Patient Safety
Patient Safety
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Patient safety merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan kesehatan. Patient
safety merupakan sesuatu yang jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi pelayanan.
Berbagai risiko akibat tindakan medik dapat terjadi sebagai bagian dari pelayanan kepada
pasien. Hal ini paling tidak telah dibuktikan dari laporan the IOM (Institute of Medicine)
yang menyebutkan bahwa setiap tahun sekitar 48.000 hingga 100.000 pasien meninggal
dunia di Amerika Serikat akibat medical error yang terjadi di pusat-pusat pelayanan
kesehatan. Studi paling ekstensif mengenai adverse event telah dilakukan oleh the Harvard
Medical Practice yang melibatkan lebih dari 30.000 pasien yang dipilih secara acak dari 51
rumah sakit di New York pada tahun 1984 (Brennan et al, 1991). Adverse events yang
manifestasinya antara lain berupa perpanjangan masa rawat inap atau timbulnya kecacatan
pasien saat meninggalkan rumah sakit pasca perawatan, terjadi pada 3,7% pasien rawat inap.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa lebih dari 58% adverse event tersebut sebetulnya
dapat dicegah (preventable adverse events), sedangkan 27,6% terjadi akibat kelalaian klinik
(clinical negligence).
Identifikasi dan pemecahan masalah tersebut merupakan bagian utama dari
pelaksanaan konsep patient safety. Lebih lanjut, definisi dari patient safety adalah bebas dari
cedera aksidental atau menghindari cedera pasien akibat tindakan pelayanan. Di Indonesia,
program keselamatan pasien dicanangkan pada tahun 2005, dan terus berkembang menjadi
isu utama dalam pelayanan medis di Indonesia.
Keselamatan pasien merupakan hal yang teramat penting dari sebuah pelayanan
kesehatan oleh karena itu makalah ini dibuat untuk menjelaskan secara singkat pengertian,
pentingnya dan perspektif dari patient safety tersebut.
1.2 Tujuan
Makalah ini ditulis bertujuan untuk menambah wawasan pembaca tentang Defenisi,
Pentingnya dan Perspektif Keperawatan pada Patient Safety secara umum .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Patient Safety
Cooper et al (2000) telah mendefenisikan bahwa patient safety as the avoidance,
prevention, and amelioration of adverse outcomes or injuries stemming from the processes of
healthcare. Pengertian ini maksudnya bahwa patient safety merupakan penghindaran,
pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera
dari proses pelayanan kesehatan.
Patient safety melibatkan sistem operasional dan sistem pelayanan yang meminimalkan
kemungkinan kejadian adverse event/ error dan memaksimalkan langkah-langkah
penanganan bila error telah terjadi. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tdk mengambil tindakan yg
seharusnya diambil. (KKP-RS)
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi:
1) Assessment risiko
2) Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien
3) Pelaporan dan analisis insiden
4)
akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).
Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak diinginkan (KTD = missed =
adverse event) atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan (near miss). Near miss ini dapat
disebabkan karena: keberuntungan (misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan,
tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan
(suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya).
2.2 Tujuan Patient safety:
1.
2.
3.
Menurunnya KTD di RS
4.
pasien
dengan
benar,
meningkatkan
komunikasi
secara
efektif,
terpaksa harus dirawat di rumah sakit lebih lama (prolonged hospitalization) yang akhirnya
berdampak pada biaya perawatan yang lebih besar.
Sejak masalah medical error menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik
cetak maupun elektronik hingga ke journal-journal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai
menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu patient safety.
1. WHO memulai Program Patient Safety pada tahun 2004 :
Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of quality
management. (World Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO,2004)
2. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) dibentuk PERSI, pada Tgl 1-12005
3. Menteri Kesehatan bersama PERSI dan KKP-RS telah mencanangkan Gerakan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit pd Seminar Nasional PERSI tgl 21 Agustus 2005, di
JCC
2.4 LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PATIENT SAFETY
1. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient
Safety, 2 May 2007), yaitu:
a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names)
b. Pastikan identifikasi pasien
c. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
i. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
2.5 Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada Hospital Patient Safety Standards
yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations,
Illinois, USA, tahun 2002),yaitu:
1. Hak pasien
Standarnya adalah :
1) Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana
& hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan).
Kriterianya adalah
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah :
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien
adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan
mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien &
keluarga dapat:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Standarnya adalah :
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.
Kriterianya adalah :
1)
2)
3)
4)
Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
2)
3)
4)
Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
5.
Standarnya adalah:
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan 7 Langkah Menuju
KP RS .
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP & program
mengurangi KTD.
3)
Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
4)
5)
Kriterianya adalah:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
10) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah :
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan &
memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien.
Kriterianya adalah
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan
memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung
pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya adalah
1) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal & eksternal.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya adalah
1) disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada
2.6 Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, ciptakan kepemimpinan & budaya
yang terbuka dan adil
Bagi Rumah sakit:
dukungan
Bagi Tim:
Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yg
tepat
2. Pimpin dan dukung staf anda, bangunlah komitmen &focus yang kuat & jelas
tentang KP di RS anda
Bagi Tim:
Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
Gunakan informasi dr sistem pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan
kepedulian thdp pasien
Bagi Tim:
Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkait
Penilaian risiko pd individu pasien
Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah memperkecil
risiko tsb
4. Kembangkan sistem pelaporan, pastikan staf Anda agar dg mudah dpt melaporkan
kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS
dg pasien
Bagi Tim:
Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insiden
Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, dorong staf anda utk
melakukan analisis akar masalah utk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu
timbul
Bagi Rumah Sakit:
Bagi Tim:
Diskusikan dlm tim pengalaman dari hasil analisis insiden
Identifikasi bgn lain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tersebut
Bagi Tim:
Pasal 46 UU No.44/2009
Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.
c.
b.
c.
d.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesment risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sehingga peningkatan asuhan keperawatan
yang meliputi aspek bio, psiko, sosio, spiritual dapat terwujud dengan adanya penanganan
pada pasien safety.
Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi risiko, seperti:Kesalahan Medis
(Medical Error), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ Adverse Event, dan Nyaris Cedera
(NC)/ Near Miss. Hal ini dapat mengancam keselamatan pasien. Oelh karena itu, dunia
kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu patient safety
3.2 Saran
Rumah Sakit diharapkan dapat menetapkan suatu unit kerja keselamatan pasien
rumah sakit dengan fungsi unit kerja mengelola program keselamatan pasien dan pusat
informasi keselamatan pasien. Selain itu RS dapat menyelenggarakan pelatihan KPRS yang
merata untuk seluruh karyawan sehingga dapat mengatasi cara penanganan patient safety
dalam unit kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Hasting G. 2006. Service Redesign: Eight steps to better patient safety. Health Service
Journal.http://www.goodmanagement-hsj.co.uk/patientsafety
Departemen Kesehatan R.I(2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit. utamakan
keselamatan pasien. Bakit Husada
Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. (konsep dasar
dan prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit Khusus dan
Swasta.
DAFTAR PUSTAKA
Hasting G. 2006. Service Redesign: Eight steps to better patient safety. Health Service
Journal.http://www.goodmanagement-hsj.co.uk/patientsafety
Departemen Kesehatan R.I(2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit. utamakan
keselamatan pasien. Bakit Husada