Nama
: Tn.N
RS
: Univ. Hasanuddin
Umur
: 57 tahun
Ruangan
Alamat
: Gona, Bone
No.Register
: 037770
Pekerjaan
Tgl.MRS
: 06 April 2015
Agama
: Islam
Tgl meninggal
: 08 Mei 2015
Suku
: Bugis
Status pernikahan
: Menikah
Chief Ruangan
: dr. Sekolastika
Indriaty
ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
Keluhan Utama : Sesak Napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Dialami sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, memberat dalam 2 hari terakhir, sesak tidak
dipengaruhi aktifitas dan cuaca, sesak diperberat oleh perubahan posisi maupun batuk dan
mengedan, lebih nyaman dengan posisi setengah duduk. Riwayat sering sesak sebelumnya
disangkal. Riwayat terbangun malam hari karena sesak napas disangkal.
Batuk berlendir warna kuning sejak 1 minggu SMRS, riwayat batuk darah disangkal. Tidak ada
nyeri menelan, ada nyeri dada hebat saat batuk, tidak ada keringat malam.
Kelopak mata kanan sulit terbuka sejak 2 bulan SMRS. Awalnya pasien bangun tidur dan
merasakan kelopak mata menutupi sebagian bola mata dan tidak dapat kembali normal. Tidak
ada gangguan pada penglihatan.
Terdapat benjolan pada leher kanan, bahu kanan sampai leher bagian belakang kanan yang
diketahui sejak 2 bulan SMRS, tidak semakin membesar, tidak ada nyeri. Riwayat trauma
sebelumnya tidak ada.
Suara parau ada dirasakan sejak 2 bulan SMRS yang lama kelamaan suara pasien menjadi
hilang.
Riwayat bengkak pada wajah kanan sampai dengan leher kanan dan lengan kanan di rasakan
sejak 2 bulan sebelum MRS. Tidak ada nyeri.
Riwayat 3 minggu terakhir berobat ke dokter spesialis paru dan dikatakan kemungkinan ada
massa di paru-paru, pasien mendapat 7 macam obat yang tidak diketahui jenisnya, pasien
disarankan untuk foto dada di RSUH dan setelah meminum obat yang diberikan, bengkak pada
wajah, leher dan lengan kanan pasien berkurang.
Demam tidak terus-menerus dalam 1 minggu terakhir, menggigil tidak ada. Pandangan tidak
kabur, tidak ada nyeri kepala.Mual tidak ada, muntah tidak ada, nyeri perut tidak ada.Nafsu
makan dirasakan menurun. Berat badan dirasakan menurun dalam beberapa bulan terakhir
tetapi tidak diketahui besar penurunannya.
BAK kesan lancar, warna kuning, volume cukup.
BAB kesan biasa, warna coklat, tidak ada darah, tidak ada riwayat bab warna hitam.
Riwayat konsumsi OAT tidak ada, riwayat kontak dengan penderita TBC tidak ada
Riwayat penyakit DM disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Keluarga:
Riwayat Pribadi:
Pekerjaan PNS
Kebiasaan makan normal
Hobi tidak ada yang spesifik
Pasien memiliki riwayat kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun dan rata-rata 2 bungkus/hari
baru berhenti merokok sejak 4 bulan terakhir.
PEMERIKSAAN FISIK
Deskripsi Umum
Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran: composmentis GCS 15 (E4M6V5)
Status gizi
Tinggi badan
Berat badan
IMT
:cukup
: 168 cm
: 53 kg
: 18,77kg/m2
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu Axilla
VAS
: 120/80 mmHg
: 94 kali permenit, reguler, kuat angkat
: 28 kali permenit, reguler
: 37,00C
: 6/10
Kepala:Normocephal, rambut hitam ikal, tidak mudah dicabut, tidak ada edema pada wajah
Mata: Ptosis +/-, pupil isokor, diameter 2,5mm/2,5mm, refleks cahaya +/+, konjungtiva tidak pucat,
sklera tidak ikterus, tidak ada perdarahan subkonjungtiva.
Telinga: bentuk normal, otore tidak ada
PT
INR
:11,1
:0,84
APTT
:29,6
MCV
MCH
PLT
Neut
Lymph
Mono
EO
Baso
:85,2
:28,9
:365000
:68,9%
: 12,9% () (#1093,92)
: 9,8%
: 8,0%
: 0,4%
GOT/GPT
GDS
Ur/Cr
CEA
LED I/II
:12/13
:122
:14/0,8
:96,20()
:20/58()
- Lesi isodens (40,7 HU) batas tegas irreguler kesan berasal dari mediastinum anterior superior yang
sedikit mendesak airway ke kiri tapi tidak menyempitkan
- Konsolidasi disertai airbronchogram sign pada segmen anterior lobus superior pulmo kanan
- Densitas cairan pada cavum pleura kanan
- Cor: bentuk, letak dan ukuran dalam batas normal. Pembuluh darah besar lainnya dalam batas
normal
- Tidak tampak pembesaran KGB paratrachea, subcarina dan peribronchial
- Tidak tampak densitas cairan bebas pada cavum pleura bilateral
Irama sinus
Reguler
HR: 91 x/menit
Normoaxis
DAFTAR MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
PENGKAJIAN
No Masalah
Rencana Pmeriksaan
Rencana Terapi
Monitoring tanda
vital
Salbutamol 2,5mg/12jam/inhalasi
Darah rutin
Paracetamol 500mg/8jam/oral
(kalau perlu)
Ambroxol 30mg/8jam/oral
Cancer pain
Penilaian VAS
setelah pemberian
analgetik
PENATALAKSANAAN AWAL
Elevasi kepala 30
O2 4 liter per menit via nasal kanul
Ceftriaxone 2gram/24jam/intravena skin test
Methylprednisolon 125 mg/24jam/intravena
Salbutamol sulfate 2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3hari
Paracetamol 500mg/8jam/oral (kalau perlu)
Ambroxol 30mg/8jam/oral
FOLLOW UP
07-4-2015
Perawatan hari 1-2
06.00
Interna
S : Sesak napas, batuk berlendir warna kuning,
TD:120/70 mmHg
nyeri dada berkurang, suara serak. Demam tidak
N: 96x/menit
ada.
R:28x/menit
S: 36,90C
O : SS/GC/CM
SpO2: 96%
Ptosis +/-, konjungtiva pucat tidak ada, Ikterus
VAS: 2/10
tidak ada.
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
Lab:
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
Wbc: 6750
kanan, venektasi pada leher, stridor ada
Hb: 14,4
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
Hct: 42,8
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
Plt: 398000
ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
VIII, ronkhi pada apex dan medial paru
hemithorax dextra, wheezing tidak ada
A: - Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek thymoma dd
pancoast tumor
Terapi:
Elevasi kepala 30
O2 4L/menit via nasal
kanul
Ceftriaxone
2gr/24jam/iv skin
test
Methylprednisolon 125
mg/ 24jam/intravena
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Ambroxol
30mg/8jam/oral
Rencana Diagnostik:
Sputum gram, BTA 3x, dan
07-4-2015
13.00
Pulmo
09-4-2015
Perawatan hari ke 3-4
06.15
Interna
S : Sesak napas berkurang, batuk berlendir warna
TD: 120/80 mmHg putih, suara serak, nyeri ulu hati. demam dan
N: 92x/menit
nyeri dada tidak ada.
R: 25x/menit
S: 36,70C
O : SS/GC/CM
SpO2: 97%
Ptosis +/-, konjungtiva pucat tidak ada, Ikterus
VAS: 0/10
tidak ada.
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
Elektrolit
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
Na : 140
kanan, Venektasi pada leher
K : 4,2
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
Cl : 104
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
Pewarnaan BTA
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
Sputum 3x: negatif hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
Pewarnaan Gram:
VIII, ronkhi pada apex dan medial paru
ditemukan
hemithorax dextra, Wheezing tidak ada, stridor
gambaran bakteri
tidak ada.
berbentuk basil
gram negatif dan
A:
coccus gram positif
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
pancoast tumor
- Penumonia CURB-65 low severity (skor 0)
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
08-4-2015
A:
12.00
- Sindroma vena kava superior
Pulmo
- Tumor mediastinum suspek Thymoma
dd pancoast tumor
Terapi:
Diet biasa
O2 3 L/menit via nasal
11-4-2015
Perawatan hari 5
06.00
S : Sesak napas berkurang, batuk berlendir warna
Interna
putih berkurang, suara serak, nyeri dada tidak
TD: 130/90 mmHg ada, nyeri ulu hati berkurang, demam tidak ada
N: 96x/menit
R:24x/menit
O : SS/GC/CM
S: 36,80C
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
SpO2: 96%
tidak ada.
VAS: 0/10
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
MSCT-scan Thorax kanan, Venektasi pada leher
tanpa kontras,
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
kesan: massa
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
mediastinum
ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
anterior, efusi
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
pleura dekstra,
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
tidak tampak udara VIII, ronkhi pada apex dan medial paru
bebas post pungsi
hemithorax dextra, wheezing tidak ada, stridor
tidak ada.
A: - Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
pancoast tumor
- Pneumonia CURB-65 low severity (skor 0)
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
9-4-2015
07.15
Pulmo
A:
-
kanul
Ceftriaxone 2g/12jam/iv
(3)
Methylprednisolone
125mg/24jam/iv
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Nebulisasi Nace/8jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Terapi
Elevasi kepala 30
O2 4 L/menit via nasal
kanul
Conecta
Ceftriaxone 2gr/24jam/iv
(5)
Methylprednisolon 125
mg/24jam/intravena
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Nebulisasi Nace/8jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole 20 mg/12
jam/oral
Rencana Diagnostik:
Tunggu hasil kultur sputum,
sensitivitas antibiotik dan hasil
TTNA
Periksa echocardiografi,
spirometri
Terapi:
Diet biasa
O2 4 L/menit via nasal
kanul
Ceftriaxone 1g/12jam/iv
(5)
Methylprednisolone
125mg/24jam/iv
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Nebulisasi Nace/8jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole
20mg/12jam/oral
13-4-2015
Perawatan hari 7
Terapi
06.00
S : Sesak napas berkurang, batuk berlendir warna
Elevasi kepala 30
Interna
putih berkurang, suara serak, nyeri dada tidak
O2 4 L/menit via nasal
TD: 130/90 mmHg ada, nyeri ulu hati berkurang, demam tidak ada
kanul
N: 88x/menit
O : SS/GC/CM
Conecta
R: 23x/menit
Ptosis +/-, konjungtiva pucat tidak ada, Ikterus
Methylprednisolon 125
S: 37,00C
tidak ada.
mg/24jam/intravena
SpO2: 96%
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
Salbutamol sulfate
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
2,5mg/12jam/inhalasi
Kultur sputum:
kanan, Venektasi pada leher
Nebulisasi NDitemukan koloni
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
ace/8jam/inhalasi
bakteri coccus
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
Fentanyl Patch 25mcg/3
gram positif yang
ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
hari
teridentifikasi
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
Paracetamol
sebagai bakteri
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
500mg/8jam/oral (kalau
Streptococcus
VIII, ronkhi pada apex paru hemithorax dextra,
perlu)
sp
Wheezing tidak ada, stridor tidak ada.
Omeprazole 20 mg/12
A:
jam/oral
- Sindrom vena cava superior
Cefixime
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
100mg/12jam/oral (1)
pancoast tumor
Rencana Diagnostik:
- Pneumonia dengan perbaikan
Tunggu hasil TTNA
- Efusi pleura dextra
Periksa echocardiografi,
- Cancer pain (perbaikan)
spirometri
9-4-2015
A:
Terapi:
07.15
- Sindrom vena cava superior
Diet biasa
Pulmo
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma
O2 3 L/menit via nasal
dd pancoast tumor
kanul
- Pneumonia dengan perbaikan
Methylprednisolone
- Efusi pleura dextra
125mg/24jam/iv
- Cancer pain (perbaikan)
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Nebulisasi Nace/8jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Cefixime
100mg/12jam/oral (1)
14-4-2015
Perawatan hari 8
Terapi
06.00
Interna
S : Sesak napas, batuk berlendir warna putih
TD:140/90 mmHg
berkurang, suara serak, nyeri dada tidak ada,
N:88x/menit
nyeri ulu hati kadang-kadang, demam tidak ada
R:26x/menit
O : SS/GC/CM
S: 37,00C
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
SpO2:98%
tidak ada.
VAS: 1/10
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
TTNA RS
kanan, Venektasi pada leher
Akademis: hapusan Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
asal TTNA hanya
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
terdiri dari sel-sel
ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
darah merah
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
sehingga tidak
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
dapat dinilai
VIII, ronkhi pada apex paru hemithorax dextra,
Wheezing tidak ada, stridor tidak ada.
Echocardiografi:
A:
Fungsi sistolik LV
- Sindrom vena cava superior
dan RV baik,
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
disfungsi diastolik
pancoast tumor
LV
- Pneumonia dengan perbaikan
- Efusi pleura dextra
Spirometri:
- Cancer pain (perbaikan)
FEV1/FVC = 33%
Severe restriction
07.15
A:
Pulmo
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
pancoast tumor
- Pneumonia dengan perbaikan
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
Elevasi kepala 30
O2 4 lpm nasal kanul
Conecta
Methylprednisolon 125
mg/24jam/intravena
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Nebulisasi Nace/8jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole 20 mg/12
jam/oral
Cefixime
100mg/12jam/oral (2)
Rencana Diagnostik:
Konsul onkologi radiasi
Terapi
Diet biasa
O2 4 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/24jam/iv
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Nebulisasi Nace/8jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Cefixime
100mg/12jam/oral (2)
15-4-2015
Perawatan hari 9
Terapi
06.00
Elevasi kepala 30
Interna
S : Sesak napas bertambah, batuk berlendir warna
O2 4 lpm nasal kanul
TD: 110/70 mmHg putih masih ada, suara serak, demam tidak ada,
Conecta
N: 96x/menit
nyeri dada tidak ada
Methylprednisolon 125
R: 28x/menit
mg/24jam/intravena
S: 36,50C
O : SS/GC/CM
Salbutamol sulfate
SpO2: 90%
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
TTNA RSUH:
sediaan apusan
hanya terdiri dari
eritrosit. Tidak
ditemukan sel-sel
epitel. Sediaan
tidak dapat
dievaluasi
08.00
Pulmo
14.00
tidak ada.
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
kanan, Venektasi pada leher
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
VIII, ronkhi dan wheezing tidak ada, stridor
tidak ada.
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
pancoast tumor
- Pneumonia dengan perbaikan
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma
dd pancoast tumor
- Pneumonia dengan perbaikan
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
16-4-2015
Perawatan hari 10-12
06.15
Interna
S : Sesak napas, batuk berlendir warna putih
TD: 140/90 mmHg masih ada, suara serak, demam tidak ada, nyeri
N: 88x/menit
dada tidak ada
R: 24x/menit
S: 37,00C
O : SS/GC/CM
SpO2: 98%
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
2,5mg/12jam/inhalasi
Nebulisasi Nace/8jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole 20 mg/12
jam/oral
Cefixime
100mg/12jam/oral (3)
Rencana Diagnostik:
Konsul onkologi radiasi
Terapi
Diet biasa
O2 4 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/24jam/iv
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Nebulisasi Nace/8jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Cefixime
100mg/12jam/oral (3)
Terapi:
Rencana radiasi paliatif 10 x
3 grey
Albumin 1 sachet/24jam/oral
Beta glucan
250mg/12jam/oral
Hasil TTNA masih belum jelas,
mohon untuk evaluasi lagi.
Terapi
Elevasi kepala 30
O2 3 L/menit nasal kanul
Conecta
Methylprednisolon 125
mg/24jam/intravena
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
tidak ada.
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
kanan, Venektasi pada leher
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
VIII, ronkhi dan wheezing tidak ada, stridor
tidak ada.
07.00
Pulmo
12.30
Onkologi Radiasi
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
pancoast tumor
- Pneumonia dengan perbaikan
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma
dd pancoast tumor
- Pneumonia dengan perbaikan
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
A:
Sindroma Vena Cava Superior
20-4-2015
Perawatan hari ke 14-15
05.30
Interna
S : Sesak napas bertambah, batuk kadang-kadang
TD:140/90 mmHg
dan tidak ada lendir, suara serak, demam tidak
N:86x/menit
ada, nyeri dada tidak ada
R:29x/menit
Nebulisasi Nace/8jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole 20 mg/12
jam/oral
Cefixime
100mg/12jam/oral (4)
Rencana Diagnostik:
TTNA ulang
Terapi
Diet biasa
O2 4 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/24jam/iv/
(Ventolin) Salbutamol
sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Nebulisasi Nace/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Cefixime
100mg/12jam/oral (4)
Terapi:
Rencana radiasi paliatif 10 x
3 grey
Albumin 1 sachet/24jam/oral
Beta glucan
250mg/12jam/oral
Konfirmasi ke radiologi tentang
radiasi khusus SVCS
Terapi:
Elevasi kepala 30
O2 5 L/menit nasal kanul
Conecta
Methylprednisolon 125
mg/12jam/intravena
S: 36,5
SaO2: 96%
O : SS/GC/CM
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
tidak ada.
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
kanan, Venektasi pada leher
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
VIII, ronkhi dan wheezing tidak ada, stridor
tidak ada.
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
N-ace/12jam/inhalasi
Omeprazole 20 mg/12
jam/oral
Rencana Diagnostik:
Ulang TTNA
Monitoring progresifitas keluhan
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
pancoast tumor
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
07.00
Pulmo
A:
-
10.00
Onkologi Radiasi
A:
Sindroma Vena Cava Superior
22-4-2015
Perawatan hari 16-17:
05.30
S : Sesak napas, batuk berlendir warna putih,
Interna
suara serak, nyeri dada tidak ada
TD: 130/80 mmHg
N: 92x/menit
O : SS/GC/CM
R: 26x/menit
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
Terapi
Diet biasa
O2 5 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/24jam/iv
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
N-ace/12jam/inhalasi
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Rencana diagnostik:
USG Thorax marker untuk
kedalaman tumor
Terapi:
Rencana radiasi Paliatif 10 x
3 grey
Albumin 1 sachet/24jam/oral
Beta glucan
250mg/12jam/oral
MSCtscan kepala dan leher bila
keadaan memungkinkan
Terapi:
Elevasi kepala 30
O2 5 L/menit nasal kanul
Conecta
Methylprednisolon 125
S: 37,2
SpO2: 97%
Hb : 15,7
Wbc : 11.730
Plt : 284.000
Ur/Cr : 36/0,8
Albumin : 4,4
07.30
Pulmo
12.00
Onkologi radiasi
tidak ada.
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
kanan, Venektasi pada leher
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
VIII, ronkhi dan wheezing tidak ada, stridor
tidak ada.
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
pancoast tumor
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma
dd pancoast tumor
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
A:
Sindroma Vena Cava Superior
24-4-2015
Perawatan hari 18-19:
05.30
S : Sesak napas, batuk kadang-kadang dan tidak
Interna
ada lendir, suara serak, nyeri dada tidak ada
TD: 140/90 mmHg
N: 101x/menit
O : SS/GC/CM
R: 26x/menit
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
S: 36,8
tidak ada.
SpO2: 99%
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
Usg Thorax
kanan, Venektasi pada leher
marker: sulit
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
dinilai kedalaman
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
mg/12jam/intravena
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole 20 mg/12
jam/oral
N-ace/12jam/inhalasi
Rencana Diagnostik:
Monitoring progresifitas keluhan
Terapi
Diet biasa
O2 5 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/12jam/iv
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
N-ace/12jam/inhalasi
Terapi:
Rencana radiasi Paliatif 10 x
3 grey
Albumin 1 sachet/24jam/oral
Beta glucan
250mg/12jam/oral
MSCtscan kepala dan leher bila
keadaan memungkinkan
Terapi:
Elevasi kepala 30
O2 4 L/menit nasal kanul
Conecta
Methylprednisolon 125
mg/12jam/intravena
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
tumor
09.00
Pulmo
AGD:
pH :7.645
pCO2 :44.7 mmHg
SO2 :97.7%
PO2 :94,7 mmHg
HCO3 :32,4
mmol/L
BE :8,5 mmol/L
Kesan :Alkalosis
metabolik
11.30
Onkologi Radiasi
A:
Sindroma Vena Cava Superior
MSCtscan kepala
dan leher: tidak
tampak kelainan
27-4-2015
Perawatan hari 21
05.45
S : Sesak napas, batuk kadang-kadang dan tidak
Interna
berlendir, suara serak, nyeri dada tidak ada
TD: 130/80 mmHg
N: 102x/menit
O : SS/GC/CM
R: 30x/menit
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
S: 36,5
tidak ada.
SpO2: 95%
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
Hasil TTNA
kanan, Venektasi pada leher
Akademis: hapusan Pergerakan hemithorax dextra tertinggal, tampak
TTNA hanya
venektasi, pekak di hemithorax dextra setinggi
terdiri dari sel-sel
ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
darah merah dan
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
sedikit sel-sel
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
radang. Tidak
VIII, ronkhi dan wheezing tidak ada, stridor
ditemukan sel-sel
tidak ada.
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole 20 mg/12
jam/oral
N-ace/12jam/inhalasi
Rencana Diagnostik:
TTNA besok pagi
Monitoring progresifitas keluhan
Terapi
Diet biasa
O2 4 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/12jam/iv/
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
N-ace/12jam/inhalasi
Terapi:
Rencana radiasi Paliatif 10 x
3 grey
Albumin 1 sachet/24jam/oral
Beta glucan
250mg/12jam/oral
Tunggu jadwal radioterapi
Terapi:
Elevasi kepala 30
O2 4 L/menit nasal kanul
Conecta
Methylprednisolon 125
mg/12jam/intravena
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole
20mg/12jam/oral
N-ace/12jam/inhalasi
Rencana Diagnostik:
08.30
Pulmo
10.30
Onkologi Radiasi
A:
Sindroma Vena Cava Superior
Terapi
Diet biasa
O2 4 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/12jam/iv/
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
N-ace/12jam/inhalasi
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Terapi:
Rencana radiasi Paliatif 10 x
3 grey
Albumin 1 sachet/24jam/oral
Beta glucan
250mg/12jam/oral
Omeprazole
Cl : 97
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
20mg/12jam/oral
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
N-ace/12jam/inhalasi
VIII, ronkhi dan wheezing tidak ada, stridor
Rencana
Diagnostik:
tidak ada.
Monitoring progresifitas keluhan
08.30
Pulmo
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
pancoast tumor
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma
dd pancoast tumor
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
10.00
Gizi Klinik
A:
Status gizi kurang
11.30
Onkologi Radiasi
A:
Sindroma Vena Cava Superior
01-5-2015
06.30
Interna
TTV:
TD:130/80mmHg
N:88x/menit
R:22x/menit
S:36,70C
SaO2:98%
Terapi
Diet biasa
O2 4 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/12jam/iv
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
N-ace/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Terapi:
Diet 2200kkal/hari
Kebutuhan cairan 2200ml/24
jam
Terapi:
Albumin 1 sachet/24jam/oral
Beta glucan
250mg/12jam/oral
Radioterapi pertama hari ini
Terapi:
Elevasi kepala 30
S : Sesak napas berkurang, batuk kadang-kadang,
O2 3 L/menit nasal kanul
suara serak, demam tidak ada, nyeri dada tidak
Conecta
ada
Methylprednisolon 125
mg/12jam/intravena
O : SS/GC/CM
Salbutamol sulfate
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
2,5mg/12jam/inhalasi
tidak ada.
Fentanyl Patch 25mcg/3
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
hari
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
Paracetamol
kanan, Venektasi pada leher berkurang
500mg/8jam/oral (kalau
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal,
perlu)
venektasi pada dada berkurang, pekak di
N-ace/12jam/inhalasi
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
VIII posterior, bunyi pernapasan: bronchial, Rencana Diagnostik:
menurun pada hemithorax dextra setinggi ICS Monitoring progresifitas keluhan
II-IV dan ICS VIII, ronkhi dan wheezing tidak
ada, stridor tidak ada.
07.30
Pulmo
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
pancoast tumor
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
A:
- Sindrom vena cava superior
- Tumor Mediastinum suspek Thymoma dd
pancoast tumor
- Efusi pleura dextra
- Cancer pain (perbaikan)
08.30
Gizi Klinik
A:
Status Gizi Kurang
10.00
Onkologi Radiasi
A:
Sindroma Vena Cava Superior
04-5-2015
05.30
Interna
TTV:
TD:130/80mmHg
N:84x/menit
P:20x/menit
S:36,50C
SpO2:99%
Terapi
Diet biasa
O2 3 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/12jam/iv
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
N-ace/12jam/inhalasi
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Terapi:
Diet 1400 kkal
Kebutuhan cairan 2200
ml/24jam
Vit B.com 1tablet/8jam/oral
Terapi:
Albumin 1 sachet/24jam/oral
Beta glucan
250mg/12jam/oral
Radioterapi hari keempat
Terapi:
Elevasi kepala 30
S :Sesak napas berkurang, batuk kadang-kadang,
O2 3 L/menit nasal kanul
suara serak, demam tidak ada, nyeri dada tidak
Conecta
ada
Methylprednisolon 125
mg/12jam/intravena
O : SS/GC/CM
Salbutamol sulfate
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
2,5mg/12jam/inhalasi
tidak ada.
Fentanyl Patch 25mcg/3
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
hari
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
Paracetamol
kanan, Venektasi pada leher berkurang
500mg/8jam/oral (kalau
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal,
perlu)
venektasi berkurang, pekak di hemithorax dextra
N-ace/12jam/inhalasi
setinggi ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada Rencana Diagnostik:
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS Monitoring progresifitas keluhan
VIII, ronkhi dan wheezing tidak ada, stridor
tidak ada.
A:
07.00
Pulmo
08.00
Gizi Klinik
A:
Status gizi kurang
11.30
Onkologi Radiasi
A:
Sindroma Vena Cava Superior
07-5-2015
06.30
Interna
TTV:
TD:120/80mmHg
N:88x/menit
R:22x/menit
S:36,70C
SpO2:99%
Terapi
Diet biasa
O2 3 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/12jam/iv/
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
N-ace/12jam/inhalasi
Terapi
Diet 2000 kkal/hari
Kebutuhan cairan
2200ml/24jam
Zink 20mg/24jam/oral
Vit b.com 1tablet/8jam/oral
Terapi:
Albumin 1 sachet/24jam/oral
Beta glucan
250mg/12jam/oral
Radioterapi hari kelima
Paracetamol
venektasi berkurang, pekak di hemithorax dextra
500mg/8jam/oral (kalau
setinggi ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
perlu)
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
Rencana
Diagnostik:
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
Monitoring
progresifitas keluhan
VIII, ronkhi dan wheezing tidak ada, stridor
tidak ada.
A:
- Sindrom vena cava superior
07.00
Pulmo
07.30
Gizi Klinik
A:
Status Gizi Kurang
09.00
A:
Sindroma Vena Cava Superior
08-5-2015
06.30
Interna
TTV:
TD:110/70mmHg
N:96x/menit
R:26x/menit
S:36,70C
SaO2:94%
VAS: 1/10
Terapi
Diet biasa
O2 3 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/12jam/iv/
Codein
10mg/12jam/oral
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Terapi:
Diet 2000 kkal/hari
Kebutuhan cairan
2200ml/24jam
Zink 20mg/24jam/oral
Vit b.com 1tablet/8jam/oral
Terapi:
Albumin 1 sachet/24jam/oral
Beta glucan
250mg/12jam/oral
Radioterapi hari kedelapan
Terapi:
Elevasi kepala 30
O2 4 L/menit nasal kanul
Conecta
Methylprednisolon 125
mg/24jam/intravena
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Codein 10mg/12jam/oral
Rencana Diagnostik:
Monitoring progresifitas keluhan
A:
-
07.00
Pulmo
pancoast tumor
Efusi pleura dextra
Cancer pain (perbaikan)
08.00
Gizi Klinik
A:
Status Gizi Kurang
13.50
Interna
TD: 120/60mmHg
N: 122x/menit
P: 32x/menit
S: 36,5
SpO2: 70%56%
VAS: 4/10
14.10
Tgl
Lab
Hb
O: SS/GC/CM
Ptosis +/-, konjngtiva pucat tidak ada, Ikterus
tidak ada.
DVS R+3cmH2O (leher kiri), deviasi trakea ke
sisi kiri, ada pembesaran KGB supraclavicula
kanan, venektasi pada leher berkurang
Pergerakan hemithorax dextra tertinggal,
venektasi berkurang, pekak di hemithorax dextra
setinggi ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi
pernapasan:
bronchial,
menurun
pada
hemithorax dextra setinggi ICS II-IV dan ICS
VIII, ronkhi dan wheezing tidak ada, stridor
tidak ada.
S: pasien apneu, nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak terukur
O: pupil midrisis +/+
TD: N: P: -
07-04-15
14,4
09-04-15
22-04-15
15,7
24-04-15
Terapi
Diet biasa
O2 4 L/menit via nasal
kanul
Methylprednisolone
125mg/24jam/iv
Codein
10mg/12jam/oral
Omeprazole
20mg/12jam/oral
Salbutamol sulfate
2,5mg/12jam/inhalasi
Fentanyl Patch 25mcg/3
hari
Paracetamol
500mg/8jam/oral (kalau
perlu)
Terapi:
Diet 2000 kkal/hari
Kebutuhan cairan
2200ml/24jam
Zink 20mg/24jam/ngt
Vit b.com 1tablet/8jam/ngt
Terapi:
EKG
Pasang monitor
28-04-15
04-05-15
08-05-15
16,2
16,5
18,2()
Ht
Mcv
Mch
Wbc
Plt
Neut
Na
K
Cl
Ur/Cr
Alb
AFP
- Hcg
Fibrinogen
D-dimer
PT
APTT
INR
pH
PCO2
SO2
PO2
HCO3
BE
Kesan
42,8
84,9
28,6
6750
398000
69,2
44,7
81,0
28,4
11730()
284000
80,4
46,1
81,3
28,6
9210
207000
60,3
132
4,3
97
140
4,2
104
45,8
79,4
28,6
7160
127000()
71,8
52,4
79,3
27,5
14640()
55000()
93,9 ()
116()
5,2
87()
36/0,8
4,4
3,3()
6,32
< 2,00
479 ()
3300()
14,0
28,7
1,15
7,644
44,7
97,7%
94,7
32,4
8,5
Alkalosis
metabolik
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan sputum BTA 3x (9-4-2015):
1. Pewarnaan BTA sputum 3x: negatif
2. Pewarnaan gram: ditemukan gambaran bakteri berbentuk basil gram negatif dan coccus gram
positif.
Pemeriksaan MSCT Scan Thoraks tanpa kontras (10-4-2015):
Kesan : massa mediastinum anterior, efusi pleura dextra, tidak tampak udara bebas post pungsi.
Pemeriksaan TTNA Pulmo dextra (RS Akademis,11-4-2015):
Kesan : hapusan asal TTNA hanya terdiri dari sel-sel darah merah sehingga tidak dapat dinilai.
Pemeriksaan TTNA Pulmo dextra (RSUH, 11-4-2015):
Kesan : Sediaan apusan hanya terdiri dari eritrosit, tidak ditemukan sel-sel epitel. Sediaan tidak dapat
di evaluasi.
Pemeriksaaan kultur sputum (13-4-2015):
Kesimpulan : ditemukan koloni bakteri coccus gram positif yang teridentifikasi sebagai bakteri
Streptococcus sp yang sensitif terhadap beberapa jenis antibiotik yang diujikan.
Pemeriksaan Echo Cardiography (13-4-2015):
Kesimpulan : fungsi sistolik LV dan RV baik, disfungsi diastolik LV.
AGD (24-4-2015)
pH
:7.645
pCO2 :44.7 mmHg
SO2
:97.7%
PO2
:94,7 mmHg
HCO3 :32,4 mmol/L
BE
:8,5 mmol/L
Kesan :Alkalosis metabolik
RESUME
Laki-laki, 57 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan dispneu sejak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit, memberat 2 hari terakhir, ada ortopneu, lebih nyaman dengan
posisi setengah duduk. Ada batuk berlendir warna kuning sejak 1 minggu, ada penurunan
berat badan. Benjolan pada leher kanan, bahu kanan sampai leher bagian belakang kanan,
nyeri bila batuk. Ada ptosis okuli dekstra dan suara parau yang kemudian suara menjadi
hilang. Ada riwayat bengkak pada wajah sisi kanan sampai dengan leher kanan dan lengan
kanan. Riwayat demam naik turun dalam satu bulan terakhir, nafsu makan dirasakan
menurun, berat badan menurun dalam beberapa bulan terakhir tetapi tidak diketahui besar
penurunannya. Ada riwayat merokok sejak SMA sebanyak 2 bungkus/hari
Dari pemeriksaan fisis didapatkan pasien sakit berat, gizi cukup, sadar, dengan IMT
18,77 kg/m2. Tanda vital saat tiba di RS, T:120/80 mmHg, N:94x/mnt, P:28x/mnt, S: 37,0 oC.
Pada mata ptosis dextra. Pada leher DVS R+3 cmH 2O, trakea terdorong ke kiri, tampak
venektasi, tampak massa mulai dari colli dextra, supraclavicula dextra, pundak belakang
kanan, warna sama dengan sekitarnya, palpasi konsistensi lunak, mobile, tidak ikut gerak
menelan, ukuran 10cm x 5cm x 1,5cm. Pada thoraks pergerakannya asimetris, tampak
venektasi, taktil fremitus menurun di hemithoraks dextra, pekak pada hemithoraks dextra
setinggi ICS II-IV dan ICS VIII posterior, bunyi pernafasan bronkial, kesan menurun di
hemithoraks dextra setinggi ICS II-IV dan ICS VIII posterior, ronki regio apeks dan medial
paru kanan.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan LED I/II: 20/58 mm/jam, CEA: 96,2
ng/mL. MSCT scan thorax tanpa kontras kesan massa mediastinum anterior sugestif
thymoma, pneumonia dextra, efusi pleura dextra.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan penunjang, maka disimpulkan
beberapa diagnosis pada pasien ini yaitu sindrom vena kava superior, tumor mediastinum dd/
thymoma stage IV B, Pneumonia komunitas, efusi pleura dextra dan cancer pain . Terapi
yang diberikan oksigenasi, antibiotik, steroid, mukolitik, anti nyeri, usul radioterapi. Dalam
32 hari perawatan kondisi pasien membaik setelah radioterapi ketiga dan tiba-tiba memburuk
setelah radioterapi kedelapan dimana pasien tiba-tiba sesak dan akhirnya meninggal dunia.
DISKUSI
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas. Keluhan sesak napas bisa
disebabkan oleh kelainan pada paru-paru dan ekstra paru (jantung, metabolik). Pada pasien
ini keluhan sesak napas yang tidak dipengaruhi aktivitas maupun cuaca, sesak disertai batuk,
ada riwayat bengkak pada wajah, leher dan lengan kanan, ada penurunan berat badan, ada
suara parau dan riwayat perokok berat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ptosis oculi dextra.
Pada leher trakea terdorong ke kiri, tampak venektasi, tampak benjolan difuse mulai dari colli
dextra, supraclavicular dextra sampai pundak belakang kanan, warna sama dengan
sekitarnya, palpasi batas tidak tegas, konsistensi lunak, mobile, tidak ikut gerak menelan,
ukuran 10cm x 5cm x 1,5cm. Pada thoraks pergerakannya asimetris kesan tertinggal pada
hemithoraks dextra, tampak venektasi, taktil fremitus menurun di hemithoraks dextra, pekak
pada hemithoraks dextra setinggi ICS II-IV, bunyi pernafasan bronkial, kesan menurun di
hemithoraks dextra setinggi ICS II-IV ronki pada regio apeks dan medial paru kanan.
Pemeriksaan MSCT scan thorax tanpa kontras kesan massa mediastinum anterior sugestif
thymoma, pneumonia dextra, efusi pleura dextra. Dari hasil pemeriksaan ini, pasien di
diagnosa menderita tumor mediastinum. Sehingga sesak dipikirkan berasal dari tumor
mediastinum yang diperberat oleh pneumonia dan efusi pleura kanan.
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga
di antara paru kanan dan kiri. Rongga mediastinum ini sempit dan tidak dapat diperluas,
maka pembesaran tumor dapat menekan organ didekatnya dan dapat menimbulkan
kegawatan yang mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga
pasien sering datang setelah tumor cukup besar disertai keluhan dan tanda akibat penekanan
tumor ke organ sekitarnya. Tumor mediastinum sebagian besar adalah metastasis dari tempat
yang lain (yang paling sering karsinoma bronkogenik), kemudian limfoma, sebagian kecil
lagi tumor neurogenik, teratoma, thymoma dan lipoma. Pada orang dewasa lokasi tumor
banyak di temukan di mediastinum anterior dengan jenis limfoma atau thymoma. Jenis tumor
di rongga mediastinum dapat berupa tumor jinak dan tumor ganas dengan penatalaksanaan
dan prognosis yang berbeda. Gejala klinis penyakit mediastinum bervariasi tergantung dari
diagnosis spesifik dan sistem sekitarnya yang terlibat. Secara umum, lesi jinak umumnya
asimptomatik. Lesi ganas cenderung simptomatik dan dapat asimptomatik. Batuk, sesak atau
stridor muncul bila terjadi penekanan atau invasi pada trakea dan atau bronkus utama.
Disfagia muncul apabila terjadi tekanan atau infasi ke esofagus. Suara serak muncul bila
nervus laringeal terlibat. Nyeri muncul bila terjadi penekanan sistem saraf. Kemungkinan
tumor mediastinum dapat dipikirkan atau dikaitkan dengan beberapa keadaan klinis lain,
misalnya penekanan nervus (seperti ptosis) mungkin menandakan thymoma, limfadenopati
mungkin menandakan limfoma. Investigasi suatu massa mediastinum dimulai dengan foto
thorax, kemudian CT-scan thoraks diperlukan untuk menentukan apakah lesi tersebut bersifat
kistik atau tidak dan menentukan lesi berasal dari vaskuler atau bukan vaskuler.
Histopatologis spesimen didapatkan secara FNA dengan panduan CT atau ultrasonografi
membantu menentukan rencana pembedahan yang pasti dan memberikan nilai diagnostik
75%.1
Tumor mediastiunum juga dapat menyebabkan efusi pleura akibat invasi dari
vaskularisasi paru dengan embolisasi dari sel-sel tumor ke pleura visceralis atau metastasis
jauh hematogen dari tumor ke pleura parietalis. Pada pasien ini didapatkan sesak napas
selama 2 bulan dan memberat 2 hari terakhir, nyaman berbaring dengan posisi setengah
duduk, pasien masih nyaman berbaring ke sebelah kanan maupun kiri dan MSCT scan thorax
ada efusi pleura kanan, sehingga kami memikirkan efusi pleura dextra pada pasien ini tidak
massif sehingga tidak dilakukan evakuasi cairan pleura. 1,2
Secara umum tumor ganas mediastinum seperti thymoma berespon baik terhadap
terapi yang dilakukan secara agresif yang mencakup perawatan, radiasi dan kemoterapi.
Empat komplikasi terberat dari penyakit mediastinum adalah obstruksi trakea, sindrom vena
cava superior, invasi vascular, dan ruptur esophagus. Pada pasien ini juga ditemukan adanya
distensi vena pada leher, dinding dada dan riwayat edema pada wajah dan ekstremitas
superior kanan sehingga dipikirkan suatu sindrom vena kava superior sebagai salah satu
komplikasi yang timbul akibat dari tumor mediastinum.1
Sindrom vena kava superior merupakan suatu kondisi dimana aliran vena kava
superior terhambat oleh penekanan dari luar, infiltrasi ataupun trombosis. Penekanan oleh
keganasan (85-95 %) di daerah leher, mediastinum dan paru, aneurisma dan infeksi. Efek
sumbatan karena penekanan atau infiltrasi terhadap vena kava superior oleh massa di bagian
superior mediastinum mengakibatkan gejala klinis yang khas berupa pelebaran vena kolateral
di dada bagian atas, leher, edema wajah, konjungtiva dan sakit kepala serta gangguan
penglihatan dan perubahan kesadaran. Penekanan ke arah esophagus dan trakea
menyebabkan sulit menelan dan gangguan bernapas.1
Pemeriksaan yang invasif dengan risiko perdarahan seperti bronkoskopi, esofagoskopi
dan mediastinoskopi untuk melakukan pengambilan jaringan/ biopsy adalah kontraindikasi
pada sindrom vena kava superior ini. Suatu tindakan diagnostik pengambilan jaringan harus
didahului radioterapi atau kemoterapi untuk mengecilkan massa tumor dan mengurangi
risiko. Pemberian terapi konservatif pada vena kava superior ini meliputi elevasi kepala,
oksigenasi untuk mengurangi cardiac output dan tekanan hidrostatik venosa, penggunaan
diuretik untuk menurunkan tekanan vena kava superior karena kemampuannya menurunkan
aliran darah vena ke jantung dengan cara menurunkan preload. Serta pemberian
kortikosteroid dapat mengurangi inflamasi yang ditimbulkan oleh invasi tumor, edema di
sekitar massa tumor dan atau tindakan radiasi dengan cara menekan migrasi dari lekosit PMN
dan menurunkan kembali permeabilitas kapiler yang meningkat. Pada pasien ini kami
melakukan konsul radioterapi ke onkologi radiasi dan radioterapi direncanakan dilakukan
sebanyak 10 x 3 gray.1
Pada pasien ini juga didapatkan keluhan berupa batuk berlendir warna kuning, sesak
nafas, riwayat demam hilang timbul dalam satu minggu terakhir, serta didapatkan ronkhi
pada regio apeks dan medial paru dextra dan pada pemeriksaan MSCT scan thoraks tanpa
kontras didapatkan kesan pneumonia dextra. Pada pasien ini pneumonia terjadi melalui
infeksi diluar rumah sakit sehingga dimungkinkan suatu pneumonia komunitas. Faktor risiko
penderita pneumonia adalah keganasan aktif, PPOK, diabetes melitus, gagal ginjal, gagal
jantung kongestif, penyakit arteri koroner, penyakit neurologis kronis, dan penyakit hati
kronis. Dalam perawatan, dilakukan pemeriksaan sputum dengan hasil kultur berupa kuman
Streptococcus sp dan mendapat terapi sesuai hasil kultur. Dalam beberapa hari perawatan,
keluhan batuk sudah berkurang dan tidak didapatkan ronkhi pada pemeriksaan auskultasi
thoraks.
Dalam perjalanan penyakitnya pasien dilakukan radioterapi sebanyak 8 kali dari total
seharusnya 10 kali. Selama dilakukan radioterapi, keluhan sesak serta venektasi pada dada
dan perut atas berkurang sehingga kami berpikir bahwa pasien ini berespon dengan
radioterapi. Dilakukan skrining untuk tromboemboli karena pada pasien ini memiliki risiko
tromboemboli, yaitu: usia lebih dari 40 tahun, keganasan, sedang mendapat radioterapi dan
imobilisasi dengan memeriksakan kontrol darah rutin, D-dimer, fibrinogen, PT/APTT. Tetapi
hasilnya baru didapatkan setelah pasien meninggal. Pada hari terakhir perawatan, pasien tibatiba mengeluh sesak nafas yang semakin bertambah berat, sangat gelisah dan berkeringat
banyak dan pada saat itu kami rencanakan untuk pemeriksaan GDS cito, EKG dan AGD serta
konsul perawatan ICU. Hasil GDS 112 mg/dl tetapi pemeriksaan lain belum berhasil
dilakukan karena pasien sudah meninggal. Setelah pasien meninggal, hasil laboratorium
didapatkan WBC 14.640 , RBC 66,1 x 10 6, HGB 18,2 , PLT 55.000 , Fibrinogen 479 , DDimer 3300 sehingga kami memikirkan kemungkinan terjadi emboli paru.
Penyebab utama emboli paru adalah tromboemboli vena. Trombosis terjadi karena
ketidakseimbangan 3 hal (Triad Virchow) yaitu: kelainan aliran darah, kelainan dinding
pembuluh darah dan kelainan komponen darah. Untuk menilai faktor risiko terjadinya emboli
paru, digunakan Wells Score, yang terdiri dari:
- Gejala atau tanda-tanda trombosis vena dalam
1,5
1,5
1,5
- Hemoptisis
Dengan interpretasi:
- Probabilitas tinggi, poin > 4
- Probabilitas rendah, poin 4
Berdasarkan wells score, pasien ini termasuk dalam probabilitas rendah (poin 3,5)
untuk risiko terjadinya emboli paru. Namun menurut faktor risikonya, pasien termasuk faktor
risiko sedang kejadian emboli paru karena adanya keganasan dan radioterapi.
Bila trombus vena terlepas dari tempat terbentuknya, emboli akan mengikuti aliran
sistem vena yang seterusnya akan melewati sirkulasi arteri pulmonalis. Tidak jarang
pembuluh darah paru tersumbat karenanya. Keadaan ini akan meningkatkan penyumbatan
KERANGKA KONSEP
Tumor
Immunocompromised
Mediastinum
keganasan+radioterapi+
Sindrom
vena cava
superior
imobilisasi+
Anamnesis:
peningkatan D-dimer
1. Sesak
nafas
Kompresi
trakea dan
bronkus
utama
Obstruks
i airway
Gagal
nafas
Tromboemb
Tromboemb
oli
oli vena
vena
2. Suara
serak
Pemeriksaa
n Fisis:
1.Ptosis OD
2.Benjolan
pada leher
kanan
3. Venektasi
regio colli
dan thorax
Meningg
al
Pneumon
ia
Pemeriksaan
Penunjang:
MSCT thorax:
massa
mediastinum
anterior
sugestif
thymoma,
pneumonia (D)
Cardiac
arrest
Emboli
Paru
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin Zulkifli. Penyakit Mediastinum. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor
Siti setiati, Idrus Alwi dkk. Edisi VI. InternaPublishing, Jakarta, 2014 : 1625-8
2. Tatalaksana kegawadaruratan dibidang Ilmu Penyakit Dalam.PAPDI, Editor
Cosphiadi Irawan.Tri Edi Tarigan.Maruhum Marbun.FKUI. 2014 : 16
3. Lynn D. Wilson, M.D., M.P.H., Frank C. Detterbeck, M.D., and Joachim Yahalom,
M.D.N Engl J Med 2007. From URL : http://www.nejm.org.com/ Diakses tanggal
2 juni 2015.
4. Joseph Loscalzo, Mark A. Creager. Arterial Disease of the Extremities in
Harrisons Principle of Internal Medicine. 19th Edition. United States of America:
Mc Graw Hill. 2015. P 1643-50
5. Pulmonary Embolism. http://vascularcures.org/about-vascular-disease/2011-0505-02-02-59/pilmonary-embolism. 2011