Anda di halaman 1dari 10

Perkamen Askep Anak ( Anak Berkebutuhan Khusus )

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

a.

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul,


status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak
yang mempunyai kelainan sebagaimana di amanatkan dalam UUD 1945 pasal
31. . Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya
diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang
berkebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children)
dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami
gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana
anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi
dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap. Menurut
World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai
berikut:
Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari
impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih
dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.
Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur
anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau
disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal
pada individu.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

b.

Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna
dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa
(exceptional children). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara
pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak
pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut
dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barier to learning and
development). Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang
sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan perkembang yang dialami oleh
masing-masing anak.

Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra,


tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan
prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, anak berkebutuhan khusus
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan
modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat.

Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.


tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind)
dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu
yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60
setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki
keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan
pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena
itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada
individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan
bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda
model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder
dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktifitas di sekolah luar
biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas
diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah
serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang
terbuat dari alumunium)

Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik


permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat
gangguan pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(2740dB), Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran
sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan
pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB). Karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga
mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu
menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara
internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.
saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara
berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa
tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari
sesuatu yang abstrak.

Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada


dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku
yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan
pada tingkatan IQ. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 3651), Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik beratkan pada kemampuan
bina diri dan sosialisasi.

Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktifitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi
sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak
mampu mengontrol gerakan fisik.

Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan


emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku
menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku
disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor
eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Kesulitan belajar

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar
psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan
menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung,
berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi
minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar
memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik
persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan
ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

c.

Anggota-Anggota Tim Terkait Dalam Layanan Pendidikan Khusus

Dalam hal layanan pendidikan khusus tidak hanya faktor kebijakan saja yang
menentukan tetapi juga tim work yang mendukung, berikut ini adalah komponen
tim work :

Guru pendidikan khusus adalah mereka yang memberikan pembelajaran seharihari dan dukungan lain bagi siswa berkebutuhan khusus.
Billingual special educator adalah guru yang memiliki pengetahuan baik di
bidang dwi bahasa maupun pendidikan khusus.
Early childhood special educator adaah mereka yang memberikan pelayanan
pada balita, mereka dapat melakukan berkerja sama dengan guru-guru pre
sekolah dalam hal pendidikan umum.
speech/ language pathologist adalah mereka yang mendiagnosis anak-anak
berkebutuhan, mendesain tindakan dan layanan yang tepat serta memonitor
kemajuannya.
School psychologist adalah mereka yang memiliki kompetensi untuk menentukan
kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus.
School counselor adalah mereka yang menangani bukan saja siswa biasa tetapi
juga siswa dengan kebutuhan khusus, pada sekolah regular.
school social worker adalah mereka yang meng koordinasika usaha-usaha
pendidik, keluarga dan orang-orag lembaga terkait untuk memastikan bahwa
siswa dapat menerima semua pelayanan yang mereka butuhkan.
School Nurse adalah mereka yang bertanggung jawab dalam memeriksa dan
menjaga kesehatan siswa, serta mengatur distribusi obat-obatan yang
dibutuhkan siswa.
Educational interpreter adalah mereka yang membantu siswa yang mengalami
kesulitan mendengar dengan menggunakan bahasa isyarat.
General educational teacher adalah guru pada kelas regular yang memiliki
kemampuan untuk untuk memeberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan
khusus.
Pareducator adalah para profesinal yang bekerja di bawah arahan guru atau
professional dalam memberikan pelayanan bagi siswa berkebutuhan khusus.
Parents Orang tua siswa yang memberikan kontribusi terhadap sekolah
mengenai perkembangan serta kehidupn anaknya di luar sekolah.
Additional High Specialized Service Provider adalah mereka yang memiliki
keahlian spesifik di bidang tertentu guna menangani siswa yang membutuhkan
pelayanan khusus secara unik.

d.

Pengertian Anak Beresiko dan Pendidikannya

Anak beresiko adalah anak-anak yang teridentifikasi memiliki potensi untuk


mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Ada tiga

alasan untuk meyatakan bahwa anak memiliki potensi untuk gagal di sekolah
atau berksulitan belajar :
1. Hasil pemeriksaan medis
Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat
diprediksikan bahwa adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan
belajar, meskipun prediksi ilmiah tidak selamanya tepat tetapi dapat digunakan
untuk usaha intensif dalam mencegah terjadinya penyimpangan pada anak di
masa datang.
2. Resiko biologis
Resiko biologis menunjuk pada suatu kemungkinan yang didasarkan atas riwayat
medis dan kesehatan yang data menimbullkan kesulitan belajar disekolah.
Contoh resiko biologis adalah prematuritas dan orang tua yang berkesuitan
belajar,meskipun tidak pasti tetapi banyak kasus disekolah bahwa anak
berkesulitan belajar adalah anak-anak yang memiliki latar belakang
prematuritas. Sehingga dapat diwaspadai akan pertumbuhan dan
perkembangannya.
3. Resiko lingkungan.
Terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkukngan sosial yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi
tersebut mencakup fisik,emosi, kognitif,dan intuisi. Dari penyebab lingkugan
tersebut dapat diketahui, di prediksikan dan diinterfensi penyebab anak dalam
berkesulitan belajar.

ily: p o ; st-font-family:"Times New Roman";mso-ansi-language: NL'>


Reaksi transfusi

Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit


Anemia hemolisis
Tanda dan Gejala
o Lemah, letih, lesu dan lelah
o Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
o Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
o Gagal jantung,
o Parestisia dan
o Kejang.
Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
o Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar
Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit,
waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
o Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
o Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis.
Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
o Transplantasi sumsum tulang
o Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
o Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
o Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang

mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,


sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
o Dicari penyebab defisiensi besi
o Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
o Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian Keperawatan
a. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
pasca perdarahan
pada difisiensi zat besi
anemia hemolistik
anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb

f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk
menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan
manefestasi penurunan produksi urine
h. Gangguan pada sisten saraf
Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan
nafsu makan
j.Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi, Anak
yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya
(PIKA)
k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
l. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
- Hb
- Eritrosit
- Hematokrit
o. Program terafi, perinsipnya :
- Tergantung berat ringannya anemia
- Tidak selalu berupa transfusi darah
- Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
Nilai normal sel darah
Jenis sel darah
1. Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 5,1), 5 Tahun
4,7 (4,2 -5,2), 8 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).

2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 24), 1 Tahun 12 (11 15), 5 Tahun 13,5 (12,5
15), 8 12 Tahun 14 (13 15,5).
3. Leokosit (per mikro lt) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 15), 5
Tahun 8000 (5 13), 8 12 Tahun 8000 (5-12).
Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun
260.000, 8 12 Tahun 260.000
4. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 12 Tahun 40.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat
anemia
2. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder
akibat: kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang
pemberian asuhan
3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang

III. RENCANA
1) Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat
anemia
Rencana Tindakan:
1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue,
dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan
meningkatkan istirahat
4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2) Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat
: kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang
pemberian asuhan
Rencana Tindakan:
1. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang,
gandum,

sereal kering yang diperkaya zat besi


2. Berikan susu suplemen setelah makan padat
3. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi
berikan bersama jeruk
4. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat
besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air
atau jus jeruk
5. Berikan multivitamin
6. Jangan berikan preparat Fe bersama susu
7. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau
gelap
8. Monitor kadar Hb atau tanda klinks
9. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
10. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau
dalam diet
3) Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
Rencana Tindakan:
1. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis
2. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
3. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak
4. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
5. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan
harapan anak mau menerima
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta,
Medika, 2005
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006

Anda mungkin juga menyukai