat 25%, dan Sulfur. Pada kasus ini dipilih terapi
menggunakan Permetrin 5% dikarenakan selain aman untuk anak-anak, obat
ini juga efektif (hanya sekali pemakaian). Permetrhin merupakan antiparasit
spektrum luas terhadap tungau, kutu rambut, kutu badan serta anthropoda
lainnya. Permethrin dimetabolisir dengan cepat di kulit.
Permethrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel
saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat
repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Cara penggunaan
obat ini dengan dioleskan ke seluruh tubuh terutama di bagian lipatan-lipatan
jari serta bagian yang terdapat terowongan skabies. Lalu dibiarkan selama 812 jam kemudian dicuci bersih. Jika belum sembuh dapat diulang 1 minggu
kemudian.
Kontraindikasi untuk orang-orang yang hipersensitif terhadap
permethrin. Penggunaan Permethrin pada wanita hamil dan menyusui belum
diketahui keamanannya. Aman digunakan pada bayi usia 2 bulan atau lebih.
Karena dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih, gatal,
aritema, hipestesi serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat sementara dan
akan menghilang sendiri.
B. Amoxicillin
Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik golongan beta laktam
yang termasuk famili penicillin yang mempunyai spektrum luas, aktif
terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif. Kegunaan amoxicillin
secara umum adalah untuk pengobatan pada infeksi saluran pernafasan bagian
atas dan bawah, infeksi saluran kemih, saluran cerna, kulit, dan jaringan
lunak. Antibiotik ini adalah bakteriolitik yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga lintas hubungan antara
artinya semakin lama kita menggunakan CTM berarti semakin kurang efek
kantuknya. Efek samping lain dari CTM adalah gangguan gastrointestinal,
mulut kering, hipotensi, kelemahan otot, tinitus, euforia, sakit kepala,
merangsang susunan saraf pusat, reaksi alergi, tremor.
PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin MD. 2003. Skabies In. Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Ed
1. Makassar: Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas
kedokteran universitas hasanuddin. p 5-10.
Barry et al. 2014. Scabies. http://emedicine.medscape.com/article/1109204overview#a6 . Diakses 5 Nov 2015.
Bean SF .1993. Human Scabies. In : Champion R., Burton J., Ebling F. Text Book
of Dermatologi. Oxford Blackwell Scientific Publication, London, pp:
1301-1304.
Beggs, J et al. 2005. Scabies Prevention And Control Manual. USA : Michigan
Department Of Community Health. pp : 4-6, 10
Binic I, Aleksandar J, Dragan J, Milanka L.2010. Crusted (Norwegian) Scabies
Following Systemic And Topikal Corticosteroid Therapy. J Korean Med
Sci; 25: 2010. Pp:88-91.
Burns DA. 2004. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals, in:
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of
Dermatology. Vol.2. USA: Blackwell publishing.pp: 37-47.
Burns DA. 2010. Diseases caused by arthropods and other noxious animals In:
Rooks textbook of dermatology 8th ed. United kingdom: Willeyblackwell. Pp: 38.36 38.38.
Currie JB, Mc Carthy JS. 2010. Permethrin and Ivermectin for Scabies. New
England J Med. 2010; 362. Pp: 718.
Etnawati K. 1990. Skabies dalam Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin.
Yogyakarta: Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
kedokteran Universitas Gadjah mada. pp: 89-91.
Handoko RP. 2009. Skabies dalam: Djuanda A., Hamzah M., Aisah S (Ed). Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
pp: 119-22.
Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit Ed 1. Jakarta: Hipokrates. pp;109-13.
Hicks MI, Elston DM. 2009. Scabies. Dermatologic Therapy. November :22/279292.
Maskur Z. 2000. Infeksi Parasit dan Gangguan Serangga dalam : Marwali
Harahap, Prof., Dr.(Ed), Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. pp:
109-113.
11
12